Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

INDUSTRI BENIH

“Teknik Produksi Benih Jagung (Zea Mays L) Hibrida,


Pada Instasi Balai Pengkajian Teknologi
Pangan (BPTP) Sulteng”

Oleh

Nama : Arastiawan Palimbunga


NIM : E281 19 187
Agr : 01

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah industri benih ini
yang berjudul “Teknik Produksi Benih Jagung (Zea mays L) Hibrida Pada Instansi Balai
Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Sulawesi Tengah”

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada ;

1. Dr. Ir. Fery Fahrudin Munier, M.Sc selaku kepala instansi BPTP Sulawesi Tengah,
2. Muh Afif Juradi, SP., MP. selaku peneliti benih di instansi BPTP Sulteng, dan
3. Syamsyiah gafur, MP., M.Si selaku sub.koordinator KSPP, yang telah menerima dan
menyambut kami dengan baik saat berkunjung dan melakukan wawancara di instansi
BPTP sulteng.
4. Dr. Ir. Andi Ete, M.S Selaku dosen matakuliah Industri Benih yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa, penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis sangat garapkan
demi kesempurnaan selanjutnya.
Akhir kata, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah pengetahuan pembaca, serta dapat digunakan dengan baik.
Wassalammualakum Wb Wr.

Palu, 15 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang, ......................................................................... 1
1.2 Tujuan, ...................................................................................... 3
1.3 Manfaat, .................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Industri Pembenih di Indonesia ................................................. 4
2.2 Industri Pembenihan di Sulawesi Tengah ................................. 6
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Produksi Benih Jagung Hibrida, ................................................ 8
3.1.1 Pengolahan lahan ............................................................. 8
3.1.2 Penyiapan Benih .............................................................. 8
3.1.3 Penanaman ....................................................................... 9
3.1.4 Pemeliharaan .................................................................... 9
3.1.5 Seleksi/roguin .................................................................. 10
3.1.6 Detaselling ....................................................................... 11
3.1.7 Panen ................................................................................ 12
3.2 Cara Penanganan Benih Jagung Hibrida, ................................... 12
3.2.1 Pengeringan Tongkol Dan Sortasi Tongkol ..................... 12
3.2.2 Pemipilan Dan Sortasi (Biji) ............................................ 12
3.2.3 Pengujian Laboratorium dan Perlakuan Benih ................ 13
3.2.4 Penyimpanan dan Pengemasan ........................................ 14
3.3 Pelabelan Benih Jagung Hibrida, ............................................... 15
3.4 Sertifikasi Benih Jagung Hibrida, .............................................. 15
3.5 Penyebaran Benih Jagung Hibrida, ............................................ 16
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan, ............................................................................... 18
4.2 Saran, .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel 1.1 Pengujian Benih Jagung Hibrida di Laboratorium ..... 14

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar
untuk terus dikembangkan sebagai kepentingan industri pakan, dan pangan. Jagung memiliki
kandungan gizi dan vitamin yaitu 355 kalori, 9.2 g protein, 3.9 g lemak, 73.7 g karbohidat,
dan 10 mg kalsium. Tanaman jagung digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah.
Daerah tersebut diantaranya seperti Madura dan Nusa Tenggara. Selain digunakan sebagai
sumber karbohidrat, biji jagung juga bisa dibuat menjadi minyak dan bisa juga dibuat
menjadi tepung, serta tongkolnya bisa dibuat menjadi bahan baku industri. Tongkol jagung
kaya akan pentose yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural
(Taufiqur.rahman, Moh.2017).
Pemerintah telah menetapkan swasembada komoditas jagung serta mendorong
peningkatan ekspor ke luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Dalam
upaya menjaga pertumbuhan produksi maka pemerintah terus berupaya meningkatkan luas
areal pertanaman jagung melalui skema benih bantuan. Balitbangtan mendapatkan pangsa
benih mencapai 65% dari total benih bantuan pemerintah pada Tahun 2018. Dalam
operasionalisasinya, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Balitbangtan dan mitra
penerima lisensi benih jagung hibrida melaksanakan kegiatan produksi dan distribusi benih
kepada pengguna. (Aqil danR ahmi Y. A, 2016).
Peningkatan mutu benih jagung hibrida menjadi bagian dari salah satu strategi
peningkatan produktivitas jagung nasional. Dalam mendorong industri benih, penggunaan
benih bermutu merupakan salah satu aspek penting karena dapat meningkatkan efisiensi
biaya produksi serta meningkatkan produktivitas dan mutu benih. Produksi jagung yang
cukup besar membutuhkan dukungan benih bermutu dalam jumlah yang cukup. Kombinasi
benih unggul dengan varietas hibrida menjadi daya tarik bagi perusahaan benih swasta yang
berperan memperbanyak dan menyebarluaskan benih bermutu sehingga jumlah yang cukup
dapat terpenuhi. Selain itu penggunaan varietas hibrida dapat meningkatkan produktivitas
(Sari.M.Putri, DKK.2018).

1
Jagung salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis tinggi karena selain
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, jagung merupakan bahan baku
industri pakan ternak. Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan produktivitas
jagung ialah penyediaan benih bermutu dan unggul secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat
harga. Benih berkualitas dari varietas unggul nasional tidak mudah diperoleh (kurang tersedia
dipasaran) khususnya di desa yang jauh dari kota sehingga perlu dibentuk penangkaran benih
berbasis masyarakat dengan dukungan kelembagaan yang spesifik di wilayah pengembangan.
(Aqil, M dan R.Y. Arvan. 2016.)

2
1.2 Tujuan

Untuk mengatahui bagaimana cara produksi benih tanaman jagung hibrida, cara
penangana benih tanaman jagung hibrida, kemudian pelebelan benih tanaman jagung hibrida,
serta cara sertifikasih benih tanaman jagung hibrida dan cara penyebaran benih tanamanya.

1.3 Manfaat

Dapat memperluas pengatahuan kita mengenai cara produksi benih, cara penanganan
benih, cara pelabelan benih serta langkah-langkah sertifikasih benih dan cara penyebaran
benih hibrida tanaman jagung.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Benih di Indonesia

Benih merupakan salah satu masukan penting dalam kegiatan budidaya tanaman.
Oleh karena itu, program perbenihan dikembangkan di Indonesia mengingat perannya yang
penting dalam program pengembangan pertanian pada umumnya. Penggunaan benih yang
bermutu merupakan salah satu upaya dalam produksi tanaman. Penggunaan benih unggul
dalam konsep Panca Usahatani dan penggunaan benih unggul bermutu dalam konsep Sapta
Usaha Pertanian menunjukkan peran benih tidak dapat diabaikan dalam peningkatan produksi
pertanian. Bahkan, dalam program INSUS Paket D dan SUPRA INSUS, penggunaan benih
bersertifikat ditekankan untuk digunakan petani. Benih yang bermutu tidak dapat dihasilkan
tanpa melaksanakan sistem produksi yang selalu memperhatikan aspek mutu pada setiap
mata rantai produksinya (Mugnisjah.Q.Wahju,2021)
Benih bermutu tinggi dihasilkan melalui proses budidaya 'pertanaman benih' (seed
crop), pengolahan benih, penyimpanan benih, dan distribusinya yang memperhatikan masalah
mutu tersebut. Dengan mengingat bahwa kualifikasi mutu benih hanya dapat diketahui
setelah benih tersebut diuji, Bidang Teknologi Benih (Seed Technology) menjadi sangat
berperan dalam proses produksi benih yang bermutu tinggi. Untuk mencapai hal ini,
dukungan dari Ilmu Benih (Seed Science), sangat penting agar teknologi produksi benih
bermutu dapat terus berkembang. Dengan demikian, walaupun orientasi teknologi benih
adalah petani, kepentingan para produsen, pedagang dan distributor benih tidak
dikesampingkan.
Pentingnya dukungan Ilmu Benih mengundang perlunya peran suatu universitas yang
berkepentingan dengan pendidikan pertanian untuk menghasilkan lulusan yang dibekali
dengan pengetahuan tentang perbenihan secara umum dan, khususnya, mata kuliah ilmu
benih dengan kedalaman yang sesuai dengan stratum pendidikan yang ditawarkan. Oleh
karena itu, dalam kegiatan belajar ini akan dibahas pula pandangan tentang arah
pengembangan bidang Ilmu dan Teknologi Benih di suatu universitas yang relevan.
Benih dapat dibatasi secara struktural menurut batasan konvensional dan
nonkonvensional. Batasan benih secara fungsional berdimensi ekologik dan agronomik.
Teknologi benih dan ilmu benih yang berkembang saling mendukung berperan dalam
pembangunan pertanian, khususnya dalam peningkatan produksi pertanian di Indonesia.

4
Bidang Ilmu dan Teknologi Benih, sebagai suatu bidang yang masih muda,
memerlukan pengembangan terus dari para peminatnya, tidak terbatas pada ilmuwan atau
teknologiwan benih. Pengembangan Bidang Ilmu dan Teknologi Benih seyogianya
memberikan manfaat yang sebesar- besarnya baik bagi produsen benih maupun petani
pemakai benih. Peran ilmuwan dan teknologiwan benih karenanya sangat diharapkan.
Pengembangan bidang ilmu dan teknologi benih di perguruan tinggi dapat diarahkan menurut
program pendidikan yang ditawarkan, yang tercermin dalam program-program studi atau
program studi khusus atau minat, dan menurut laboratorium-laboratorium yang menekuni
bidang tersebut walaupun tidak ada program studi yang khusus menekuni benih ditawarkan.
Pengembangan bidang ini menurut program nonpendidikan dapat diarahkan melalui
pembentukan Pusat Studi Benih Tumbuhan Tropika (PSBT2) yang bernaung di bawah
lembaga penelitian yang ada di perguruan tinggi yang bersangkutan. Meskipun demikian,
pusat studi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan bidang ilmu dan
teknologi benih menurut program pendidikan perbenihan.
Baik pengembangan yang berdasarkan program pendidikan (terutama yang berupa
laboratorium) maupun yang berdasarkan program nonpendidikan (berupa pusat studi)
hendaknya menekuni aspek ilmu dan teknologi benih tumbuhan yang berbeda, masing-
masing dikhususkan untuk benih ortodoks dan benih rekalsitran. Secara fisik, fasilitas
laboratorium benih ortodoks dan laboratorium benih rekalsitran masing- masing hendaknya
menekuni benih dalam arti konvensional (hasil pembuahan bakal benih) dan benih non-
konvensional (benih artifisial hasil kultur jaringan dan benih transgenik hasil rekayasa
genetik). Dengan mempertimbangkan perkembangan teknik kultur jaringan dan rekayasa
genetika sampai saat ini, fasilitas laboratorium untuk menekuni benih nonkonvensional dapat
digabung baik untuk benih ortodoks maupun untuk benih rekalsitran.

5
2.2 Industri Perbenihan di Sulawesi Tengah

Balai Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Balitbantang Sulawesi Tengah, Benih


merupakan salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan
budidaya tanaman. Guna menjamin peningkatan adopsi dan ketersediaan benih bermutu di
tingkat petani, BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah melalui kegiatan sekolah lapang
kedaulatan pangan mendukung swasembada pangan terintegrasi desa mandiri benih
menyelenggarakan panen dan temu lapang perbenihan jagung hibrida pada rabu (30 Oktober
2019) di Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi (BPTP Sulteng,2019).
Kepala BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian
Tata Usaha (Rudi Aksono, SP) dalam sambutannya yang juga sekaligus membuka acara ini
menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendiseminasikan varietas unggul
baru jagung Badan Litbang Pertanian beserta teknologi produksi benih di tingkat petani
penangkar agar mampu menghasilkan benih bermutu secara mandiri spesifik lokasi, serta
mampu menyediakan varietas unggul baru yang belum diproduksi oleh perbenihan komersil
sehingga dapat mempercepat adopsi benih bermutu di tingkat petani pada daerah sentra
produksi dengan dukungan teknologi yang didampingi oleh Balitsereal dan BPTP dengan
manajemen mutu hasil dibawah pengawasan UPT Balai Pengawas Mutu dan Sertifikasi
Benih. Beliau juga menambahkan bahwa Kepala BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah (Dr.
Ir. Fery Fahruddin Munier, M.Sc) juga menekankan pengembangan benih jagung bermutu,
karena akan menghasilkan provitas yang tinggi. Hal ini juga diharapkan dapat
mempertahankan swasembada jagung dan juga menjaga kestabilan nilai jual jagung di
pasaran (BPTP Sulteng,2019).
Selanjutnya Kepala Dinas TPH Provinsi Sulawesi Tengah yang diwakili oleh Kasie
Produksi Tanaman Pangan (Arbit, SP) dalam sambutannya mengatakan bahwa ada 4
kabupaten penghasil benih yaitu Luwuk, Parigi Moutong, Donggala dan Sigi dimana
Kabupaten Sigi merupakan sentra terbesar pengembangan produksi benih, khususnya benih
jagung pada saat ini. Untuk tahun depan Provinsi Sulawesi Tengah membutuhkan benih
Badan Litbang Pertanian untuk luasan 45.000 hektar apabila kita asumsikan kebutuhan benih
15 kg/hektar maka secara otomatis membutuhkan + 800 – 900 ton. Kebutuhan benih ini yang
kita harapkan dapat disuplay dari produksi produksi penangkaran anak bangsa yang telah kita
bina selama ini khususnya di kabupaten sigi, terutama lagi di kecamatan dolo barat. Beliau
juga menambahkan, bahwa untuk tahun depan akan dibentuk tim pembinaan, pengawalan
dan monitoring yang melibatkan seluruh komponen stakeholder secara terstruktur dalam

6
rangka mengawal, mengontrol, mengawasi dan membina calon-calon benih yang ada di
penangkar agar tetap dapat menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas. Beliau juga
menyampaikan apresiasi setinggi tingginya kepada BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah dan
Balitsereal Maros atas pendampingannya selama ini kepada penangkar penangkar kita yang
ada di Sulawesi Tengah (BPTP Sulteng,2019).

7
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Produksi Benih Jagung Hibrida

3.1.1 Pengolahan lahan


Persiapan lahan meliputi pemilihan dan pengolahan lahan tanam, serta penentuan
jarak tanam. Pengolahan lahan dilakukan supaya lahan yang akan ditanami menjadi gembur.
Pada tanah bertekstur berat, sebaiknya pengolahan tanah dilakukan secara intensif. Untuk
menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan dapat
dilakukan secara minimum pada tanah bertekstur ringan (Aqil dan Rahmi Y. A, 2016).
Pengolahan lahan dilakukan pengolahan olah tanah sempurna dimana dilakuakn
pembersihan lahan terlebi dahulu pada gulma yang dapat mengganggu pengolahan tanah
dapat diberikan herbisida kontak untuk mempercepat pengolahan tanah. Pengolahan tanah
dilakukan dengan menggunakan bajak (2 kali) dan diikuti dengan garu/sisir sampai tanah
tidak berbongkahbong dan rata. Pastikan bahwa tidak ada tanaman volunteer dari sisa
pertanaman jagung sebelumnya. Apabila penanaman didilakukan pada musim hujan perlu
dibuat saluran /parit untuk pembuangan air. Saluran ini juga digunakan untuk mengairi lahan
pertanaman (jika dibutuhkan) agar pemberian air selain efektif juga lebih efisien.

3.1.2 Penyiapan Benih


Persiapan benih ini, meliputi pemilihan benih dan menghitung kebutuhan benih.
Tanaman induk steril merupakan tanaman tetua betina yang steril bunga jantannya, baik
secara alamiah maupun buatan. Tanaman tetua yang steril jantan, maka tidak akan terjadi
persilangan sendiri. Steril jantan merujuk kepada suatu bunga atau tanaman yang tidak
menyebarkan serbuk sari hidup (Adri,DKK.2019).
Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan benih (seed treatment) untuk mecenggah
serangan penyakit bulai dikarenakan penyakit bulai merupakan penyakit yang paling utama
pada tanaman jagung dengan dosis 5 gr + 10 – 25 ml air. Perlakuan benih dengan fungisida
dilakukan dengan cara: fungisida sesuai dosis dimasukkan ke dalam wadah percampur (seed
coater), tambahkan air secukupnya, aduk hingga rata kemudian masukkan benih ke dalam
wadah tersebut dan dicampurkan merata, kering anginkan selama beberapa jam sebelum
benih digunakan.

8
3.1.3 Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, tanah di lubangi sedalam 2-5 cm terlebih dahulu.
Masing-masing lubang di tanami 1-2 benih. Dalam pembuatan benih hibrida ini, di gunakan
tiga tetua, dua betina dan satu jantan. Waktu tanam antara benih jantan dan betina berbeda
dikarenakan benih betina lebih cepat tumbuh daripada benih jantan.
Cara penanamanya dengan cara dituggal dengan kebutuhan benih per hektar antara
20-25 kg dengan jarak tanaman 75 cm x 20 cm, dalam 1 tanaman perlubang, hal ini
dilakuakan dalam satu lubang tanaman hanya terdapat satu tanaman karena agar tanaman
pada saat terjadinya penyerbukan tanman tidak capuran penyerbukan oleh varietas lain.
Lubang tanam ditutup dengan pupuk organik agar benih jagung yang kita tanaman mudah
untuk kecamabanya keluar dari dalam tanah.

3.1.4 Pemeliharaan
Benih yang telah ditanam perlu dirawat supaya perkembangannya lebih baik.
Perawatannya berupa pemberian pupuk, penyiangan, dan pembumbunan. Penyiangan
dilakukan seperlunya, yaitu apabila ada gulma yang tumbuh. Pembumbunan dilakukan
supaya tanaman yang telah tinggi tidak rebah dan memperbaiki drainase-aerasi tanah.
Pembumbunan biasanya dilakukan 4-5 minggu setelah tanam (Sari.M.Putri,DKK.2018).
a) Pemupukan
Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 10-14 hari setelah tanam (hst)
yaitu Urea 100-150 kg/ha + pupuk majemuk (NPKS) 300-400 kg/ha. Pemupukan
kedua dilakukan pada umur 30-35 hst dengan takaran 250- 300 kg urea/ha.
Dengan cara pemupukan di lakukan di tanam di dalam tanah daerah sekitar
tamana jagung hal in dilakuakan agar pupuk yang digunakan dapat trserap dengan
baik dalam tanaman. Adapun juga pengaplikasi pupuk pelengkap cair (PPC)
terutama yang mengandung P dan K tinggi untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman. Pemberian pupuk dapat dilakuakan berdasarkan keseimbangan antara
hara yang dibutuhkan tanaman dengan ketersediaan hara tanah.
b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali dilakukan pada saat umur tanaman 10 –
21 hari setelah tanam. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
menggunakan cara manual dengan mencabut dengan tangan atau mencangkul
kecil bisa juga dengan menggunakan herbisida saat tanaman berumur 10 – 14 hari

9
setelah tanam, jika tanaman telah berumur 20 – 30 hari sebaiknya menggunakan
herbisida kontak, yang sifatnya cepat dalam menekan pertumbuhan gulma pada
tanaman.
c) Pengairan
Pengairan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan dan curah hujan, Waktu
pengairan biasanya dilakukan kurang lebih 4 - 5 hari sekali setelah tanam sampai
umur 21 hari, seadangakan pada saat 30 hst (setelah pembubuhan) hingga
menjelang panen dilakukan dengan cara mengairi melalui saluran dengan
frekuensi 7 – 10 hari sekali pada waktu pemberian air di dihindari terjadinya
perpindahan unsur hara antara setiap petak utama, dengan cara mengalirkan pada
larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan tidak ada yang menggenang. Serta
dilakuakan skema cara pengaturan air yang baik, agar tanaman tidak tergenang
yaitu dengan pembuatan saluran drainase diantara tanaman jagung hibrida.
d) Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit tanamn jagung dilakuan mengunakan bahan
kimia pestesida, dimana pestesida yang digunakan sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang tanamn jagung. Penyakit tanamn jagung yang sering
terjadi di lahan yaitu penyakit busuk batang disebabkan oleh bakteri erwenia
stewartil yang bisa di kendalikan denag funsida Cabrio (ba.Piraklostrobin).
3.1.5 Seleksi/roguin
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan atau tanaman
yang berbeda dari rata-rata tanaman pada umumnya pada saat menjelang berbunga. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak
dikehendaki dan pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Rogium adalah menghilangnya dan membersihkan atau tanaman yang tidak
dinginkan, seperti off-type, kerdil, terserang hama penykit, tanaman yang tumbuh dari biji
sisa panen tanah sebelumnya dan tanaman yang tumbuh diluar baris. Tujauan agar didaptakan
tanaman yang seragam dan menyerbukan berasal dari benang sari tanaman tetua yang di
tentukan. Plaksanaan rogium dilakauakan pada umur 7– 15 hari hst, 25 – 45 hari hst, dan 55
– 75 dengan cara memotong pada bagian pangkal tanaman.
Rogium 1 dilakuakan tanaman yang berumur 7 – 15 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanaman jagung dengan melihat bentuk tanam dari tanaman yang satu dengan
tanaman jagung yang lain apabila terlihat varietas tanaman jagung yamg lain tumbuh.
Sepertin batang jagung yang satunya ada yang berwarna hijau dan ada juga yang batang

10
tanaman jagung yang berwanah ungu jadi kita bisa menyeleksi dengan cara melihatah
banayak varietas jagung yang batang berwarna hijau dan sedikitnya varietas tanaman jagung
yang batang berwarna ungu seperti 4:1 jadi tanaman yang kita selesi itu tanaman tidak
dominan, jadi tanaman yang dominan itu kita biarkan tumbuh dan tanaman yang tidak
dominan itu kita akan cabut dan dibuang agar tidak mecampur verietas jagung lain yang akan
di jadikan benih.
Rogium 2 dilakuakn tamanan yang berumur 32 – 35 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanaman jagung dilihat mulai dari warna batang, bentuk daun, dan bentuk lidah
daun. Apabila kita melihat suatau verietas lain dari tanaman jagung yang ditanaman berbeda
dengan varietas jagung yang kita tanam, itu akan di hilangakan atau dicabut karna dapat
mencapur verietas jagung yang akan di jadikan benih.
Rogium 3 dilakuakn tanamn yang berumur 45- 52 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanamn jagung denagan mengecek warana bunga betina dan jantan, bentuk
malai, posisi tongkol dan warna rambut. Apabilah kita melihat suatu verietas yang berbeda
pada varietas jagung yanng kita tanaman ada perbedaan verietas tanama jagung berbeda
dengan varietas yang ditanam itu di cabut karna merupakan varietas lain yang tidak dikendaki
dan bisa merusak varietas tanaman jagung lainya yang akan di jadikan sebagai benih jangung
kedepanya.
3.1.6 Detaselling
Detaselling/pencabutan bunga jantan pada barisan tanaman induk betina harus
dilakukan sebelum bunga jantan terbuka/muncul dari daun terakhir (daun pembungkus mulai
membuka tetapi mulai belum keluar dari gulungan daun).
Untuk mencegah agar tidak ada tanaman yang terlewatkan tidak tercabut bunga
jantannya, maka pencabutan dilakukan setiap hari selama periode berbunga biasanya pada
umur antara 45-56 hst (tergantung kondisi cuaca/iklim mikro di pertanaman). Setelah terjadi
penyerbukan umur ±70 HST, tanaman induk jantan dipangkas sehingga tidak menghasilkan.
Pemangkasan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pencampuran antara hasil F1
dengan tanaman induk jantan.

11
3.1.7 Panen
Saat panen dilakuan pemeriksaan lapisan hitam/black layer dilakukan pada saat
tanaman telah mencapai umur masak fisiologis atau beberapa bagian tanaman telah
menunjukkan warna kecoklatan dan Sampel tongkol yang diperiksa black layer nya minimal
50% disetiap barisan biji, diambil dari baris betina secara acak, dan yang mewakili
penampilan tongkol lainnya. Pengamatan black layer pada biji yang berada pada pangkal,
tengah dan ujung tongkol. Cara panen yang dilakukan yang pertama panen barisan jantan
terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran, kedu panen tongkol yang menyimpang
pada barisan betina, yang ketiga kupas kelobot dan segera prosesing.

3.2 Cara Penangan Benih Jagung Hibrida

3.2.1 Pengeringan Tongkol Dan Sortasi Tongkol


Pengeringan tongkol dilakukan dengan dua cara yaitu degan sinar matahari,
pengeringan dilakukan di lantai jemur yang telah dialasi terpal dengan warna kuning atau
biru. Yang kedua mengunakan mesin pengering yang dilakukan dengan berbagai
pertimbangan diantaranya yaitu kondisi cuaca (Haslindah.Andi,DKK.2019).
Setelah proses pemanenan tongkol dikeringkan terlebi dahulu hingga kadar airnya
mencapai 15-16%. Untuk pengeringan jangung tongkol terbagi menjadi 2 bentuk yaitu
jagung tongkol berkelobot dan jagung tongkol tanpa kelobot. %. Lantai jemur harus bersih
dari campuran tongkol varietas lain. Ketinggian tumpukan pengeringan berkisar 10-20 cm
dan dilakukan pembalikan tongkol setiap 2 – 4 jam sekali selama proses pengeringan.
Sortasi tongkol ini dilakukan apabila proses pengeringan telah berlangsung minimal
2 hari pada kondisi cerah. Sortasi tongkol dilakukan untuk memisahkan campuran varietas
lain, tongkol berjamur, serta tongkol yang tidak normal (kecil dan ompong).

3.2.2 Pemipilan Dan Sortasi (Biji)


Pemipilan jagung berfungsi untuk memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan
ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode manual dengan bantuan manusia dan
metode mekanis dengan bantuan mesin yang relatif singkat dibandingkan dengan cara
manual. (Rismawati.2018)
Pemipilan jagung dengan metode manual lebih baik dibandingkan dengan metode
mekanis, dikarenakan benih jagung yang pecah berkurang kapasitas rendah ( 10 – 20
kg/jam/orang ) pada saat kadar air tongkol berkisar antara 15 – 16%. Ketika melakukan
pemipilan dengan menggunakan metode mekanis atau mesin pemipilan harus dilakukan pada

12
putaran rendah sedang dengan kisaran putaran silinder pemipil 600-800 rpm. Dengan
kapasitas 1,4 ton jagung pipilan/jam kualitas hasil pipil yang didapatkan, biji yang pecah
mencapai 0,20%, kadar kotor 0,20%, biji tidak trpipil 0,10%. Hal ini lah yang mebuat
pengoalah benih jagung lebih memilih pemipilan yang menggunkan metode yang manual.
Setelah benih di pipil maka dilanjutkan dengan pengeringan kedua hingga kadar air benih
mencapai 12% .
Sortasi biji dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan biji berdasarkan mutu (bobot
dan kualitas benih), benih yang pecah dan busuk, campuran benda asing dan lain-lain. Sortasi
benih dilakukan dengan cara manual yaitu mengunakan penyaring yang berdiameter 7 atau 8
mm.

3.2.3 Pengujian Laboratorium dan Perlakuan Benih


Biji-biji yang terpilih dikeringkan sampai kadar air mencapai 12%. Dalam proses
pengeringan biji terdapat dua metode pengeringan yaitu pengeringan dengan cara
konvensional yaitu dengan pengeringan sinar matahari langsung dan cara modern dengan
menggunakan alat pengeringan khusus jagung contoh bed dryer, recirculation batch dryer,
dan continuous mix flow dryer, dan lain sebagainya. (Sunarti.D,DKK, 2017)
Benih-benih yang kadar air mencapai 12% selanjutnya diberikan perlakuan benih
(seed treatment) untuk mencegah penyakit bulai. Benih dicampur fungisida berbahan aktif
metalaxyl dan Dematroph (1 : 1) atau Dematroph secara tunggal dengan dosis 3-5 g/kg
benih., fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl dengan dosis 3-5 g/kg benih. Untuk
mencegah penyakit tular tanah yang disebabkan oleh patogen Rhizoctonia solani dan
Phytium spp., dianjurkan untuk mencampurkan benih dengan fungisida Inggroful dengan
dosis 5 g/10 ml air/kg benih. Benih dapat juga dicampur dengan zat pengatur tumbuh (ZPT)
sesuai anjuran untuk meningkatkan dan memepertahankan viabilitas benih. Bahan perlakuan
benih tersebut dimasukkan ke dalam wadah atau mesin pencampur (seed coater), tambahkan
air sebanyak 7-10 ml/kg benih, aduk hingga rata kemudian masukkan benih ke dalam wadah
tersebut dan dicampurkan merata, keringkan hingga kadar air 10% sebelum dimasukkan ke
dalam kemasan

13
Tabel 1.1 Pengujian Benih Jagung Hibrida di Laboratorium

Kelas KA Benih Kotoran CVL BWL Da-ber


benih (%) Murni benih (maks) (maks) (min)
(min) (maks)
Komersial 12,0 98,0 2,0 0,2 1,0 90,0
Galur Mat,
Induk 12,0 98,0 2,0 0,1 1,0 80,0
Ber. Bebas
Mat. 12,0 98,0 2,0 0,1 1,0 80,0
Induk

Sebelum benih dikemas, benih harus terlebih dahulu dilakukan pengujian kadar air
benih (KA), benih murni, kotoran benih, campuran varietas lain, benih warna lain (BWL)
serta daya berkecambah benih yang dilaksanakan pada Laboratorium Benih.

3.2.4 Penyimpanan dan Pengemasan


Tujuan dari penyimpanan adalah untuk menjaga kualitas yang dimiliki oleh benih
jagung, kualitas dari benih tidak dapat ditingkatkan selama proses penyimpanan sehingga
menjaga agar kualitas butir jagung baik harus dilakukan dari awal proses
pascapanen.(Dewi.K.Tika.2015) .
Benih disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan pendingin
ruangan (cold storage) pada suhu 18-21C dan kelembaban relatif (RH) 55-65 %. Benih
disimpan secara teratur pada rak berdasarkan: varietas dan tahun produksi Benih yang ada di
gudang di tempatkan pada tempat yang terpisah dengan benih lainnya. Benih ditata rapi pada
stapel dan atau rak penyimpanan dilengkapi kartu kontrol untuk mempermudah proses
pengawasan.
Ketika benih tersebut sudah diuji lolos dalam pengujian benih sesuai dengan
ketentuan pungujian benih. Makah benih bisa dengan dikemas secepatnya agar kadar air
tidak naik lagi di kemas dalam kemasan pelastik putih buram (bukan transparan) dengan
ketabalan 0,2 mm dan dipres (usahakan dalam pelastik udara seminimal mungkin). Kemudian
diberikan lebel kemsan benih sesuai nama varietas benih dan produsennya, serta kartu
sertifikat dari BPSP. Kartu kontrol berisi informasi seperti: Nama varietas, tanggal panen,
lokasi penangkaran, jumlah awal penyimpanan, jumlah/kuantitas benih saat pemeriksaan
stock terakhir, Kadar air benih dan daya berkecambah benih. Kebersihan gudang dilakukan

14
secara berkala setiap minggu dan pencegahan hama gudang melalui sanitasi dilakukan
minimal 3 bulan sekali. Salah satu hama utama gudang yaitu tikus. Untuk itu didinding
gudang dilapisi dengan plat aluminium.

3.3 Pelabelan Benih Jagung Hibrida


Penentuan mutu benih berdasarkan SK Dirjen Pertanian Tanaman Pangan tersebut
tidak terlalu sulit dilaksanakan karena tuntutan terhadap mutu fisiologi benih hanya
didasarkan pada standar persentase daya turnbuh minimum yang telah ditetapkan pada
setiap kelas benih. Jelas bahwa tingkatan mutu benih dasar akan lebih tinggi daripada benih
pokok, demikian pula benih sebar berlabel biru akan lebih tinggi tingkatannya dibanding
dengan benih sebar berlabel hijau (Saenong, S 2015).
Proses pelabelan benih dilakukan apabila hasil lab dari BPSB sudah keluar dan sesuai
dengan SOP maka benih-benih yang tersimpan digudang BPTP akan dikemas dan diberikan
label sesuai dengan setiap kelas benih yang ada yaitu label berwarna putih untuk benih
dasar,ungu untuk benih pokok,dan bitu atau hijau untuk benih sebar.
Warna label dalam setiap kelas benih juga telah ditetapkan berdasarkan SK Dirjen
Pertanian Tanaman Pangan No. I.HK.050.84.68 tanggal 5 Oktober 1984 yaitu benih dasar
berlabel warna putih, benih pokok berwarna ungu, dan benih sebar berwarna biru atau hijau.

3.4 Sertifikasi Benih Jagung Hibrida


Kategori pemeriksaan di laboratorium yaitu benih retak, benih jamur, benih rusak,
benih masih belum masak fisiologis, selain itu juga dilakukan pengujian kadar air dengan
batas maksimal 12 %, benih murni minimal 98 %, Campuran Varietas Lain (CVL) maksimal
0.3%, kotoran benih 2 %, dan daya tumbuh minimal 80 % (Saenong, S 2015).
Pada proses sertifikasi benih,benih jagung akan diambil oleh pengawas benih di
gudang BPTP sekitar stengah kilo lalu setelah itu benih yang diambil akan dibawa ke
laboratorium BPSB untuk dilakukan pengujian. Proses pengujian benih di lab biasanya
memakan waktu 1 minggu dan yang diamati dalam pengujian benih jagung yaitu pengujian
kadar airnya maksimal 12% kemurnian benihnya minimal 98% kotoran benihnya 2% dan
daya tumnuh benihnya minimal 80%, apabila hasil uji benih sudah sesuai dengan SOP
(standar operasional perbenihan) maka BPTP akan melakukan memproses benih tersebut
kelangkah selanjutnya yaitu pelabelan benih.

15
Masalah yang sering dihadapi oleh BPTP dalam sertifikasi benih jagung yaitu apabila
benih jagung tersebut hasil labnya tidak sesuai dengan SOP seperti kadar air benih jagung
yang masih diatas 12% maka akan dilakukan proses pengeringan kembali hingga kadar
airnya sesuai dengan SOP dan untuk benih jagung yang tidak lulus standar SOP sama sekali
maka akan dijual kembali oleh BPTP dalam bentuk pipilan ke petani atau masyarakat dengan
harga yang murah.
Mutu benih ditentukan berdasarkan mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologi.
Mutu genetik menyangkut kontaminasi benih tanaman atau varietas lain. Untuk
meningkatkan mutu genetik diperlukan roughing di lapangan. Mutu fisik mencerminkan
tingkat kebersihan benih dari kotoran fisik yang dapat berupa tangkai-tangkai tanaman,
pecahan benih yang ukurannya kurang dari setengah besaran benih, kerikil, dan lain-lain.
Sedangkan mutu fisiologi ditentukan oleh tingkat viabilitas, termasuk daya berkecambah dan
vigor benih.
Oleh karena itu ditetapkan standardisasi dalam sertifikasi benih yang mencakup mutu
genetik, fisik, dan fisiologi yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal.
Pertanian Tanaman Pangan. Standardisasi mutu dalam program sertifikasi tersebut meliputi:
(1) persentase kotoran fisik dan kadar air yang mencerminkan mutu fisik;
(2) tingkat kemurnian benih, adanya varietas lain dan warna lain, mencerminkan mutu
genetik; dan
(3) daya tumbuh benih mencerminkan mutu fisiologinya.

3.5 Penyebaran Benih Jagung Hibrida


BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah dalam mendampingi petani dan penangkar, serta
dapat bekerjasama dengan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Balitbangtan
Sulawesi Tengah guna memenuhi kebutuhan benih unggul di tingkat petani. Program Upaya
Khusus (Upsus) yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian terus berjalan dengan
berbagai terobosan dalam peningkatan produksi jagung nasional. Penggunaan benih jagung
hibrida Balitbangtan dalam program bantuan benih pemerintah diharapkan dapat
mempercepat penyebarluasan dan adopsi varietas unggul jagung nasional oleh petani.
Teknologi produksi benih F1 jagung hibrida ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mitra
produsen benih dalam memproduksi benih F1 hibrida yang berkualitas dan berdaya saing.
Proses produksi benih F1 yang dilakukan dengan mengikuti standar prosedur yang ada akan
mampu menghasilkan benih F1 yang mampu menghasilkan > 6 ton/ha serta mendukung
program perluasan areal tanam baru pada lahan potensial lainnya (Merlin,DKK.2020).

16
Penyebaran benih dilakukan dengan tujuan untuk lebih menigkatkan hasil produksi
benih jagung hibrida yang unggul dan bermutu, tahan terhadap hama dan penyakit. Hal ini
dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Produksi Balitbangtan Sulteng agar masyarakat yang
bertani jagung sudah tidak ragu lagi dengan benih yang digunakan karena benih yang
digunakan sudah berlebel dan bersertifikat serta sudah teruji kemampuannya yang tahan
terhadap hama dan penyakit.
Penyebaran benih yang di lakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Produksi (BPTP)
Balitbangtan Sulteng berbasis subsidi, dilakukan dengan persyaratan masayarakat tani yang
membutuhkan benih harus terlebih dahulu mengajukan proposal permohonan bantuan benih
bersubsidi. Dan yang ke dua yaitu nonsubsidi, petani yang membutuhkan benih dapat datang
dan membelih langsung benih di Balai Pengkajian Teknologi Produksi (BPTP) Balitbangtan
Sulteng dengan harga lebih murah di bandingkan benih yang dijual di pasaran atau tokoh
pertanian.

17
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

BPTP Sulawesi Tengah dalam pelaksanaan kegiatan, juga menghadapi berbagai


hambatan dan kendala, yang bersifat internal. Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP
Sulawesi Tengah terutama berkaitan dengan terbatasnya jumlah dan kualitas SDM yang
dimiliki, baik dari sisi kualifikasi maupun bidang keahlian. Selain itu, perimbangan
komposisi peneliti dengan penyuluh belum sesuai kebutuhan.
Untuk mengurangi tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular
penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual maka perlu dilakukan pencabutan
(roguing).
Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman telah mencapai umur masak fisiologis
atau beberapa bagian tanaman telah menunjukkan warna kecoklatan.
Biji-biji yang terpilih dikeringkan sampai kadar air mencapai 12% selanjutnya
diberikan perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah penyakit bulai (P. maydis).
Pengujian daya berkecambah, kadar air, kemurnian, benih warna lain dan kotoran
benih dilaksanakan pada Laboratorium Benih
Benih disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan pendingin
ruangan (cold storage) pada suhu 18-21C dan kelembaban relatif (RH) 55-65 %.

4.2 Saran

Penyimpanan tongkol yang belum melalui proses pengeringan sebainya jangan


disimpan dalam karung tertutup (kedap udara), karena akan menyebabkan tongkol terserang
jamur dan membusuk.
Bantuan pemerintah yang diberikan kepada petani sebaiknya diberikan per wilayah
(regional), diberikan berdasarkan kebutuhan benihnya (tepat jumlah, waktu, varietas, mutu)

18
DAFTAR PUSTAKA

Adri,DKK.2019.Analisis Finansial Perbanyakan Benih Jagung Hibrida.Jurnal Ilmiah Ilmu


Terapan Universitas Jambi. Volume 3-Nomor 2

Aqil dan Rahmi Y. A, 2016.Aplikasi Model Regresi Step Wise Dalam Penentuan Hasil
Jagung Putih.Informatika Pertanian Vol 25, No 1 (2016)

Aqil dan Rahmi Y. A, 2016.Deskripsi varietas unggul jagung. Balitsereal Maros

Aqil, M dan R.Y. Arvan. 2016. Ketahanan Beberapa Genotipe Jagung Hibrida Umur Genjah
Terhadap Sitophilus Zeamais Motschulsky.Jurnal Agronomi Indonesia vol.47 NO 1

Dewi.K.Tika.2015.Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Benih Jagung


Manis (Zea Mays Sachaarata Strurt) Di Pt. Sang Hyang Seri (Persero) Sukamandi.
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2

Haslindah.Andi,DKK.2019.Analisa Metode Kerja Usaha Tani Dalam Penanganan Pasca


Panen Jagung Hibrida Di Desa Tindalun Kab.Enrekang.Jurnal teknologi vol14,
No 2

Mugnisjah.Q. Wahju,2021.Situasi Perbenihan Di Indonesia.LUHT4431-M1

Merlin,DKK.2020.Pengembangan Jagung Di Sulawesi Tengah.BPTP Batlitbangtan Sulteng

Rismawati.2018.Tingkat keterampilan petani dalam penanganan.Jurnal ILPER volume 14,


halaman 2178.

Saenong, S.2015.Teknologi benih jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sari.M.Putri,DKK.2018.Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Jagung Hibrida melalui


Aplikasi Pupuk N, P, K dan Bakteri Probiotik. Bul. Agrohorti 6 (3) : 412 –421
(2018)

Sunarti.D,DKK, 2017.Penanganan Pascapanen Jagung untuk tingkat mutu jagung, Jakarta,


22 Deember.

Taufiqur.rahman,Moh. 2017.Pengaruh Jarak Tanam Dan Galur Harapan Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Benih Jagung Hibrida (Zea mays L.). Sarjana thesis,
Universitas Brawija

19

Anda mungkin juga menyukai