INDUSTRI BENIH
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah industri benih ini
yang berjudul “Teknik Produksi Benih Jagung (Zea mays L) Hibrida Pada Instansi Balai
Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Sulawesi Tengah”
1. Dr. Ir. Fery Fahrudin Munier, M.Sc selaku kepala instansi BPTP Sulawesi Tengah,
2. Muh Afif Juradi, SP., MP. selaku peneliti benih di instansi BPTP Sulteng, dan
3. Syamsyiah gafur, MP., M.Si selaku sub.koordinator KSPP, yang telah menerima dan
menyambut kami dengan baik saat berkunjung dan melakukan wawancara di instansi
BPTP sulteng.
4. Dr. Ir. Andi Ete, M.S Selaku dosen matakuliah Industri Benih yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa, penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis sangat garapkan
demi kesempurnaan selanjutnya.
Akhir kata, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah pengetahuan pembaca, serta dapat digunakan dengan baik.
Wassalammualakum Wb Wr.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang, ......................................................................... 1
1.2 Tujuan, ...................................................................................... 3
1.3 Manfaat, .................................................................................... 3
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iv
BAB I PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar
untuk terus dikembangkan sebagai kepentingan industri pakan, dan pangan. Jagung memiliki
kandungan gizi dan vitamin yaitu 355 kalori, 9.2 g protein, 3.9 g lemak, 73.7 g karbohidat,
dan 10 mg kalsium. Tanaman jagung digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah.
Daerah tersebut diantaranya seperti Madura dan Nusa Tenggara. Selain digunakan sebagai
sumber karbohidrat, biji jagung juga bisa dibuat menjadi minyak dan bisa juga dibuat
menjadi tepung, serta tongkolnya bisa dibuat menjadi bahan baku industri. Tongkol jagung
kaya akan pentose yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural
(Taufiqur.rahman, Moh.2017).
Pemerintah telah menetapkan swasembada komoditas jagung serta mendorong
peningkatan ekspor ke luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Dalam
upaya menjaga pertumbuhan produksi maka pemerintah terus berupaya meningkatkan luas
areal pertanaman jagung melalui skema benih bantuan. Balitbangtan mendapatkan pangsa
benih mencapai 65% dari total benih bantuan pemerintah pada Tahun 2018. Dalam
operasionalisasinya, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Balitbangtan dan mitra
penerima lisensi benih jagung hibrida melaksanakan kegiatan produksi dan distribusi benih
kepada pengguna. (Aqil danR ahmi Y. A, 2016).
Peningkatan mutu benih jagung hibrida menjadi bagian dari salah satu strategi
peningkatan produktivitas jagung nasional. Dalam mendorong industri benih, penggunaan
benih bermutu merupakan salah satu aspek penting karena dapat meningkatkan efisiensi
biaya produksi serta meningkatkan produktivitas dan mutu benih. Produksi jagung yang
cukup besar membutuhkan dukungan benih bermutu dalam jumlah yang cukup. Kombinasi
benih unggul dengan varietas hibrida menjadi daya tarik bagi perusahaan benih swasta yang
berperan memperbanyak dan menyebarluaskan benih bermutu sehingga jumlah yang cukup
dapat terpenuhi. Selain itu penggunaan varietas hibrida dapat meningkatkan produktivitas
(Sari.M.Putri, DKK.2018).
1
Jagung salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis tinggi karena selain
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, jagung merupakan bahan baku
industri pakan ternak. Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan produktivitas
jagung ialah penyediaan benih bermutu dan unggul secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat
harga. Benih berkualitas dari varietas unggul nasional tidak mudah diperoleh (kurang tersedia
dipasaran) khususnya di desa yang jauh dari kota sehingga perlu dibentuk penangkaran benih
berbasis masyarakat dengan dukungan kelembagaan yang spesifik di wilayah pengembangan.
(Aqil, M dan R.Y. Arvan. 2016.)
2
1.2 Tujuan
Untuk mengatahui bagaimana cara produksi benih tanaman jagung hibrida, cara
penangana benih tanaman jagung hibrida, kemudian pelebelan benih tanaman jagung hibrida,
serta cara sertifikasih benih tanaman jagung hibrida dan cara penyebaran benih tanamanya.
1.3 Manfaat
Dapat memperluas pengatahuan kita mengenai cara produksi benih, cara penanganan
benih, cara pelabelan benih serta langkah-langkah sertifikasih benih dan cara penyebaran
benih hibrida tanaman jagung.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan salah satu masukan penting dalam kegiatan budidaya tanaman.
Oleh karena itu, program perbenihan dikembangkan di Indonesia mengingat perannya yang
penting dalam program pengembangan pertanian pada umumnya. Penggunaan benih yang
bermutu merupakan salah satu upaya dalam produksi tanaman. Penggunaan benih unggul
dalam konsep Panca Usahatani dan penggunaan benih unggul bermutu dalam konsep Sapta
Usaha Pertanian menunjukkan peran benih tidak dapat diabaikan dalam peningkatan produksi
pertanian. Bahkan, dalam program INSUS Paket D dan SUPRA INSUS, penggunaan benih
bersertifikat ditekankan untuk digunakan petani. Benih yang bermutu tidak dapat dihasilkan
tanpa melaksanakan sistem produksi yang selalu memperhatikan aspek mutu pada setiap
mata rantai produksinya (Mugnisjah.Q.Wahju,2021)
Benih bermutu tinggi dihasilkan melalui proses budidaya 'pertanaman benih' (seed
crop), pengolahan benih, penyimpanan benih, dan distribusinya yang memperhatikan masalah
mutu tersebut. Dengan mengingat bahwa kualifikasi mutu benih hanya dapat diketahui
setelah benih tersebut diuji, Bidang Teknologi Benih (Seed Technology) menjadi sangat
berperan dalam proses produksi benih yang bermutu tinggi. Untuk mencapai hal ini,
dukungan dari Ilmu Benih (Seed Science), sangat penting agar teknologi produksi benih
bermutu dapat terus berkembang. Dengan demikian, walaupun orientasi teknologi benih
adalah petani, kepentingan para produsen, pedagang dan distributor benih tidak
dikesampingkan.
Pentingnya dukungan Ilmu Benih mengundang perlunya peran suatu universitas yang
berkepentingan dengan pendidikan pertanian untuk menghasilkan lulusan yang dibekali
dengan pengetahuan tentang perbenihan secara umum dan, khususnya, mata kuliah ilmu
benih dengan kedalaman yang sesuai dengan stratum pendidikan yang ditawarkan. Oleh
karena itu, dalam kegiatan belajar ini akan dibahas pula pandangan tentang arah
pengembangan bidang Ilmu dan Teknologi Benih di suatu universitas yang relevan.
Benih dapat dibatasi secara struktural menurut batasan konvensional dan
nonkonvensional. Batasan benih secara fungsional berdimensi ekologik dan agronomik.
Teknologi benih dan ilmu benih yang berkembang saling mendukung berperan dalam
pembangunan pertanian, khususnya dalam peningkatan produksi pertanian di Indonesia.
4
Bidang Ilmu dan Teknologi Benih, sebagai suatu bidang yang masih muda,
memerlukan pengembangan terus dari para peminatnya, tidak terbatas pada ilmuwan atau
teknologiwan benih. Pengembangan Bidang Ilmu dan Teknologi Benih seyogianya
memberikan manfaat yang sebesar- besarnya baik bagi produsen benih maupun petani
pemakai benih. Peran ilmuwan dan teknologiwan benih karenanya sangat diharapkan.
Pengembangan bidang ilmu dan teknologi benih di perguruan tinggi dapat diarahkan menurut
program pendidikan yang ditawarkan, yang tercermin dalam program-program studi atau
program studi khusus atau minat, dan menurut laboratorium-laboratorium yang menekuni
bidang tersebut walaupun tidak ada program studi yang khusus menekuni benih ditawarkan.
Pengembangan bidang ini menurut program nonpendidikan dapat diarahkan melalui
pembentukan Pusat Studi Benih Tumbuhan Tropika (PSBT2) yang bernaung di bawah
lembaga penelitian yang ada di perguruan tinggi yang bersangkutan. Meskipun demikian,
pusat studi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan bidang ilmu dan
teknologi benih menurut program pendidikan perbenihan.
Baik pengembangan yang berdasarkan program pendidikan (terutama yang berupa
laboratorium) maupun yang berdasarkan program nonpendidikan (berupa pusat studi)
hendaknya menekuni aspek ilmu dan teknologi benih tumbuhan yang berbeda, masing-
masing dikhususkan untuk benih ortodoks dan benih rekalsitran. Secara fisik, fasilitas
laboratorium benih ortodoks dan laboratorium benih rekalsitran masing- masing hendaknya
menekuni benih dalam arti konvensional (hasil pembuahan bakal benih) dan benih non-
konvensional (benih artifisial hasil kultur jaringan dan benih transgenik hasil rekayasa
genetik). Dengan mempertimbangkan perkembangan teknik kultur jaringan dan rekayasa
genetika sampai saat ini, fasilitas laboratorium untuk menekuni benih nonkonvensional dapat
digabung baik untuk benih ortodoks maupun untuk benih rekalsitran.
5
2.2 Industri Perbenihan di Sulawesi Tengah
6
rangka mengawal, mengontrol, mengawasi dan membina calon-calon benih yang ada di
penangkar agar tetap dapat menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas. Beliau juga
menyampaikan apresiasi setinggi tingginya kepada BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah dan
Balitsereal Maros atas pendampingannya selama ini kepada penangkar penangkar kita yang
ada di Sulawesi Tengah (BPTP Sulteng,2019).
7
BAB III. PEMBAHASAN
8
3.1.3 Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, tanah di lubangi sedalam 2-5 cm terlebih dahulu.
Masing-masing lubang di tanami 1-2 benih. Dalam pembuatan benih hibrida ini, di gunakan
tiga tetua, dua betina dan satu jantan. Waktu tanam antara benih jantan dan betina berbeda
dikarenakan benih betina lebih cepat tumbuh daripada benih jantan.
Cara penanamanya dengan cara dituggal dengan kebutuhan benih per hektar antara
20-25 kg dengan jarak tanaman 75 cm x 20 cm, dalam 1 tanaman perlubang, hal ini
dilakuakan dalam satu lubang tanaman hanya terdapat satu tanaman karena agar tanaman
pada saat terjadinya penyerbukan tanman tidak capuran penyerbukan oleh varietas lain.
Lubang tanam ditutup dengan pupuk organik agar benih jagung yang kita tanaman mudah
untuk kecamabanya keluar dari dalam tanah.
3.1.4 Pemeliharaan
Benih yang telah ditanam perlu dirawat supaya perkembangannya lebih baik.
Perawatannya berupa pemberian pupuk, penyiangan, dan pembumbunan. Penyiangan
dilakukan seperlunya, yaitu apabila ada gulma yang tumbuh. Pembumbunan dilakukan
supaya tanaman yang telah tinggi tidak rebah dan memperbaiki drainase-aerasi tanah.
Pembumbunan biasanya dilakukan 4-5 minggu setelah tanam (Sari.M.Putri,DKK.2018).
a) Pemupukan
Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 10-14 hari setelah tanam (hst)
yaitu Urea 100-150 kg/ha + pupuk majemuk (NPKS) 300-400 kg/ha. Pemupukan
kedua dilakukan pada umur 30-35 hst dengan takaran 250- 300 kg urea/ha.
Dengan cara pemupukan di lakukan di tanam di dalam tanah daerah sekitar
tamana jagung hal in dilakuakan agar pupuk yang digunakan dapat trserap dengan
baik dalam tanaman. Adapun juga pengaplikasi pupuk pelengkap cair (PPC)
terutama yang mengandung P dan K tinggi untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman. Pemberian pupuk dapat dilakuakan berdasarkan keseimbangan antara
hara yang dibutuhkan tanaman dengan ketersediaan hara tanah.
b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali dilakukan pada saat umur tanaman 10 –
21 hari setelah tanam. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
menggunakan cara manual dengan mencabut dengan tangan atau mencangkul
kecil bisa juga dengan menggunakan herbisida saat tanaman berumur 10 – 14 hari
9
setelah tanam, jika tanaman telah berumur 20 – 30 hari sebaiknya menggunakan
herbisida kontak, yang sifatnya cepat dalam menekan pertumbuhan gulma pada
tanaman.
c) Pengairan
Pengairan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan dan curah hujan, Waktu
pengairan biasanya dilakukan kurang lebih 4 - 5 hari sekali setelah tanam sampai
umur 21 hari, seadangakan pada saat 30 hst (setelah pembubuhan) hingga
menjelang panen dilakukan dengan cara mengairi melalui saluran dengan
frekuensi 7 – 10 hari sekali pada waktu pemberian air di dihindari terjadinya
perpindahan unsur hara antara setiap petak utama, dengan cara mengalirkan pada
larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan tidak ada yang menggenang. Serta
dilakuakan skema cara pengaturan air yang baik, agar tanaman tidak tergenang
yaitu dengan pembuatan saluran drainase diantara tanaman jagung hibrida.
d) Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit tanamn jagung dilakuan mengunakan bahan
kimia pestesida, dimana pestesida yang digunakan sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang tanamn jagung. Penyakit tanamn jagung yang sering
terjadi di lahan yaitu penyakit busuk batang disebabkan oleh bakteri erwenia
stewartil yang bisa di kendalikan denag funsida Cabrio (ba.Piraklostrobin).
3.1.5 Seleksi/roguin
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan atau tanaman
yang berbeda dari rata-rata tanaman pada umumnya pada saat menjelang berbunga. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak
dikehendaki dan pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Rogium adalah menghilangnya dan membersihkan atau tanaman yang tidak
dinginkan, seperti off-type, kerdil, terserang hama penykit, tanaman yang tumbuh dari biji
sisa panen tanah sebelumnya dan tanaman yang tumbuh diluar baris. Tujauan agar didaptakan
tanaman yang seragam dan menyerbukan berasal dari benang sari tanaman tetua yang di
tentukan. Plaksanaan rogium dilakauakan pada umur 7– 15 hari hst, 25 – 45 hari hst, dan 55
– 75 dengan cara memotong pada bagian pangkal tanaman.
Rogium 1 dilakuakan tanaman yang berumur 7 – 15 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanaman jagung dengan melihat bentuk tanam dari tanaman yang satu dengan
tanaman jagung yang lain apabila terlihat varietas tanaman jagung yamg lain tumbuh.
Sepertin batang jagung yang satunya ada yang berwarna hijau dan ada juga yang batang
10
tanaman jagung yang berwanah ungu jadi kita bisa menyeleksi dengan cara melihatah
banayak varietas jagung yang batang berwarna hijau dan sedikitnya varietas tanaman jagung
yang batang berwarna ungu seperti 4:1 jadi tanaman yang kita selesi itu tanaman tidak
dominan, jadi tanaman yang dominan itu kita biarkan tumbuh dan tanaman yang tidak
dominan itu kita akan cabut dan dibuang agar tidak mecampur verietas jagung lain yang akan
di jadikan benih.
Rogium 2 dilakuakn tamanan yang berumur 32 – 35 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanaman jagung dilihat mulai dari warna batang, bentuk daun, dan bentuk lidah
daun. Apabila kita melihat suatau verietas lain dari tanaman jagung yang ditanaman berbeda
dengan varietas jagung yang kita tanam, itu akan di hilangakan atau dicabut karna dapat
mencapur verietas jagung yang akan di jadikan benih.
Rogium 3 dilakuakn tanamn yang berumur 45- 52 hari setelah tanam dengan
menyeleksi tanamn jagung denagan mengecek warana bunga betina dan jantan, bentuk
malai, posisi tongkol dan warna rambut. Apabilah kita melihat suatu verietas yang berbeda
pada varietas jagung yanng kita tanaman ada perbedaan verietas tanama jagung berbeda
dengan varietas yang ditanam itu di cabut karna merupakan varietas lain yang tidak dikendaki
dan bisa merusak varietas tanaman jagung lainya yang akan di jadikan sebagai benih jangung
kedepanya.
3.1.6 Detaselling
Detaselling/pencabutan bunga jantan pada barisan tanaman induk betina harus
dilakukan sebelum bunga jantan terbuka/muncul dari daun terakhir (daun pembungkus mulai
membuka tetapi mulai belum keluar dari gulungan daun).
Untuk mencegah agar tidak ada tanaman yang terlewatkan tidak tercabut bunga
jantannya, maka pencabutan dilakukan setiap hari selama periode berbunga biasanya pada
umur antara 45-56 hst (tergantung kondisi cuaca/iklim mikro di pertanaman). Setelah terjadi
penyerbukan umur ±70 HST, tanaman induk jantan dipangkas sehingga tidak menghasilkan.
Pemangkasan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pencampuran antara hasil F1
dengan tanaman induk jantan.
11
3.1.7 Panen
Saat panen dilakuan pemeriksaan lapisan hitam/black layer dilakukan pada saat
tanaman telah mencapai umur masak fisiologis atau beberapa bagian tanaman telah
menunjukkan warna kecoklatan dan Sampel tongkol yang diperiksa black layer nya minimal
50% disetiap barisan biji, diambil dari baris betina secara acak, dan yang mewakili
penampilan tongkol lainnya. Pengamatan black layer pada biji yang berada pada pangkal,
tengah dan ujung tongkol. Cara panen yang dilakukan yang pertama panen barisan jantan
terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran, kedu panen tongkol yang menyimpang
pada barisan betina, yang ketiga kupas kelobot dan segera prosesing.
12
putaran rendah sedang dengan kisaran putaran silinder pemipil 600-800 rpm. Dengan
kapasitas 1,4 ton jagung pipilan/jam kualitas hasil pipil yang didapatkan, biji yang pecah
mencapai 0,20%, kadar kotor 0,20%, biji tidak trpipil 0,10%. Hal ini lah yang mebuat
pengoalah benih jagung lebih memilih pemipilan yang menggunkan metode yang manual.
Setelah benih di pipil maka dilanjutkan dengan pengeringan kedua hingga kadar air benih
mencapai 12% .
Sortasi biji dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan biji berdasarkan mutu (bobot
dan kualitas benih), benih yang pecah dan busuk, campuran benda asing dan lain-lain. Sortasi
benih dilakukan dengan cara manual yaitu mengunakan penyaring yang berdiameter 7 atau 8
mm.
13
Tabel 1.1 Pengujian Benih Jagung Hibrida di Laboratorium
Sebelum benih dikemas, benih harus terlebih dahulu dilakukan pengujian kadar air
benih (KA), benih murni, kotoran benih, campuran varietas lain, benih warna lain (BWL)
serta daya berkecambah benih yang dilaksanakan pada Laboratorium Benih.
14
secara berkala setiap minggu dan pencegahan hama gudang melalui sanitasi dilakukan
minimal 3 bulan sekali. Salah satu hama utama gudang yaitu tikus. Untuk itu didinding
gudang dilapisi dengan plat aluminium.
15
Masalah yang sering dihadapi oleh BPTP dalam sertifikasi benih jagung yaitu apabila
benih jagung tersebut hasil labnya tidak sesuai dengan SOP seperti kadar air benih jagung
yang masih diatas 12% maka akan dilakukan proses pengeringan kembali hingga kadar
airnya sesuai dengan SOP dan untuk benih jagung yang tidak lulus standar SOP sama sekali
maka akan dijual kembali oleh BPTP dalam bentuk pipilan ke petani atau masyarakat dengan
harga yang murah.
Mutu benih ditentukan berdasarkan mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologi.
Mutu genetik menyangkut kontaminasi benih tanaman atau varietas lain. Untuk
meningkatkan mutu genetik diperlukan roughing di lapangan. Mutu fisik mencerminkan
tingkat kebersihan benih dari kotoran fisik yang dapat berupa tangkai-tangkai tanaman,
pecahan benih yang ukurannya kurang dari setengah besaran benih, kerikil, dan lain-lain.
Sedangkan mutu fisiologi ditentukan oleh tingkat viabilitas, termasuk daya berkecambah dan
vigor benih.
Oleh karena itu ditetapkan standardisasi dalam sertifikasi benih yang mencakup mutu
genetik, fisik, dan fisiologi yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal.
Pertanian Tanaman Pangan. Standardisasi mutu dalam program sertifikasi tersebut meliputi:
(1) persentase kotoran fisik dan kadar air yang mencerminkan mutu fisik;
(2) tingkat kemurnian benih, adanya varietas lain dan warna lain, mencerminkan mutu
genetik; dan
(3) daya tumbuh benih mencerminkan mutu fisiologinya.
16
Penyebaran benih dilakukan dengan tujuan untuk lebih menigkatkan hasil produksi
benih jagung hibrida yang unggul dan bermutu, tahan terhadap hama dan penyakit. Hal ini
dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Produksi Balitbangtan Sulteng agar masyarakat yang
bertani jagung sudah tidak ragu lagi dengan benih yang digunakan karena benih yang
digunakan sudah berlebel dan bersertifikat serta sudah teruji kemampuannya yang tahan
terhadap hama dan penyakit.
Penyebaran benih yang di lakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Produksi (BPTP)
Balitbangtan Sulteng berbasis subsidi, dilakukan dengan persyaratan masayarakat tani yang
membutuhkan benih harus terlebih dahulu mengajukan proposal permohonan bantuan benih
bersubsidi. Dan yang ke dua yaitu nonsubsidi, petani yang membutuhkan benih dapat datang
dan membelih langsung benih di Balai Pengkajian Teknologi Produksi (BPTP) Balitbangtan
Sulteng dengan harga lebih murah di bandingkan benih yang dijual di pasaran atau tokoh
pertanian.
17
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Aqil dan Rahmi Y. A, 2016.Aplikasi Model Regresi Step Wise Dalam Penentuan Hasil
Jagung Putih.Informatika Pertanian Vol 25, No 1 (2016)
Aqil, M dan R.Y. Arvan. 2016. Ketahanan Beberapa Genotipe Jagung Hibrida Umur Genjah
Terhadap Sitophilus Zeamais Motschulsky.Jurnal Agronomi Indonesia vol.47 NO 1
19