Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI BAHAN TANAM

PRODUKSI DAN SERTIFIKASI BENIH PADI

Oleh Kelompok 1

Aura Syifa Hazaq (20200210101)


Muhammad Yoghastya (20200210102)
Rohiimatul Haniifah (20200210103)
Fajar Sirojul Alim (20200210104)
Fayza Safira (20200210105)
Azzahra Putri Affandi (20200210106)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
PRODUKSI BENIH

Produksi benih pada dasarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam memperbanyak
segenggam benih dari varietas unggu menjadi benih dengan jumlah yang sesuai kebutuhan dan
mutu yang sudah ditentukan. Segenggam benih dari varietas unggul yang telah dihasilkan oleh
pemuliaan tanaman, menjadi kurang berarti manakala tidak sampai di tangan petani untuk
digunakan dalam kegiatan agronomis. Pekerjaan berat pemuliaan tanaman juga akan sia-sia
menakala benih yang sampai di tangan petani tidak memiliki mutu yang telah dihasilkan oleh
pemulia. Pentingnya produksi benih dalam program pengadaan benih, maka diperlukan teknik
produksi yang baik dengan strategi produksi yang tepat. Teknik produksi yang baik akan
diterjemahkan melalui berbagai kegiatan produksi benih yang secara umum akan masuk dalam
prinsip prinsip produksi benih. Strategi produksi benih yang tepat lebih diimplikasikan kepada
tingkat pengelolaan produksi yang efisien dan efektif. Tahapan- tahapan dalam prduksi benih
adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi benih sumber disusun berdasarkan atas informasi permintaan
pelanggan (penjualan benih sumber tahun tahun sebelumnya), persediaan produk, ketersediaan
benih SN dan ketersediaan dana. Rencana produksi disusun per musim tanam dengan
menetapkan jenis varietas, kelas benih dan luas pertanaman. produksi jenis penjenis tidak
hanya untuk varietas yang baru dilepas, varietas yang sudah komersial tetapi juga varietas yang
bersifat spesifik lokasi atau varietas yang mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit
utama.
2. Penentuan Lokasi
Lahan untuk lokasi perbenihan sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman padi varietas
yang sama. Persemaian Lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman
selain padi atau dengan cara pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi
Untuk menghasilkan benih yang memiliki mutu genetik dan fisiologis yang tinggi, faktor
kondisi lingkungan tumbuh akan sangat menentukan. Selain hal tesebut, perlu dipertimbangkan
pula aspek kemudahan akses kelokasi pertanaman, karena proses produksi benih baik kelas
BD, BP maupun BR akan memerlukan penanganan dan pengawasan yang intensif.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah lahan untuk produksi
benih merupakan lahan subur dengan irigasi teknis, serta merupakan lahan bera atau lahan
bekas pertanaman dari varietas yang sama, atau varietas lain yang karakteristik
pertumbuhannya berbeda.
Apabila dalam satu hamparan terdapat 2 atau lebih varietas yang berbeda, maka perlu diberi
isolasi, baik isolasi waktu atau isolasi jarak. Isolasi jarak minimal antar 2 angka varietas yang
berbeda adalah 2 meter (Dir. Perbenihan, 2009) atau isolasi waktu sekitar 30 hari. Isolasi waktu
dihitung berdasarkan perbedaan waktu berbunga antara varietas yang berbeda tersebut.
3. Penyiapan Benih Sumber
Untuk menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan, keaslian, asal usul benih
yang akan digunakan dalam produksi benih sangat penting untuk di perhatikan. Benih sumber
ditanam minimal harus satu kelas lebih tinggi dibandingkan kelas benih yang akan diproduksi.
Misalkan: untuk memproduksi benih kelas BD benih sumbernya harus benih pada kelas BS
(benih penjenis), sedangkan untuk memproduksi benih kelas BP minimal benih yang di tanam
haruslah benih kelas BD. Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih
disebar/disemai yang mencakup sartifikat/label benih yang berisi informasi mengenai asal
benih, nama produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu benih
(daya berkecambah, kadar air dan kemurnian fisik benih). Kebutuhan benih untuk 1 hektar
areal pertanaman beragam antara 10-20 kg.
4. Penyiapan Lahan
Lahan terbaik untuk produksi benih baik BD, BP atau BR adalah lahan yang pada musim
sebelumnya tidak ditanami padi (bera) atau lahan yang ditanami dengan varietas yang sama
pada musim sebelumnya. Apabila produksi benih terpaksa di lakukan pada lahan bekas
pertanaman padi varietas lain, maka perlu dilakukan tindakan sanitasi pada saat lahan diolah,
untuk memastikan tidak ada tanaman voluntir yang dapat menjadi sumber kontaminasi, dengan
cara berikut:
• Tanah dibajak pertama, lalu digenangi air selama 2-3 hari, setelah itu lahan dikeringkan
(air dikeluarkan dari petakan), dan diberikan selama 7-10 hari.
• Pada saat fase pengeringan 5-7 hari setelah drainase, lalukan aplikasi herbisida pasca
tumbuh.
• Setelah selesai fase pengeringan pertama, lakukan pengolahan tanah kedua (bajak II), lalu
digenangi air selama 2-3 hari, setelah itu lahan dikeringkan (air dikeluarkan dari petakan),
dan dibiarkan selama 7-10 hari.
• Lakukan pengolahan tanah ketiga (garu), ratakan, dan bersihkan sisa-sisa tanaman
(senggang, gulma).
• Bila dirasa perlu, untuk menekan pertumbuhan gulma dapat dilakukan aplikasi herbisida
pera-tumbuh minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan ajuran pemakaian herbisida
tersebut.
5. Persemaian
Kualitas lahan untuk persemaian sama pentingnya dengan kualitas lahan untuk produksi
benih. Oleh sebab itu tata cara penyiapan lahan untuk persemaian sama persis dengan tata cara
penyiapan untuk pertanaman produksi benih.
Selanjutnya, setelah di capai kondisi lahan seperti tersebut diatas maka 110 cm dengan
panjang sesuai kebutuhan. Pada umumnya luas lahan untuk persemaian adalah 4% dari luas
areal pertanaman (Las et al. 2002) atau sekitar 400 m² per hektar pertanaman. Benih sebelum
ditebar sebaiknya direndam dulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.
Benih yang telah mulai berkecambah kemudian ditabur dipersemaian dengan kerapatan
antara 0,5-1,0 kg per20 m². Pupuk yang digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP 36, dan
KCI masing-masing dengan takaran 15 g/m².
6. Tanam Bibit
Benih Padi sendiri pun juga memiliki syarat khusus pada saat penanaman
1. Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 20 kg.
2. Luas persemaian sebaiknya 400 m2 /ha (4% dari luas tanam)
3. Lebar bedengan 5 pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk
kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2
4. Tanam bibit muda <21 HSS (hari setelah sebar), sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Bibit lebih
muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya
pada daerah endemis keong mas gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun.
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada
saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem
jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi
lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem jejer tegel
5. Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm.
Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm),
pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda
yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk
baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.
7. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang baik akan dimenjamin diperolehnya tanaman yang trima dab
benih yang murni secara genetik. Pemeliharaan pertanaman untuk tujuan produksi benih
sebenernya tidak berbeda dengan pemeliharaan untuk pertanaman dengan tujuan produksi
gabah konsumsi. Pengaturan irigasi, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta
pengendalilan gulma harus dilakukan sebaik mungkin sesuai dengan anjuran untuk
mendapatkan pertanaman yang optimal.
Pemupukan sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat dengan dosis yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Untuk maksud tersebut takaran pupuk dan waktu pemupukan dapat
didasarkan atas kebutuhan tanaman (Pupuk N berdasarkan pada metode Bagan Warna Daun
(BWD), sedangkan pupuk P dan K berdasarkan hasil analisis tanah.
Pada pemupukan N dengan BWD, bila nilai pengamatan kurang dari 4 maka tanaman perlu
dipupuk dengan Urea sebanyak : (i) 50-75 kg/ha pada musim hasil rendah atau (ii) 75-100
kg/ha pada musim hasil tinggi atau (iii) 100 kg/ha pada padi hibrida dan padi tipe baru baik
pada musin hasil rendah maupun tinggi atau (iv) 50kg/ha pada padi hibrida dan padi tipe baru
bila saat malai keluar 10%.
Bila hal tersebut diatas belum dapat dilakukan, maka pemupukan dapat dilakukan sebagai
berikut:
• aplikasi bahan organik sebanyak 2-4 ton/ha,
• 1 MST (Minggu Setelah Tanam) lakukan pemupukan 80 kg Urea/ha, 100 kg SP 36 /ha, dan
100 kg KCI/ha
• MST dilakukan pemupukan Urea susulan pertama dengan 90 kg/ha dan
• 7 MST dilakukan pemupukan dengan dosis 80 kg Urea/ha dan 50 kg KCI/ha.

Pengelolaan air sebaiknya dilakukan secara intermiten dengan aturan sebagai berikut:
a. Selesai tanam-3 hari, ketinggian air dipertahankan sekitar 3 cm
b. Antara 3-10 hari, air pada petakan pertanaman dipertahankan macak-macak.
c. Fase pembentukan anakan sampai primordia bunga, lahan di genangi dengan ketinggian
air 3 cm Menjelang pemupukan pertama dilakukan drainase dan penyiangan
d. Fase primordia bunga sampai bunting, lahan digenangi air setinggi 5 cm
e. Fase bunting sampai berbunga, lahan pertanaman diairi dan dikeringkan secara periodik
yaitu: petakan diari 5 cm – didiarkan sampai kondisi sawah mengering selama 2 hari –
kemudian diairi kembali setinggi 5 cm dan seterusnya.
8. Rouging
Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik dan fisik
yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan perlu dilakukan seawal
mungkin sampai akhir pertanaman. Rouging pada dasarnya dilakukan untuk membuang
rumpung-rumpung tanamanan yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas
tanaman yang produksi benihnya.
Untuk tujuan tersebut, bila memungkinkan penanaman ‘check plot’ dengan menggunakan
benih outentik sangat disarankan. Pertanaman ‘check plot’ digunakan sebagai referensi / acuan
di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam
berbagai fase pertumbuhan.

9. Panen
Sebelum panen dimulai, beberapa alat/perlengkapan panen seperti sabit/pisau, alat
perontok (thresher), keranjang atau karung, tempat/alat pengeringan (lantai jemur, tikar, mesin
pengering) perlu dipersiapkan dan di periksa kebersihannya, sehingga tidak menjadi sumber
kontaniasi benih. Jumlah peralatan yang akan dipersiapkan disesuaikan dengan jenis varietas
dan luas pertanaman yang akan dipanen.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa sebelum panen dimulai harus dipastikan diareal yang
akan dipanen tidak ada sisa / malai yang tertinggal dari pertanaman yang dibuang selama proses
rouging; terutama saat rouging terakhir (satu minggu sebelum panen).
Pada produksi benih, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (1) potong tengah batang padi
dan kemudian dirontok dengan menggunakan thresher atau (2) memotong pangkal batang
tanaman dengan sabit dan kemudian dirontok dengan cara digebot atau diiles. Benih hasil
panen di masukan kedalam karung dengan diberi label (nama varietas, tanggal panen, blok
pertanaman dari mana benih tersebut berasal).
SERTIFIKASI BENIH PADI

Pada proses sertifikasi benih padi, terdapat beberapa prosedur yang harus dipenuhi
untuk kelayakan sertifikasi benih padi itu sendiri. Adapun prosedur tersebut sebagai berikut

1) Persiapan dan persyaratan


• Penangkar / produsen mengajukan permohonan paling lambat 10 hari sebelum
hambur yang dilampiri keterangan / label benih sumber yang digunakan dan
peta lokasi.
• Benih yang hendak digunakan tidak kadaluarsa dengan kelas yang lebih tinggi
dari yang akan diproduksi.
• Areal penangkaran jelas batas- batasnya dan terpisah dari pertanaman varietas
lain dengan jarak minimal 3 meter (isolasi jarak) atau dengan mengatur waktu
tanam sehingga saat berbunga tidak bersamaan (isolasi waktu ).
2) Pemeriksaan lapangan

Tujuan pemeriksaan lapangan antara lain :

• Menilai kemurnian genetik.


• Menilai sumber kontaminasi yang terdiri dari campuran varietas lain (CVL) dan
tipe simpang.
• Menilai kesehaan benih dan OPT yang ditularkan melalui benih.
• Memberikan rekomendasi untuk pencapaian persyaratan produksi benih
bersertifikat.

Tahapan pemeriksaan lapangan terdiri atas :

• Pemeriksaan lapanan pendahuluan

- Dilakukan setelah permohonan dinyatakan memenuhi syarat pada saat


sebelum tanam.

- Hal yang diperiksa kebenaran nama, alamat,areal,sejarah,lapangan, batas areal


dan kebenaran benih sumber

• Pemeriksaan lapangan pertama :

- Dilakukan pada fase vegetatif (kurang lebih 30 hari setelah tanam) dan apabila
belum lulus, dapat diulangi setelah dilakukan seleksi (kurang lebih 1 minggu
setelah pemeriksaan sebalumnya).

- Hal yang diperiksa : tipe pertumbuhan, warna ( helai daun, lidah daun, telinga
daun ), lebar daun, warna pangkal daun.

• Pemeriksaan lapangan kedua :


- Dilakukan pada fase generatif (berbunga) atau pada saat malai tesembul 80 %.

- Hal yang diperiksa untuk malai, (leher malai, bentuk gabah, bulu gabah, warna
gabah, warna ujung gabah, dan sudut daun berdera.)

- Apabila belum lulus maka dapat diulangi.

• Pemeriksaan lapangan ketiga :

- Dilakukan pada fase masak atau dua minggi menjelang masa panen.

- Hal yang diperiksa (bentuk malai, leher malai, bentuk gabah, warna gabah,
warna ujung gabah, dan sudut daun bendera).

• Pelaksanaan pemeriksaan lapangan :

- Jumlah contoh pemeriksaan sampai dengan 2 Ha minimal 5 contoh dan diatas


2 Ha ditentukan dengan rumus berikut :

X = Y+8 / (per) 2

X = jumlah contoh pemeriksaan

Y = luas areal penangkaran

- Peritungan CVL

% CVL = X / (per) Y x 1 / (per) 400 x 100 %

X = jumlah campuran varietas lain / (per) tipe simpang

Y = jumlah contoh pemeriksaan

• Pemeriksaan peralatan dan pengawasan panen :

- Dilakukan untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dipanen


terhindar dari kontaminasi varietas lain sehingga kemurniannya dapat dijamin.

- Hal yang diperiksa meliputi : sket/peta dan batas areal yang akan dipanen, alat/
atau perlengkapan panen.

- Empat baris dari tepi areal tidak dipanen untuk benih.

• Pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan hasil :

- Dilakukan untuk menjamin agar peralatan prossesing, pengolahan, lantai


jemur dan tempat penyimpanan benih terhindar dari kemungkinan terjadinya
pencampuran.
- Tempat pengolahan dan tempat penampungan tidak terdapat benih lain selain
benih yang akan disertifikasi.

- Identitas kelompok benih seperti jenis/varietas, nomor kelompok, asal


lapangan, tonase harus ada dan terpelihara setiap saat.

- Wadah/tempat benih diatur sedemikian rupa sehingga julah benih dapat


dihitung dengan tepat.

• Pengambilan contoh benih :

- Dilakukan dengan mengambil contoh dalam jumlah yang sesuai untuk


pengujian dan mempunyai susunan komponen yang terwakili dari kelompok
benihnya.

- Contoh diambil dari kelompok benih yang jelas sejarah pembentukan


kelompoknya, jumlah dan identitas jelas, serta mutu yang seragam atau sejenis
(homogen).

- Pengambilan contoh hanya satu kali kecuali dalam keadaan tertentu (kotoran
benih yang tinggi, kadar air yang tinggi, daya tumbuh rendah akibat masih
dormansi).

- Contoh diambil dengan atau secara acak dari semua sudut.

• Pemberian sertifikat :

Sertifikat benih dapat diberikan terhadap suatu kelompok benih yang telah
memenuhi semua persuratan setiap pemeriksaan/pengujian.

• Pemasangan label :

- Label dipasang pada setiap wadah benih yang mudah terlihat.

- Produsen benih mengajukan permintaan nomor seri label setelah laporan


lengkap hasil pengujian diterima.

- Label diisi berdasarkan hasil pengujian dan dilegalisir oleh BPSBTPH.

- Pengawas benih melakukan pengawasan terhadap kebenaran label beserta


pemasangannya.
KRITERIA BENIH BERMUTU

Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektifitas dan


efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu
dari data (label) daya kecambah dan nilai kemurniannya. Secara fisik, ciri-ciri benih bermutu
adalah.

1. benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti potongnan tangkai, biji-bijian lain, debu,
dan krikil
2. benih murni, tidak tercampur dengan varietas lain
3. warna benih terang dan tidak kusam,
4. benih mulus, tidak bebercak, kulit itdak terkelupas,
5. sehat, bernas, tidak keriput, ukurannya normal dan seragam,
6. daya tumbuh lebih dari 80%,
7. kadar air kurang dari 13%.

Untuk menghasilkan benih bermutu (bersertifikat) minimum melibatkan dua aspek penting,
yakni prinsip genetik dan prinsip agronomik. Prinsip genetik adalah pengendalian mutu benih
internal yang dilaksanakan produsen benih agar kemunduran genetik tidak terjadi dan benih
yang dihasilkan memiliki mutu genetik (kemurnian) yang tinggi. Prinsip agronomik adalah
tindakan budidaya produksi agar benih yang dihasilkan dapat maksimum, baik dalam kuantitas
maupun kualitas (terutama mutu fisik dan mutu fisiologis benih).
Usaha produksi atau penangkaran benih bertujuan untuk menghasilkan benih sebanyak-
banyaknya dengan mutu yang memenuhi syarat sertifikasi benih. Untuk menghasilkan benih
bersertifikat, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
1. Persyaratan lahan produksi benih, yaitu lahan subur, cukup tersedia air, bersih dan
bebas dari varietas lain;
2. Benih sumber atau benih yang akan digunakan untuk memproduksi benih bermutu
tinggi dan jelas asal usulnya dan berasal dari kelas yang lebih tinggi;
3. Isolasi waktu dan jarak, merupakan tindakan perlindungan terhadap pertanaman benih
dari penyerbukan silang oleh varietas lain, baik dari dalam maupun sekitar lahan
produksi;
4. Teknik budidaya produksi benih;
5. Roguing, bertujuan untuk menjaga kemurnian benih;
6. Pemanenan;
7. Pengolahan benih; dan
8. Penyimpanan benih.
PELAKSANAAN SERTIFIKASI

Sertifikasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu melalui pengawasan pertanaman


dan/atau uji laboratorium, diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman, melalui sistim manajemen
mutu, diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM), dan terhadap produk
benih, diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro). Sertifikasi yang
dilaksanakan kelompok tani melalui pengawasan pertanaman dan uji laboratorium berdasarkan
Peraturan Dirjen Tanaman Pangan Nomor 1 tahun 2009 dengan prosedur sebagai berkut :
1. Permohonan sertifikasi
Pengajuan permohonan sertifikasi kepada BPSB dilakukan paling lambat satu bulan
sebelum tanam dengan mengisi formulir. Formulir isian mencakup nama dan alamat
pemohon (penangkar), letak areal, asal benih sumber, rencana penanaman, sejarah
lapangan, dan isolasi yang dilakukan. Setelah diisi, formulirkan diserahkan dengan
melampirkan label benih (kelas dan benih sumber) yang akan digunakan dan denah
situasi lapangan.
2. Pemeriksaan lapang pendahuluan
Penangkar menyampaikan pemberitahuan siap untuk diperiksa lapang pendahuluan
kepada BPSB paling lambat 10 hari sebelum tanam atau 7 hari sebelum pemeriksaan
lapang. Pada pemeriksaan ini, BPSB akan menguji kebenaran data lapangan yang
diajukan penangkar. Jika data lapangan menunjukkan kesesuaian maka lahan
penangkaran tersebut telah syah dinyatakan sebagai lahan produksi benih bersertifikat.
3. Pemeriksaan pertanaman
Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada fase-fase pertumbuhan tertentu sehingga
diperoleh kepastian bahwa pertanaman tersebut bebas dari tanaman voluntir (tanaman
yang berasal dari sisa tanaman sebelumnya), tipe simpang, dan terhindar dari
penyerbukan yang tidak diinginkan. Permohonan pemeriksaan diajukan kepada BPSB
paling lambat 7 hari sebelum pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan dari BPSB,
penangkar benih sebaiknya melakukan roguing. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan
tidak lulus, maka penangkar diwajibkan melakukan roguing ulang, dan selanjutnya
melakukan.pemeriksaan ulangan. Pemeriksaan ulang hanya satu kali. Apabila pada
pemeriksaan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar yang berlaku, maka
sertifikasinya tidak bisa dilanjutkan
4. Pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan
benih
Maksud pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat
pengolahan benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan
dipanen/diolah/ disimpan terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga
kemurnian varietasnya dapat dijamin. Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas benih
sebelum digunakan
5. Pengambilan contoh benih dan pengujian laboratorium
Contoh benih untuk pengujian laboratorium hanya dapat diambil dari kelompok benih
yang sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam
mutunya (homogen)
6. Pemberian sertifikat benih bina
Kelompok benih yang memenuhi semua persyaratan pada setiap tahapan pemeriksaan
akan dikeluarkan suatu laporan lengkap hasil pengujian benih bina yang merupakan
benih bersertifikat untuk kelompok benih yang bersangkutan.
Tersedianya benih bermutu dalam waktu dan jumlah yang tepat serta harga yang
terjangkau menjadi salah satu faktor pendukung bagi upaya pengembangan perbenihan.
Oleh karena itu, perlu mendapatkan dukungan berbagai pihak untuk tercapainya
penyediaan benih bermutu dan bersertifikat yang memadai secara nasional.
KESIMPULAN

Produksi benih pada dasarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


memperbanyak segenggam benih dari varietas unggu menjadi benih dengan jumlah yang sesuai
kebutuhan dan mutu yang sudah ditentukan. Pentingnya produksi benih dalam program
pengadaan benih, maka diperlukan teknik produksi yang baik dengan strategi produksi yang
tepat. Teknik produksi yang baik akan diterjemahkan melalui berbagai kegiatan produksi benih
yang secara umum akan masuk dalam prinsip prinsip produksi benih. Dalam proses
produksinya, benih dasar, benih pokok, dan benih sebar tetap mempertahankan identitas
maupun kemurnian varietas dan memenuhi standar peraturan produksi benih. Pada dasarnya
usaha produksi benih atau sertifikasi benih bertujuan untuk menghasilkan benih sebanyak
mungkin yang memenuhi persyaratan sertifikasi benih.
DAFTAR PUSTAKA

Amat Cemalcemil. (2014). PROSES PRODUKSI BENIH PADI. SLIDEPLAYER.


https://slideplayer.info/slide/1985938/
BBPADI. (2016, December 16). BBPADI - Teknik Produksi Benih Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi. https://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-
berita/info-teknologi/teknik-produksi-benih-padi
BPPSDMP. (2020). Proses Sertifikasi Benih Padi. Cyber Extension.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/96110/Proses-Sertifikasi-Benih-
Padi/
Mulsanti, I. W., Wahyuni, S., & Sembiring, H. (2014). Hasil Padi dari empat kelas benih yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai