Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

INOVASI PERTANIAN

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Rohiimatul Haniifah
20200210103
2. Fayza Safira 20200210105
3. Arya Dwi Saputra 20200210129
4. Intan Meysa Putri 20200210150

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Inovasi Pertanian perkotaan ketika dunia butuh lebih banyak sumber pangan, di tengah
krisis politik, ekonomi, dan sosial tahun 60-an, di sanalah revolusi hijau muncul sebagai
penyelamat. Sejarah dunia mencatat akselerasi produksi dan distribusi pangan pada era tersebut
(1960-2000), terutama komoditas biji-bijian seperti beras dan gandum. Kombinasi upaya
intensifikasi pertanian masif melalui digenjotnya investasi, ekspansi area dan mekanisasi
pertanian, serta aplikasi pupuk sintetis dan varietas bibit unggul (high yielding varieties, HVY)
dilakukan demi mendongkrak produksi pangan dunia (Evenson and Gollin, 2003; Shiva, 1993).
Ekspansi lahan pertanian yang dilakukan selama era revolusi hijau semakin menggerus area
hijau dan daerah resapan. Sampai dengan tahun 2005, tercatat ada 41 negara tropis dunia yang
mengalami deforestasi akut karena praktik konversi lahan secara masif (DeFries et al, 2010)

Kualitas tanah pun merosot akibat penggunaan penggunaan pupuk sintetis dan pestisida
berlebihan. Demikian pula dengan cadangan air tanah, menipis akibat eksploitasi pertanian,
meskipun puncak revolusi hijau tersebut telah berlalu, berbagai inovasi pertanian terus
dikembangkan manusia untuk mengimbangi kecepatan populasi mengimbangi kecepatan
urbanisasi, sejak tahun 2010, muncullah harapan akan sumber produksi pangan baru yang
cukup menjanjikan.

Pengembangan sistem pertanian perkotaan inovatif (innovative urban farming) mulai


marak secara global, perkawinan inovasi teknologi pertanian terkini dengan optimalisasi area
urban melahirkan praktik-praktik urban farming skala kecil (sebagai lifestyle baru), skala
medium (kebun pangan komunitas), hingga skala komersial (pabrik sayuran di tengah kota),
sebut saja misalnya, inovasi teknik pertanian dalam ruang (indoor farming), pertanian vertikal,
pertanian tanpa tanah (hidroponik, aeroponik, aquaponik), hingga pertanian presisi yang
melibatkan automatisasi mutakhir. Secara umum sistem pertanian perkotaan ini dipandang
lebih ramah lingkungan. Inovasinya membuat aspek perawatan dan sumber daya yang dipakai
menjadi minimalis, namun menghasilkan panen yang maksimalis di tingkat global, 2010
menandai munculnya industri pertanian perkotaan inovatif di beberapa negara di dunia
(Armanda, et al., 2019).

Luasan daerah pertanian perkotaan semakin meningkat khususnya di negara-negara


maju, Namun yang paling menjanjikan adalah optimasi lahan vertikal untuk perluasan
pertanian perkotaan. Selain itu, lahan pertanian perkotaan juga bisa memanfaatkan area rooftop
gedung, bangunan yang terbengkalai, atau ruang bawah tanah. Sehingga tidak memakan
banyak lahan terbuka seperti halnya pertanian konvensional.

Dari berbagai potensi di atas dapat disimpulkan bahwa kombinasi pertanian perkotaan
inovatif dalam berbagai skala praktik (kecil, menengah, maupun komersial) mampu
mendukung tiga dimensi ketahanan pangan, yakni ketersediaan pangan, akses pangan, dan
pemanfaatan pangan. Pertanian skala kecil dan menengah mampu memproduksi sejumlah
sayuran untuk pasar lokal, sedangkan pertanian skala medium dan komersial dapat
dikembangkan untuk melengkapi pemenuhan kebutuhan nasional atau bahkan global.

B. Tujuan

Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas


pertanian, mengingat bahwa peningkatan produksi melalui perluasan lahan (ekstensifikasi)
sulit diterapkan di Indonesia, di tengah-tengah konversi lahan pertanian produktif ke non
pertanian semakin meluas.
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Indonesia memiliki banyak kota-kota besar yang tersebar diseluruh provinsi.


Bangunan-bangunan megah dan menjulang tinggi yang menjadi ciri khas dari sebuah kota.
Masyarakat perkotaan terus bertambah seiring angka kelahiran yang meledak. Migrasi
penduduk juga menjadi faktor lain dalam penambahan populasi masyarakat diperkotaan.
Luasnya lahan diperkotaan tidak membantu dalam bidang pertanian karena akan dialokasikan
dalam pembangunan kota.

Setiap tahun, lahan kosong untuk kegiatan bertani semakin merosot karena besarnya
dampak dari bangunan-bangunan kota. Hal ini menyebabkan jumlah petani di Indonesia
semakin berkurang akibat hilangnya lahan pertanian. Namun, kita harus mencermati
permasalahan tersebut dengan menghadirkan solusi baru. Urban farming merupakan teknik
pertanian di perkotaan dan dapat dijadikan solusi bagi permasalahan tersebut.

Urban farming merupakan teknik pertanian yang cocok diterapkan di area perkotaan.
Memanfaatkan area yang ada dan tidak memerlukan area yang luas menjadi salah satu
keunikan dari konsep pertanian ini. Pemakaian urban farming sebenarnya sudah banyak di
kota-kota besar di luar negeri, namun di Indonesia sendiri masih sedikit dan banyak yang belum
mengetahui teknik pertanian ini. Urban farming cocok diterapkan dalam penanaman berbagai
jenis sayuran seperti sawi, brokoli, selada, bawang, wortel, kentang, dan semua jenis sayuran
yang ada.

Wall Grdening dengan metode Vertikultur merupakan salah satu Urban Farming.
Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam secara vertikal dengan menyusun tanaman dari
bawah ke atas. Teknik vertikultur sangat cocok diterapkan dalam area yang sempit dan tidak
terlalu luas. Sebenarnya, teknik ini sama dengan penanaman konvensional pada umumnya
yaitu memakai tanah sebagai media tanamnya. Peletakan secara vertikal yang membedakan
teknik vertikultur dengan teknik pertanian konvensional lainnya. Wadah media tanam dapat
digunakan dari bahan yang mudah ditemui seperti botol yang sudah tidak (botol bekas), pipa
paralon, pot, polybag atau wadah yang lainnya.
Vertikultur Vertikultur : sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
B. Kelebihan dan Kekurangan

Sebenarnya ada banyak kelebihan dari Taman Vertikal ini. Mari kita bahas beberapa kelebihannya:

1. Sarana ruang hijau untuk menghasilkan oksigen. Seperti kita tahu, tanaman adalah penghasil
oksigen dan menyerap karbondioksida. Dengan kadar oksigen yang memadai maka hunian
Anda akan bertambah sejuk.
2. Mengurangi polusi udara di dalam rumah. Beberapa jenis tanaman bahkan dapat menyerap
polusi udara di dalam hunian Anda sehingga udara menjadi lebih bersih.
3. Menghemat penggunaan lahan. Karena diletakkan secara vertikal, maka ruangan horizontal
yang diperlukan menjadi sangat hemat. Bahkan area tersebut dapat dijadikan ruang duduk.
4. Dapat dipindahkan jika sang penghuni memutuskan untuk pindah rumah. Tidak seperti taman
horizontal yang tidak dapat dipindahkan begitu saja, taman vertikal dapat dipindahkan
dengan lebih mudah tanpa perlu menggali tanah dan memindahkannya ke dalam pot.
5. Mempercantik ruangan dan mendukung desain interior sebuah ruangan. Dengan dinding yang
bernuansa hijau akan menambah keindahan ruangan tersebut.
6. Dapat dijadikan sarana tumbuh tanaman obat sehingga dapat menjadi apotik hidup. Dengan
menanam tanaman obat, maka kita memiliki sendiri apotik hidup di dalam hunian Anda.
7. Dapat dijadikan sarana tumbuh tanaman konsumsi. Selada dan daun ginseng adalah sayuran
yang cukup banyak ditanam dalam Taman Vertikal. Lumayan kan, saat panen Anda
mendapatkan sayuran sebagai lalapan ataupun bahan utama salad. Kelebihannya dapat Anda
jual juga ke teman-teman Anda.

Jika kita hanya membahas kelebihannya, sepertinya kurang adil. Kita perlu juga membahas
kekurangannya supaya seimbang dan adil.

Kekurangan Taman Vertikal:

1. Memerlukan perencanaan yang baik, jika penyusunannya asal saja maka akan terlihat
berantakan dan malahan mengganggu keindahan rumah Anda.
2. Biaya yang diperlukan untuk membangun taman vertikal lebih tinggi dibandingkan taman
horizontal atau taman konvensional. Penyebabnya ada di poin berikutnya.
3. Memerlukan perangkat khusus. Perangkat khusus seperti kerangka penyangga, sistem irigasi,
maupun sistem penyiraman diperlukan untuk merawat tanaman dalam Taman Vertikal Anda.
Saat ini banyak ide untuk menekan biaya dengan mendaur ulang botol plastic dan pipa PVC
menjadi wadah media tanamnya. Walaupun begitu, biayanya belum bisa lebih murah dari
taman konvensional.
4. Memerlukan keahlian khusus. Anda perlu belajar mengenai sistem bercocoktanam di Taman
Vertikal. Apalagi yang menggunakan sistem hidroponik, perlu waktu untuk mempelajarinya,
karena tingkat keasaman (pH) air sebagai bahan utama perlu dijaga.
5. Perlu komitmen dari Anda untuk merawatnya, kalau tidak taman vertikal akan cepat kering
ataupun layu. Seperti semua taman pada umumnya, perlu komitmen dari Anda untuk
mempelajari sistemnya, cara bercocoktanam yang sesuai jenis tanamannya dan komitmen
untuk merawatnya. Taman Vertikal lebih cepat kering jika sistem irigasinya terhenti. Cepat
layu jika terlalu banyak air yang digunakan.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menciptakan ruang hijau alami yang menyenangkan Efisien penggunaan lahan


Biodiversitas dilahan sempit Mudah dibuat dan dipelihara Wadah vertikultur (model, bahan,
ukuran) sangat banyak disesuaikan dengan kondisi dan keingginan. bambu,pipa paralon, kleng
bekas, karung beras dll Tanaman untuk vertikultur: mempunyai nilai ekonomi tinggi, berumur
pendek, berakar pendek (selada,kangkung, bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat ,
pare, kacang panjang, timun dan sayuran daun lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

A.P, G. (2011). Teknologi Vertical Garden : Sustainable Design atau Hanya Sebuah Trend dalam Urban Life Style
? . Seminar Nasional , 583.

Fatchiya, A. (2016). Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian dan Hubungannya. Jurnal Penyuluhan,
September.

Mayasari, K. (2014, September 4). Indah Taman Agro Inovasi BPTP Jakarta. Retrieved from Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta:
https://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/4-
berita/info-aktual/387-indahnya-taman-agro-inovasi-bptp-jakarta

Lukmanul, A. (2021). URBAN FARMING METODE TEKNOLOGI DAN INOVASI BARU PADA PERTANIAN
PERKOTAAN (Urban Farming Technology and Methods New Innovations in Urban Agriculture). SSRN
Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3782290

Anda mungkin juga menyukai