Anda di halaman 1dari 3

1.

Pendahuluan
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh
nenek moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang
dapat menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan
sistem konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu,
kemudian menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Tentu saja ini
bukan lah kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman
modern seperti saat ini (Marlina, dkk, 2015).
Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih
terkontrol dan terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah ada
sejak dahulu yaitu sistem hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah. Tanah yang sejatinya merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat
digantikan dengan media inert, seperti pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll.
Di daerah dengan lahan yang tidak produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan
pertanian yang dapat dikembangkan dengan baik. Pertanian hidroponik mampu
memberikan hasil produksi dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual
tanaman tersebut (Satya, dkk, 2017).
Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari
tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran
hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media
tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman (Izzuddin, 2016).
Menurut Sari, dkk (2017), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman
yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman
diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi
dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di
mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan
tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang
diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk
menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik menjawab permasalahan terbatasnya lahan pertanian dan lahan yang
kurang produktif. Dengan menerapkan sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan
yang tidak produktif pun dapat dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi
permasalahan karena hidroponik dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun.
Perbedaan mendasar antara hidroponik dengan sistem tanam konvensional adalah tempat
tanamnya, yang mana hidroponik tidak ditanam di tanah melainkan menggunakan media
inert, seperti: arang sekam, serbuk kayu, kerikil, pasir, dll (Sastro, 2016).
Hidroponik dilakukan dengan menggunakan wadah tanam seperti: ember,
polybag, gelas plastik dan untuk kasus lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada
di pasaran atau pun rakitan sendiri. Sistem hidroponik sering diidentikkan dengan
budidaya di dalam greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya
budidaya hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk
memudahkan perawatan dan pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta
melindungi dari terpaan hujan/angin dan masuknya hama dari luar. U ntuk skala
hobi/rumahan, tidak perlu membuat greenhouse untuk melakukan b udidaya hidroponik
(Roidah, 2014).
Kelebihan sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal
musim, membuat kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita,
bahkan kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar
akan sayuran hidroponik. Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang
tahun (Syawaliddin, 2016).
Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik
adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan
irigasi yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air tanaman.
Pemberian nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor tersebut dapat
dipenuhi dengan baik, maka kegiatan hidroponik dapat berjalan dengan baik dan panen
sepanjang tahun yang diharapkan dapat diwujudkan (Anas, 2013).
Secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah: a) Untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat kelurahan Jagabaya 3 terkhusus para ibu rumah
tangga, b) Untuk memanfaatkan limbah botol plastic dengan baik agar tidak mencemari
lingkungan, c) untuk memanfaatkan lahan sempit pada perumahan perkotaan guna
bercocok tanam dengan memanfaatkan limbah plastic dengan system hidroponik d)
Untuk memberikan edukasi mengenai pemanfaatan lahan sempit untuk bercocok tanam
menggunakan media air sebagai pengganti media tanah yang sebagaimana biasa dipakai
untuk berococok tanam.

Daftar pustaka

Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor: IPB
Press.

Izzuddin, A. (2016). Wirausaha Santri Berbasis Budidaya Tanaman Hidroponik.Jurnal


Pengabdian Masyarakat/DIMAS, 12(2), 351-366.

Marlina, I., Triyono, S., & Tusi, A. (2015). Pengaruh Media Tanam Granul dari Tanah
Liat Terhadap Pertumbuhan Sayuran Hidroponik Sistem Sumbu. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung, 2(4), 143-150

Roidah, I.S. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Jurnal
Universitas Tulungagung BONOROWO, 1(2), 43-50.

Satya, T.M, Tejaningrum, A., & Hanifah. (2017). Manajemen Usaha Budidaya
Hidroponik. Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas, 1(2), 53-57.

Sastro, Y., & Rokhmah, N.A. (2016). Hidroponik Sayuran di Perkotaan. Jakarta. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta.

Syawaluddin, W, & Harahap, I.S. (2016). Pengaruh Perbandingan Jenis Larutan


Hidroponik Dan Mediatanam Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Produksi Tanaman
Sawi (Brassica Juncea. L) Drif Irrigation System. Jurnal Agrohita, 1(1), 38-53.

Sari, D.M., Prasetyo, Y., & Kurniawan, A. (2017). Metode Konversi Sampah Plastik
Berupa Botol Plastik Bekas Melalui Budidaya Toga dengan Sistem Vertikultur yang
Ramah Lingkungan. Gontor AGROTECH Science Journal, 3(2), 85-98.

Anda mungkin juga menyukai