Disusun oleh :
Dr. Surayanah
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian hidroponik
Ditinjau dari segi bahasa, kata hidroponik berasal dari bahasa yunani, yaitu Hydro = air, dan
ponos = daya/kerja. Dengan demikian, hidroponik adalah air yang bekerja atau berdaya. ini
berubah menjadi budi daya. Jadi, hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau
pengelolaan air sebagai media tumbuh tanam menggunakan unsur hara mineral yang
dibutuhkan dari nutrisi yang dilarutkan dalam air ( Andre, 2019 )
Budidaya dengan sistem hidroponik telah dikenal dan dikembangkan secara komersial pada
awal tahun 1900-an di Amerika Serikat (Douglas 1985). Di Indonesia, kultur hidroponik
telah mulai mendapat perhatian masyarakat dan berkembang sejak tahun delapan puluhan,
yang dimulai oleh beberapa pengusaha di daerah perkotaan. Dalam monografi ini akan
dikemukakan tentang sistem hidroponik beserta prinsip-prinsip teknik hidroponik dan
gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (Balitsa). (Rosliani dan Sumarni, 2005)
Hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil
yang baik dan seragam sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan
perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan
meramu bahan kimia serta investasi. (Siswandi dan Yuwono T, 2013)
Sistem hidroponik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan cara pemberian
nutrisi. NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique) dan wicks merupakan
contoh sistem hidroponik yang sederhana, mudah dibuat, dan minim mengakibatkan
pembusukan tanaman (Sari E, dkk 2016).
Sistem NFT merupakan sistem yang paling populer dibanding sistem hidroponik yang lain,
tanaman tumbuh pada aliran tipis yang menyerupai lapisan film (2-3 mm), larutan nutrisi
tersirkulasi dengan pompa air sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
oksigen (Chadirin, 2001).
Sistem DFT merupakan salah satu sistem hidroponik yang menggunakan air Tanaman
dibudidayakan diatas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-10 cm secara terus
menerus yang tersirkulasi melewati daerah perakaran menggunakan pompa air (Lingga,
2002).
Sistem wicks merupakan sistem hidroponik sederhana dan murah, pada sistem ini media
tanam dan larutan nutrisi terpisah sehingga menggunakan prinsip kapilaritas air untuk
menaikkan larutan nutrisi ke bagian akar tanaman/media tanam (Tintondp, 2016)
B. Media Tanam Hidroponik
Media tanam hidroponik adalah suatu media yang terbuat dari material atau bahan selain
tanah yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman. Beberapa
kriteria yang harus dimiliki agar tanaman hidroponik dapat tumbuh dengan baik. ( Susilawati,
2019 )
1. Media harus mampu untuk menyimpan kandungan air, sehingga tanaman memperoleh
nutrisi yang cukup darikan dungan air yang tersimpan pada media.
2. Media memiliki struktur yang gembur, subur dan bisa menyerap air dengan baik.
3. Memiliki kandungan garam yang rendah.
4. Tidak mudah berubah bentuk atau tidak mudah untuk menjadi kering saat suhu yang
ada di ruangan berubah.
5. Tidak memiliki hama atau penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
6. Media memiliki kandungan kapur atau unsur kalsium
Macam-macam Media Tanam
Diantara media tanam yang bisa digunakan :
1. Media Arang sekam
Arang sekam adalah arang yang terbuat dari sekam. Selain padi, sekam juga dihasil-
kan oleh tanaman jagung dan gandum. Jadi, arang sekam adalah sekam padi kering
yang dibakar sampai menjadi arang (Arie, 2010 )
2. Media Cocopeat
Cocopeat atau sabut kelapa merupakan media tanam organik yang cukup bagus
digunakan dalam sistem hidroponik, sabut kelapa memiliki daya serap yang tinggi,
kemampuannya mengikat atau menyimpan air sangat kuat sehingga cocok dipakai di
daerah panas. ( Teguh, 2015 )
3. Media Spons
spons, yaitu bahan atau alat yang biasa digunakan untuk mencuci piring atau
membersihkan kaca jendela. Pertumbuhan tanaman lebih prima jika menggunakan
spons. Spons juga bisa menyimpan air sampai 2 minggu, ditambah daya tahannya
terhadap jamur. Selain itu, sifat spons yang ringan dan mudah dipindahkan serta
ditempatkan di mana pun membuat media ini menjadi pilihan banyak orang. ( Imelda,
2010 )
4. Media Rockwool
Media tanam hidroponik lainnya adalah rockwool atau mineral wool. Media ini
tergolong bahan anorganik, sehingga tidak mudah melapuk serta tidak mengandung
benih hama dan penyakit. Media ini juga bahannya kecil dan ringan, tetapi mam- pu
menyimpan air dalam jumlah yang cukup banyak. Rockwool juga memiliki rongga
udara yang sangat banyak, sehingga akar tanaman bisa bernapas dengan sangat baik. (
Slamet, 2013 )
MENTODE PENELITIAN
b. Alat
1) Talang air 4 buah
2) Pompa air
3) Tandon air
4) TDS
5) Ph meter
6) Pipa paralon
7) Stopkran
8) Kayu
9) Knee paralon
10) T paralon
11) Tutup Talang
B. Jadwal Kegiatan
Rosliani, R., Sumarni, N. 2005. Budidaya tanaman sayuran dengan sistem hidroponik.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Del Rosario, A. Dafrosa, and P.J.A. Santos. 1990. Hydroponic culture of crops in the
Philippines: Problems and prospect. International Seminar on Hydroponic Culture of High
Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta
Andre, S. 2019. Buku Pintar Hidroponik. Penerbit Lakasana. Yogyakarta
Arie W. Purwanto, Budi Daya Ex-Situ Nependhtes; Kantong Semar nan Eksotis (Yogyakarta:
Kanisius, 2010),
Slamet Budiarto, Inspirasi Desain dan Cara Membuat Vertical Garden (Jakarta: AgroMedia
Pustaka, 2013)
Susanto,Teguh . Rahasia Sukses Budi Daya Tanam Dengan Metode Hidroponik. ( Depok :
Bibit Publisher. 2015 )
Imelda Akmal Architecture Writer, Seri Rumah Ide Indoor Pot Plant (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010)
Siswandi. dan Yuwono T. 2013. Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media Tanam
Secara Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian. Vol. 11. No. 1
Sari, E. Kitty, Y. dan Dwiranti A. 2016 Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (Nft)
Dan Wick Pada Penanaman Bayam Merah. Surya Octagon Interdisciplinary Journal of
Technology. Maret 2016. 223-225.
Chadirin, Y. 2001. Teknologi Hidroponik II. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik untuk
Pengembangan Agribisnis Perkotaan. CREATA - IPB. Dahara Prize.
Lingga, P. 2002. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta
Tintondp. 2016. Hidroponik Wick System cara praktis pasti panen. Agromedia. Cinajur. hal
2,4 dan 5
Rancangan Anggaran Dana
Untuk tutupnya, potong satu talang menjadi 3 bagian seperti gambar diatas. Kemudian
buat lubang tanam menggunakan bor dan holesaw. Jarak tanam saya buat 20 cm dari titik
tengah atau pusat lubang tanam. Tandai jarak tanam tiap 20 cm, kemudian baru bor pada
masing-masing titik.
2. Membuat Guli NFT
Tiga talang yang tersisa digunakan sebagai guli. Potong ruas pertama talang
menggunakan cutter pada bagian yang tumpul. Ruas pertama ini akan digunakan sebagai
penopang tutup. Ruas pertama talang yang telah dipotong kemudian ditempelkan dengan
lem PVC pada bagian dalam talang. Penopang tutup ditempelkan dengan jarak 5 cm dari
dasar talang. Gunakan penjepit kertas pada saat menempelkan ruas pertama ke talang
bagian dalam, tunggu hingga lem kering baru lepaskan penjepit kertas.
3. Merangkai Saluran Air Nutrisi NFT
Setelah proses membuat guli NFT dan tutupnya selesai, maka langkah selanjutnya adalah
merangkai guli tersebut dengan saluran air nutrisi hidroponik.
Rak yang dipergunakan terbuat dari kayu dengan satu layer saja agar pencahayaan yang
dibutuhkan tanaman dapat optimal.
Susun guli diatas rak dengan kemiringan 5%, kemudian ikatkan dengan kabel ties.
Siapkan bak penampung nutrisi hidroponik, pompa aquarium kapasitas 2 meter dan
selang air. Hubungkan selang air dengan pompa, lalu ujung lainnya hubungkan dengan
pipa pvc 1/2'. Pipa ini merupakan saluran inlet air nutrisi hidroponik. Pipa 1/2' dipasangi
selang PE, pilih warna hitam. Cara memasangnya adalah dengan melubangi pipa pvc
sebesar ukuran selang PE, lalu beli lem pvc disisi selang pvc. Nutrisi dialirkan dengan
pompa melalui selang, kemudian masuk ke pipa pvc 1/2' lalu masuk ke selang PE dan
masuk ke guli, karena guli ditempatkan miring maka air akan terus mengalir menuju
outlet yang ditampung oleh talang lalu dibuang ke bak penampungan lalu air akan
kembali lagi dipompa menuju guli secara terus-menerus selama 24 jam.