TOPIK KHUSUS I
Oleh :
Angga Prasetyo
NIM A1H014010
pertanian semakin sempit. Di sisi lain kebutuhan akan hasil pertanian semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu perlu
dan kompetitif atau daya saing. Konsekuensi dari kondisi tersebut menuntut
Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi
secara kontinyu adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Saat ini, teknologi
produksi sayuran, bunga potong, dan tanaman hias. Secara umum hidroponik
dalam green house untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal
dan terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim, dan
lainlain. Umumnya teknik hidroponik digunakan untuk menanam tanaman
seperti bayam, kangkung, slada, caisim, kalian, paprika, cabai, dan lain-lain. Dan
didalam green house karena antara green house dan hidroponik dapat saling
B. Tujuan
Sistem.
Hydroponic Sistem.
Hydroponic Sistem.
lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik
tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponic
Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk berdiri
tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril),
sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam
media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut
dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite atau tanpa media agregat (hanya
air). Yang paling penting dalam menggunakan media tanam tersebut harus bersih
4. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.
12. Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat
13. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan
rusak.
14. Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi disbanding dengan penanama
ditanah.
15. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas,
bertahan hidup apabila kekurangan air. Tanaman akan layu jika kekurangan air
dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang tanaman akan mati. Kebutuhan
air tanaman pada sistem hidroponik tetap terjaga karena air merupakan satu-
satunya pengangkut makanan dari ujung akar sampai ke seluruh bagian tanaman.
Makanan dapat berupa unsur hara makro dan hara mikro yang diramu dalam
Kedua unsur hara makro dan mikro pada tanaman yang ditanam dalam
tanah tersebut telah tersedia di dalam tanah. Pupuk yang biasa diberikan hanya
sebagai penambah jumlahnya saja, lain halnya dalam bertanam secara hidroponik,
Pupuk hidroponik harus mengandung unsur hara lengkap dan takaran masing-
kultur larutan nutrisi (Suhardiyanto, 2009). Kultur media tidak menggunakan air
sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah (Lingga, 2002). Sebaliknya pada kultur larutan nutrisi,
sehingga akar tanaman tumbuh di dalam larutan nutrisi atau di udara. Hidroponik
rakit apung termasuk kedalam kelompok hidroponik larutan diam. Hal ini
lebih efisien (minimalis sistem) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk
dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk
Pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang mengandung unsur makro dan mikro
didalamnya. Setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan banyaknya unsur hara
yang dikandungnya, serta setiap jenis dan umur tanaman berbeda dalam jumlah
Hydroponics Sistem).
dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan
dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun
anorganik. Pemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman.
Ketersediaan nutrisi yang berbentuk cair membuat tanaman dapat menyerap unsur
hara dengan baik. Ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada
menyatakan bahwa pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada
hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana
(1980) di Arizona dan Massantini (1976) Italy. Floating hidroponic sistem (FHS)
sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang sterofoam yang mengapung
di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem
Teknik hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada suatu
rakit yang dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi dengan akar
sedalam kurang lebih 30 cm. Pada sterofoam diberi lubang tanam dan bibit
bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan
larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka
yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam
yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan
untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang
dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk
mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja) (Falah, 2006).
Selain harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan
perkembangan tanaman.
resistensi pada larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang
memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat diketahui dengan
2005).
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk
optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar
perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman dapat
1. Bunga bungaan
a. Anthurium scherzerianum
banyak digemari oleh orang di Eropa dan Amerika. Karena tumbuhnya tetap
kecil mungil dengan seludang bunga aneh sekali bentuk jantung yang merah
b. Hibiscus rosa-sinensis
dari Asia ini banyak digemari oleh orang karena bunganya yang bertangkai
c. Opuntia nigrican
Kaktus pipih dari familia Cactaceae berasal dari Amerika Selatan ini
digemari orang karena bentuk batangnya yang pipih hijau tua, dapat
merah merona.
2. Semak Hiasan
a. Aglaonema pictum
Tanaman familia Araceae yang terkenal sebagai Sri Rejeki ini berasal
dari bumi asia tropika kita sendiri. Tanamannya pendek berbentuk semak
berbercakbercak putih atau abuabu pada sisi atasnya, dan hijau muda
b. Aloe mitriformis
Sejenis lidah buaya dari familia Liliaceae, yang berbeda dengan jenis
lidah buaya tulen, Aloe vera. Kalau jenis yang akhirakhir ini ditanam oleh
c. Iresine herbstii
merah. Tetapi diantaranya juga ada yang berwarna hijau muda biasa dengan
a. Araucaria cunninghamii
Ki Damar, Agathis alba kita yang terkenal sebagai pohon besar untuk kebun
pekarangan yang luas. Cemara ini berasal dari Nortfolk, dekat Australia.
seluruh batang.
b. Chamaedorea elegans
Palm kerdil berbatang satu dari familia Palmae berasal dari Kolumbia
dulu dikenal sebagai Neanthe bella. Daunnya yang berbentuk pita lebar
c.Cycas revoluta
Pohon pakis dari familia Cycadaceae berasal dari Cina dan Jepang
dan terkenal sebagai Sikas Jepang ini mempunyai batang yang besar, lebar,
bersirip tunggal berwarna hijau tua. Sirip daun ini begitu rapat dan makin ke
pemakaman.
a. Broccoli
Cruciferae ini berasal dari daerah sekitar Laut Tengah. Bentuknya mirip
seperti kol bunga (putih) yang biasa masyarakat masak sop, tetapi kepala
bunganya yang terdiri dari sejumlah kuntum bunga kecil bertangkai pendek
b. Paprika
Paprika ini sejenis cabai hijau, Capsicumannuum dari familia
saat ini, tetapi menyimpang bentuk buahnya. Tidak panjang lonjong, tetapi
panjang lebar dan sebesar sawo manila. Bentuknya tidak bulat lonjong,
c. Tomat
udara sejuk di lingkungan yang kering. Hal ini berarti tanaman tomat tidak
tahan terhadap udara panas serta tidak tahan terhadap air hujan.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Bak penampung
2. Sterofoam
3. A + B Mix
4. Arang sekam
5. Benih tanaman
6. EC meter
7. PH meter
8. Penggaris
9. Net pot
11. Air
12. Tampah
B. Prosedur Praktikum
2. Menyemai benih pada tampah yang sudah terisi dengan pasir malang, berikan
air secukupnya.
3. Setelah 2 minggu, lakukan pindah tanam kedalam net pot yang sudah berisi
arang sekam.
penampung.
A. Hasil
(FHS), kami merakit sebuah instalasi FHS dan menyemai bibit. Instalasi FHS
yang dibuat terdiri dari bahan: bak penampung, sterofoam, dan net pot. Alat yang
Dalam praktikum ini juga disediakan tanah malang, nampan, dan bibit slada
merah untuk disemaikan dan ditanam di instalasi FHS yang dibuat pada
paraktikum ini. Kenampakan bahan dari instalasi yang dibuat dan bentuk
1. Net pot
Net pot berfungsi sebagai tempat tumbuh bibit pada metode hidroponik
2. Intalasi FHS
1
2
Keterangan :
1 = Bak penampung
2 = Sterofoam
3 = Net pot
Pada gambar 2 merupakan instalasi yang dibuat pada saat praktikum yang
terdiri dari bahan bak penampung, sterofoam, dan net pot. Bak penampung
berfungsi untuk tempat menampung nutrisi dan tempat untuk mrnggantung bagi
tanaman. Sterofoam berfungsi untuk menyokong dan tempat untuk meletakkan net
pot, sterofoam juga berfungsi dalam membuat tanaman mengapung di atas larutan
nutrisi. Sterofoam harus diukur sesuai dengan ukuran bak penampung dan deberi
lubang sesuai ukuran net pot dan jumlah lubang serta jarak antar lubang sesuai
cutter.
1
2
3
Keterangan:
1 = Nampan
menggunakan media ini, pada saat tanaman mulai tumbuh dan tiba waktunya
untuk dipindahkan maka proses pemindahannya akan lebih mudah karena tanaman
yang telah disemaikan di pasir malang lebih mudah diambil dari pada
B. Pembahasan
sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang sterofoam yang mengapung
di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem
lubang sterofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu
bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam
larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980) di
hanya menggunakan prinsip penggenangan. Akar tanaman diberi genangan air dan
tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan
lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal
ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi
rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas
karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik
(mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi
saja). Tanaman ditancapkan pada lubang dalam sterofoam dengan bantuan busa
(agar tanaman tetap tegak) serta ditambahkan penyangga tanaman dengan tali.
pemakaian lapisan sterofoam tahan lama biasanya dilapisi oleh plastik mulsa.
cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini ditujukan agar
otomatisasi dalam FHS tidak berbeda jauh dengan cara untuk pot culture sistem.
yaitu:
1. Aeroponik
Aeroponik yaitu teknik bertanam dengan menggantungkan tanaman
diudara, jadi akar dari tanaman terlihat jelas menggantung diudara. Dalam
teknik ini tidak terdapat sirkulasi nutrisi karena nutrisi disemprotkan ke akar
tanaman dalam bentuk kabut dengan bantuan nozzle. Nutrise yang telah
jarum/drip dan nutrisi tidak kembali ke bak penampungan. Sistem drip ada dua
jenis yaitu:
a. sistem drip tersikulasi.
Dalam sistem drip tersikulasi nutrient yang telah di dripkan
sedikit. Sistem drip ini mempunyai pipa atau lubang pada bagian bawah
tempat tanaman tumbuh untuk keluarnya nutrient yang berlebih atau yang
tanaman tidak berlebih dalam memperoleh nutrisi, nutisi tidak terbuang, dan
nutrisi karena nutisi yang telah disemprotkan tidak digunakan lagi. Dalam
sistem ini pemberian nutrisi juga akan mengenai daun dan batang tanaman.
Keterangan :
1 = Bak penampung
2 = Sterofoam
3 = Net pot
Dalam sistem hidroponik FHS yang kami buat menggunakan sistem irigasi
tergenang, dimana lauratan nutrisi tidak akan tersikulasi atau tetap berada di bak
penampung. instalasi yang dibuat teridiri dari bahan bak penampung, sterofoam,
dan net pot. Bak penampung berfungsi untuk tempat menampung nutrisi dan
dan tempat untuk meletakkan net pot, sterofoam juga berfungsi dalam membuat
tanaman mengapung di atas larutan nutrisi. Net pot berfungsi sebagai tempat
tumbuh bibit pada metode hidroponik FHS yang sebelumnya telah disemaikan.
Instalasi yang kami buat mempunyai 12 lubang untuk meletakkan net pot sebagai
tempat tumbuh tanaman yang telah terlebih dahulu disemaikan. Dalam
perencanaan pada saat praktikum instalasi ini akan ditanami tanaman slada merah.
tanaman yang ditanam pada instalasi Floating Hydroponic Sistem cukup baik
karena air dan nutisi selalu tersedia.Untuk panjang dan kokohnya batang tanaman
lebih dipengaruhi 3 hal yaitu adanya cahaya, zat pengatur tumbuh dan Nutria.
1. Penggaris
Gambar 5. Penggaris
Sumber: https://diyasjournal.wordpress.com/2011/02/12/pintu-kekunci-dan-kunci-
di-dalam-mudah-ini-solusinya/
2. Spidol
Digunakan untuk menandai atau menggambar pola pemotongan pada
sterofoam.
Gambar 6. Spidol
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=spidol&client=ms-android
samsung&prmd=inv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjE15nhPDQ
AhWETLwKHUe2CLUQ_AUIBygB&biw=360&bih=560#imgrc=ksQP1ENcHF7
DEM%3A
3. Cutter
Digunakan utuk memotong sterofoaam mengikuti pola yang telah dibuat.
Gambar 7. Cutter
Sumber: https://diyasjournal.wordpress.com/2011/02/12/pintu-kekunci-dan-kunci-
di-dalam-mudah-ini-solusinya/
diletakkan ditempat yang gelap maka tanaman akan lebih panjang dan tidak kokoh
jadi tanaman akan bergerak kearah datangnya cahaya. Tanaman yang kekurangan
cahaya akan menunjukkan gejala etiolasi yaitu gejala dari tanaman untuk
memperpanjang batang hal ini ada kaitannya dengan peningkatan auksin yang
bekerja secara sinergis dengan GA3. Sedangkan nutrisi dan ketersediaan air
tinggi tanaman tetapi pengaruh itu sangat komplek karena ukuran daun yang lebih
untuk mendapatkan cahaya bagi daun-daun bawah semakin besar dan keadaan ini
tanaman akan oksigen, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan. Jika dalam
tanaman dari bak penampng agar tanaman memperoleh oksigen. Jika tanaman
Metode Floating Hydroponic Sistem jika dilihat dari segi ekonomi, sistem
FHS ini merupakan sistem hidroponik yang baik. Instalasi FHS cukup sederhana
Harga dari komponen FHS seperti sterofoam, Net pot, bak penampung, dan lain-
lain memiliki harga yang murah sehingga bagi masyarakat yang ingin bertani
hidroponik tapi memunyai dana sediki metode FHS ini sangat cocok.
Metode Floating Hydroponic Sistem jika dilihat dari segi lingkungan, sistem
FHS tidak memerlukan tanah untuk tumbuh dan tidak dipengarui fakor tanah
sehingga sistem FHS tetap dapat dilakukan didaerah yang memiliki tanah yang
tidak subur. Metode hidroponik ini fleksibel artinya jika kita dapat bercocok
tanam dengan FHS di dalam ruangan ataupun di dalam green house dengan
catatan harus ada sisnar matahari yang cukup, hal ini membuat tanaman terhindar
dari kerusakan akibat angin kencang dan hujan. Dengan bertani menggunakan
metode FHS dapat mengurangi pencemaran tanah karena pemberian pupuk yang
Bercocok dengan FHS biasanya dilakukan di green house atau di dalam ruangan
yang cukup cahaya sehingga kotoran-kotoran dari udara atau polusi yang
menempel ke tanaman lebih sedikit. Hal ini mebua tanaman yang ditanam dengan
metode FHS lebih bersih dan menyehatkan. Namun, sistem sirkulasi yang
tergenang dalam jangka waktu yang lama akan memicu tumbuhnya lumut dan jika
sterofoa yang digunakan tidak terlalu rapat dihawatirkan bak penampung air
instalasi dimana jumlah lubang tanaman dan jumlah tanaman yang ditanam
tanaman. Instalasi akan semakin baik jika dalam instalasi terdapat aerator yang
dengan baik. Besar kecilnya instalasi harus berpedoman kepada apa yang akan
ditanam. Jika jenis tanaaman yang dapat tmbuh besar sebaiknya ukuran instalasi
juga besar.
berbeda antara luas alas bak penampungan dan bagian atas bak penampungan.
5. Kesulitan dalam pemuatan lubang, hal ini terjadi karena tidak adanya alat yang
pas dalam membuat lubang sehingga lubang yang dihasilkan tidak teratur
diameternya.
6. Kurang memperhatikan jarak anatara lubang satu dengan lubang lainnya
atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam
resistensi pada larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang
Hidayati, 2005).
4. Suhu dan pH merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan
pada tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi
dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan
B. Saran
Untuk dapat mengetahui pengaruh FHS terhadap pertumbuhan tanaman
perlu dilakukan pengamatan, sehingga dapat dilihat pengaruh dari FHS terhadap
Siswadi dan Teguh Yuwono, 2013, Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai
Media Tanam Secara Hidroponik. Jurnal Innofarm Vol. II, No. 1, 44-50.