PENDAHULUAN
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh
petani. Petani telah terbiasa melakukan sistem konvensional dalam bertani, yaitu
dengan mengolah lahan terlebih dahulu, kemudian menunggu hujan turun adalah
waktuyang tepat untuk menanam. Tentu saja ini bukanlah kegiatan yang efektif jika
dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman modern seperti saat ini.
terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah ada sejak
dahulu yaitu sistem hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa
dapat digantikan dengan media inert, seperti pasir, arang sekam, rockwool, kapas,
mempergunakan media selain tanah seperti arang sekam, pasir, dan serbuk sabut
kelapa yang steril. Teknik hidroponik ini sampai sekarang masih digunakan untuk
mengusahakan sayuran dan buah yang bernilai jual tinggi conntohnya tomat.
Salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek yang
cerah adalah tanaman tomat. Tanaman tomat merupakan sayuran bergizi tinggi
1
yang mempunyai banyak kegunaan untuk dikonsumsi. Buah tomat selain sebagai
buah segar yang langsung dapat dimakan, dapat juga dijadikan sebagai bahan
penyedap masakan dan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan,
misalnya untuk minuman sari buah tomat, jus tomat, saus tomat, sup dan
bubur. Buah tomat juga dimanfaatkan untuk mencegah dan mengobati berbagai
dermatitis, bibir menjadi merah dan radang lidah. Karena kandungan tomat yang
sangat bermanfaat dan tingkat permintaannya yang tinggi namun tidak diimbangi
1.3 Manfaat
tomat?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumatera), tomat, ranti (Jawa), kemantes (Sulawesi); dan nama asing tomato
(Inggris) dan tomate (Jerman). Tomat termasuk genus Lycopersicon dari keluarga
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Tanaman tomat yang banyak beredar di masnyarakat terdiri dari dua subgenus
yang berbeda. Sub genus tersebut adalah Eulycpersicon yang mempunyai buah
berwarna merah dan enak untuk dimakan dan Eripersicon mempunyai buah yang
berwarna hijau (Pracaya, 1998). Berdasarkan dua karakteristik tadi buah tomat
Eulycpersicon dimanfaatkan untuk olahan jus atau manisan karena rasanya yang
3
lebih enak. Sebaliknya, Marga dari Eriopersicon lebih sering dimanfaatkan untuk
sayur.
tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Jika
ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean
yang merupakan bagian dari negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru.
Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma.
penyebaran yang cukup luas, yaitu di dataran tinggi (≥ 700 m dpl), dataran medium
tinggi (450 - 699 m dpl), dataran medium rendah (200 - 499 m dpl), dan dataran
2.2. Hidroponik
untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai
tempat menanam tanaman. Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata
hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja. Jadi definisi hidroponik adalah
pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan
tempat akar tanaman mengambil unsur hara yang diperlukan. Umumnya media tanam
yang digunakan bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil,
4
Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya
merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang
terhadap alam dapat dikendalikan. Rekayasa faktor lingkungan yang paling menonjol
pada hidroponik adalah dalam hal penyediaan nutrisi yang diperlukan tanaman dalam
jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan sinar
pertumbuhannya, perlu dibangun greenhouse yang berfungsi untuk mengatur suhu dan
rumah tangga maupun skala industri. Menurut Hudoro (2003) keuntungan hidroponik
1. Tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga bertanam dengan cara hidroponik
2. Kebutuhan air, unsur hara, maupun sinar matahari dapat diatur menurut jenis
elektrik.
5. Pada lahan yang relatif sama dapat ditanam lebih dari satu tanaman.
7. Media tertentu dapat dipakai berulang kali, seperti pecahan batu bata, perlit dan
5
8. Tidak diperlukan perlakuan khusus seperti penggemburan tanah karena media
dua, yaitu hidroponik sistem terbuka dan hidroponik sistem tetutup. Pada hidroponik
sistem terbuka, larutan nutrisi dialirkan ke daerah perakaran tanaman dan kelebihannya
dibiarkan hilang. Sedangkan hidroponik sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang
hidroponik sistem tertutup, kandungan unsur-unsur hara dalam larutan nutrisi akan
Menurut Chadirin (2007) hidroponik juga dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan
6
BAB III
PEMBAHASAN
menggunakan larutan hara dengan atau tanpa penambahan media inert seperti pasir,
rockwool, atau arang sekam. Pada teknik ini, hara disediakan dalam bentuk larutan
hara, mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar
dengan meramu sendiri berbagai garam kimia, cara ini memerlukan keterampilan
dan pengetahuan khusus. Pencarian komposisi yang paling baik untuk tiap jenis
tanaman khususnya tomat masih terus dilakukan, mengingat tiap jenis tanaman
penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya dosis unsur hara yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang terlalu rendah, pengaruh larutan hara
tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi selain boros juga akan
tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat (Wijayani, 2000 dan Marschner, 1986).
dibandingkan secara konvensional. Hasil panen yang dapat diperoleh dari sistem
hidroponik yaitu lima sampai sepuluh kali lipat lebih banyak daripada hasil panen
ini diperkuat oleh Smith (2005), yang menyatakan bahwa tomat yang dihasilkan
7
dengan sistem hidroponik sebesar 55,6 kg m-2 dengan total grade A sebesar 95%.
Sedangkan tomat yang dihasilkan secara konvensional sebesar 5,9 kg m-2 dengan
total grade A sebesar 80%. Oleh karena itu, menurut Indriasti (2013) menanam
sayuran buah secara hidroponik lebih menguntungkan karena mutu produk yang
dihasilkan lebih berkualitas dan aman dari residu pestisida dan bahan kimia.
konvensional. Oleh karena itu, sistem budidaya ini perlu dipelajari lebih lanjut
lebih tinggi, serangan hama dan penyakit berkurang, dan hasil panen yang kontinyu.
2 pemakaian pupuk yang digunakan lebih efisien. Metode kerja yang digunakan
lebih memudahkan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja kebun yang lebih
harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara
mikro seperti Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara dapat menggunakan pupuk
hidroponik yang tersedia atau mencampur berbagai macam pupuk (Lingga, 1999).
Salah satu nutrisi yang umum digunakan dalam sistem budidaya hidroponik adalah
AB Mix. Nutrisi AB Mix merupakan pupuk yang terdiri atas dua kemasan berbeda.
8
Kemasan pertama merupakan “pupuk A” yang secara umum berisi unsur hara
makro. Kemasan lainnya merupakan “pupuk B” yang secara umum berisi unsur
hara mikro. Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan
secara terus-menerus sehingga tidak ada air yang menggenang dan tidak ada unsur
mengetahui kesesuaian larutan terhadap larutan unsur hara dalam air dan kebutuhan
unsur hara bagi tanaman. Nilai EC menunjukkan jumlah konsentrasi ion di dalam
air. Menurut Puspitasari (2011), jika kepekatan larutan nutrisi dengan EC terlalu
tinggi, maka tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh.
Aliran hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Menurut Prita et al. (2013), semakin
besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan juga berpengaruh
9
Metode hidroponik yang dapat digunakan salah satunya yaitu metode
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porous selain tanah yang dialiri
oksigen secara cukup. Substrat adalah dapat menyerap dan menghantarkan air,
tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk.
Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung unsur hara
mineral. Fungsi utama substrat adalah menjaga kelembaban, dapat menyimpan air,
Unsur hara pada budidaya tanaman tomat secara hidroponik diberikan dalam
bentuk larutan nutrisi. Nutrisi yang diberikan berupa larutan nutrisi AB Mix yang
terdiri atas dua kelompok, yaitu stok A dan stok B (Tabel 2). Wardhani dan Widodo
(2003) menyatakan tanaman dengan hara AB Mix menghasilkan bobot panen dan
bobot buah layak konsumsi lebih tinggi daripada hara dengan pupuk majemuk
Nutrisi AB Mix berupa kristal yang harus dilarutkan dengan air. Nutrisi yang
dilarutkan tidak dapat langsung diberikan pada tanaman, karena larutan 14 masih
10
pekat, sehingga nutrisi pekat harus ditambahkan air sesuai dengan kebutuhan agar
dapat diberikan pada tanaman. Larutan diaduk menggunakan mesin pompa dengan
sistem back wash, yaitu mesin pompa akan menyedot air yang ada dalam drum,
air. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaplikasian nutrisi ke tanaman adalah
dan buah. Larutan nutrisi diberikan dengan cara dialirkan melalui sistem irigasi.
Sistem ini mengalirkan nutrisi secara terus-menerus sehingga tidak ada air yang
menggenang dan tidak ada unsur hara yang mengendap. Larutan nutrisi yang
Kebutuhan volume nutrisi dan EC tanaman tomat mulai dari tahap nursery
sampai pada tahap produksi berbeda berdasarkan umur tanaman. Kebutuhan nutrisi
tinggi nilai EC maka semakin banyak unsur hara yang terkandung di dalam larutan
11
nutrisi yang diartikan bahwa kemampuan larutan nutrisi dalam menghantarkan ion-
liter stok A ditambah 10 liter stok B untuk dilarutkan dalam 2.000 liter air. Apabila
konsentrasi larutan memiliki nilai EC terlalu tinggi, maka untuk menurunkan nilai
EC dengan ditambah air. Larutan nutrisi yang tepat komposisi dan tepat cara
aplikasi akan menghasilkan kuantitas dan kualitas tomat yang baik. Agar
Penggunaan nilai EC dan volume nutrisi tanaman tomat cherry pada masa
generatif mengalami penurunan sebelum topping dilakukan. Hal ini diduga menjadi
salah satu penyebab ukuran buah tomat menurun baik dari segi bobot, panjang atau
12
diameter buah. Selama masa pengisian buah, tanaman membutuhkan EC dan
volume nutrisi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan pembentukan buah.
diantaranya juga terjadi karena perubahan cuaca, apabila cuaca mendung atau hujan
volume penyiraman dikurangi sekitar 50 ml seperti pada tanaman tomat beef saat
umur tanaman 17 MST volume nutrisi yang diberikan kurang 50 ml dari standar
tomat dengan sistem hidroponik perlu dipertahankan pada 1,5–2,0 mS cm-1 pada
tahap pembibitan dan 2,5–3,5 mS cm-1 pada tahap produksi dengan EC yang
berbeda sesuai tahap perkembangan tanaman. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Rosadi at al. (2014), yang menunjukkan bahwa nilai EC tanaman tomat
(famili Solanaceae) sebesar 3,4 mS cm-1 pada umur 15–25 MST, 2,8 mS cm-1 pada
umur 27–29 MST, dan 2,2 mS cm-1 pada umur 31–33 MST.
Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan kondisi cuaca, jenis
dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis media yang digunakan.
Cuaca mendung atau hujan (evaporasi kurang) volume dan frekuensi penyiraman
dikurangi karena efek terhadap media menjadi terlalu basah sehingga akar tidak
bisa tumbuh dengan baik. Kondisi yang sesuai untuk tanaman adalah berimbang
13
antara air, udara, pupuk dan media tanam. Sebaliknya apabila cuaca panas
(evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak
(Gunawan, 2009).
tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, dan biaya operasional tidak terlalu
besar. Kekurangannya adalah populasi tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya hidroponik substrat terdiri
Media yang digunakan dalam hidroponik subtrat antara lain pasir, serbuk
gergaji, atau arang sekam. Media tersebut dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen
serta mendukung akar tanaman sehingga dapat berfungsi seperti tanah. Media
tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat
menyebabkan patogen bagi tanaman. Media yang baik bersifat ringan dan dapat
tergantung dari ukuran partikel, bentuk, dan porositasnya. Semakin kecil ukuran
partikel, semakin besar luas permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula
kemampuan menahan air. Arang sekam mempunyai karakteristik ringan dan kasar
sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam
sehingga aerasi dan drainasenya baik, hal ini juga mempermudah pergerakan akar
14
Pendayagunaan sumberdaya sintesis seperti media tanam untuk hidroponik
membuktikan peningkatan hasil tomat (Duriat, 1997). Media tanam yang baik
bersifat porus dan ringan. Tujuanya agar akar tanaman tidak mudah rusak, mampu
menjaga kelembaban dan menyimpan air. Arang sekam (kulit gabah) yang
air (Zulfitri, 2005). Media tanam itu sendiri berfungsi sebagai penopang akar dan
Apabila ditanam pada sembarang substrat untuk waktu yang lama, ada
substrat tersebut. Oleh karena itu, setiap mengganti tanaman baru harus dilakukan
sterilisasi substrat dahulu seperti dengan penguapan atau dengan bahan kimia.
Menurut Supriati dan Herliana (2014), pada media tanam substrat, cara pembuatan
arang sekam dapat disangrai atau dibakar. Proses tersebut menunjukkan adanya
sterilisasi karena dengan suhu yang tinggi benih penyakit yang tersisa akan mati.
Apabila bibit ditanam pada media sekam yang baru, maka media tidak perlu
disterilisasi lagi karena mikroba telah hilang sewaktu pembakaran selama proses
tujuan agar media tanam tidak terkontaminasi oleh jamur ataupun bakteri dalam
tanah. Sterilisasi media dengan cara disangrai dan mengalirkan uap panas ke dalam
media tanam merupakan cara yang banyak digunakan. Sterilisasi dengan bahan
kimia dilakukan apabila media tanam digunakan kembali pada musim tanam
15
bahan kimia tertentu yang akan meracuni bibit hama dan penyakit yang masuk ke
dalam media tanam. Bahan kimia yang digunakan antara lain Dithane M-45
tanaman, dan faktor iklim. Substrat yang permukaannya kasar dan bentuknya
teratur perlu disiram lebih sering dibanding yang bentuknya tidak teratur, porous,
hanya satu kali dalam satu arah melalui daerah perakaran, larutan nutrisi dialirkan
hidroponik sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang diberikan, ditampung dan
larutan nutrisi dengan irigasi tetes (drip irrigation) merupakan sistem terbuka.
Larutan nutrisi pada sistem ini diberikan dengan meneteskannya pada daerah
terdiri atas peralatan pompa, tangki pupuk, pipa-pipa distribusi, filter, pengatur
tekanan hingga emiter yang dipasang di ujung saluran. Air dari bak penampungan
dialirkan ke tangki pupuk untuk dicampur dengan nutrisi yang diperlukan tanaman,
setelah itu larutan nutrisi dipompakan keluar melewati beberapa lapisan filter
16
sebelum masuk ke pipa-pipa distribusi utama, yang selanjutnya masuk pipa-pipa
yakni :
5. tidak tergantung musim atau waktu tanam dan panen bisa diatur sesuai
kebutuhan pasar
kimia.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro berarti air dan ponous
diperoleh dari sistem hidroponik yaitu lima sampai sepuluh kali lipat lebih
18
4.2. Saran
Informasi tentang penyakit bercak abu-abu pada stoberi lebih dipahami agar
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Lingga P. 2007. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Maboko M.M. and Plooy C.P.D. 2009. Comparative performance of tomato on
soilless vs in-soil production systems. Acta Hort. 843: 319-323.
Peet, M.M, M. Bartholemew. 1986. Effect of night temperature on pollen
characteristic, growth, and fruit set in tomato. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 12(3):
514-519.
Poerwanto S. dan Susila A.D. 2014. Teknologi Hortikultura. IPB Press, Bogor.
Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Priono S.H. 2013. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan stek
batang tanaman ara (Ficus carica L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prita P.F., Koesriharti, Sunaryo. 2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro (Fe
dan Cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair terhadap pertumbuhan
dan hasil bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dengan sistem hidroponik
rakit apung. J. Prod. Tanaman. 1(3): 48-58.
Purwati, E. dan Khairunisa, 2007, Budi Daya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Depok.
Puspitasari D.Y., Aini N. dan Koesriharti. 2014. Respon dua varietas tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh
Naphthalene Acetic Acid (NAA). J. Prod. Tanaman. 2(7): 566-575.
Roidah, I.S. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (2) : 43-50.
Rosadi R.A., Senge M., Suhandy D. and Tusi A. 2014. The effect of ec levels of
nutrient solution on the growth, yield, and quality of tomatoes (Solanum
lycopersicum) under the hydroponic system. J. of Agricultural Engineering
and Biotechnology. 2(1): 7-12.
Siswadi. 2008. Berbagai formulasi nutrisi pada sistem hidroponik. J. inov. pertanian
7(1): 103-110.
Smith G. 2005. Overview of the australian protected cropping industry.
www.ahga.org.au. 8 Mei 2019.
Sundstrom, A.C., (1982), “Simple Hydroponics for Australian Home Gardeners”,
Melbourne
Supriati Y. dan Herlina E. 2014. 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Penebar Swadaya,
Jakarta.
21
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Institut pertanian Bogor.
Bogor.
Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wardhani A.K. dan Widodo W.D. 2003. Pemanfaatan pupuk majemuk sebagai
sumber hara budidaya tomat secara hidroponik. Bul. Agron. 31(1): 15-20. 56
Wijayani A. dan Widodo W. 2005. Usaha meningkatkan kualitas beberapa varietas
tomat dengan sistem budidaya hidroponik. J. Ilmu Pertanian. 12(1): 77-83.
Wijayani, A., (2000), “Budi daya Paprika secara Piroponik: Pengaruhnya terhadap
Serapan Nitrogen dalam Buah”, Agrivet, vol. 4, pp. 60–65.
Wuryaningsih, Muharam dan Rusyadi. 2008. Tanggapan tiga kultivar mawar
terhadap media tumbuh tanpa tanah. J.Hort. 13(1): 28-40.
Zulfitri. 2005. Analisis varietas dan polybag terhadap pertumbuhan dan hasil cabai
(Capsicum annum l.) sistem hidroponik. Buletin Penelitian 8.
22