Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidroponik merupakan salah satu teknik pertanian modren yang sering terdengar
dalam dunia pertanian khususnya dalam ruanglingkup Fakultas Pertanian, namun
praktikum atau pembelajaran tentang hidroponik masih kurang sehingga menimbulkan
inisiatif bagi penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan tentang hidroponik
sayuran untuk menambah wawasan tentang teknik bercocok tanam. Selain itu sayuran
merupakan salah satu tanaman pangan penting bagi ketahanan pangan nasional.
Tanaman ini memiliki karagaman yang luas dan menjadi sumber karbohidrat, protein
nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting bagi tubuh. Produksi di Indonesia
mengalami peningkatan dengan laju peningkatan sekitar 7 – 22,4% per tahun. Sedangkan
konsumsi sayuran per tahun tercatat 44 kg/kapita/tahun (Suwandi 2009)
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia umumnya disebabkan adanya
pembukaan areal tanam baru. Namun, pembukaan areal tanam baru dapat menimbulkan
peningkatan biaya produksi. Selain itu penggunaan input kimiawi (pestisida) yang tidak
terkontrol menyebabkan produksi dan kualitas sayuran menurun. Oleh karena itu
diperlukan teknik budidaya yang memerhatikan penggunaan input sesuai kebutuhan
tanaman (Suwandi 2009).
Salah satu solusi teknik budidaya yang dapat memenuhi input sesuai kebutuhan
tanaman adalah teknik budidaya tanaman pada media tanam selain tanah dengan
pemberian komposisi dan jumlah unsur hara yang tepat. Budidaya tanaman
menggunakan teknik ini dapat menghasilkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil
yang terjamin (Sudarmodjo 2008)
Sejarah perkembangan teknik hidroponik dimulai dengan penelitian yang berkaitan
dengan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dua ilmuan, Sach dan
Knop, berhasil menunjukan bahwa suatu tanaman dapat hidup dalam media inert (tidak
menimbulkan reaksi kimia yang menggangu) yang diberikan sebuah larutan unsur hara.
Penelitian ini menunjukan bahwa larutan yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) merupakan unsur yang
paling banyak dibutuhkan oleh tanaman (makronutrien). Penelitian lebih lanjut
menunjukan tanaman juga memerlukan unsur-unsur seperti besi (Fe), klorin (CI),

1
mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), dan molybdenum (Mo) dalam jumlah
kecil (mikronutrien) (Resh 1980).
Pengetahuan ini menyebabkan penelitian-penelitian lain mulai difokuskan utuk
membuat suatu larutan yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Beberapa
formula unsur hara tanaman berhasil ditemukan oleh para ahli seperti Tollens (1882),
Tottingham (1914), Shieve (1915), Hoagland (1919), Trelease (1933), Arnon (1938), dan
Robbins (1946). Formula unsur hara tanaman yang ditemukan tersebut masih digunakan
di laboratorium sampai sekarang (Resh 1980).
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki barbagai
keuntungan. Roberto (2004) menyatakan beberapa keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit
asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan
areal tanam yang luas; meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang
tinggi. Selain itu teknik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara
yang terukur, dan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo
2008).
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat
ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam dengan teknik
hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang
diperlukan suatu tanaman secara langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman
secara langsung dapat mengoptimalkan potential genetic tanaman  yang dibudidaya dan
peningkatan hasil panen (Resh 1980, Sudarmodjo 2008).

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang


Tujuan pelaksanaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini yaitu:
1. Mengetahui budidaya tanaman dengan sistem hidroponik.
2. Mengetahui tentang tekhnik dan jenis – jenis hidroponik.
3. Mengaplikasikan teori – teori yang dipelajari di bangku kuliah mengenai tanaman
hidroponik.
4. Menambah wawasan tentang budidaya tanaman dengan sistem hidroponik..

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Bayam (Amaranthus Sp.)


            Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam divisi
Magnoliophyta, kelas Magnolipsida, ordo Caryophyllales, family Amaranthaceae, dan genus
Amaranthus. Genus ini terkenal dengan pertumbuhan generatif (menghasilkan benih).
Namun, ada beberapa spesies yang digunakan sebagai tanaman sayuran daun, seperti A.
tricolor, A. lividus, A. gangeticus, A. blitium, A. hybrydus, dan A. viridis (Susila 2006).
            Bayam berasal dari Amerika Tropic. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di
daerah tropis dan subtropics seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang
tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2.000 mdpl (meter dari permukaan laut), tumbuh di
daerah panas dan dingin, tetapi tuumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka
yang udaranya cukup panas (Susila 2006).
            Tanaman ini merupakan herba setahun dengan perawakan tegak atau agak condong.
Tinggi 0,4-1 m, dan bercabang. Batang lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk bulat
telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah,
atau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas
berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bunga
berbentuk bulil (Susila 2006).
            Bayam yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi sebagai sayuran dikenal dengan
bayam cabutan atau bayam sekul. Terdapat tiga varietas bayam yang termasuk ke dalam
Amaranthus tricolor, yaitu bayam hiijau biasa, bayam merah (Blitum rubrum), yang batang
dan daunnya berwarna merah, dan bayam putih (Blitum album), yang warna hijau keputih-
putihan. Selain A. tricolor, terdapat bayam jenis lain, seperti bayam kakap (A. hybridus),
bayam duri (A.spinosus), dan bayam kotok/bayam tanah (A.blitum). Jenis bayam yang sering
dibudidayakan adalah A. tricolor dan A.hybrizdus.  sedangkan jenis bayam lainnya tumbuh
liar (Susila 2006).

B. Hidroponik
Hidroponik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan ponus berarti daya.
Sehingga hidroponik yaitu memberdayakan air, yang secara umum dapat diartikan suatu
sistem pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi air yang berisi nutrisi. Hidroponik juga
merupakan ilmu pengetahuan mengenai budidaya tanaman pada suatu media selain tanah dan

3
menggunakan campuran nutrisi essensial yang dilarutkan dalam air. Pada hidroponik ini
kebutuhan yang paling utama adalah ketersidiaan air harus cukup.
Hidroponik merupakan suatu teknologi modern di bidang pertanian dalam teknik budidaya
yang menggunakan nutrisi pokok yang diperlukan tanaman utnuk memperoleh produk yang
berkualitas dan bebas dari penggunaan organisme pengganggu tanaman yang berasal dari
tanah. Sistem hidroponik yang berkembang pertama kali di Indonesia adalah hidroponik
substrat, yaitu sistem yang menggunakan media selain tanah dan steril, seperti arang sekam,
pasir, serbuk gergaji, sabuk kelapa dan lain-lain.
Tanaman hidroponik dapat tumbuh dengan baik apabila lingkungan akar memperoleh cukup
udara, air dan hara. Karakteristik media tanam hidroponik yang baik harus dapat menyerap
dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warnah, dan tidak mudah
lapuk atau busuk.
         Terdapat 6 dasar dari sistem hidroponik, yaitu : Sistem Sumbu (Wick), Sistem Kultur
Air (Water culture), Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow / Flood and Drain), Sistem Irigasi
Tetes (Drip Irrigation), Sistem NFT (Nutrient film technique), dan Sistem Aeroponik.
1. A.    Sistem Sumbu (Wick)
Sistem Sumbu(Wick) (Gambar 1) adalah tipe hidroponik yang paling sederhana. Sistem ini
adalah sistem pasif, yang artinya tidak ada sistem yang bergerak. Larutan nutrisi diserap oleh
media tanam dari tandon menggunakan sumbu (memanfaatkan daya kapilaritas sumbu).
Sistem ini dapat menggunakan bermacam-macam media tanam, diantaranya: Perlite,
Vermiculite, Pro-Mix, dan Sabut Kelapa.
Gambar 1. Sistem Sumbu (Wick)
1. B.     Sistem Kultut Air (Water Culture)
 Sistem Kultur Air (Water culture) (Gambar 2) adalah sistem yang paling sederhana dari
semua sistem hidroponik aktif. Penopang tanaman biasanya dibuat dari styrofoam dan
mengapung langsung di atas permukaan larutan nutrisi. Sebuah pompa udara menyediakan
udara melalui batu angin yang membuat banyak gelembung udara dalam larutan nutrisi dan
menyediakan oksigen bagi akar tanaman.
Gambar 2. Sistem Water Culture (kultur air)
1. C.    Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow/Flood and Drain)
Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow / Flood and Drain) (Gambar 3) adalah sistem yang
cocok untuk digunakan bersama berbagai macam media tanam. Seluruh wadah pertumbuhan
dapat diisi dengan batu-batuan, kerikil, atau butiran rockwool. Kebanyakan orang

4
menggunakan pot-pot satuan yang diisi dengan media tanaman, hal ini memudahkan untuk
memindahkan tanaman dan memasukkan tanaman ke dalam sistem.
Gambar 3. Pasang Surut (Ebb and Flow / Flood and Drain)
1. D.    Sistem Irigasi Tetes
 Sistem Irigasi Tetes (Gambar 4) merupakan sistem yang paling luas digunakan di dunia.
Pengoperasiannya mudah, pengatur waktu mengontrol pompa dalam air. Pengatur waktu
menyalakan pompa dan larutan nutrisi menetes pada pusat tiap tanaman dari selang penetes
kecil. Pada sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang mengalir akan ditampung kembali
ke dalam tandon untuk dipakai kembali. Untuk sistem terbuka larutan nutrisi yang berlebihan
tidak diserap kembali.
 
Gambar 4. Irigasi Tetes (Drip irrigation)
1. E.     Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
 Sistem NFT (Nutrient Film Technique) (Gambar 5) adalah sistem yang dipikirkan orang
ketika mereka mendengar kata hidroponik. Sistem NFT mempunyai aliran larutan nutrisi
konstan, sehingga tidak lagi dibutuhkan pengatur waktu untuk menyalakan pompa
rendamnya. Larutan nutrisi dipompakan ke wadah pertumbuhan (umumnya berbentuk
tabung) kemudian mengalir melalui akar tanaman, dan kembali ke tandon.
Umumnya tidak dipakai media tanam lain selain udara, sehingga menghemat penggantian
media tumbuh setiap selesai panen satu produk. Umumnya tanaman ditahan oleh keranjang
plastik dengan akar menjuntai ke dalam larutan nutrisi.
Gambar 5. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
1. F.  Sistem Aeroponik
Sistem Aeroponik (Gambar 6) adalah sistem hidroponik yang menggunakan teknologi tinggi.
Seperti pada sistem NFT diatas, media tanamnya udara. Akar-akar menggantung di udara
dikabutkan oleh larutan nutrisi. Pengabutan ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit
sekali. Karena akar-akar terekpos di udara seperti pada sistem NFT, akar-akar bisa cepat
mengering jika pengaturan pengabutan terganggu.
Sebuah timer mengontrol pompa larutan nutrisi seperti pada tipe-tipe sistem hidroponik
lainnya yaitu sistem aeroponik  memerlukan timer  dengan perputaran singkat yaitu beberapa
detik dalam dua menit sekali.

5
Gambar 6. Sistem Aeroponik
            Hidroponik terutama dengan sistem aeroponik mempunyai prospek yang sangat baik
karena dapat mempersingkat umur panen dan produktivitas tanaman cukup tinggi
(Sutiyoso,2003). Selain itu hemat dalam pemakaian air jika dikelola secara baik dan benar.
Selain memiliki keunggulan, sistem hidroponik terutama sistem aeroponik memiliki
kerugian, seperti (anonim, 2008) :
1. Membutuhkan biaya tambahan untuk pengendali waktu, sistem irigasi, pompa, serta
jadwal perawatan, yang jumlahnya cukup besar yakni mencapai jutaan bagi petani
(growers) pada umumnya.
2. Pada sistem aeroponik konvensional yang menggunakan pompa dan nozzle untuk
mendapatkan efek penyemprotan spray, tekanan pompa yang tinggi dapat
menyebabkan penumpukan mineral pada nozzle dan penyumbatan, sedangkan bila
tekanan pompa rendah akan menyebabkan penurunan kecepatan penyerapan nutrisi.
3. Pada saat nozzle tersumbat atau terjadi kerusakan sistem aeroponik, maka tanaman
mengalami kerusakan dalam pertumbuhannya.

6
BAB III
BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang


Sehubungan dengan masih adanya Pendemi Corona maka Praktek Kerja lapang ini dilakukan
di SMK N 1 Muaro Jambi Desa Tunas Mudo Ke.Sekernan . Praktek umum ini dimulai sejak
tanggal .................. hingga Tanggal ........................ 2021.

B. Metode Pelaksanaan Praktek Kerja lapang


Metode yang dilakukan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Praktek Lapang
Dilakukan dengan mengikuti kegiatan sehari – hari yang dilakukan di SMK N 1 Muaro
Jambi.
2. Pengamatan Langsung
Melihat dan mengamati langsung kegiatan sehari – hari selama Praktek kerja lapang.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada warga disekitar SMK N 1 Muaro Jambi atau informasi
yang didapat dari penjelasan pembimbing lapang.
4. Studi Pustaka
Informasi yang dapat dikumpulkan secara tertulis meliputi daftar nama – nama warga
yang diwawancarai, sejarah, lokasi, dan ruang lingkup lingkungan. Data tersebut dapat
diperoleh dari arsip yang dimiliki maupun studi literature yang berhubungan dengan
topik Praktek Kerja Lapang
5. Pelaporan
Menginterpresentasikan data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan Praktek
Kerja Lapang untuk memperoleh gambaran Teknik dan Jenis – jenis hidroponik dan
mempersembahakanNya dalam bentuk laporan.

7
BAB IV
KEADAAN DAN GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Tempat Praktek Kerja Industri

Sehubungan kondisisaat ini terjadi wabah Corona yang belum Usai dan keadaan di
Kabupaten Muaro Jambi termasuk Zona Merah maka PRAKERIN di adakan didalam
Sekolah SMK N 1 Muaro Jambi, Di SMK N 1 Muaro jambi sendiri memiliki lahan dan
semua fasilitas yang mendukung PRAKERIN oleh karena itu , disini saya ingin kasih
gambaran tentang Lokasi Prakerin dan sarana prasarana yang ada di SMK N 1 Muaro Jambi.
1. Peta Lokasi

2. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang dimiliki kebun hidroponik di SMK N 1 Muaro Jambi meliputi
:
a. Lahan dan Bangunan

8
SMK N 1 Muaro Jambi memiliki lahan seluas 3.8 ha yang terdiri dari arel produksi
sayur segar sebanyak 5  areal, areal kolam ikan (2 areal), areal persemaiann (4
areal) dan selebihnya adalah rumah peristirahatan, pondok pelatihan (luas 40 m 2),
bangunan kantor dengan luas 100 m2, musholla dengan luas 15 m2, bangunan
bengkel alat-alat pertanian, taman, tempat parkir, laboratorium (150 m2) dan mess
untuk tenaga kerja dengan luas 150 m2.
b. Sarana Administrasi
SMK N 1 Muaro Jambi memiliki fasilitas administrasi seperti alat tulis, telepon,
mesin faks, computer, printer dan whiteboard.
c. Transportasi
Untuk menunjang sarana transportasi di Parung Farm memiliki 5 buah mobil Colt
yang dilengkapi mesin pendingin dengan tujuan menjaga kesegaran sayuran selama
proses distribusi dengan kapasitas 48 container, setiap container memiliki berat 3
kg dengan kapasitas setiap container sekitar 20 – 30 pack sayuran.
d. Sarana di Bidang Hidroponik
Sarana yang mendukung diantaranya Greenhouse atau sere, hand sprayer, wadah
persemaian (baki, meja atau rak), tangki pengaduk dan sprinkler. Generator
sebagai pengganti tenaga listrik apabila PLN padam. Sistem irigasi yang terdiri
dari sub sistem penyedian sumber air antara lain pipa utama dan filter. Sub sistem
pengangkutan nutrisi pada tanaman antara lain berupa pipa utama, pipa manifold,
pipa lateral, emitter dan bak nutrisi. Rockwool dan jelly yang digunakan untuk
membungkus bibit tanaman kemudian dimasukkan ke dalam jelly. Selain itu,
sarana kebun anggrek meliputi 3 unit rumat net, laboratorium kultur jaringan dan
perlengkapan budidaya lainnya.
e. Sarana Pelatihan dan pendidikan
Keberadaan Parung Farm tidak hanya untuk kegiatan budidaya sayuran dengan
hidroponik, tetapi juga mengadakan pelatihan dan pendidikan. Maka dari itu,
perusahaan tersebut memiliki fasilitas yang memadai untuk mengadakan penelitian
dan pendidikan berupa pondok dengan dukungan sarana lainnya berupa Overhead
Projektor (OHP), whiteboard, alat peraga latihan dan ruangan untuk presentasi.
 
3. Kegiatan – Kegiatan di SMK N 1 Muaro Jambi
Kegiatan yang dilakukan oleh Parung Farm antara lain :
a. Mengembang budidayakan sayuran dan anggrek dengan sistem hidroponik.

9
b. Menyelenggarakan kegiatan petihan, penelitian dan penyuluhan mengenai kultur
jaringan anggrek dan hidroponik sayuran.
c. Mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan program usaha dengan
sistem hidroponik dan juga untuk memasarkan hasil.
d. Mengembangkan sistem hidroponik yang digunakan di Kebun Sayur Segar Parung
Farm antara lain hidroponik substrat, NFT (Nutrient Film Technic), Aeroponik,
Deep pond floating raft (Sistem rakit apung), Sifon Top Feeding (pengucuran dari
atas), DFT (Deep and Flow Technic), Ebb and Flow (Pasang surut) serta kultur
jaringan anggrek.
4. Tujuan dan Fungsi
Sarana dan prasarana di SMK N 1 Muaro Jambi ini didirikan dengan tujuan
memperkenalkan teknik budidaya hidroponik. Oleh karena itu, perusahaan ini
mengadakan penelitian sederhana terhadap teknologi yang tepat guna dan pelatihan
praktek kerja di lapangan. Teknologi yang digunakan di SMK N 1 Muaro Jambi yaitu
NFT (Nutrient Film Technic), Aeroponik, Deep pond floating raft (Sistem Rakit Apung),
Sifon Top Feeding (Pengucuran Dari Atas), DFT (Deep and Flow Technic), Ebb and
Flow (Pasang surut) dan Hidroponik Sifon.

10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Budidaya Secara Hidroponik


Budidaya bayam (Amaranthus sp.) yang dilakukan di Parung Farm menggunakan sistem
hidroponik  dengan teknik aeroponik. Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu
sarana pendukung seperti GH (Greenhouse), jaringan irigasi, nutrisi, benih, media tanam,
pompa air (Water pump), pengatur waktu (timer), bak bedengan untuk proses pembesaran
tanaman dan penyemaian harus disiapkan. Proses budidaya bayam meliputi kegiatan
penyemaian, pembesaran, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen.

B. Penyemaian
Penyemaian benih pada Parung Farrm dilakukan pada media kerikil dengan sistem NFT
(Nutrient Film Technique), dengan luas bedengan 1,65 m, panjang bedengan 10 m, ketebalan
media (kerikil) 2 cm. benih yang di gunakan yaitu benih dengan Standart Internasional buatan
Taiwan dengan merek dagang Known You Seed.
Pada bagian bawah kerikil diberi lapisan pelastik sebagi lapisan kedap air yang berfungsi
sebagai penampung nutrisi atau unsur hara yang dialirkan pada bedengan penyemaian
tersebut. Sebelum benih bayam ditebar terlebih dahulu media harus dibersihkan dari
cendawan setelah itu media dibersihkan dan dialirkan nutrisi dari pipa paralon yang
terhubung dengan bak nutrisi atau bak penampung nutrisi utama. Pengaliran unsur hara ini
dilakukan dengan pompa air (otomatis), hingga seluruh media basah dan cukup tergenang,
maka benih bayam dapat ditebar.
Penyebaran dilakukan secara merata dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Cara ini bertujuan
meningkatkan pertumbuhan dan memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima cahaya
matahari yang cukup dan merata. Setelah benih ditebar, bedengan ditutup dengan pelastik
guna mempercepat perkecambahan dan menghindari serangan OPT. Waktu perkecambahan
benih bayam adalah 13-15 hari. Setelah bibit tumbuh dengan baik maka dapat dilakukan
pemindahan pada bedengan pembesaran.

C. Pembesaran
Setelah proses penyemaian selama ± 13-15 hari bibit bayam siap untuk dipindahkan pada
bedengan pembesaran dengan ukuran bak bedengan pembesaran 8 x 1 m dengan ketinggian
30 cm dari permukaan tanah. Sebelumnya bibit tersebut telah dibungkus dengan rockwool

11
yang nantinya akan dipindahkan ke bak pembesaran produksi yang menggunakan sistem
aeroponik.
Setelah bibit dibungkus dengan rockwool sebagai media, pada bagian pangkal akar, bibit
yang telah dibungkus kemudian ditempatkan menggunakan wadah agar-agar yang biasa
disebut jelly cup., Setelah itu jelly cup yang telah berisi tanaman bayam ditempatkan pada
styrofoam yang terdiri dari 81 lubang dengan jarak per lubang ± 4 cm, diameter lubang
disesuaikan dengan ukuran jelly cup. Setelah itu styrofoam diletakan diatas bak pembesaran
yang telah dilapisi dengan pelastik yang bertukuan menampung sisa larutan nutrisi yang
disemmprotkan pada akar dan dialirkan lagi ke bak penampungan nutrisi  agar nutrisi tidak
terbuang cuma-cuma.
Bak pembesran telah dilengkapi dengan sistem irigasi dimana jaringan  irigasi meliputi pipa
utama dan pipa sekunder/pipa lateral. Pipa utama menggunakan pipa PE dengan diameter 20 
mm yang dihubungkan dengan bak penampungan utama, pompa air, dan alat pengatur waktu
penyiraman (timer). Alat pengatur penyiraman ini yang akan mengatur lamanya penyiraman
pada akar tanaman yang dapat disesuaikan. Pipa sekunder /pipa lateral menggunakan pipa PE
berdiameter 13 mm yang dimasukkan kedalam bak dengan posisi melintang setinggi 10 cm
dari dasar bak, dan sepanjang pipa lateral ini dipasang spray jet dengan jarak 75 cm.

D. Pemeliharaan
Selama masa  penanaman sangat penting untuk melakukan perawatan terhadap tanaman
meliputi pengendalian organisme penggangu tanaman dan penyakit tanaman, menjaga
kepekatan kandungan unsur hara dalam larutan, dan kecepatan curah/kecepatan volume
pengaliran larutan nutrisi.
Pengendalian terhadap OPT dilakukan secara manual tanpa menggunakan pestisida. Kontrol
dilakukan secara berkala, pengontrolan ini dilakukan dengan teliti dan teratur sehingga hama
penyakit dapat dengan cepat diketahui dan dilokalisir dengan baik.
Pengontrolan terhadap kepekatan kandungan unsur hara sangat penting dilakukan setiap saat.
Larutan unsur hara harus memiliki kepekatan sekitar 2 mS/cm dimana kandungan haranya
masih terjaga. Kontrol dapat dilakukan dengan menggunakan EC meter atau secara manual
dengan melihat keadaan fisik dari larutan pupuk (kekentalan larutan) dan keadaan fisik
tanaman (tanaman yang kekurangan nutrisi dapat dilihat dari daun yang mulai menunjukan
perubahan warna ”agak kekuning-kuningan”)
Kenaikan pada larutan EC tidak boleh terlalu drastis karena sangat mempengaruhi
metabolisme tanaman. Pengaruhnya sangat signifikan pada tanaman dewasa. Penurunan EC

12
yang drastis menyebabkan daun-daunnya menjadi kaku dan sulit tumbuh yang disebabkan
kandungan unsur hara terlarut sangat sedikit. Besarnya kenaikan dan penurunan EC harus
dapat dijaga seminimal mungkin.
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman juga ditentukan oleh derajad keasaman larutan (pH
larutan). Derajad keasaman menunjukan tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman.
Derajad keasaman/pH yang terlalu tinggi dapat menggangu penyerapan unsur-unsur mikro
oleh tanaman. Sedangkan pH yang rendah juga akan menggangu penyerapan unsur-unsur
hara makro seperti N,P dan K. Derajad keasaman yang cocok bagi penyerapan unsur hara
oleh tanaman adalah 6,3-6,5 (Roberto 2004).
Nutrisi yang digunakan dalam proses produksi di Parung Farm adalah A-B mixed yang
diramu sendiri oleh Parung Farm dengan perbandingan 5 ml pekatan A + 5 ml pekatan B
dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 (satu) liter air.
Kecepatan atau debit pengaliran larutan unsur hara harus diperhatikan dengan baik.
Pengontrolan dilakukan terhadap alat-alat yang terkait dengan penyiraman seperti kondisi
pompa, timer, pipa utama, pipa lateral, filter dan emiter. Semakin pelan debit penyiraman
larutan hara maka penyerapan nutrisi terhadap tanaman akan semakin lama dan berpangaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Sistem penyiraman dengan teknik hidroponik dilakukan secara kontinu dan diskontinu. Hasil
semprotan membentuk butiran-butiran air yang diatur melalui emiter. Penyiraman dilakukan
dengan memerhatikan tingkat keterjangkauan penyiraman sampai ke akar tanaman. Hal ini
bertujuan memaksimalkan daya semprot emiter.

E. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan apabila tanaman bayam telah memiliki bobot maksimal. Bobot
ini didapat apabila daun sudah banyak dan daun termuda sudah memendek atau menjelang
tanaman beralih dari fase vegetatif ke fase generatif, atau sesuai dengan permintaan pasar.
Apabila tanaman menunjukan adanya inisiasi pembungaan maka panen di anggap terlambat.
Proses pemanenan dapat dilakukan pada pagi atau sore hari antara jam 06.30 – 09.30 dan
15.30 – 16.30. Pemilihan waktu ini dilakukan karena pada waktu tersebut sinar matahari tidak
begitu terik sehingga hasil panen tidak mengalami fluktuasi suhu yang berarti. Fluktuasi suhu
yang besar dapat menurunkan kadar air dan kualitas hasil panen secara drastis. Proses
pemanenan dilakukan secara hati-hati, teliti dan cepat.
Satu meter persegi styrofoam dapat menghasilkan sayuran bayam dengan bobot 1,5 Kg.
Pemanenan dapat dilakukan secara merata pada satu lembar styrofoam jika pertumbuhan

13
tanaman baik dan merata. Namun, jika pertumbuhannya tidak merata maka pemanenan
dilakukan dengan cara panen pilih. Tanaman yang layak dipanen akan dipanen, sedangkan
bagi tanaman yang pertumbuhannya belum optimal/rusak maka ditanam ulang/diganti dengan
tanaman baru.

F. Pengemasan
Sayuran bayam yang telah dipanen kemudian dilakukan pengsortiran untuk memisahkan
daun yang kering, kotoran atau daun layu lalu ditempatkan di ruang pendingin (cold storage)
dengan suhu 180C selama 2 jam untuk menghilangkan field head (panas lapangan) yang
terbawa dari areal produksi agar kesegaran bayam tetap terjaga lalu dilakukan proses
penimbangan dan pengemasan setelah itu dimasukan ke cold storage kedua untuk disimpan
dan didistribusikan dengan kelembaban 70 – 90%, sehingga dapat tahan dan segar sekitar 10
– 14 hari. Di ruang terbuka tingkat kesegarannya hanya tahan sekitar 3 – 5 hari (Rukmana
1994).
Distribusi dilakukan pada malam hari dengan menggunakan mobil yang telah dilengkapi
dengan alat pendingin ruangan, kapasitas 48 contener diman satu contener berisi 20 – 30 pack
sayuran agar tidak terjadi fluktuasi. Pasar sasaran dari perusahaan Parung Fram adalah
supermarket, Indomart Mall atau pasar-pasar modren lainnya, harga yang ditawarkan Parug
Farm terhadap pasar untuk sayuran bayam yaitu Rp.8000/pack.

14
BAB VI
PENUTIP
 
A. Kesimpulan
1. Hidroponik merupakan usaha pemanfaatan air dengan maksimal dalam  rangka usaha
budidaya pertanian.
2. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik tidak memerlukan lahan yang subur dan
dapat menghemat lahan atau tidak membutuhkan lahan yang luas khususnya dalam usaha
budidaya tanaman bayam.
3. Usaha budidaya bayam dengan sistem hidroponik akan memberikan hasil yang lebih
maksimal dibanding dengan sistem konpensional.
4. Dalam usaha budidaya dengan sistem hidroponik terbagi atas dua yaitu ; hidroponik
skala rumah tangga dan hidroponik skala industri, untuk hidroponim skala rumah tangga
dapat menggunakan rangkaian pipa yang di buat khusus dengan mempertimbangkan
sirkulasi air (Kit), dan untuk skala industri menggunakan bedengan-bedengan yang
terbuat dari semen atau kayu.
5. Pemberian nutrisi lebih diperhatiakan karena tanaman cuman tergantung pada satu
sumber nutrisi yaitu nutrisi buatan.

B. Saran
1. Sebagai sumber nutrisi tanaman sebaiknya tidak menggunakan NPK karena endapan
dari bahan tersebut dapat mengepul atau menjadi lumpur sehingga pompa atau jet spray
dapat tersumbat.
2. Usaha budidaya tanaman dengan sistem hidropnik membutuhkan insvestasi yang
besar, jadi pemasaran produk pertanian dengan sistem hidroponik sebaiknya menghindari
pasar-pasar trsdisional.
3. Dalam pemberian nutrisi, unsur N lebih banyak di butuhkan oleh tanaman bayam.

15
DAFTAR PUSTAKA
 
Anonim. 2008. Makalah Pelatihan Aeroponik Sayuran Eksklusif. Momenta
 Agrikultur. Jakarta., Tidak dipublikasikan.
Resh H. 1980. Hydroponic Food Production. Newconcept Press. New Jersey.
Roberto K. 2004. How-To Hydroponics Fourth Edition. Futuregarden
Press. New York.
Rukmana R. 1994. Bertanam kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmodjo. 2008. Hidroponik. Parung Farm. Bogor., Tidak dipublikasikan.
Susila A. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan
Hortiikultura IPB. Bogor.
Sutiyoso, Yos. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suwandi. 2009. Menakar kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan
Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian. Bogor.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

16
LAMPIRAN

17
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
( PRAKERIN )
HASIL PRAKERIN DI SMK N 1 MUARO JAMBI

Disusun Oleh :

1. DIMAS RAMADHAN
2. RIKI FERDIAN
3. SIMBA SILANA
4. M.IRFAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 1 MUARO JAMBI
TAHUN DIKLAT 2020/2021

18

Anda mungkin juga menyukai