Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah secara definisi merupakan bahan buangan yang dihasilkan


dari suatu proses atau aktifitas yang sudah tidak digunakan lagi pada
proses tertentu yang memiliki nilai ekonomis yang relative kecil atau
bahkan sulit untuk dimanfaatkan dan cenderung merugikan. Dalam
sebuah usaha peternakan pasti memiliki hasil buangan dari proses usaha
tersebut. Sepertihalnya feses dan manure yang dihasilkan oleh ternak.
Limbah tersebut akan manjadi sangat merugikan apabila tidak diolah
dengan baik dan tepat. Dalam feses terkandung berbagai bahan organic
pening seperti halnya C, N, S dan P selain itu juga ada mikroorganisme
yang baik bagi tanaman. Jadi perlu dimanfaatkan secara tepat agar
menjadi tepat guna.

Pengolahan adalah suatu proses pengendalian. Proses


pengndalian tersebut adalah dengan mengusahakan sesuatu agar
menghasilkan yang lebih dengan kegiatan mengolah hasil limbah dengan
tepat.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana penguraian feses domba dengan urea


2. Mengetahui cara pencampuran feses dengan urea
3. Mengetahui dan mendapat pengalaman secara langsung tentang
praktek yang dilakukan

C. Manfaat

Dengan melakukan praktek ini kita dapat mengetahui apa


kegunaan dari pencampuran feses dengan urea, cara apa yang dilakukan,
alat-alat apa saja yang digunakan dan memberikan pengalaman, ilmu
dan pengalaman kuliah di POLBANGTAN ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Usaha beternak kambing adalah usaha peternakan, dan

pengembangan kambing. Biasanya di Indonesia, orang mencari

keuntungan dari peternakan ini lewat lebaran Idul Adha atau lebaran haji,

karena banyak dicari. Beberapa "subspesies" kambing, seperti kambing

etawa dicari susunya karena memang susu ini terasa enak di lidah.

Adapun di beberapa negara Afrika yang serba berkekurangan, kambing

dijadikan sebagai makanan pokok.

A. Feses Kambing

Kotoran kambing bisa saja disebut telepong. Kotoran kambing ini

juga biasa digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian yang dapat

dipakai untuk bertani dan mengolah lahan. [1] Kotoran kambing dapat

dipadukan dengan kotoran sapi untuk membuat pupuk organik. Dengan

cara ini, unsur hara baik yang mikro maupun makro dapat bertambah.

Kotoran sapi dan kambing diketahui mengandung nitrogen, kalsium,

dan kalium.

Pada dasarnya, kotoran kambing dapat digunakan langsung

sebagai pupuk. Tapi akan lebih baik, diolah lebih dulu. Cara mengolahnya,

ada 2. Yang satu, memakai sistem terbuka, dan sistem tertutup. Adapun

sistem terbuka, ditampung dulu lebih kurang 3 bulan, lalu dalam waktu

selama itu, dapat bisa langsung dipakai sebagai pupuk. Adapun sistem

tertutup, caranya ditampung dalam tanah, sejauh 30 cm dari permukaan


tanah. Baiknya bisa menahan daripada rembesan air hujan. Tujuannya

agar zat hara seperti nitrogen hilang.

Kotoran kambing mengandung berbagai unsur hara yang

dibutuhkan berbagai tanaman termasuk pertanian. Sebagaimana

diketahui bahwa unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman adalah

unsur N, P, K. kandungan unsur tersebut dalam kotoran ternak kambing

adalah N = 50,6 kg/t, P = 6,7 kg/t, dan K = 39,7 kg/t (Sudomo, 2007).

Disamping menghasilkan unsur hara tersebut, pupuk kandang juga

menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan

Mo.

B. Urea

Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari

unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau

(NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama

digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai

adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine.

Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil

dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan

konsep vitalisme.

Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati.

Eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak

menjadi 'haemo' dan'globin'. Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat


warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan

amonia yang akan keluar bersama urin dan feses.

Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam

bentuk butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk

kimia pemasok unsur nitrogen. Di tanah, urea akan terhidrolisis dan

melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi

yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.

Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea

seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di

pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk:

bersubsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan

pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan

secara komersial).

Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas

alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari

kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses

Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es

kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya,

amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk

menghasilkan urea dan air.


Urea adalah pupuk kimia yang mengandung unsur hara Nitrogen (N) yang

berkadar tinggi dengan kadar 46%, Setiap 100 kilogram pupuk urea

mengandung 46 kilogram nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%.

Urea memiliki kandungan nitrogen sangat diperlukan oleh setiap

tanaman, khususnya pada masa pertumbuhan. Zat nitrogen juga

membantu metabolisme tanaman. Umumnya, urea memiliki tekstur yang

cukup kasar. Urea berbentuk butiran-butiran seperti kristal dengan warna

putih. Rumus kimia pupuk urea adalah NH2 CONH2.

Urea mudah larut dalam air. Hal ini mempermudah para petani

untuk menggunakan urea bersamaan dengan penyiraman tanaman.

Meski demikian, urea termasuk jenis pupuk yang bisa dengan mudah

berikatan dengan air (higroskopis). Sebaiknya, urea disimpan di tempat

kering dan juga tertutup dengan rapat.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktikum pembuatan pupuk dari feses kambing dicampur

dengan urea dilaksanakan pada Hari Rabu, 18 Desember 2019. Kegiatan

praktikum dilaksanakan di kandang ternak ruminansia Politeknik

Pembangunan Pertanian Yogakarta Magelang Jurusan Peternakan.

B. Alat dan Bahan

1. Pembuatan feses ternak kambing

Alat : Bahan :
- Sekop - Feses Kambing (Kering,
- Pot @ 3 buah sedang, basah) @ 1 Kg
- Ember - Urea 2%
- Gayung - Air
- Lakban
- Spidol
- Plastik

C. Langkah Kerja

a) Mempersiapkan alat dan bahan

b) Mengambil sample feses kambing kering, sedang, basah

c) Memasukkan feses ke masing-masing pot

d) Menyampur urea dengan air

e) Menyiramkan campuran air dan urea ke masing-masing pot sedikit

demi sedikit hingga merata


f) Menutup masing-masing pot menggunakan plastic dan melakban

hingga tidak ada rongga udaranya.

g) Menempatkan pot di tempat yang teduh terhindar dari matahari

h) Memeram feses hingga 5 hari

i) Mengecek tingkatb pecahnya feses pada masing-masing pot.


IV. HASIL Dan Pembahasan

A. Hasil
Adapun hasil dari kegiatan praktikum feses kambing yang diberi urea
yaitu:
Parameter Feses Basah Feses Setengah Feses kering
Basah
Kelembapan 80% ( Lembap 60% ( lembap 30% ( sedikit
Feses dan ada penguapan air lembap
penguapan air ) yng di permukaan penguapan di
plastik sedikit) permukaan
sangat sedikit)
Belatung Banyak Sedikit belatung Sangat sedikit
Belatung hanya ada
beberapa
belatung
Warna Coklat pekat Coklat muda Coklat pudar
Bau Amoniak Bau amoniak Amoniak tidak Amoniak tidak
sangat terlalu menyengat menyengat
menyengat
Kadar Pecah dan Sebagian Tidak
kehancuran merata memecah dan menggumpal
feses tidak dan tidak terlalu
menggumpal meremah.

B. Pembahasan
Kotoran kambing teksturnya apabila sudah kering susah untuk

dipecahkan, pencampuran urea dan feses bertujuan untuk memecahkan

ikatan yang ada di feses kambing, selain itu apabila dijadikan untuk pupuk

maka urea ini juga bisa sebagai penyesuain terhadap tanah yang sudah

terbiasa menggunakan pupuk kimia. Fermentasi yang dilaksanakan


selama 5 hari ini menghasilkan kelembapan terhadap feses yang

berbeda-beda sesuai perlakuan yang diberikan kepada feses, feses

kambing yang basah menghasilkan pencampuran yang sudah homogen

terhadap feses, hasilnya adalah feses terurai dan meremah secara

sempurna, dengan kadar belatung atau bakteri yang ada sangatlah

banyak, kadar belatung ini dilihat berdasarkan pengamatan secara

langsung terhadap feses, bau yang dihasilkan yang utamanya adalah bau

aminiak adalah sangat menyengat, warna yang dihasilkan pun coklat

pekat. Sedangkan pada feses yang setengah basah, menghasilkan

kelembapan yang sedang yaitu 60% dengan kadar belatung sedang dan

penguapan yang terjadi di permukaan plastic sedang, warna yang

dihasilkan pun sedikit coklat. Untuk feses yang kering hasilnya adalah

kadar belatung sedikit sekali, kelembapan tidak maksimal yaitu 30% dan

warna yang dihasilkan pun coklatnya adalah coklat pudar.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan bisa disimpulkan bahwa
penambahan urea dalam feses Kambing tidak menunjukkan hasil yang
signifikan. Atau bisa dikatakan bahwa tidak ada pengaruh dari feses yang
dicampur dengan urea.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai