Anda di halaman 1dari 26

PUPUK ORGANIK :

POTENSI BIOMASSA & PROSES


PENGOMPOSAN

YENI IKA PRATIWI, SP., M.Agr


PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
PUPUK ORGANIK
• Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan
bahan pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan bahan pembenah lainnya

• Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik


membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan
mengurangi terjadinya retakan tanah

• Pemberian bahan organik mampu meningkatkan


kelembapan tanah dan memperbaiki pengatusan
dakhil (internal drainase)
SUMBER PUPUK ORGANIK
• Pupuk organik yang dapat digunakan sebagai pupuk
kimia adalah :

Limbah Kompos
rumah
tangga

Limbah Pupuk
industri kandang

Pupuk
Azola
hijau
Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik :

Kandungan unsur hara rendah &


sangat bervariasi

Penyediaan hara terjadi secara


lambat

Menyediakan hara dalam jumlah


terbatas
• Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan
pupuk organik :

Mempengaruhi sifat
fisik tanah
Mempengaruhi sifat
kimia tanah
Mempengaruhi
sifat biologi tanah
Mempengaruhi
kondisi sosial
Penggunaan pupuk organik mempunyai
kelemahan

Diperlukan dalam Bersifat ruah (bulky), baik


jumlah sangat banyak dalam pengangkutan &
penggunaan di lapangan

Hara yang dikandung Akan menimbulkan kekahatan


unsur hara apabila bahan
untuk bahan sejenis
organikyg diberikan belum
sangat bervariasi cukup matang
SEJARAH PROSES PENGOMPOSAN
• Pengomposan merupakan praktek tertua untuk
menyiapkan pupuk organik yang selanjutnya
dikembangkan menjadi kunci teknologi untuk mendaur
ulang limbah pemukiman dan perkotaan

• Di Indonesia pemanfaatan kotoran ternak sebagai


pupuk kandang sudah dipraktekkan sejak lama oleh
petani tradisional

• Tidak ada catatan sejarah tentang pendekatan ilmiah


proses pengomposan di Indonesia kemungkinan besar
diperkenalkan oleh pakar Belanda
SEJARAH PROSES PENGOMPOSAN
• Pengomposan merupakan praktek yang biasa
dilakukan di pekarangan di depan memanfaatkan
sampah pekarangan untuk bahan kompos, atau di
desa dengan memanfaatkan kotoran ternak.

• Beberapa publikasi populer lama menjelaskan


bahwa kompos yang baik dibuat dari campuran
sisa tanaman dan kotoran ternak dengan
perbandingan 3 : 1
PRINSIP PROSES PENGOMPOSAN
• Merupakan proses biologis oleh mikroorganisme secara terpisah
atau bersama-sama dalam menguraikan bahan organik menjadi
bahan semacam humus

• Bahan yang terbentuk mempunyai berat volume yang lebih rendah


daripada bahan dasarnya, bersifat stabil, kecepatan proses
dekomposisi lambat dan sumber pupuk organik

• Proses pengomposan juga bermanfaat untuk mengubah limbah


yang berbahaya, seperti : tinja, sampah dan limbah cair menjadai
bahan yang aman dan bermanfaat

• Organisme yang bersifat patogen akan mati karena suhu yang tinggi
pada saat proses pengomposan berlangsung
PRINSIP PROSES PENGOMPOSAN

Proses Mikrobiologi

Tahapan Proses Pengomposan

Pra-Pematangan (Tahap Dekomposisi &


Sanitasi)

Tahap Pematangan Utama (Tahap Konversi)

Pasca-Pematangan (Tahap Sintetsis)


PRINSIP PROSES PENGOMPOSAN

• Kandungan bahan dasar kompos mengandung


No Kandungan Besarnya
1. Selulosa 15% – 60%
2. Hemiselulosa 10% – 30%
3. Lignin 5% – 30%
4. Protein 5% – 40%
5. Bahan mineral (abu) 3% – 5%
Larutan air panas & dingin (gula, pati, urea,
6. 2% – 30%
asam amino, garam amonium)
7. Lemak larut eter & alkohol, minyak & lilin 1% – 15%
Kurva Proses Pengomposan
a. Proses Mikrobiologi
• Menurut Biddlestone dan Gray (1985) konversi
biologi bahan organik dilaksanakan oleh bermacam-
macam kelompok mikroorganisme heterotropik
seperti bakteri, fungi, aktinomisetes dan protozoa

Pengomposan
aerob Pengomposan
anaerob
Organisme yang Aktif dalam Proses Pengomposan

Kelompok Organisme Jumlah/g Kompos Lembab


Mikroflora Bakteri 10⁸ - 10⁹
Aktinomisetes
Fungi
Mikrofauna Protozoa 10⁵ - 10⁸
Makroflora Fungi 10⁴ - 10⁶
Makrofauna Cacing tanah 10⁴ - 10⁵
Rayap, semut, kumbang
dll
Tahapan Proses Pengomposan

Kategori
Tahapan Pematangan Produk
Pematangan

Dekomposisi dan Pra-matang /


Kompos segar III
Sanitasi dekomposisi intensif

Konversi Pematangan utama Kompos segar III

Sintetik Pasca-pematangan Kompos matang IV & V


Perbedaan antara Kompos Segar dan Matang

KOMPOS SEGAR KOMPOS MATANG


Nitrogen dalam bentuk ion amonium Nitrogen dalam bentuk ion nitrat
Sulfur sebagian bentuk ion sulfat Sulfur dalam bentuk ion sulfat
Diperlukan oksigen jumlah tinggi Diperlukan oksigen jumlah rendah
Konsentrasi hara tinggi Konsentrasi hara rendah
Hara tidak tersedia untuk tanaman Hara sebagian tersedia untuk tanaman
Konsentrasi vitamin & antibiotik rendah Konsentrasi vitamin & antibiotik tinggi
Konsentrasi bakteri tanah & fungi tinggi Konsentrasi bakteri tanah & fungi lebih
yang mendekomposisi bahan organik tinggi yang terbentuk dari peruraian
Persentase senyawa organik yg tidak senyawa yg mudah terdekomposisi
termineralisasi tinggi Aras mineralisasi 50%
Kapasitas pengikatan air rendah Kapasitas pengikatan air tinggi
Tidak ada kompleks lempung-humus Terbentuk komplek lempung-humus
Tidak kompatibel dengan tanaman Kompatibel dengan tanaman
FAKTOR YG MEMPENGARUHI & MENGONTROL
PROSES PENGOMPOSAN

• Pada umumnya sampah rumah tangga terdiri atas


bahan tumbuhan (60% - 75% berat segar), diikuti
bahan keras (12%), kantong plastik / potongan kain
(4%)

• Kertas, plastik, logam, gelas & bahan lainnya dalam


sampah kota pada umumnya dikumpulkan oleh
pemulung & ddaur ulang untuk menambah
pendapatan
FAKTOR YG MEMPENGARUHI & MENGONTROL
PROSES PENGOMPOSAN

Kelembapan

Suhu Sirkulasi Udara


(Aerasi)

Nilai pH Nisbah C/N

Penghalusan & Pencampuran


Bahan
Nisbah C/N Bahan Dasar Kompos

Limbah Kaya Nitrogen Nisbah C/N Limbah Kaya Karbon Nisbah C/N
Limbah cair 2-3 Daun (jeruk, oak, beech) 40 – 60
Kotoran ayam 10 Buah 35
Kotoran babi & jerami 13 – 18 Jerami gandum/legum 40 – 50
Rumput 12 Jerami oat 60
Limbah sayuran 13 Jerami rye/gadum 100
Limbah dapur 23 Kulit kayu 100 – 130
Kentang 25 Tebasan semak 100 – 150
Kotoran Kuda 25 Abu gergaji (kayu) 100 – 500
Bulu unggas, rambut, wol 30 Kertas / hardboard 200 - 500
METODE PENGOMPOSAN

Metode
Indore

Metode Metode
Jepang Heap

Metode
Pengomposan

Metode
Metode
Vermikomp
Bangalore
os

Metode
Berkeley
Memperkaya Kandungan Hara Kompos

• Apabila bahan organik yang digunakan untuk bahan


dasar kompos mengandung nitrogen rendah, maka
dapat diperkaya dengan :

a. Menambahkan limbah organik yg kaya nitrogen (pakan


ikan, kotoran unggas, urin, dll)

b. Menambahkan pupuk urea dengan dosis 1% N; apabila


penambahan nitrogen > 1% meningkatkan kehilangan
nitrogen melalui proses volatilisasi dalam bentuk gass
amonik (NH₃), karena proses denitrifikasi berjalan dengan
cepat & suhu bahan kompos cukup tinggi
KENDALA PEMBUATAN KOMPOS

Kebanyakan petani dala menyiapkan lahannya lebih senang membenamkan


langsung limbah panennya dari tanaman sebelumnya atau melaksanakan
1
pembakaran untuk dimanfaatkan abunya, daripada dikumpulkan & dipersiapkan
untuk bahan dasar kompos
Persaingan kepentingan bahan dasar kompos, diminati petani petani yg lebih
2 menguntungkan & segera menghasilkan uang, termasuk untuk pakan ternak,
industri kertas, menimbuni cekungan
Proses pengomposan mememrlukan waktu yang relatif lama & tenaga yg
3
banyak, sehingga dianggap memberatkan petani
Bahan dasar kompos harus tersedia dalam jumlah relatif banyak & bersifat ruah
4
(bulky)
Apabila proses pengomposan yg dilaksanakan tidak mengikuti standar
5 pengomposan yg sudah teruji atau asal-asalan, maka diperbolehkan kompos
dengan kualitas rendah
Limbah pemukiman & perkotaan lebih banyak dimanfaatkan untuk bahan
6
timbunan galian tanah, daripada bahan dasar pembuatan kompos
HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai