Anda di halaman 1dari 22

PUPUK ORGANIK PADAT

KANDUNGAN PUPUK
NO PARAMETER KADAR SATUAN
1 N 1.0 – 1.5 %
2 P2O5 0.8 – 1.2 %
3 K2O 1.0 – 1.5 %
4 C-Organik 13  – 18 %
5 C/N 13 – 16
6 pH 6.5 – 8
7 Kadar air 25 – 30 %
8 Bahan Ikutan Tidak terdeteksi %
9 E. Coli    Tidak terdeteksi Koloni/gram
10 Salmonella sp. Tidak terdeteksi Koloni/gram
11 Aspergilus sp. 1.9 x 103 Koloni/gram
12 Trichoderma sp. 3 x 103 Koloni/gram
Sumber: Hasil Laboratorium Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.

KENAPA MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK ?

Pembangunan pertanian yang selama ini merupakan adopsi dari keajaiban revolusi hijau dengan berbasis
unggulan yang mengacu pada sistem usaha tani berbasis kimia dan pestisida, secara instan telah memberikan
hasil pangan dunia. Namun disisi lain menimbulkan dampak negatif yang sangat besar.  Terjadinya degradasi
lahan yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sudah mencapai pada tahap yang kritis.
Hal ini dapat terlihat dengan semakin tingginya kebutuhan pupuk kimia terhadap lahan sehingga untuk
mencapai produktivitas yang cukup petani harus mengeluarkan biaya produksi yang semakin bertambah,
sementara produksi yang dilakukan tidak mengalami peningkatan yang berarti, bahkan dilaporkan bahwa
kandungan bahan organik tanah di pilau Jawa pada umumnya kurang dari 2% dan sekitar 95% lahan pertanian
di indonesia mengandung lahan organik kurang dari 1%, pada hal kebutuhan minimum bahan organik untuk
pertanian adalah 4-5%.
Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk baik organik maupun anorganik.
Pupuk anorganik dapat menyediakan hara dengan cepat, namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan
menimbulkan kerusakan tanah dan meningkatkan kemasaman tanah, hal ini tentu saja tidak menguntungkan
bagi pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan hara
dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif tanaman.
Penggunaan pupuk organik sangat baik karena dapat memberikan manfaat baik bagi tanah maupun tanaman.
Pupuk organik dapat menggemburkan tanah, meningkatkan sirkulasi udara dalan tanah , memperbaiki struktur
dan porositas tanah, serta meningkatkan komposisi mikroorganisme tanah,  meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Pupuk organik juga
menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa
penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman,
sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman
juga menurun. Pupuk organik dengan kandungan C-Organik yang tinggi (>12%) akan mampu meningkatkan
kandungan bahan organik tanah yang akan meningkatkan kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah dan berdampak
pada peningkatan produktivitas tanaman.

KUALITAS PUPUK ORGANIK INI !


Pupuk organik ini, yang diolah dari bahan baku sampah organik yang diproses secara fermentasi dengan suhu,
kelembapan, dan udara dikontrol. Pupuk organik ini selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah, juga mampu membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman, produksi tanaman, serta meningkatkan
kualitas produk tanaman. Secara umum fungsi pupuk organik ini sebagai berikut:
1.       Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung 
merupakan sumber hara N, P, K, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan
organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri
penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.       Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi,
permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan
meningkat.

1.        Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.


2.        Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
3.        Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah.
4.        Meningkatkan kapasitas sangga tanah
5.        Meningkatkan suhu tanah
6.        Mensuplai energi bagi organisme tanah
7.        Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

ATURAN PEMAKAIAN PUPUK

1.      Diaplikasikan sebagai pupuk dasar,

2.    Untuk tanaman padi:

 Sebarkan pupuk, sebelum pembajakan tanah.


 Lakukan pembajakan.
 Alirkan air secukupnya.
 Lakukan penanaman minimal 1 hari setelah pembajakan.
 Untuk pemakaian pertama sampai ketiga gunakan 3 ton pupuk per hektar arel.
 Untuk pemakaian keempat cukup menggunakan 1-2 ton pupuk per hektar areal.

 3.   Untuk tanaman cabe:

 Lubang dengan diameter 10-13 cm, kedalaman 15-20 cm.


 Masukkan campuran pupuk dan tanah secukupnya kedalam lubang.
 Lakukan penyiraman, biarkan 1 hari.
 Lakukan penanaman pohon cabe kedalam lubang.
 Tutup bagian atas dengan tanah biasa setebal 2-5 cm.
 150-250 gram pupuk per pohon.

 4.   Untuk tanaman kakao baru tanam:

 Lubang dengan ukuran diameter 20-30 cm.


 Masukkan campuran pupuk dan tanah secukupnya ke dalam lubang.
 Lakukan penyiraman, biarkan 1 hari.
 Lakukan penanaman pohon kakao ke dalam lubang.
 Tutup bagian atas setebal 5-10 cm dengan tanah biasa.
 1,5-2 kg per pohon.

 5.   Untuk tanaman kakao besar:

 Gali lubang keliling pohon bentuk parit/saluran sedalam 30-50 cm dengan galian
jarak 40-60 cm dri pohon.
 Masukkan campuran pupuk dengan tanah secukupnya.
 Lakukan penyiraman, dan tutup lubang dengan tanah biasa setebal 5-10 cm.
 3-4 kg perpohon
KOMMUS
KOMPOS BERBENTUK HUMUS
Kandungan Hara, Peran Mikroba dan

Aplikasinya Pada Tanaman


 
Kompos mengandung nutrisi tanaman yang lebih rendah dibanding dengan pupuk
mineral/kimia, tetapi kompos mempunyai kelebihan lain seperti mempunyai peran dalam
memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik maupun mikrobiologis yang sangat berpengaru
pada nutrisi tanaman.

Pengomposan adalah proses pengubahan bahan limbah organik secara


konstan oleh aktivitas dari suatu suksesi berbagai jenis jasad renik, yang masing -
masing memiliki kondisi tertentu dengan waktu yang relatif terbatas. Bahan
berubah menjadi kompos yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah. Jadi
kompos adalah produk hasil fermentasi bahan - bahan organik oleh sejumlah besar
jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir
berupa humus.
Faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah
perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran
bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan kemampuan jassad renik yang terlibat,
penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik
patogen.
Ada dua aspek yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan
limbah pertanian dan kotoran manusia. Pertama proses pengomposan akan
menyebabkan hilangnya sumber penularan penyakit dan kedua akan meningkatkan
nutrisi apabila kembali ke tanah sebagai penyedia humus.
Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik terus meningkat
sejalan dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah,
rendahnya daya ikat air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam
tanah. Lebih-lebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin
langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan terutama lahan yang
diusahakan secara intensif, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari
seluruh bahan organik tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia ini dan paling susah
didegradasi. Bahan ini akan membentuk kira-kira 60 % dari seluruh bahan apabila
di daur ulang. Kalau dibiarkan, bahan ini akan menimbulkan limbah dalam jumlah
yang sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha
untuk mendaur ulang, salah satu caranya adalah dengan cara pengomposan
Sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih
kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan.
Jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan
dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok
thermophilik ( 40oC ), mesophilik (20-400 C) dan ada juga yang termasuk dalam
kelompok psychrophilik (di bawah 200C). Adanya jasad renik perombak selulosa
berkaitan erat dengan keberadaan bahan selulosa di alam.

Dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor
keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di
bumi ini.

Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah


bagian dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya
pada bahan material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad
renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.

Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan
menggunakan aktivator yang berupa bahan yang mengandung nitrogen atau fosfor
atau juga berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulose dalam
proses pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih diperpendek.

Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerja


bersama beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam
dalam suatu tatanan tertentu.

Mengingat keadaan seperti tersebut di atas, maka kompos sebagai salah satu
pupuk alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk
kandang dan pupuk hijau. Ditambah pula bahwa bahan - bahan organik untuk
pembuatan kompos di lahan pertanian/perkebunan yang berupa jerami padi, pohon
jagung, rumput-rumput kering,serabut kelapa,limbah pabrik kelapa sawit,
penggilingan padi, eceng gondok dsb, cukup berlimpah dan belum banyak
dimanfaatkan. Di samping limbah cair yang berasal dari kotoran ternak, pabrik
tepung tapioka, pembuatan tahu, tempe dsb yang semestinya dapat digunakan
sebagai bahan pembuat kompos umumnya masih terbuang percuma. Dengan
demikian kompos diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan penyubur di lahan
pertanian maupun perkebunan atau dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan
bekas galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH
di daerah lahan asam.

Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah


diperkirakan hanya 1% saja. Di lahan yang ditanami, kandungan organik lahan
tersebut makin lama makin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus
menerus. Untuk mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu
diberi tambahan bahan organik, seperti kompos.

Aktivitas mikrobiologis dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir
jasad renik yang telah ada dalam tanah. Pemberian kompos dapat menstimulir
aktivitas amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilisasi, yang disebabkan
oleh kerja berbagai jasad renik dalam tanah. Oleh karena itu pemberian kompos ke
dalam tanah akan meningkatkan produktivitas lahan secara permanen. Dan apabila
para petani di lahan kritis dapat membuat dan menggunakananya sebagai bahan
suplemen pupuk anorganik diharapkan produktivitas lahan tersebut akan
meningkat. Tentu saja penggunaan bahan limbah yang berlimpah sebagai bahan
pembuatan kompos, akan mengurangi penggunaan pupuk anorganik oleh para
petani setempat yang harganya relatif mahal.

Kompos sebagai penyedia unsur hara utama nutrien tanah (NPK) dan sebagai
penyedia mikronutrien yang mengalami degradasi apabila lahan tersebut digarap
secara intensif dengan sasaran produktivitas tinggi. Kompos yang berbentuk
koloidal dalam tanah dan bermuatan negatif dikoagulasikan oleh kation dan
partikel tanah sehingga berbentuk granular. Oleh karena itu kompos dapat
memperbaiki struktur, tekstur dan kelembutan tanah.

NUTRISI YANG TERKANDUNG DALAM KOMPOS

Nutrisi yang terkandung dalam kompos umumnya tertera dalam tabel 1. di


bawah. Tergantung pada bahan dasarnya dan juga mikroba yang digunakan,
kandungan nutrisi kompos bervariasi dan dapat ditingkatkan sesuai yang kita
kehendaki.

Tabel 1. Kandungan nutrisi dalam kompos

No. Jenis nutrisi Kandungan (%)


1 Karbon (C) 19,0 - 40
2. Nitrogen (N) 0,7 – 2,5
3. Fosfor (P) 0,01 – 0,14
4. Kalium (K) 0,39 – 1,35
5. Magnesium (Mg) 0,04 – 0,21
6. Kalsium (K) 0,13 – 1,32
7. Air 10 – 15
8. C/N 9,0 – 20,0

PENGGUNAAN KOMPOS
Penggunaaan kompos untuk pupuk tanaman banyaknya tergantung pada
jenis tanman itu sendirI dan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Dengan
menggunakan kompos yang kandungan nutrisinya seperti tertera di atas banyaknya
kompos untuk setiap tanaman tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Penggunaan kompos untuk beberapa tanaman.

Jenis tanaman Ton/Ha Jenis tanaman Ton/Ha


Padi sawah 5 Kacang Tanah 4,5
Jagung 2,4 Kopi 1,6
Tebu 14,15 Kakao 1,0
Ubi kayu 24,2 Karet 0,65
Krotalaria 7,45 Agave 2,9
Kentang 4,1 Tembakau 25,2
Kelapa 3,05 Lada 6,45
Kelapa Sawit 7,5 Nanas 16,7
Kedelai 5,7 Jeruk 2,45
Teh 1,85 Pisang 5,1

Penggunaan kompos khusus yang kandungan nutrisinya sengaja dibuat


untuk satu atau beberapa jenis tanaman sangat dianjurkan, karena jumlah kompos
yang digunakan untuk tanaman tersebut relatif jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan kompos biasa. Seperti diketahui kompos terbentuk karena adanya reaksi
degradasi bahan dasar oleh berbagai jenis mikroba dalam kondisi yang selalu
berubah. pH dan suhu yang meningkat, dan oksigen yang semakin berkurang.
Terjadi suksesi aktivitas kerja mikroba yang disebabkan oleh berubahnya pH, suhu
dan oksigen. Terbentuknya kompos disebakan oleh berperannya berbagai jenis
mikroba yang berperan pada setiap perubahan kondisi tersebut di atas. Oleh karena
itu hasil beberapa penelitian memperlihatkan adanya mikroba unggul yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah dan dapat membentuk
kompos dengan sempurna.

Diketahui juga ada beberapa jenis mikroba yang dapat memecah fosfor
anorganik (dalam bentuk batuan) selama kompos berada dalam tanah, disamping
mengandung beberapa mikroba yang dapat mengikat fosfor kalau berinteraksi
dengan beberapa jenis tanaman tinggi tertentu. Kehadiran mikroba yang terdapat
dalam kompos yang diberi bibit unggul juga dapat menghasilkan antibiotic dalam
tanah, sehingga semakin lama tanah tersebut bebas dari sumber penyakit. Selain itu
ada juga mikroba yang dapat mengikat N dari udara selama penyimpanan dan juga
pada waktu berinteraksi dengan akar tumbuhan polongan apabila kompos berada
dalam tanah. Dalam pelaksanaannya, karena pengomposan akan berlansung pada
suhu yang akan mencapai 60-70 0C, beberapa mikroba ungul yang dapat mengiikat
N dari udara tanpa bekerja sama dengan tumbuhan tersebut harus dimasukkan ke
dalam kompos setelah proses pengomposan selesai. Mereka akan bekerja pasca
proses pengomposan.

Cara Pembuatan Kompos Dengan Menggunakan Bibit


Kompos

KATALEK
Bibit Kompos KALATEK merupakan bibit pembuatan kompos yang diteliti
selama beberapa tahun akan keefektifan mikrobanya dalam merombak bahan-bahan
organik menjadi unsur hara yang berguna bagi tanah
Petunjuk Pembuatan Kompos :

Langkah 1 “persiapan bahan dan tempat pengerjaan”:

 Kumpulkan terlebih dahulu bahan-bahan minimal 1 ton terdiri dari kotoran


ternak dan sampah organik dengan perbandingan bahan 1 : 3 atau
sebaliknya.
 Sampah-sampah organik perlu dicacah terlebih dahulu sampai panjangnya 3
– 5 cm agar mempercepat proses pendegradasian bahan.
 Memperkirakan volum tumpukan kompos: lebar : 1- 2 m, tinggi : 1-1,5 m
panjang minimal 1 m, maksimalnya tergantung kebutuhan.
 Membuat parit sekitar tempat yang akan menjadi lahan tumpukan, dan
untuk mencegah air masuk ke dalam tumpukan kompos.

Langkah 2 “tata laksana penumpukan bahan “ :

 Perbandingan bahan organik dengan kotoran ternak adalah 1 : 3 (1 bagian


bahan organik dan 3 bagian kotoran ternak : Cara A) atau sebaliknya (Cara
B).
 Tinggi tumpukan minimal adalah 1 m sampai 1,5 m dibagi menjadi 9
tumpukan, yang terdiri atas sampah organik, kotoran hewan dan bahan lain
yang diperlukan serta bibit kompos KATALEK. Tinggi masing-masing
lapisan berkisar antara 15 cm – 23 cm.
Langkah 3
“pembuatan
lapisan”:

 Bagian
bahan
organik
yang telah
dicacah
ditumpuk
dahulu pada
areal

penumpukan yang telah ditetapkan.


 Setelah itu kotoran ditumpuk di atas bahan atau sampah organik yang telah
ditumpuk.
 Taburkan bibit kompos KATALEK 0,1 % dari berat tumpukan. Atau 1 ton
bahan berbanding dengan 1 kg bibit kompos KATALEK.
 Lapisan-lapisan tersebut dibuat sampai 9 lapisan.
 Tumpukan tersebut ditutup dengan plastik hitam secara rapat sehingga
tumpukan tidak terkena sinar matahari atau hujan.

Langkah 4 “Pembalikan dan Pemanenan”:

 Pembalikan dilakukan 3 kali.


 Rentang waktu pembalikan ialah selama 4 hari (Cara A) 7 hari (Cara B).
 Panen dilakukan 4 hari (Cara A) atau 7 hari (Cara B) setelah 3 kali
pembalikan.
 Usahakan dilakukan pembalikan secara merata sehingga permukaan luar
tumpukan ada di dalam dan sebaliknya tumpukan dalam menjadi
permukaan luar tumpukan

Keterangan :

Bahan yang telah


sampai pada waktunya
perlu diuji, apakah bahan
tersebut telah menjadi
kompos atau belum.

Caranya adalah
sebagai berikut:
1. Apabila kompos hasil panen pembalikan ke-4 masih mempunyai bau berarti
kompos tersebut belum jadi.

2. Ambil sedikit kompos, celupkan ke dalam gelas/wadah yang berisi air jernih, lalu
diaduk dan dibiarkan beberapa saat. Apabila air adukan kompos akhirnya
berwarna jernih, berarti kompos sudah terbentuk dan apabila air tetap keruh,
maka kompos tersebut belum terbentuk. Langkah selanjutnya, tumpukan dibalik
dan disimpan lagi sampai kompos terbentuk

3. Warna kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan berbentuk
seperti tanah/humus.

Diagram Produksi Kompos

Ringkasan Mengenai Pengomposan dan Kompos

1. Pengomposan : penguraian bahan organik oleh sejumlah besar


mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan
hasil akhir berupa humus.
2. Mikroorganisme : anggota paling kecil dan paling sederhana dari dunia
tanaman dan hewan
3. Mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara dan makanan dari
bahan organik  melepaskan karbon dioksida, air dan energi  berkembang
biak  mati.

Sebagian energi yang dilepaskan tersebut, digunakan untuk pertumbuhan


dan gerakan, sisanya dibebaskan sebagai panas. Akibatnya setumpuk bahan
kompos melewati tahap-tahap penghangatan, suhu puncak, pendinginan dan
pematangan.

4. Bahan limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang mampu


melakukan proses pengomposan.
5. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisme memerlukan pasokan
makanan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor
dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi. Kebutuhan ini tersedia
dalam bahan limbah.
6. Penguraian bahan organik pada saat pengomposan merupakan situasi yang
terus berubah, suhu, pH dan ketersediaan makanan yang bervariasi.
7. Pada saat pengomposan spesies organisme dan jumlahnya juga berubah.
8. Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah ukuran partikel
bahan, perbandingan C/N, kelembaban, aerasi, suhu, macam atau jenis
campuran bahan, macam dan kemampuan jasad renik yang terlibat.
9. Semakin kecil ukuran partikel bahan organik, semakin besar pula luas
permukaan yang tersedia untuk dikerjakan oleh mikroorganisme. Partikel
yang amat kecil mengumpul dengan ketat sehingga ruang antara partikel
menjadi kecil dan sempit, ini mencegah gerakan udara kedalam tumpukan
kompos dan gerakan karbondioksida keluar tumpukan.
10. Jika ukuran partikel amat besar, luas permukaan untuk operasi amat kurang,
reaksi kemudian akan berjalan lambat atau bahkan terhenti sama sekali.
11. Nitrogen merupakan unsur hara yang paling penting, jika tersedia cukup
nitrogen dalam bahan organik awal, kebanyakan unsur hara yang lainnya
akan tersedia pula dalam jumlah yang cukup.
12. Perbandingan C/N dalam campuran pertama berkisar antara 25 – 35. Jika
perbandingan jauh lebih tinggi, prosesnya akan memakan waktu yang lama
sebelum karbon dioksidasi menjadi karbondioksida. Jika lebih kecil nitrogen
yang merupakan komponen penting dari kompos akhir akan dibebaskan
sebagai amonia.
13. Cara yang paling sederhana untuk menyesuaikan perbandingan C/N adalah
dengan mencampur berbagai bahan dengan kadar nitrogen tinggi dan karbon
rendah.
14. Nitrogen juga dapat ditambahkan dalam bentuk pupuk organik (makanan,
tulang, tanduk, kuku, ampas minyak dan darah kering) atau pupuk
anorganik (urea dan amonium nitrat).
15. Fosfor merupakan unsur hara yang kurang penting dalam pengompoasan,
tapi kadang sengaja ditambahkan. Hilangnya nitrogen sebagai amonia dari
tumpukan kompos dapat dikurangi sebagian dengan penambahan bahan
yang mengandung fosfor. Fosfat batu diubah dari bentuk tidak larut air
menjadi bentuk yang lebih dapat digunakan untuk tanaman.
16. Untuk memaksimalkan kandungan unsur hara dari kompos yang dihasilkan
diperlukan pengurangan peluruhan berat dari tumpukan dengan
melindunginya dari hujan deras dan kepenuhan air.
17. Pada kandungan air dibawah 30%, reaksi biologis dalam tumpukan kompos
menjadi lambat. Pada kadar air yang terlalu tinggi ruang antara partikel dari
bahan menjadi penuh air sehingga mencegah gerakan udara dalam
tumpukan.
18. Kandunga air optimum dari bahan kompos adalah 50 – 60%, tergantung dari
kekuatan basah struktural bahan.
19. Jumlah udara yang cukup kesemua bagian tumpukan kompos diperlukan
untuk memasok oksigen pada organisme dan mengeluarkan karbondioksida
yang dihasilkan.
20. Tidak adanya udara (anaerobik) akan menimbulkan perkembangbiakan
berbagai macam organisme yang menyebabkan pengawetan keasaman atau
pembusukan tumpukan yang menimbulkan bau busuk.
21. Aerasi diperoleh melalui gerakan alami dari udara ke tumpukan dengan
membolak-balikan bahan secara berkala.
22. Ketika bahan organik dikumpulkan menjadi satu untuk pengomposan
sebagian energi yang dilepaskan oleh penguraian bahan dibebaskan sebagai
panas, hal ini menyebabkan kenaikan suhu.
23. Pada awal proses bahan berada pada suhu sekeliling. Pada tahap awal
organisme yang ada pada bahan berkembang biak dengan cepat dan suhu
naik, pada saat ini semua senyawa amat reaktif seperti gula, tepung dan
lemak diuraikan. Ketika suhu mencapai enam puluh derajat selsius jamur
berhenti bekerja dan penguraian diteruskan oleh actinomicetes dan galur
bakteri pembentuk spora, penguraian menjadi lambat dan suhu puncak
tercapai. Ketika bahan kompos sudah melewati suhu puncak, tumpukan
mencapai stabilitas dimana bahan yang mudah diubah telah diuraikan dan
kebanyakan kebutuhan oksigen yang tinggi telah terpenuhi. Bahan tidak lagi
menarik bagi cacing dan lalat serta tidak menimbulkan bau busuk.
24. Pada saat pendinginan, jerami dan tangkai membusuk terutama oleh jamur.
Hal ini disebabkan begitu suhu turun kurang dari 60 derajat selsius jamur
menyerang kembali daerah tumpukan yang lebih dingin dan menyerang
senyawa yang kurang reaktif seperti hemiselulosa dan selulosa,
menguraikannya menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yang tersedia
bagi mikroorganisme lain.
25. Proses selanjutnya memasuki tahap pematangan dengan jumlah penguraian
yang rendah dan panas yang dilepaskan kecil.
26. Sebelum pematangan, tumpukan kompos yang dibulak-balik terjadi
peningkatan suhu yang timbul dari kerja mikroorganisme yang meningkat.
27. Suhu 55-65 derajat selsius dipertahankan selama 3 hari untuk membunuh
hapir seluruh gulma dan patogen. Tidak ada bakteri penyakit pada kompos
yang dibuat secara sempurna.
28. Pengomposan timbul dari kegiatan mikroorganisme, karena itu diharapkan
bahwa proses pengomposan akan lebih baik dengan penambahan inokulan
dari kultur khusus.

Contoh-Contoh Penghitungan Penggunaan Kompos


Untuk Tanaman
1. KEBUTUHAN KOMPOS UNTUK TANAMAN CABE KERITING

 Dosis yang dianjurkan : 250 kg Urea/ ha

 Urea mengandung : 45 % Nitrogen

 Kebutuhan Nitrogen/ ha : 250 x 45 kg = 112,5 kg

100

 Kompos mengandung : 0,97 % Nitrogen

 Kebutuhan kompos/ha : 100 x 112,5 kg = 11597,9 kg/ ha

0,97

= 11,598 ton

 Jarak tanam cabe keriting : 60 x 50 cm


 Populasi / ha : 10.000 = 33.333 tanaman

0,6x 0,5

 Kebutuhan kompos/ tanaman : 11597,9 = 0,347 kg

33.333

= 0,35 kg = 350 gram

2. KEBUTUHAN KOMPOS UNTUK CABE BESAR

 Dosis yang dianjurkan : 275 kg Urea/ ha

 Kebutuhan Nitrogen : 275 x 45 = 123,75 kg/ha

100

 Kompos mengandung : 0,97 % Nitrogen

 Kebutuhan kompos/ ha : 100 x 123,75 kg = 12757,7 kg

0,97

= 12,758 ton

 Jarak tanam : 60 x 70 cm

 Populasi/ ha : 10.000 = 41.666 tanaman

0,6 x 0,4

 Kebutuhan kompos/ tanaman : 12757,7 = 0,306 kg

41.666

= 306 gram

3. KEBUTUHAN KOMPOS UNTUK TANAMAN CABE KERITING

(Apabila kandungan nitrogen dalam kompos 1 dan 2%)


 Dosis yang dianjurkan : 250 kg Urea/ ha

 Urea mengandung : 45 % Nitrogen

 Kebutuhan Nitrogen/ ha : 250 x 45 kg = 112,5 kg

100

 Kompos mengandung : a.1% nitrogen

 b.2 % nitrogen

 Kebutuhan kompos/ha : a. 100 x 112,5 kg = 11250 kg/ ha

= 11,250 ton/ha

b.5625 kg/ha= 5.625 ton/ha

 Jarak tanam cabe keriting : 60 x 50 cm

 Populasi / ha : 10.000 = 33.333 tanaman

0,6x 0,5

 Kebutuhan kompos/ tanaman : a. 11250 = 0,338 kg/tanaman

Pupuk SP & Organik

PUPUK ORGANIK GUANO


Ijin Deptan : G 582/ORGANIK/DEPTAN-PPI/2010
PUPUK HAYATI PADAT "MIKORIZA"

Merupakan pupuk organik mengandung cendawan mikoriza yang mampu


masuk kedalam akar tanaman yang berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan air
MIKROSIL 
Merupakan formulasi bahan mikro utama, diolah dari bahan pilihan,
sangat efektif untuk pertumbuhan, pembuahan, pembentukan umbi serta
kualitas hasil panen pada semua tanaman 
kandungan unsur : S, Mg, Cu, Fe, Zn, Ca unsur pelengkap : zat organik

 MEGAMIKRO

Merupakan pupuk mikro lengkap yang sangat dibutuhkan oleh tanaman


dalam masa pertumbuhan vegetatif maupun generatif mengandung unsur
dalam bentuk siap diserapoleh tanaman yang berguna untuk
melipatgandakan hasil dan memperbaiki mutu hasil panen

Mengandung unsur mikro : S, Mg, Mn, Cu, Ca, Zn, Fe, Na, Mo, B
dilengkapi dengan unsur makro : N, P, dan K

 
SP - 27 Cap PADI KUNING (Kadar P2O5
sekitar 18%)

Pupuk SP-27 Cap Padi Kuning dapat merangsang pertumbuhan dan


kesuburan semua jenis tanaman, berguna untuk memperbaiki sifat fisik
tanah serta meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, mempercepat
pertubuhan akar yang sehat sehingga dapat mengambil unsur hara
didalam tanah lebih banyak dan tanaman menjadi kuat.
Pupuk SP-27 Cap Padi Kuning, untuk tanaman semusim sebaiknya
digunakan sebagai pupuk dasar sedangkan untuk tanaman tahunan
diberikan pada awal atau akhir musim hujan atau segera setelah masa
panen, dan dapat digunakan bersama dengan pupuk lain.

PUPUK SSP-18
(kandungan P2O5 ± 18,72% dan S ± 3,94%)
Ijin Deptan : G 506/DEPTAN-PPI/VII/2008
Pupuk Super Phospat (SSP-18) merupakan pupuk unggul saat ini dan
akan datang, toleransi yang luas dapat digunakan pada berbagai jenis
tanaman dengan tingkat kesuburan tanah. Dengan kandungan hara
utama Pospor (P) dalam bentuk P2O5 18% dan unsure makro lain Ca,
Mg, S, juga terdapat unsure mikro yang sangat dibutuhkan tanaman.
Manfaat dan Kegunaan Pupuk SSP-18 :

 Bentuk granular memudahkan aplikasi di lapanganBersifat netral


sehingga tidak mempengaruhi keasaman tanah
 Kandungan hara yang cukup dan tersedia akan mudah merangsang
tanaman tumbuh sehat dan kuat dengan system perakaran yang
kokoh untuk menjaga agar kondisi tanah tetap seimbang
 Unsure hara pospor yang terdapat dalam pupuk SSP-18 hampir
seluruhnya larut dalm air dan dapat diserap tanaman secara
bertahap, sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi selama
periode pertumbuhan
 Kadar air rendah sehingga lebih efisien dalam pengangkutan dan
penyimpanan
 Sebagai pupuk alternatif yang ekonomis dan efisien, serta
diformulasikan ramah lingkungan dan kesehatan. 

PUPUK ORGANIK DOFOSF G-21


Ijin Deptan : G 506/DEPTAN-PPI/VII/2008
TDI : 18/403.56/TDI/III/2008
Pupuk organik Dofosf G-21 diproduksi dengan sistem formulasi seimbang,
yaitu untuk kebutuhan nutrisi tanaman dan perbaikan kualitas struktur
tanah agar dapat meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian
secara optimal, serta berorientasi untuk jangka panjang. Pupuk organik
Dofosf G-21 diformulasikan lebih dari 12 macam bahan organik yang
telah mengalami fermentasi sempurna (c/n ratio 5-7% dan C organik 10-
15%) dan diperkaya dengan mineral macro, multivitamin, glukosa, asam
amino dan humic acid. Sehingga menjadi pupuk organik lengk ap,
disamping unsur hara makro nutrient (N,P,K,Ca,Mg,S) serta unsur hara
tambahan mikro nutrient (Cu,Fe,B,Zn,dll) diaplikasikan dengan campuran
organik plus vittan dalam bentuk granular memungkinkan unsur hara
dapat diserap tanaman secara bertahap, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi selama periode pertumbuhan dan menjadi stabilitas
struktur tanah. Pupuk organik Dofosf G-21 juga sangat ramah
lingkungan.

PUPUK ORGANIK GRANUL


(CURAH)
Pupuk Organik ini di jual dalam bentuk masih curah sehingga pembeli
dapat menentukan kemasan dan merk dagang sendiri.

Kapasitas : Banyak

Hasil Lab : C organik : 12.4% BO : 14.4% N total : 3.7% P2O5 : 10.5


ppm K2O : 9.2% pH : 7 Ca : 13.4% Mg : 1.2% (sumber : Lab ilmu tanah UPN
yogyakarta) 

PUPUK ORGANIK GRANUL "GREEN LEAF"


Kandungan : C Organik:12%, C/N:12-25%, pH:5-8, K2O:maks5%, P2O5 maks:5%, Unsur
mikroba:min2% diameter:2-5mm.

Pupuk organik Green Leaf merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa hayati yang
familiar dan mudah didapat di lingkungan.
Fungsi:
Menyediakan fungsi makro dan mikro lengkap senyawa organik komplek (enzim dan asam
organik komplek) serta mikroorganisme yang menguntungkan.

Manfaat Produk:

 Memperbaiki kesuburan fisik tanah dalam jangka panjang dan memacu aktivitas
makro organisme tanah
 Menghemat pemakaian pupuk anorganik dan mengandung ekstrak pestisida hayati
 Bebas sporacendawan/jamur, biji gulma, telur/parasit hama, bakteri phatogen,
termasuk gas beracun, bau, dan meningkatkan produksi tanaman

PUPUK KOTAK (Untuk


Kelapa Sawit)
Pupuk kotak merupakan pupuk organik yang dalam penggunaanya
ditempel pada pelepah kelapa sawit. Pupuk ini sangat efektif dan efisien
karena semua unsurnya dapat di serap secara maksimal.
Keunggulan :

 Efektif dan efisien karena penyerapan unsur oleh tanaman yang


maksimal
 Sangat cocok untuk tana man perkebunan kelapa sawit karena
sudah teruji

PUPUK KOMPOS/KANDANG POWDER DAN GRANUL


(CURAH)
Kami juga menyediakan pupuk kompos/kandang yang terbuat dari
kotoran + urine sapi (sekitar 80%) sudah di ayak kering dengan kadar air
13%.
Kandungan :
-->
N Total 1.40-1.43 C Organik 10.77-11.04
P2O5 3.32-3.36 pH 5.55-5.61
K2O 2.07-2.11 C/N Ratio 7.69-7.72
Ca O 2.59-2.66 Mg O 2.89-2.92
Kadar air 12.23 -13.09

GUANO (Kotoran Kelelawar)


Guano memiliki unsur hara yang lengkap untuk tanaman baik unsur makro dan mikro yang
sangat berguna untuk
1. Memperbaiki dan memperkaya struktur tanah karena 40%
pupuk ini mengandung material organik.
2. Terkandung bakteria dan mikrobiotik flora yang bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai fungisida alami.
3. Kaya akan unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N). Oleh
karena itu jenis pupuk ini lebih dikenal sebagai pupuk organik fosfor.
4. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik yang berada di dalam atau di luar
ruangan,
dan ramah lingkungan

33.333

= 338 gram/tanaman

b.5625 = 0,169 g/tanaman

=169 g/tanaman

33.333

Anda mungkin juga menyukai