Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN TANAH ULTISOL SEBAGAI MEDIA

TANAM TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum) DAN


CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
Muhammad Farhan Hidayat1
1
Kelompok 4 ,Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama Agro C
2Program Studi Agrotektnologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas,
Jl, Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatra Barat, 25175
Email: mfarhanhidayat2002@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman pH antara 5-6, tanah
sedikit mengandung pasir, banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup untuk
pertumbuhannya. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) membutuhkan tanah yang subur dengan pH 6,0-7,0
dan berstruktur gembur, serta peresapan air dan dan sirkulasi udara lancar. Tanah ultisol tergolong lahan marginal
dengan tingkat produktivitasnya rendah dan kandungan unsur hara tanah ini umumnya rendah. Tanah ultisol memiliki
sifat-sifat yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti pH tanah yang masam, yaitu dibawah 5.0, dan KTK
yang rendah. Cara meningkatkan produktivitas ultisol adalah melalui pemberian kapur untuk menaikkan pH tanah
sekaligus menambahkan pupuk kandang. Untuk menunjang pertumbuhan, tanaman juga rutin dipupuk menggunakan
pupuk NPK Mutiara dan NPK Phonska. Praktikum kali ini bertujuan melihat bagaimana pertumbuhan tanaman tomat
dan cabai rawit pada tanah ultisol yang telah diberi perlakuan untuk meningkatkan produktivitasnya. Penanaman
tomat dan cabai rawit di tanah ultisol yang dilakukan menghasilkan pertumbuhan yang baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan hara, terbukti dari banyaknya buah yang dihasilkan tanaman tomat dan tinggi tanaman cabai
rawit yang hampir seragam.

Keywords: Kapur, Pupuk, Tinggi, Buah,

PENDAHULUAN untuk budidaya secara umum harus subur, dengan pH


6,0-7,0 dan berstruktur gembur, serta peresapan air dan
Tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh di dan sirkulasi udara lancar (Bahar, 2009).
segala tempat. Tanaman tomat dapat tumbuh baik di Tanah ordo ultisol merupakan salah satu jenis tanah
dataran tinggi, yaitu diatas 700 mdpl, dataran medium yang dijumpai di Indonesia yang penyebarannya di
(200-700 mdpl), dan dataran rendah, yaitu dibawah 200 beberapa pulau besar mencapai luas sekitar 45.794.000
mdpl. Untuk pertumbuhan yang baik, tomat ha atau 25% dari luas wilayah daratan Indonesia. Tanah
membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman pH ini berkembang pada berbagai topografi, mulai dari
antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, banyak bergelombang hingga bergunung dengan curah hujan
mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan yang tinggi (Alibasyah, 2016). Tanah ultisol memiliki
cukup. Pada temperatur di atas 32° C warna buah tomat banyak permasalahan, yaitu kandungan bahan organik
cenderung kuning, sedangkan pada temperatur tidak tanah sangat rendah, kemasaman tanah yang tinggi,
tetap warna buah cenderung tidak merata. Temperatur kejenuhan basa kurang dari 35%, kejenuhan Al tinggi,
ideal dan berpengaruh baik terhadap warna buah tomat KTK tanah rendah, kandungan N, P, dan K rendah, serta
adalah antara 24-28° C yang umumnya merah merata. sangat peka terhadap erosi (Karo, 2017).
Keadaan temperatur dan kelembaban yang tinggi, Ultisol tergolong lahan marginal dengan tingkat
berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan, produktivitasnya rendah dan kandungan unsur hara
produksi, dan kualitas buah tomat. Kelembaban yang tanah ini umumnya rendah. Tanah ultisol memiliki sifat-
relatif diperlukan untuk tanaman tomat adalah 80%. sifat yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya matahari seperti pH tanah yang masam, yaitu dibawah 5.0, dan
sekitar 10-12 jam tiap hari (Distan Kab. Buleleng, KTK yang rendah yaitu sebesar 12.6 me/100g
2020). (Alibasyah, 2016).
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Menurut Alibasyah (2016) cara meningkatkan
merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin. produktivitas ultisol adalah melalui pengapuran untuk
Di Indonesia tanaman ini dapat ditanam di daerah menaikkan pH tanah sekaligus menambahkan hara
tegalan dengan kisaran ketinggian mulai dari 0-1.000 m kalsium. Bahan kapur merupakan pengendali
di atas permukaan laut, di daerah dengan suhu 26-28° kemasaman tanah yang paling tepat karena reaksinya
C, curah hujan 1.000-3.000 mm/tahun pada zona sekitar cepat dan menunjukkan perubahan kemasaman tanah
khatulistiwa (0-100 LU/LS). Tanah yang digunakan yang sangat nyata. Pemberian kapur setara 1xAl-dd
1
dapat menaikkan pH dari 4,5 - 5,0 menjadi 5,3-5,4 dan bersifat asam dan dapat digunakan sebagai media
menurunkan kejenuhan Al < 30%. Apabila pemberian tanam. Sedangkan penggunaan pupuk kandang 10 kg
kapur setara 2xAl-dd dapat menaikkan pH hingga 5,9 – per bedengan bertujuan untuk menambah nutrisi dan
6,0 dan kejenuhan Al turun hingga 3 – 5%. Kondisi bahan organik bagi tanah agar tanah gembur dan subur.
tersebut cocok untuk semua jenis tanaman pangan. Tanah yang telah dicampur dengan kapur dan pupuk
Selain menggunakan kapur, cara meningkatkan kandang tadi selanjutnya digemburkan dengan cara
produktivitas tanah ultisol adalah dengan diaduk-aduk menggunakan cangkul. Bedengan juga
memberikannya pupuk organik. Jenis dari pupuk dilabeli agar bedengan kelompok satu dengan kelompok
organik adalah pupuk kandang. Pupuk kandang adalah lainnya tidak tertukar-tukar. Pembuatan lubang tanam
pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang dilakukan dengan menentukan jarak tanam antar
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang tanaman yang akan ditanam. Untuk tanaman tomat,
adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, diberlakukan jarak tanam 20 x 20 cm, sedangkan untuk
seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam. Kandungan tanaman cabai rawit adalah 50 x 50 cm. Lidi digunakan
unsur hara dari ketiga jenis hewan ini pun berbeda-beda, sebagai penanda lubang tanam.
sapi memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, Bedengan yang akan digunakan untuk menanam
Phospor 0,2%, dan Kalium 0,1%. Sedangkan kambing tomat diberi atau dipasangkan ajir terlebih dahulu di
memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor sela-sela atau dantara dua lubang tanam yang telah
0,3%, dan Kalium 0,17%, serta ayam memiliki ditandai. Ajir diikat dengan tali tambang membentuk
kandungan Nitrogen sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan suatu ‘terowongan’. Ajir yang digunakan adalah ajir
Kalium 0,4%. Perbedaan kandungan unsur hara ini bambu yang fungsinya sebagai sandaran atau penopang
disebabkan oleh beberapa faktor yakni jenis hewan, tanaman tomat yang telah di-transplanting atau
jenis makanan yang diberikan serta umur dari ternak itu dipindah tanam. Ini dilakukan agar tanaman tomat tidak
sendiri (Prasetyo, 2014). mudah roboh, karena batang tanaman tomat itu lunak
Praktikum ini bertujuan untuk melihat bagaimana dan gampang rebah.
pertumbuhan tanaman tmat dan cabai rawit pada tanah Bedengan yang digunakan untuk menanam bibit
ultisol yang diberi berbagai perlakuan seperti pemberian cabai rawit, dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak
pupuk sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. tanam yang telah ditentukan diatas. Pada lubang tanam
tersebut masukkan pupuk kandang, kemudian siram
BAHAN DAN METODE dengan air agar tanah lembab. lubang tanam siap
ditanami.
Waktu dan Tempat
Persemaian
Praktikum dilaksanakan mulai bulan Maret hingga
Benih cabai rawit yang digunakan adalah benih
bulan Juni 2022 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Andalas, Padang. cabai rawit varietas Bara. Benih disemai pada tray
semai yang telah disiapkan sebanyak 3 buah. Media
tanam benih adalah campuran tanah dan pupuk
Bahan dan Alat
kandang, dengan perbandingan keduanya 1:1. Sebelum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ditanam, benih cabai rawit direndam terlebih dahulu
benih cabai rawit varietas Bara, bibit tomat varietas selama ± 1 jam. Untuk menanam benih, dibat lubang
Karuna, benih kangkung varietas Bangkok Lp-1, kapur tanam pada tanah di tray semai sedalam 1 cm. Ke dalam
dolomit, pupuk kandang, pupuk NPK Mutiara, pupuk satu lubang tanam dimasukkan satu benih cabai rawit,
NPK Phonska, air, dan mulsa. Peralatan yang digunakan kemudian ditimbun dan disemprot menggunakan
pada praktium ini adalah cangkul, sabit, gembor, tiang sprayer agar media tanam lembab. Simpan di tempat
standar, ajir bambu, tali rafia, tali tambang, botol air 1.5 teduh agar tidak terkena matahari langsung dan tidak
L, penggaris, meteran, gunting, alat tulis, logbook, dan tergenang air hujan.
kamera digital.
Penanaman
Prosedur Penelitian Tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
Benih tanaman tomat varietas Karuna yang
Pengolahan Lahan
sebelumnya sudah disemai di tray semai dan sudah
Pengolahan lahan pertama adalah pembersihan menjadi bibit, dibawa ke lapangan tempat praktikum
lahan dari gulma dan pembentukan bedengan. Antar dilaksanakan, yaitu Kebun Percobaan. Bibit tomat
bedengan diberi jarak … cm, ditandai dengan tali rafia. dikeluarkan secara hari-hai dari tempat persemaiannya
Disekeliling bedengan dibuat saluran drainase agar air dan ditanam di lubang tanam yang telah dibuat.
bisa mengalir dari atas ke bawah dan tidak menggenang. Tanaman yang sudah ditanam disiram dengan air.
Bedengan yang dibuat berukuran 2,5 x 1,2 x 0,3 m.
Setelah bedengan dibuat, bedengan ditambahkan
kapur dolomit dan pupuk kandang. Pemberian kapur
dolomit sebanyak 0,5 kg per bedengan bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah, sehingga tanah tidak lagi
2
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) HASIL DAN PEMBAHASAN
Benih cabai yang telah terlebih dahulu disemai di
tray semai selama 4 minggu, dan menjadi bibit cabai, Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
dianggap sudah siap untuk dipindahkan ke lapangan. Variabel pengamatan untuk tanaman tomat dari
Benih cabai rawit dikeluarkan dari tray dengan hati-hati awal hingga akhir praktikum dilaksanakan yaitu
dan ditanam di lubang tanam yang telah ditambahkan meliputi variabel tinggi tanaman,jumlah daun, dan
pupuk kandang. Tutup lubang tanam dan siram dengan umur berbunga. Data tinggi tanaman, jumlah daun dan
air. umur disajikan pada tabel berikut ini :
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan secara berkala. Tabel 1. Hasil-1 (Tinggi Tanaman Tomat)
Tanaman setiap bedengan disiram setiap hari sesuai Tinggi Rata-rata
jadwal piket yang telah ditetapkan. Tanaman juga diberi Umur Tanaman (cm)
pupuk secara rutin, mulai 14 hari setelah penanaman 1 MST 44
dilakukan. Pupuk yang digunakan adalah NPK
Phonska. NPK Phonska mengandung perbandingan N, 2 MST 48
P, dan K 15:15:15. Pemupukan tanaman dengan pupuk 3 MST 49
Phonska berfungsi untuk mengokohkan batang tanaman 4 MST 51
dan memperbanyak hasil tanaman. Dosis yang
diberikan saat pemupukan adalah 25 gr/30 tanaman.
Pada tanaman tomat, dilakukan pembumbunan agar Grafik 1. Varibel Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat
akar napas pada tanaman tomat yang muncul tertutup
tanah dan bagian bawah tanaman tertimbun tanah agar tinggi rata-rata (cm)
batang tanaman kokoh. Pemangkasan batang atau
cabang yang terlihat akan tidak berbunga juga dilakukan
pada tanaman tomat. Tujuannya agar energi yang 55
diproduksi tanaman dapat dialokasikan untuk
pembentukan bunga dan buah, dan tidak habis untuk 50
membentuk dan ‘memberi makan’ daun.
45
Mulsa dipasang diatas bedengan untuk menjaga
kelembaban tanah sehingga tanaman dapat tumbuh 40
dengan baik. Mulsa dipasang setelah tanaman tomat dan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
cabai rawit ditanam. Gulma pada bedengan juga rutin
dibersihkan agar tidak ada perebutan unsur hara antar
tanaman pada bedengan.
Tabel 2. Hasil-2 (Jumlah daun Tanaman Tomat)
Pengamatan Jumlah Daun Rata-rata
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan Umur tanaman (cm)
mengamati beberapa variabel pengamatan terhadap 1 MST 16
masing-masing komoditas. Untuk tanaman tomat, 2 MST 17
variabel yang diamati yaitu jumlah daun, tinggi
tanaman, dan waktu muncul bunga. 3 MST 19
Pada tanaman cabai rawit, peruubahan yang diamati 4 MST 21
adalah tinggi tanaman dan jumlah daun
Pengukuran dan pengamatan dilakukan
menggunakan penggaris atau meteran dan dicatat di Grafik 2. Variabel Jumlah Daun Tanaman Tomat
logbook mingguan, serta didokumentasikan
menggunakan kamera digital. jumlah daun rata-rata (cm)

25
20
15
10
5
0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

3
Tabel 3. Hasil-3 (Umur Berbunga Tanaman Tomat) Grafik 3. Varibel Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat

Sampel Umur Berbunga tinggi tanaman (cm)


1 3 MST
2 3 MST 20
3 4 MST 15
4 4 MST 10
5 4 MST 5
6 5 MST
0
7 5 MST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
8 3 MST
9 3 MST Tabel 5. Hasil-2 (Jumlah Daun Cabai Rawit)
10 4 MST Jumlah Daun
11 4 MST Umur Tanaman (helai)
12 5 MST 1 MST 10
13 5 MST 2 MST 12
14 5 MST 3 MST 13
15 3 MST 4 MST 15
16 4 MST
Grafik 4. Varibel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Tomat
Berdasarkan tabel hasil pengamatan pada pertumbuhan
vegetatif tanaman tomat yang telah dibuat, dimana jumlah daun (helai)
untuk tinggi tanaman tiap minggunya mengalami
kenaikan untuk setiap sampel pengamatan. Hal ini
disebabkan oleh penyiraman yang teratur dan 15
pemberian pupuk yang sesuai dengan dosisnya. Jadi
pertumbuhan tanaman tomat untuk tinggi tanaman pada
masing-masing sampel baik dan bagus. Sedangkan 10
untuk jumlah daun tiap minggunya mengalami kenaikan
dan penurunan yang tidak terlalu terlihat. Hal ini
5
disebabkan bukan karena penyiraman yang kurang
tetapi adanya hama yang mengganggu. Leovini (2012)
menyatakan bahwa aplikasi pupuk organik dan 0
penyiraman yang teratur dapat mengurangi 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
pengguguran daun, bunga dan buah pada tanaman
tomat.

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frustescens) Tabel 6.Hasil-3 Umur Berbunga Tanaman Cabai Rawit
Variabel pengamatan tanaman cabai rawit dari awal
hingga akhir praktikum berup variabel tinggi
tanaman,jumlah daun, dan umur berbunga. Data tinggi Sampel Tanaman Umur Berbunga
tanaman, jumlah daun dan umur disajikan pada tabel 1 3 MST
berikut ini :
2 3 MST
Tabel 4. Hasil-1 (Tinggi Tanaman Cabai Rawit)
3 4 MST
Umur
Tanaman Tinggi Rata-rata (cm) Berdasarkan tabel hasil pengamatan pada
1 MST 9,66 pertumbuhan vegetatif tanaman cabai rawit yang telah
2 MST 11,76 dibuat , dimana untuk tinggi tanaman dan jumlah daun
pada tanaman cabai rawit tiap minggunya mengalami
3 MST 14,6 kenaikan yang intens. Balel (2012) melaporkan bahwa
4 MST 17,66 pertanaman cabai rawit yang dilakukan penyiraman dan
pemupukan secara teratur akan menunjukkan rat-rata
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan
4
jumlah buah yang baik dan berkualitas. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
disebabkan adanya pemeliharaan pada tanaman cabai Alibasyah, M. Rusli. 2016. Perubahan Beberapa Sifat
rawit yang baik. Pemeliharaan tersebut berupa Fisika dan Kimia Ultisol Akibat Pemberian
penyiraman dan pemupukan pada tanaman cabai rawit. Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan
Penyiraman dan pemupukan pada tanaman cabai rawit Berteras. J. Floratek, 11(1): 75-77.
harus dilakukan secara teratur supaya pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik. Sedangkan untuk jumlah Bahar, Yul H., et al. 2009. Standar Operasional
daun tanaman cabai rawit tiap minggunya mengalami Prosedur Budidaya Cabai Rawit. Jakarta:
kenaikan. Hal ini disebabkan adanya pemeliharaan yang Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
baik terhadap tanaman cabai rawit. Pemeliharaan Biofarmaka.
tersebut berupa penyiraman, pemupukan, dan
penyiangan gulma. Dengan adanya penyiraman yang Belel, M.D., 2012. Effects of grassed and synthetic
teratur, pemupukan yang sesuai dengan dosisnya dan mulching materials on growth and yield of sweet
penyiangan gulma yang teratur maka akan dapat pepper (Capsicum annuum L.) in Mubi. Nigeria.
meningkan jumlah daun pada tanaman cabai rawit. Jadi J. Agric. Soc. Sci. 8:97-99.
pemeliharan sangat perlu dilakukan dalam budidaya
tanaman cabai rawit, supaya pertumbuhan vegetatif
pada tanaman cabai rawit menjadi lebih baik. [Dinas Pertanian] Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.
2020. Budi Daya Tanaman Tomat.
KESIMPULAN https://distan.bulelengkab.go.id [22 Juli 2020].

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah Karo, Amanda K., et al. 2017. Perubahan Beberapa Sifat
dilaksanakan bahwa, tanah dengan kandungan ultisol Kimia Tanah Ultisol Akibat Pemberian Beberapa
merupakan tanah yang memiliki kandungan asam yang Pupuk Organik dan Waktu Inkubasi. Jurnal
tinggi, salah satu masalah yang terdapat pada tanah Agroekoteknologi FP USU, 5(2): 277-283.
ultisol yaitu sedikitnya kandungan unsur Nitrogen dan
Phospor pada tanah sehingga perlu dilakukan Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik pada
pemebrian dolomit dan pemupukan secara berkala pada budidaya tanaman tomat (Solanum lycopersum).
tanaman tomat dan tanaman cabai rawit. Lahan ultisol Makalah Seminar Umum Universitas Gadjah
merupakan lahan yang kering, jadi perlu dilakukannya Mada.
penyiraman setiap hari, supaya dapat memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman tomat dan tanaman cabai Prasetyo, Rendy. 2014. Pemanfaatan Berbagai Sumber
rawit. Jadi dengan adanya pemberlakukan budidaya Pupuk Kandang sebagai Sumber N dalam
yang baik terhadap tanaman tomat dan tanaman cabai Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di
rawit, maka tanah ultisol tidak akan menjadi Tanah Berpasir. Planta Tropika Journal of Agro
pengganggu pertumbuhan tanaman tomat dan tanaman Science, 2(2): 125-130
cabai rawit.

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, karena


berkat kehendak dan ridha-Nya, penulis dapat
menyelesaikan jurnal praktikum teknologi produksi
tanaman hortikultura utama mata mata kuiah Teknologi
Produksi Tanaman Hortikultura Utama Kelas Agro C.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Obel ,
SP. MP selaku dosen penanggung jawab praktikum
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama Kelas
Agro C. Terima kasih penulis ucapkan kepada asisten
praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura
Utama Kelas Agro D, Bang Teguh Saputra, Kak Fauza
Alfira Nofianti, dan Kak Rani Puspita Sari yang telah
memberikan arahan dan mendampingi selama kegiatan
praktikum berlangsung sehingga jurnal ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih juga diucapkan kepada rekan-rekan
praktikan praktikum Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura Utama Kelas Agro C yang telah bekerja
sama dalam kegiatan praktikum dan jurnal ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
5

Anda mungkin juga menyukai