Anda di halaman 1dari 9

A.

Metode Menanam Cabei yang Benar


1. Pendahuluan
Cabe atau bahasa latinnya (Capsicum annuum) menjadi tanaman komoditas
unggulan nasional dengan daya adaptasi dan nilai ekonomi tinggi. Cabai termasuk
komoditas strategis pertanian yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan
pelaku usaha karena kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Ada banyak cara
menanam cabe sebagai tanaman unggul. Alhasil tidak jarang ada petani berkeluh kesah
terhadap hasil panen cabe yang sudah ditanam kurang lebih 180 hari, atau setara dengan
6 bulan lamanya. Sama halnya dengan proses penanaman pada jenis tanaman tropis
lainnya. Cabai membutuhkan beberapa tahapan seperti dari persipan pembenihan,
media tanam pembenihan, pemindahan tanaman muda cabe ke media tanama hingga
pemeliharaan cabe. Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran
rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi
cabai 5 kg/ kapita/ tahun (2013) dan 90 persen cabai dikonsumsi dalam bentuk segar.
Untuk itu diperlukan budidaya cabai sesuai dengan Good Agriculture Practices (GAP)
yang mengedepankan keamanan pangan dengan mengurangi penggunaan pupuk dan
pestisida kimia untuk beralih ke pupuk kandang/ kompos dan pertisida nabati (organik)
serta dapat menurunkan biaya produksi.
Semua proses atau tahapan yang harus dilakukan terdapat beberapa masalah
yang muncul. Contohnya tanaman cabe tidak subur, mudah diserang penyakit dan
sebagainya. Jika sudah mengenal tehnik menanam cabe dengan benar bisa dilakukan
dengan mengikuti cara menanam cabe sebagai tanaman produktifitas daerah.
2. Syarat Tumbuh
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam keluarga
Solanaceae (Setiadi, 2008). Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup luas
dan dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400
m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhannya di dataran tinggi lebih lambat. Suhu
udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25-27 0C pada siang
hari dan 18-20 0C pada malam hari. Suhu malam di bawah 16 oC dan suhu siang hari
di atas 32 oC dapat menggagalkan pembuahan (Prabaningrum, dkk, 2016). Rata-rata
suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah antara 21-28 0C. Suhu udara
yang lebih tinggi menyebabkan buahnya sedikit (Tim Bina Karya Tani, 2009). Suhu
tinggi dan kelembaban udara yang rendah menyebabkan transpirasi berlebihan,
sehingga tanaman kekurangan air. Akibatnya bunga dan buah muda gugur.
Pembungaan tanaman cabai merah tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari.
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi
tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai adalah tanah yang gembur, remah,
mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air,
serta bebas dari gulma (Prabaningrum, 2016). Curah hujan yang tinggi atau iklim yang
basah tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai merah. Pada keadaan tersebut
tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh jamur, yang
dapat menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai merah adalah sekitar 600-1200 mm/tahun.
3. Persiapan Lahan
Cabai merah mempunyai toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dan
dapat tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 - 6,8. Pada pH > 7,0 tanaman cabai
merah seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun
menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada tanah masam (pH < 5,5) perlu
dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian (Kaptan) atau Dolomit dengan dosis 1-
2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah.
Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara menebarkan
kapur secara merata pada permukaan tanah lalu kapur dan tanah diaduk. Pada tanah
masam disarankan tidak menggunakan terlalu banyak pupuk yang bersifat asam seperti
ZA dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah masam adalah Calcium Amonium
Nitrate (CAN). Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya bila digunakan
pada tanah Alkalin. Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen, yaitu masa padatan,
air dan udara, masing-masing dengan volume sepertiga bagian. Keadaan ini akan
menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktivitas biologi tanah yang cukup baik.
Perbaikan sifat fisik tanah antara lain dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan
pemberian bahan organik. Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat lapisan olah
yang gembur, menghilangkan gulma atau sisa-sisa tanaman, menghilangkan racun, dan
menghilangkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dalam tanah.
4. Persemaian
Mutu benih mencakup mutu genetis, fisiologis, fisik, dan patologis. Rendahnya
produktivitas tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang
digunakan. Mutu patologis berhubungan dengan infeksi patogen terbawa benih baik
yang terdapat di dalam maupun di permukaan benih (Ibrahim dkk, 2014). Tahap
persemaian dilakukan untuk mempersiapkan tanaman yang sehat, kuat dan seragam
sebagai bahan tanam yang akan dipindahkan ke lapang. Faktor yang berpengaruh
dalam persemaian cabai adalah kualitas media persemaian yaitu yang mampu
mencukupi kebutuhan air dan unsur hara, ruang untuk akar dan menyokong
pertumbuhan tanaman. Dari hasil penelitian pada persemaian cabai dengan media
vermicompost mempunyai pertumbuhan bibit yang lebih baik dalam parameter bobot
basah, panjang akar, tinggi tanaman, dan jumlah daun (Susila, AD, 2012). Kebutuhan
benih cabai setiap hektar pertanaman adalah 150- 300 gram dengan daya tumbuh lebih
dari 90 % (Arianto, 2010). Penanaman biji dapat dilakukan secara langsung atau
melalui pesemaian terlebih dahulu. Penanaman biji secara langsung memiliki risiko
kematian bibit yang lebih tinggi dibandingkan dengan melalui penyemaian. Untuk
varietas hibrida yang harga benihnya relatif mahal, penanaman biji melalui persemaian
sangat dianjurkan.
Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam air hangat (50 °C) atau
larutan Previcur N (1 ml/l) selama 1 jam. Perendaman benih tersebut bertujuan untuk
menghilangkan hama atau penyakit yang menempel pada biji dan untuk mempercepat
perkecambahan. Kalau ada biji yang mengambang, berarti benih kurang baik, jadi
harus disingkirkan. Benihbenih yang tenggelam bisa langsung disemai. Media
persemaian terdiri atas campuran tanah halus dan pupuk kandang (1:1) yang telah
disterilisasi dengan uap air panas selama 6 jam. Bedengan persemaian diberi naungan
atau atap plastik transparan untuk melindungi bibit yang masih muda dari terpaan air
hujan dan terik matahari.
Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari. Bila terlalu banyak air, bibit
menjadi lemah dan peka terhadap jamur penyebab rebah kecambah (damping off)
Setelah bibit tumbuh baik, tanah harus tetap lembab. Oleh karena itu penyiraman harus
terus dilakukan tetapi tidak terlalu sering. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi
hari, supaya daun tanaman dan permukaan tanah menjadi kering sebelum malam hari
untuk mencegah terjadinya “damping-off”. Temperatur optimum untuk pertumbuhan
bibit sampai dipindahkan ke lapangan adalah 22-25 0C. Penyiangan gulma dilakukan
dengan tangan secara hati-hati tanpa mengganggu perakaran. Bila terlihat adanya
serangan hama atau penyakit dilakukan eradikasi selektif, yaitu memusnahkan bibit
yang terserang. Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan
penguatan bibit (hardening) dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit
menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Bibit
yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan adalah bibit yang telah berumur 3-4
minggu sejak dibumbung. Pada umur tersebut bibit sudah membentuk 4-5 helai daun
dengan tinggi bibit antara 5-10 cm.
5. Penanaman
Penanaman cabai dilakukan pada sore hari untuk menghindari sengatan sinar
matahari. Jika ditanam pada pagi atau siang hari bibit akan layu, yang dapat
mengakibatkan kematian. Di dataran rendah, sebaiknya penanaman cabai dilakukan
dengan sistem tumpang gilir dengan tanaman bawang merah, untuk melindungi
tanaman cabai muda dari sengatan sinar matahari.
Kerapatan tanaman atau jarak tanam cabai berpengaruh terhadap populasi
tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya matahari, serta persaingan antar tanaman
dalam penggunaan air, unsur hara dan ruang. Dengan jarak tanam yang lebih rapat,
cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih sedikit, serta terjadi persaingan yang
lebih ketat di antara tanaman dalam penyerapan air, sinar matahari dan unsur hara.
Akibatnya hasil buah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil pada jarak tanam
yang lebih jarang. Jarak tanam cabai ialah 50 x 60 cm atau 40 x 50 cm.
Curah hujan juga mempengaruhi jarak tanam cabai, kondisi curah hujan yang
tinggi menyebabkan kelembaban tinggi sehingga perlu untuk mengatur jarak yang
lebih renggang antar tanaman. Cabai merah membutuhkan suhu pada malam hari yang
dingin dan suhu pada siang hari yang agak panas untuk pembungaannya. Oleh karena
itu, untuk pertumbuhan dan hasil yang optimum sebaiknya cabai merah ditanam pada
bulan-bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia. Waktu tanam cabai
merah yang tepat dapat berbeda menurut lokasi dan tipe lahan. Untuk lahan kering atau
tegalan dengan drainase baik, waktu tanam yang tepat adalah awal musim hujan. Untuk
lahan sawah bekas padi, waktu tanam yang tepat adalah akhir musim hujan. Pemilihan
waktu tanam yang tepat ini dimaksudkan agar penanaman cabai merah di lahan sawah
tidak kelebihan air dan di lahan tegalan tidak kekurangan air.
Secara umum, waktu tanam cabai merah yang tepat untuk lahan beririgasi
teknis adalah pada akhir musim hujan (Maret-April) atau awal musim kemarau
(MeiJuni). Sistem penanaman cabai merah bervariasi, tergantung pada jenis dan
ketinggian tempat. Pada lahan sawah bertekstur berat (liat), sistem tanam 2-4 baris
tanaman tiap bedengan lebih efisien. Pada lahan kering bertekstur sedang sampai
ringan lebih cocok dengan sistem tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap bedengan (double
row) seperti yang biasa dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi. Cabai merah
selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam secara tumpang
gilir/tumpangsari dengan tanaman lain.
Sebelum tanam, lahan yang telah dipersiapkan berupa garitan-garitan atau
lubang-lubang tanaman diberi pupuk kandang atau kompos dengan dosis sesuai dengan
anjuran. Dalam pemberian pupuk kandang atau kompos ini terdapat dua cara yang
dapat dilakukan, yaitu diberikan secara dihamparkan dalam garitan-garitan atau
diberikan secara setempat pada lubang-lubang tanaman. Perbedaan kedua cara
pemberian pupuk tersebut pada dasarnya ditujukan untuk menghindari kekhawatiran
timbulnya pengaruh sampingan yang kurang baik akibat penggunaan pupuk organik
dengan tingkat kematangan yang berbeda-beda. Pupuk buatan diberikan sebagian dari
dosis yang dianjurkan, ditempatkan di atas pupuk kandang atau kompos, lalu ditutup
dengan selapis tipis tanah. Setelah itu bedengan disiram dengan air sampai keadaan
kapasitas lapang, kemudian mulsa plastik hitam perak dipasang.
Kerapatan tanaman atau jarak tanam yang digunakan akan mempengaruhi
populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya matahari, serta persaingan antar
tanaman dalam menggunakan air, unsur hara dan ruang. Dengan jarak tanam yang lebih
rapat, cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih sedikit, sehingga tanaman
tumbuh lebih tinggi, jumlah cabang lebih sedikit, serta terjadi persaingan yang lebih
ketat di antara tanaman dalam penyerapan air, sinar matahari dan unsur hara. Akibatnya
hasil buah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil buah pada jarak tanam yang
lebih jarang.
B. Metode Menanam Tomat yang benar
1. Pendahuluan
Tomat termasuk tanaman sayuran dalam family Solanaceae. Tanaman tomat
banyak ditanam di dataran tinggi, dataran sedang ataupun dataran rendah. Tomat
termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan.
Tanaman tomat dapat tumbuh di segala media, mulai dari ditanam di lahan
sawah, lahan tegal, lahan pekarangan, bahkan untuk kepemilikan lahan yang terbatas.
Budidaya tanaman tomat bisa dilakukan dengan metode Tanaman Buah Dalam Pot
(Tabulampot) ataupun dengan sistem tanaman hidroponik, dan yang membedakannya
adalah pada media yang digunakannya.
Pada cara menanam tomat dalam pot (sistem tabulampot) lebih banyak
menggunakan media pupuk kandang yang kemudian dimasukkan ke dalam pot dan
bibit tomat ditanam sedangkan untuk media tanam hidroponik lebih banyak
menggunakan peran air sebagai media yang diberikan nutrisi khusus agar budidaya
hidroponik tomat tersebut bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan bagi
penggemar budidaya hidroponik sayuran, tomat merupakan salah satu pilihan untuk
dibudidayakan.

2. Memilih bibit tomat


 Pilih buah tomat yang tua pada pohon.
 Potong dan pisahkan biji dari lendir yang menempel pada bagian biji
menggunakan air.
 Rendam biji dalam air dan buang biji yang terapung, pilih biji yang
tenggelam.
 Seleksi selanjutnya adalah pemilihan pada bentuk yang seragam dan
berbentuk baik seperti tidak keriput, tidak cacat, dan sehat.
 Keringkan biji tomat pada terik matahari.
3. Persemaian benih
Cara membuat benih tomat sangat mudah sekali, hal ini sangat mudah sekali
karena dengan penyedia media tanam yang tidak terbilang sulit. Persemaian di rasa
sudah siap ketika bibit sudah memiliki daun dan batang yang kuat. Persemaian benih
tomat dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Persemaian bedengan
Persemaian ini menggunakan barisan kecil yang di buat dengan larika, pada
lekukan atau lubang seperti bedengan adalah tempat di mana biji tomat di
letakan. Bariskan biji secara tersusun rapih dengan jarak 2 – 3 cm dan usahakan
jangan saling bertumpukan satu sama lain. Untuk transplanting anda bisa
menggunakan air yang berguna meluluhkan dan memisahkan benih dan tanah.
Atau dengan cara mencokel pada bagian dasar tanah sehingga akar yang
menempel tidak terputus.
b. Persemaian dengan polybag
Media persemaian polybag dapat anda isi menggunakan tanah yang sudah
di campur dengan pupuk dasar, untuk proses pembuatan tanah persemaian
mungkin anda sudah tahu bagai mana cara membuatnya. Beri lubang sedalam
1 cm dan masukan benik dan tutup menggunakan tanah semai. Siram 2 x sehari
pada pagi hari dan sore hari. Untuk pemindahan ke lahan anda bisa merobek
plastik dan pisahkan plastik polybag dengan bibit, masukan bibit ke dalam
lubang tanam di lahan.
4. Pengolahan tanah

Tanaman ini memiliki syarat tumbuh dengan pH 5,5 – 7. Jika tanah di lahan di
rasa terlalu asam (<5,5), anda bisa menambahkan kapur kaptan atau kapur pertanian.
Kapur ini berfungsi untuk menetralkan pH tanah.
Pembuatan bedengan untuk tomat anda bisa mencampurkan pupuk kompos
atau pupk alami seperti pupuk kandan sebagai pupuk dasar untuk pengolahan ini,
usahakan buat tanah segembur mungkin agar memudahkan pelakaran pada fase
pertumbuhan tomat. Bedengan bisa anda buat dengan ukuran 30 cm, lebar 1 meter dan
panjang bedengan mengikuti kontruksi lahan. Jarak tanam yang di gunakan umumnya
30 – 40 cm. Biarkan terlebih dahulu tanah selama 1 minggu guna pupuk dasar yang
anda taburkan bisa berkembang dengan tanah.
Pemupukan dasar tersebut di berikan 20 ton per hektar. Kemudian berikan
pupuk TSP secukupnya kisaran 5 gram / tanaman. Kecuali anda ingin
membudidayakanya secara organik anda tidak perlu menambahkan pupuk TSP atau
bahan kimia lainya, bisa anda tambahkan pupuk dasar 30 – 40 ton per hektar.
Gunakan mulsa plastik hitam perak untuk menutup lahan bedengan, tujuanya adalah
untuk menekan pertumbuhan gulma dan berguna pada saat musim kemarau yang
mempertahankan kelembaban tanah. Diamkan lahan selama 1 munggu.
5. Penanaman bibit tomat
Beri lubang pada bedengan yang sudah di lapisi mulsa di atasnya, pembolongan
mulsa bisa menggunakan alat khusus dengan diameter 5 – 7 cm. Dalam satu bedengan
terdapat dua lajur lubang tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar
lubang dalam satu lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm. Masukan
bibit yang tadi anda semai dengan cara yang sudah di jelaskan di atas.
6. Pemeliharaan dan perawatan
Perawatan dan pemeliharaan pada tanaman tomat tergolong sangat sensitif pada
serangan hama dan penyakit, apalagi jika anda berada pada dataran rendah mungkin
ini sangat seresiko 20 – 50 %. Berikut ini adalah cara perawatan yang dapat dilakukan.
a. Penyulaman
Penyulaman bertujuan penggantian tanaman yang tidak tumbuh dan di ganti
dengan tanaman yang baru, jika umur yang sudah produktif anda tidak bisa
menyulamnya, karena penyulaman bisa di gunakan dengan jarak waktu
seminggu saja di hitung sejak tanam. Penyulaman di lakukan pada tanaman
yang tidak sehat layu, patah batang atau bahkan tanaman yang sudah mati.
b. Penyiangan
Penyiangan di lakukan 3–4 kali dalam semusim. Jika anda menggunakan
mulsa mungkin ongkos atau tenaga untuk melakukan penyiangan bisa
terminimalisir, karena dengan menggunakan mulsa gulma jarang tumbuh.
Sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman jika terdapat gulma, di
karenakan dengan pertumbuhan gulma bisa menimbulkan persaingan untuk
mendapatkan unsur hara yang terdapat pada tanah bahkan ada jenis gulma yang
bisa meracuni tanaman pokok.
c. Pemangkasan
Pemangkasan di lakukan dengan rutin selama 1 minggu sekali.
Pemangkasan pada tanaman tomat di lakukan dengan membuang tunas yang
tumbuh di sekitar bagian ketiak daun agar tidak tumbuh menjadi batang.
Pemangkasan tunas muda bisa dilakukan dengan tangan. Jika terkanjur keras
pada batang yang tumbuh, sebaiknya gunakan pisau atau gunting. Anda bisa
mengatur tinggi tanaman tomat dengan memotongnya pada bagian ujung.
Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah terlihat jumlah dompolan buah
sekitar 5-7 buah.

Anda mungkin juga menyukai