Anda di halaman 1dari 31

Kentang (Solanum tuberosum L.

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, diantaranya yaitu tidak mudah rusak seperti
sayuran lainnya, menjadi sumber kalori, protein, dan vitamin. Kentang termasuk dalam
famili terung-terungan yang mana bagian yang dipenen adalah bagian umbi sebagai
penghasil karbohidrat pengganti nasi.
Kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan jenis tanaman sayuran semusim, berumur
pendek dan berbentuk perdu atau semak dengan fase hidup berkisar antara 90-180 hari
bergantung pada varietasnya. Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun
berseling-seling mengelilingi batang dengan bentuk daun oval agak bulat dan ujungnya
meruncing. Batangnya berbentuk segi empat atau segi lima, bergantung pada varietasnya.
System perakaran tanaman kentang adalah perakaran tunggang dan serabut. Diantara akar-
akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon)
dan selanjutnya menjadi umbi kentang (Samadi, 2007). Penanaman kentang di Indonesia
pada umumnya dilakukan di dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian lebih dari 1000
mdpl. Penanaman kentang di dataran tinggi secara terus menerus tanpa di imbangi dengan
pengelolaan lahan secara bijaksana (mengikuti kaidah ekologis) dapat merusak lingkungan
terutama terjadi erosi dan menurunkan produktifitas tanah. Diketahui bersama bahwa
dataran tinggi biasanya juga merupakan kawasan spesifik potensi biotic dan abiotik yang
sangat luar biasa.
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) menurut Samadi (2007), kentang
diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.

Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100g kentang
mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg,
fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. berdasarkan nilai kandungan gizi
tersebut, kentang merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga sangat bermanfaat
untuk meningkatkan energy di dalam tubuh (Samadi, 2007). Kondisi topografi yang
mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta dapat meningkatkan produktivitas
kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha
tani kentang adalah rendahnya kualitas bibit yang digunakan, produktivitas rendah, teknik
bercocok tanam yang kurang baik khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun
waktunya, dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004).
Menurut Samadi (2007), kentang dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan warna
umbinya, yaitu:
a. Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi putih,
misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.
b. Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya bewarna kuning,
misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.
c. Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,
misalnya varietas Desiree dan Arka.

Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada
kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya.
a. Iklim Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)menghendaki iklim dengan suhu udara
dingin dan lembab. Untuk tumbuh dengan baik tanaman kentang memerlukan curah
hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari penuh yang dibutuhkan
adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah. Suhu optimal komoditas ini adalah
18oC, dan ketinggian tempat antara 1000-3000 m di atas permukaan laut
(Soelarso,1997).
b. Kesuburan tanah Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai
struktur cukup halus atau gembur, drainase baik, tanpa lapisan kedap air, dan sedikit
kering. Lapisan keras akan menyebabkan genangan air dan perakaran kentang tidak
dapat menembus lapisan kedap air. Kentang dapat tumbuh dengan baik jika tanaman
pada tanah vulkanis (andosol). Tanaman kentang toleran terhadap pH pada selang
yang cukup luas yaitu 4,5-8,0 tetapi untuk pertumbuhan yang baik dan ketersediaan
unsure hara, pH yang baik adalah 5,0-6,0. Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi
kentang adalah 70%. Kelembapan yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah
terserang penyakit seperti batang busuk pada leher batang atau umbi (Setiadi, 2009).

1. Penentuan Lokasi dan Waktu Tanam Kentang


Demi menghasilkan kentang yang baik, maka perlu dilakukan pemilihan lokasi yang
tepat dan sesuai dengan persyaratan tumbuh kentang untuk mencegah kegagalan
proses produksi dan dapat menghasilkan kentang sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan serta tidak merusak lingkungan. Hal ini juga dilakukan agar lahan yang akan
digunakan dapat mendukung produktivitas tanaman kentang yang optimal, seperti
tanah yang subur, ketersediaan air yang cukup, bukan sumber penyakit tanah menular,
drainase yang baik, dan tidak menyalahi kaidah konversi tanah dan air.
Persyaratan lokasi tumbuh kentang yang baik, yaitu:
a. Bukan bekas tanaman terung-terungan
b. Lahan dekat dengan sumber air
c. Lahan yang digunakan memiliki ketinggian >1000 mdpl
d. Suhu berkisar antara 150C – 200C dan kelembaban 80-90%
e. Memiliki curuh hujan 1.500-5.000 mm/tahun
f. Diusahakan lahan yang digunakan memiliki tekstur sedang, gembur, subur dan
memiliki drainase yang baik
g. pH tanah 5-6,5
h. bukan merupakan sumber penyakit tular tanah terutama Nematoda Sista Kentang
(NSK).
Penentuan waktu tanam bertujuan agar diperoleh waktu tanam yang tepat
sehingga pertumbuhan tanaman kentang optimal. Waktu tanam ditentukan berdasar
perkiraan datangnya musim hujan atau tersedianya air irigasi serta didasarkan atas
kebutuhan. Selain memperhatikan ketersediaan air, juga diperhatikan ketersediaan
benih dan saprodi lainnya. Dengan demikian waktu tanam yang tepat dapat berbeda
menurut lokasi dan tipe lahan.

2. Persiapan Lahan Untuk Tanaman Kentang


a. Pembersihan Lahan
Lahan harus dibersihkan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman agar diperolah lahan yang siap ditanami dan terbebas dari
gangguan fisik (batu-batuan, sampah, dsb) maupun biologis (gulma dan sisa-sisa
tanaman). Lahan yang akan digunakan harus bersih dari batu-batuan,gulma, dan
semak yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kentang. Sedangkan untuk
sisa-sisa tanaman dapat dikumpulkan untuk selanjutnya dan dihilangkan bisa dengan
dibakar ataupun cara lain, yang penting lahan bebas dari sisa-sisa tanaman tersebut
dan bebatuan dikumpulkan pada tempat tertentu yang lebih aman dan diletakkan
diluar areal tanam.
b. Pengolahan Tanah, Pembuatan Parir dan Garitan
Lahan yang baik untuk budidaya tanaman kentang adalah tanah gembur dan
dekat sumber air. Pengolahan tanah, pembuatan parit dan garitan adalah membuat
lahan pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara mengolah tanah sampai gembur
dan diratakan, membuat parit dan garitan dengan bentuk membujur (disesuaikan
dengan denah/letak lahan) dan dengan arah datangnya sinar matahari. Prosedur
kerja pengolahan tanah, pembuatan parit dan garitan adalah sebagai berikut:
1) Pengolahan tanah dengan pencangkulan/ membajak tanah sedalam 30 cm
sampai gembur.
2) Lahan dibiarkan selama 15 hari untuk memperbaiki keadaan tata udara dan
aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun
3) Tanah dicangkul kembali sampai benar-benar gembur, kemudian diratakan
4) Membuat garitan dengan kedalaman ± 7-10 cm, dengan jarak antar garitan
sekitar 70-80 cm
5) Jika lahan merupakan lahan yang melereng akan ada perlakuan spesial misalnya
dengan menanam pohon untuk memperkuat pematang.
c. Penetapan Jarak Tanam
Jarak tanam yang ditetapkan biasanya disesuaikan dengan ukuran benih yang
dipakai, tipe tanah, kemiringan lahan, kemampuan tanah menyimpan air dan arah
datangnya sinar. Alat penentu jarak tanam dapat menggunakan belahan bambu
yang ditandai atau menggunakan roda berjari dengan jarak 30-40 cm.

3. Persiapan Benih Tanaman Kentang


Varietas yang dianjurkan dalam penanaman tanaman kentang adalah Granola,
Atlantik, Manohara, Krespo, atau varietas lainnya yang tahan terhadap penyakit busuk
daun/layu bakteri. Kebutuhan umbi untuk luas tanam satu hektar sekitar 1200 kg
(ukuran umbi sekitar 30 g/knol).
Sebelum ditanam, benih yang akan digunakan harus disiapkan dan berasal dari
benih yang bermutu dan varietas unggul, hal ini bertujuan agar benih yang ditanam
jelas varietasnya, memiliki tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan
sehat.

Gambar 1. Varietas Unggul Kentang Jenis Granola (kiri) dan Atlantik (kanan)
(Sumber: https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/)

Benih Kentang:
Menurut SNI (2004), benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Benih kentang adalah
bagian tanaman berupa umbi bukan dalam bentuk biji botani (TPS atau True Potato
Seed) yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman
kentang. Benih produksi dikelompokan dalam kelas-kelas sesuai dengan tahapan
generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya melalui suatu prosedur yang diatur
dalam aturan sertifikasi benih yaitu :
- Benih Penjenis (Breder Seed, BS)/G0 Benih penjenis adalah benih sumber yang
diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau
diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Benih penjenis
diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman atau oleh instansi yang menanganinya
(Lembaga penelitian atau perguruan tinggi), benih ini sebagai sumber untuk
perbanyakan benih dasar, khusus untuk penjenis tidak dilakukan sertifikasi tetapi
diberikan label warna kuning.
- Benih Dasar (Foundation Seed, FS)/ G1 dan G2 Benih dasar merupakan turunan
pertama (F1) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh
pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar
diproduksi oleh Balai Benih (terutama BBI) dan proses produksi diawasi dan
disertifikasi oleh BPSB. Benih ini diberi label sertifikasi berwarna putih.
- Benih Pokok (Stock Seed, SS)/ G3 Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2
dari benih penjenis, produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan
kemurnian varietas serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertfikasi
oleh BPSB. Benih pokok diproduksi oleh Balai benih atau pihak swasta yang terdaftar
dan diberi label berwarna ungu.
- Benih Sebar (Extension Seed, ES)/ G4 Benih sebar merupakan F1 dari benih pokok.
Produksinya tetap mempertahankan identitas maupun kemurnian varietas dan
memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok
dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih dengan mendapatkan
bimbingan, pengawasan dan sertifikasi BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi
berwarna biru.

System produksi benih, menurut (Departemen Pertanian, 2013):


 Planlet => G0 Balitkabi
 G0 => G1/G2 Balitkabi, BPTP, BBI, BUMN, Swasta (Perusahaan Perorangan)
 G2 => G3 Balitkabi, BPTP, BBI, BBU, Swasta.

4. Penanaman dan Pemupukan Dasar Tanaman Kentang


Penanaman dan pemupukan dasar dilakukan agar memberikan hara dasar di dalam
tanah dan meletakkan posisi benih dengan posisi tunas menghadap ke atas diantara
pupuk pada garitan yang disiapkan. Tujuannya agar tersedia unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman secara optimal dan benih diletakkan dengan benar. Penanaman
kentang dapat dilakukan dengan sistem baris ganda ( double row) yang ditanam pada
bedengan atau baris tunggal (single row). Sistem tanam tanaman kentang dapat
dilakukan dengandua cara, yaitu monokultur dan tumpangsari. Pada sistem tanam
monokultur, kentang ditanam tidak berbarengan dengan tanaman lainnya. Sedangkan
pada sistem tanam tumpangsari, tanaman kentang ditanam berselang dengan tanaman
lainnya. Adapun tanaman lain yang biasa ditanam dengan sistem tumpangsari pada
tanaman kentang adalah tanaman seledri dan bawang daun.
Pemupukan dasar harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara,
tepat waktu dan tepat jenis. Sedangkan untuk penggunaan pupuk organuk, harus
berupa pupuk yang sudah matang dan terdekomposisi dengan baik. Peletakkan benih
pun harus tidak bersinggungan secara langsung dengan pupuk, terutama pupuk
anorganik, karena dapat mengakibatkan pembusukan.
Adapun prosedur kerja penanaman dan pemupukan dasar adalah sebagai berikut:
a. Pupuk organik ditempatkan diantara benih yang telah diletakkan di dalam
garitan
b. Pupuk diletakkan di atas pupuk organik
c. Benih diletakkan di antara pupuk dengan posisi tunas menghadap ke atas dan
tidak boleh menyentuh pupuk secara langsung (benih sebar sebanyak 1.200-
1.500 kg/ha)
d. Selanjutnya benih dan pupuk ditimbun dengan tanah sehingga membentuk
guludan dengan tinggi ± 10 cm dari permukaan tanah

Dosis pupuk dasar yang digunakan yaitu sebagai berikut:


a. Pupuk kandang/organik
Berupa Bokhasi 7-10 ton/ha atau kotoran ayam 15-20 ton/ha atau kotoran sapi
20-30 ton/ha.
b. Pupuk kimia
Berupa urea 217-326 kg/ha atau ZA 476-714 kg/ha, SP-36 sebanyak 416-555
kg/ha, dan KCL sebanyak 166-250 kg/ha.

5. Pengairan Tanaman Kentang


Air irigasi diberikan pada lahan pertanaman bila pertanaman dilakukan pada musim
kemarau. Pada prinsipnya air irigasi diberikan hanya untuk menjaga kelembaban tanah,
terutama dalam proses penyerapan unsur hara. Penyaluran air dapat menggunakan
pompa air dan dialirkan dengan menggunakan selang ke areal pertanaman (sistem
leb/geledeg) atau menggunakan sprinkle. Pengairan penting pada awal pertumbuhan
agar pertumbuhan vegetatif maksimum.

6. Pemasangan Ajir/Turus Pada Tanaman Kentang (Jika Diperlukan)


Ajir / turus adalah tiang bambu sebagai penyangga tanaman, tujuan penggunaan
ajir/ turus ini adalah agar pertanaman mendapat sinar matahari yang optimal dan tidak
rubuh. Pembuatan ajir/ turus bisa dibuat dari bambu yang dibelah dengan ukuran
panjang 70 – 80 cm dengan lebar 2-3 cm. Pemasangan ajir/ turus dilakukan dengan
cara ditancapkan berjarak ± 5 cm dari tanaman kemudian antara ajir/ turus dengan
tanaman diikat menggunakan tali plastik. Ajir/ turus yang dipasang tidak boleh melukai
dan mengganggu pertumbuhan umbi.

7. Pemupukan Susulan dan Pembumbunan Tanaman Kentang


Pemupukan susulan adalah memberikan pupuk sebagai nutrisi tambahan sesuai
kondisi pertumbuhan tanaman dengan tujuan menambah kebutuhan hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan perkembangan tanaman. Sedangkan pembumbunan
adalah meninggikan guludan di lokasi pertanaman dengan tujuan supaya perakaran dan
umbi kentang dapat tumbuh optimal. Standar pemupukan susulan harus mengacu pada
empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat jenis dan sesuai
kebutuhan hara tanaman. Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar umbi tetap
tertutup tanah sehingga ruang pertumbuhan dan perkembangan umbi tidak terbatas.
Pada pemupukan susulan, pupuk yang digunakan terdiri dari campuran pupuk NPK
dengan takaran Urea:Za:TSP:KCL (12gr:8gr:15gr:5gr).
Tahapan kerja yang perlu dilakukan pada tahapan ini yaitu:
a. Melakukan penyiangan pertanaman kentang
b. Taburkan pupuk susulan disekitar tanaman kentang pada umur 20-35 HST
dengan dosis 5-10 gr pupuk susulan (pupuk campuran) per tanaman kentang
c. Mencangkul tanah diantara guludan (parit) kemudian dinaikan ke atas guludan
sebelah kanan dan kiri parit (pembumbunan I)
d. Pembumbunan II dilakukan pada tanaman kentang umur 35-40 HST.

8. Penyiangan dan Sanitasi Tanaman Kentang


Penyiangan dan sanitasi yaitu melakukan pemeliharaan terhadap tanaman kentang
dan membersihkan guludan dari gulma, tanaman pengganggu, dan tanaman yang sakit.
Tujuan dari penyiangan dan sanitasi ini adalah untuk menjaga kebersihan kebun dan
kesehatan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman
dari gulma, tanaman pengganggu lainnya dan tanaman yang sakit, penyiangan dapat
dilakukan pada saat tanaman berumur 20–30 HST. Gulma dan tanaman pengganggu
hasil penyiangan dapat dibenamkan diantara guludan. Sedangkan untuk sisa tanaman
yang sakit harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan pada
tempat terpisah.

9. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)


a. Hama Tanaman Kentang
1) Penggerek Umbi/ Daun (Phthorimaea operculella)

Hama ini tersebar luas di daerah beriklim hangat dan kering. Nama lain
hama ini adalah ulat penggerek daun atau umbi, taromi, salisip atau potato
tuber moth (PTM). Larva berwarna putih kelabu dengan kepala coklat. Pupa
(kepompong) terdapat dalam kokon yang tertutup, butiran tanah berwarna
kecoklatan. Di gudang, pupa menempel pada bagian luar umbi (biasanya di
sekitar mata tunas) atau pada rak-rak penyimpanan kentang. Serangan pada
daun adalah jaringan epidermis daun yang melipat dengan warna merah
kecoklatan atau bening transparan membentuk gulungan-gulungan. Kalau
lipatan ini dibuka, ada jalinan benang dan terdapat larva di dalamnya. Gulungan
daun ini sering juga ditemukan pada bagian pucuk.

a) Gejala
- Merusak atau memakan daun kentang di lapangan dan merusak umbi
kentang di dalam gudang
- Daun yang terserang kelihatan berwarna merah tua dan tampak ada
jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu
- Kadangkala daun kentang menggulung, disebabkan karena larva
merusak permukaan daun sebelah atas kemudian bersembunyi di dalam
gulungan daun tersebut
- Larva juga membuat gerekan pada tulang dan tangkai daun. Hal ini
menyebabkan matinya titik tumbuh serta lemah dan rapuhnya batang
- Serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran berwarna
coklat tua pada kulit umbi. Bila umbi kentang dibelah maka akan terlihat
lubang-lubang atau alaur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan
umbi.

b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: penanaman kentang dilakukan pada musim hujan,
pengairan yang sesuai untuk mencegah keretakan tanah yang
memungkinkan masuknya ulat ke umbi, dan mempertinggi guludan agar
umbi tidak muncul ke permukaan tanah.
- Cara mekanis: memotong daun-daun yang terserang, dikumpulkan dan
dimusnahkan dan melakukan sanitasi kebun dengan memberantas
gulma.
- Cara biologi: memanfaatkan agen hayati seperti Bacillus thuringiensis
atau Baculovirus yang terdapat dalam biopestisida, dapat digunakan
untuk umbi-umbi kentang yang disimpan digudang.
- Cara Kimiawi: Penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang sudah
diijinkan, yang paling spesifik terhadap penggerek daun/ umbi.

2) Lalat Penggorok Daun

Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm, merusak


tanaman dengan tusukan ovipositor (alat peletak telur) saat meletakkan telur
dengan menusuk dan mengisap cairan daun menyebabkan gejala bintik-bintik
putih. Serangan terjadi sejak fase pra pembentukan umbi (21-35 hst) dan
berlanjut hingga fase tua (61 hst hingga menjelang panen). Pada serangan arah
daun tampak berwarna merah kecoklatan, akibatnya seluruh pertanaman
hancur.
a) Gejala
- Bintik-bintik putih pada daun
- Liang korokan membuat daun menjadi kering dan berwarna coklat
- Serangan terjadi pada fase pra pembentukan umbi (umur 21-35 hst) dan
berlanjut pada dase tua (umur 61 hst – menjelang panen).
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: menggunakan bibit yang sehat, menanam tanaman
perangkap disekitar tanaman kentang yang ditanam 2 minggu sebelum
kentang ditanam (kacang merah, kenikir).
- Cara mekanis: memotong daun-daun yang terserang lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan, pengairan yang cukup, menggunakan perangkap
kuning berpekat (40 buah/ha) dan bentangkan kain kuning dengan lebar
0,9 m x panjang 7 m untuk setiap 5 bedengan memanjang dan berpekat
di atas tajuk tanaman kentang. Goyangan pada tanaman membuat lalat
dewasa berterbangan dan terperangkap pada kain kuning.
- Cara biologi: menggunakan musuh alami seperti beberapa parasit
tasbuhan seperti Acecodes sp, Hemipta rsenus varicornis, Granotoma sp,
dan Opius sp.
- Cara kimiawi: menggunakan insektisida yang diketahui efektif yaitu
Cyromizane, Apamectin, Klourfluazuoron, Dimethboat, Bensultap, dan
Profenofos, atau menggunakan insektisidah Neem Azal T/S Azadirachtin
1% atau insektisida kimia seperti Trigard 75 WP, Agrimec 18 EC.

3) Penghisap Daun

Serangga penghisap daun merupakan hama yang sangat kecil (panjang 1-2
mm), menghisap cairan sel pada permukaan bawah daun. Populasi serangga ini
meningkat pada musim kemarau, serangan yang parah dapat mengakibatkan
tanaman menjadi layu, kering lalu mati.
a) Gejala
- Serangga dapat menyerang tanaman pada stadia nimfa dan dewasa
merusak tanaman dengan cara menghisap isi cairan daun.
- Daun yang diserang berwarna keperak-perakan atau kekuningkuningan
seperti perunggu pada permukaan bawah daun,
karena cairan sel daun dihisap sehingga daun seperti berkerut.
- Pada serangan berat, bagian bawah helaian daun berwarna merah
tembaa mengkilat dan pucuk tanaman mengering dan kemudian mati
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: melakukan pembersihan semua jenis gulma sebelum
penanaman dilakukan, menggunakan bibit kentang sehat dan diupayakan
tanaman tumbuh subur dengan pengairan yang cukup, pemupukan
berimbang, penyiangan, dan pembumbunan, dan penggunaan perangkap
perekat warna biru atau putih sebanyak 40 buah per hektar.
- Cara mekanis: memotong daun yang terserang, lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan, menggunakan mulsa plastik berwarna perak yang
dipasang sebelum bibit kentang ditanam.
- Cara kimiawi: ambang pengendalian serangga ini adalah 100 nimfa/ 10
tanaman dan apabila ambang pengendalian telah dicapai maka
insektisida selektif dapat digunakan seperti Bacillus thuringiensis dan
IGR (klorfluazuron dan teflubenzuron).

4) Kutu Daun
Serangga ini berukuran kecil antara 0,6 – 3 mm, dan hidup berkelompok.
Tubuh serangga ini berwarna hijau atau hijau pucat, kadang-kadang jingga atau
kuning. Panjang antena sama dengan panjang badannya. Serangga dewasa ada
yang bersayap dan tidak bersayap, serangga bersayap bertanda bercak coklat
kehitaman pada punggungnya. Kutu daun tinggal pada bagian bawah daun,
batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan
terjadi karena nimfa dan imago mengisap cairan daun.
a) Gejala
- Pada daun yang terserang tampak bercak-bercak, sedangkan
bagian tanaman yang terserang didapati segerombolan kutu.
- Serangan berat pada daun menyebabkan daun berkeriput,
berkerut-kerut, tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun
terpuntir dan menggulung kemudian mati.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: melakukan sanitasi dengan membersihkan gulma dan
membakar bagian tanaman yang terserang, menanam tanaman
perangkap di sekeliling pertanaman kantang dengan menanam tanaman
yang lebih tinggi dari tanaman kentang, terutama yang berwarna kuning,
dan menanam bawang daun secara tumpang sari satu minggu sebelum
dilakukan penanaman kentang yang berfungsi sebagai penangkal
serangan serangga.
- Cara mekanis: memotong daun-daun yang terserang, lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan, menggunakan baskom berwarna kuning berisi air
sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m 2 sejak tanaman
berumur 2 minggu.
- Cara biologi: memanfaatkan agens hayati seperti Aphidius sp dan
predator kumbang macam (Coccinelidae repanda) atau patogen
Enthomopthora sp.
- Cara kimiawi: aplikasi insektisida dianjurkan apabila populasi kutu daun
telah berada di atas ambang pengendalian yaitu 7 ekor per tanaman
dengan memperhatikan kelimpahan musuh-musuh alami. Dapat
disemprot menggunakan insektisida Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC,
Agrimec 10 EC, dan lain-lain.

b. Penyakit Tanaman Kentang


1) Layu bakteri

Bakteri penyebab penyakit ini berkembang dengan cepat pada suhu tinggi
a) Gejala
- Layu diawali dari pucuk daun kemudian layu menyeluruh pada tanaman
kentang yang terserang
- Berkas pembuluh pada pangkal batang berwarna coklat, dan bila ditekan
keluar lendir yang berwarna abu-abu keruh
- Penyakit sampai ke umbi dengan gejala bercak yang berwarna coklat
sampai hitam pada bagian ujung umbi
- Kelayuan bersifat permanen, diikuti dengan kematian tanaman
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar bersertifikat dan berlabel,
lakukan rotasi tanam dengan tanaman yang bukan inang patogen selama
minimal 3 musim, pilih lahan dengan drainase yang baik, lakukan sanitasi
kebun dengan memberantas gulma dan pengganggu lainnya, dan hindari
pelukaan karena mekanis maupun nematoda pada akar dan umbi.
- Cara mekanis: cabut tanaman terserang sampai ke akar-akarnya beserta
tanah disekitar perakaran, dimasukkan ke dalam kantong plastik
kemudian dimusnahkan.
- Cara biologi: menggunakan agens hayati seperti bakteri Pseudomonas fl
uorescens dengan dosis aplikasi 10ml/liter air pada saat awal tanam, dan
100 ml/liter air pada saat tanaman berumur 15 hari dengan cara
disemprotkan ke seluruh permukaan bedengan secara merata.
- Cara kimiawi: aplikasi dengan bakterisida untuk mengendalikan penyakit
layu bakteri dengan bahan aktif asam oksolinik 20% dengan dosis sesuai
anjuran.

2) Busuk Daun
Penyakit busuk daun disebut juga penyakit lodoh, hawar daun, lompong
hideung atau late blight. Penyebabnya adalah Phythophthora infestans yang
menimbulkan bercak luka pada daun. Jamur putih di atas luka adalah konidiofor
yang sporanya akan menyebar dibawa angin. Spora akan bertunas bila udara
lembab dan berembun. Pada suhu 18-21°C penyakit berkembang dengan cepat,
terutama dengan dukungan lingkungan yang lembab.
a) Gejala
Tumbuhnya gejala serangan dapat terjadi pada saat mulai tumbuh daun
atau tanaman berumur 3-6 minggu dan dijumpai pada daun-daun bawah,
kemudian merambat ke atas ke daun yang lebih muda. Terkadang juga
menyerang pada bagian batang, dan pada awal serangan terdapat bercak
kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun atau
tengahnya. Bercak kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik yang
berwarna coklat dan serangan tingkat lanjut muncul bercakbercak nekrotik
yang berkembang ke seluruh daun tanaman dan menyebabkan tanaman
mati.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: hindari penanaman yang berdekatan dengan
pertanaman inang terutama yang lebih tua, agar tidak terjadi penularan,
lakukan sanitasi lingkungan dari sisa tanaman yang terserang kemudian
dibakar atau dimusnahkan.
- Cara mekanis: pengendalian secara fisik/mekanis pada serangan awal
dapat dilakukan pemetikan bagian tanaman yang terserang, dimasukkan
dalam kantong plastik kemudia dimusnahkan.
- Cara biologi: pengendalian secara biologi menggunakan agens hayati
seperti cendawan Trichoderma atau Gliocladium dengan dosis
penyemprotan 100 gram/10 liter air ditambah dengan zat pekat.
- Cara kimiawi: aplikasikan pestisida (fungisida) kimiawi yang telah
terdaftar dan diizinkan oleh pemerintah dengan bahan aktif: mankozeb,
propinep, klorotalonil, simozanil dsb.
3) Virus Daun Menggulung
Bentuk partikel virus ini seperti bola dengan ukuran sangat kecil
(± 23 nm). Penyebaran dan penularannya melalui umbi yang berasal
dari tanaman sakit.
a) Gejala
- Daun menggulung ke atas di sepanjang urat daun utama yang dimulai
dari ujung anak daun tangkai daun agak tegak dan helaian anak daun
kaku dan regas, warna daun kekuningan atau mengalami klorosis
- Apabila infeksi akibat terbawa benih, maka gejala pada umumnya diawali
dari daun bagian bawah, sedangkan terjadinya infeksi di lapangan maka
gejala yang terlihat pada bagian atasnya
- Daun dan batang tanaman yang sakit menjadi pucat dan kurus serta
batang mengecil.
- Tanaman yang terinfeksi membentuk umbi yang kecil-kecil.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar bersertifikat dan berlabel,
tanaman yang memperlihatkan gejala serangan virus supaya tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain dianjurkan untuk segera
dicabut, apabila virus menyerang pada waktu tanaman muda (30 hari)
kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tanaman sakit
sebaiknya dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun dilakukan dengan
memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus, dan
pemanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinella.
- Cara kimiawi: gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan
populasi vektor virus kentang sehingga penyebaran virus yang terjadi
antar tanaman atau yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi dan
beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos,
asefat.
4) Virus Mazaik
Penyakit ini ditularkan oleh sejumlah vektor terutama M.Persicae dan Aphis
gossypii. Penyakit ini dilaporkan menular secara kontak langsung.
a) Gejala
- Daun terlihat belang-belang (mozaik), bagian tepi daun bergelombang,
permukaan daun berkerut, pertumbuhan tanaman kerdil.
- Umni yang dihasilkan berukuran kecil-kecil.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel,
tanaman yang memperlihatkan gejala serangan virus supaya tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain dianjurkan untuk segera
dicabut, apabila virus menyerang pada waktu tanaman muda (30 hari)
kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tanaman sakit
sebaiknya dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun dilakukan dengan
memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus, dan
pemanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinella.
- Cara kimiawi: gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan
populasi vektor virus kentang, sehingga penyebaran virus yang terjadi
antar tanaman atau yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi.
beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos,
asetat.
5) Nematoda Sista Kentang (NSK)
Nematoda ini mudah dikenal dari bentuk nematoda betina yang hampir
bulat (0,5-1,0 mm) berwarna kuning keemasan atau agak putih. Warnanya
secara berangsur-angsur berubah menjadi coklat dan menjadi sista. Nematoda
jantan berbentuk cacing seperti pada umumnya nematoda lain. Kalau nematoda
betina mati, di dalam sista yang dilindungi oleh lapisan kutikula terkandung 200-
500 telur. Pertambahan populasi cukup cepat sekitar 12-35 kali lipat. Jika
nematoda ini berkembang dalam tanah akan sulit sekali mengeradikasinya. Pada
waktu terakhir ini nematoda sista kuning sudah menyebar di daerah kentang di
P. Jawa (Jawa Timur, Tengah dan Barat).
a) Gejala
- Kerusakan, baru tampak nyata setelah lahan yang terinfeksi NSK
ditanami berkali-kali.
- Perakaran rusak dan tidak berfungsi secara normal dalam menyerap air
dan hara.
- Pertumbuhan tanaman terganggu, klorosis dan cederung layu hingga
akhirnya tanaman mati.
- Serangan pada akar tidak spesifik tapi akan terlihat sisa-sisa berwarna
kuning, krim atau keputih-putihan menempel pada perakaran.
- Pada serangan berat, tamanan gagal membentuk umbi sehingga
menurunkan produksi kentang secara nyata.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel, lahan
pertanaman yang bebas dari NSK, sanitasi kebun, dengan cara
mencangkul lahan sedalam 30 cm juga dilakukan penyiangan gulma
sebersih mungkin terutama dari famili Solanacceae, dan melakukan rotasi
tanaman dengan menanam jenis tanaman yang tahan atau bukan inang
NSK.
- Cara biologi: gunakan agens hayati seperti beberapa cendawan yang
mampu memparasit telur dan induk nematode seperti Verticilium
chalamydosporium, Clydocarpon destructants, Acremanium strictum,
menggunakan 40 gram/tanaman biakan jamur Verticilium lecanii,
menggunakan dosis 40 gram per tanaman biakan murni Arthrobotrys,
dan menggunakan tepung kulit udang 6 gram per tanaman.
- Cara kimiawi: aplikasi penggunaan menatisida yang efektif dan aman
lingkungan dan murah dan beberapa nematisida yang efektif tetapi tidak
menimbulkan fitotoksik yang berbahan aktif karbofuran, kadosafos.

10. Pestisida Nabati


Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat oleh setiap
kalangan dan tidak membutuhkan pengetahuan yang luas untuk dapat membuatnya.
Jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” ( hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan
cepat menghilang. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan
aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk
meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya
merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung
pada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat
diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan
dapat dikurangi pula. Adapun beberapa daftar tanaman yang mengandung pestisida
nabati dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada kentang seperti disajikan pada
tabel berikut:

No. Sasaran Nama Tanaman Cara pembuatan ramuan dan aplikasi


1 Hama secara a. Daun nimba Daun nimba 8 kg + lengkuas 6 kg + serai 6 kg
umum (Azadirachta + 20 g sabun colek/ deterjen
indica) dihaluskan/ditumbuk,
b. Lengkuas diaduk dan direndam dalam 20 liter air selama
(Alpinia 24 jam, disaring dan diencerkan dengan 60 liter
galanga) air. Larutan dapat digunakan untuk lahan seluas
c. Serai 1 ha.
(Cymbopogo Aplikasi:
n Larutan disemprotkan pada tanaman.
nardus)
2 Nematoda Biji Nimba Biji nimba 50 g ditumbuk halus + 10 cc alkohol
(Azadirachta + air 1 liter, diendapkan semacam, lalu
indica) disaring.
Aplikasi:
Disemportkan langsung pada tanaman atau
hama. Hama akan mati setelah setelah 2-3 hari.
3 Jamur, bakteri Daun tembakau Daun tembakau (sebaiknya limbahnya) 200 kg
dan nematoda (Nicotiana dihancurkan menjadi serpihan kecil.
tabacum) Aplikasi:
Benamkan cacahan serpihan limbah daun
tembakau sebanyak 200 kg per hektar di sekitar
perakaran tanaman atau dibenamkan bersama
pupuk.
Biji nimba atau Biji nimba 20 g atau daun nimba 50 g + sabun
daun nimba colek / deterjen 1 g + air 1 liter, ditumbuk atau
dihancurkan, diendapkan semalam, lalu
disaring.
Aplikasi:
Disemprotkan langsung ke tanaman yang
terserang penyakit atau disiramkan ke daerah
perakaran.
4 Layu bakteri, Daun cengkeh Daun cengkeh 50-100 gram dihancurkan
busuk daun (syzygium sampai berbentuk serbuk atau tepung.
aromaticum) Aplikasi:
Taburkan dan benamkan tepung daun cengkeh
ke dalam tanah di sekitar perakaran tanaman.
5 Ulat Daun sirsak, Daun sirsak 50 lembar + daun tembakau satu
daun tembakau genggam + sabun colek/ deterjen 20 g + air 20
liter, dihancurkan/ direndam diendapkan
semalam lalu disaring.
Aplikasi:
Larutan diencerkan dengan air sebanyak 50-60
l. larutan disemprotkan ke tanaman yang
terserang atau langsung pada hama yang
terdapat di tanaman.
6 Penggorok Agonal 866 Untuk 1 ha:
daun, kutu atau Nisela 86: Nimba 8 kg + serai wangi 6 kg + lengkuas 6 kg
daun, dan Nimba, Serai
busuk daun wangi, dan
lengkuas
Tigonal 866 Untuk 1 ha:
atau Kisela 866: Kipahit 8 kg + serai wangi 6 kg + lengkuas 6 kg
Kipahit, serai
wangi dan
lengkuas
Phrogonal 866 Untuk 1 ha:
atau Bisela 866: Kacang babi 8 kg + serai wangi 6 kg +
Kacang babi lengkuas 6 kg
dan lengkuas
Tithonicum 106 Untuk 1 ha:
atau Kibakau Kipahit 10 kg + tembakau 6 kg
106:
Kipait dan
tembakau
Tithoma 102 Untuk 1 ha:
atau Kimindi Kipahit 1 kg + mindi 2 kg
102:
Kipahit dan
mindi
Membuat ramuan dari semua bahan tersebut.
Semua bahan dicacah, dicampur, digiling halus,
ditambah 20 liter air bersih, diaduk selama 5
menit, diendapkan selama 24 jam, lalu disaring.
Larutan atau ekstrak kasar diencerkan 30 kali
dengan air bersih sebanyak 580 liter, hingga
volume ekstrak kasar menjadi 600 liter.
Tambahkan 0,1 g sabun atau deterjen per 1
liter ekstrak (60 g per 600 liter ekstrak).
Aplikasi:
Larutan semprotan ke seluruh bagian tanaman
pada sore hari.

11. Penentuan Waktu Panen Kentang


Untuk memperoleh hasil kentang yang sesuai dengan kriteria dan kualitas yang
diminta pasar, serta memperoleh produktivitas yang optimal dengan menentukan waktu
panen yang tepat. Adapun standar penentuan waktu panen dan penanganan panen
adalah sebagai berikut:
1. Secara visual waktu panen (untuk tujuan konsumsi) dapat dilihat dari
perkembangan fisik tanaman kentang, yaitu dari daun dan batang yang
berubah dari warna hijau segar menjadi kekuningan dan mengering lebih dari
75 %. Bila tanda-tanda visual tersebut sudah tampak, daun kemudian
dipangkas dan dibiarkan minimal tujuh hari, lalu gali dengan hati-hati agar kulit
ubi kentang tidak mudah lecet (terkelupas).
2. Secara perhitungan umur tanaman (untuk tujuan konsumsi), penentuan umur
panen tergantung varietas/kultivar (100 – 110 hari), cuaca/musim, dan
pemeliharaan tanaman. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak saat
hujan atau menjelang hujan.
3. Cara panen dilakukan dengan menggali ubi kentang secara hatihati dengan cara
manual menggunakan cangkul atau alat sejenisnya.
4. Panen sebaiknya dilakukan pada petak umur tanaman yang sama secara
serentak.

12. Panen Kentang


Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore/ pagi hari dan
dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Adapun prosedur pelaksanaan panen pada
tanaman kentang adalah sebagai berikut:
1. Sebelum panen dilakukan, sangat dianjurkan untuk melakukan
pemangkasan tanaman kentang yang berada diatas permukaan
tanah, bila diperlukan dapat menggunakan herbisida dengan
dosis setengah dari dosis anjuran.
2. Pembongkaran guludan dilakukan dengan cara mencangkul tanah
disekitar umbi dengan hati-hati, lalu mengangkatnya sehingga
umbi keluar dari dalam tanah dan diletakkan di permukaan tanah
agar terjemur matahari.

13. Pascapanen Kentang


a. Pembersihan
Kentang yang telah dipanen dijemur terlebih dahulu dengan cara diletakkan di atas
permukaan tanah agar terjemur sinar matahari 1-2 jam yang tujuannya agar tanah
yang menempel pada kentang mengering dan lepas dan lebih mudah dibersihkan.
Pembersihan dilakukan dengan cara menyemprot umbi kentang yang sudah
dimasukkan kedalam wadah, lalu dilakukan pengeringan tanpa cahaya matahari/
kering anginkan di terpal atau keranjang.
b. Sortasi dan Grading
Kegiatan memilah umbi kentang yang sudah dibersihkan sesuai dengan kelas dan
permintaan pasar terkait dengan preferensi dan segmen masing-masing pasar yang
ada. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh mutu umbi kentang yang baik dan
memisahkan produk yang baik dengan produk yang rusak atau tidak layak jual.
Produk yang baik akan bebas dari cacat berupa kerusakan fisik yang disebabkan
oleh berbagai macam faktor diantaranya akibat kegiatan dan serangan hama dan
penyakit.
Kegiatan grading merupakan kegiatan mengelompokkan kualitas umbi kentang yang
diperoleh yang didasarkan pada keseragaman bentuk dan ukuran (berat dan
diameter). Standarisasi yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan/ perjanjian antar
konsumen dan produsen kentang.
Sortasi dan grading dilakukan berdasarkan ukuran umbi namun untuk penamaan
grading biasanya tergantung dari konsumen masing-masing. Biasanya ukuran umbi
terdiri dari kelas Al/Xl, kelas A, B, C (mini) dan Baby. Kegiatan ini dilakukan oleh
tenaga kerja yang memang sudah memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang
sortasi dan grading. Umbi berukuran kecil dipisahkan untuk digunakan sebagai
benih. Adapun prosedur kerja dalam kegiatan ini sebagai berikut:
- Persipakan beberapa keranjang atau wadah yang berbeda untuk setiap kualitas
umbi kentang
- Pilih umbi kentang yang telah dibersihkan dan letakkan ditempat yang
terpisah-pisah, sehingga diperoleh hasil pemilahan umbi kentang yang baik dan
yang tidak baik, yang cacat dan tidak cacat, yang normal dan yang tidak
normal, yang terserang OPT dan yang tidak.
- Selanjutnya dilakukan grading berdasarkan ukuran: kelas AL/Xl (>200
gram/umbi), kelas A (120-200 gram/u bi), kelas B (80-120 gram/u bi) dan
kelas C (50-80 gram/umbi) serta kelas Baby (25-40 gram/umbi). Umbi yang
berukuran kecil dan sehat dapat dijadikan sebagai bakal benih.
c. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses menyimpan hasil panen kentang yang belum
terjual setelah dilakukan sortasi dan grading. Penyimpanan yang dilakukan di
gdang, harus pada gudang yang memiliki ventilasi yang memadai agar sirkulasi
udara lancar dengan kelembaban udara 65-70% dengan sinar matahari yang cukup
dan tempat penyimpanan yang bersih. Media yang digunakan untuk penyimpanan
dapat berupa kotak kayu, krat, keranjang atau waring. Penyusunan wadah berisi
umbi kentang harus dilakukan secara rapi.
d. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk melindungi kentang dari kerusakan mekanis,
menciptakan daya tarik bagi konsumen, memberikan nilai tambah pada kentang dan
memperpanjang umur simpan kentang.

14. Distribusi Kentang


Distribusi adalah proses pemindahan kentang dari tangan produsen ke tangan
konsumen yang bertujuan agar umbi sampai di tangan konsumen dengan aman. Dalam
distribusi kentang harus diketahui dengan jelas tempat tujuan, jumlah dan tanggal
pengiriman. Alat transportasi yang digunakan dalam pendistribusian pun harus layak
dan aman.

15. Rantai Pasok Kentang


a. Rantai Pasok Usahatani Kentang Garut
Secara umum, kentang yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Garut terdiri
atas Varietas Granola (80 %) dan Atlantik (20%). Rantai pasok kedua varietas
tersebut berbeda karena tujuan pasarnya berbeda. Untuk varietas Granola (kentang
sayur) seluruhnya dijual ke pasar bebas, sedangkan untuk varietas Atlantik (kentang
industri) seluruhnya dijual untuk memenuhi kebutuhan industri keripik kentang PT.
Indofood. Rantai pasok kentang sayur dilakukan secara pasar bebas dilakukan oleh
petani, pedagang pengumpul ditingkat desa, pedagang besar di tingkat kecamatan
(Bandar), pasar di Kabupaten Garut, Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Kramat Jati
Jakarta, Pasar Minggu dan Pedagang pengecer diwilayah Jakarta Selatan.
Hasil produksi kentang yang dihasilkan dan dijual oleh petani kepada pedagang
dalam bentuk umbi segar yang telah dikemas dengan kantong plastik berbentuk
jaring dengan kapasitas 45-50 kg. Umbi hasil panen dibersihkan dari tanah yang
menempel kemudian dipisahkan dalam kelompok mutu berdasarkan ukuran diameter
umbi. Klasifikasi mutu kentang yang berlaku dipasar didasarkan kepada besar
diameter umbi kentang dengan peng-kelas-an sebagai berikut: (a) Kelas Super /AL
dengan diameter > 7 cm , (b) Kelas Sedang AB dengan diameter > 5 cm), (c) kelas
sedang ABC dengan diameter > 3 cm) , dan (d) kelas Rendah (DN) dengan diameter
< 3 cm. Pemasaran untuk kelas super biasanya untuk memenuhi kebutuhan industri
keripik kentang yang ada di wilayah Garut dan Bandung dengan harga Rp. 2.700,-
per kg ditingkat petani. Untuk kelas sedang dan rendah dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan kentang sayur dengan harga jual per kg berkisar Rp. 1.800,- untuk mutu
ABC- dan Rp. 2.200,- untuk mutu AB. Untuk kelas rendah dengan ukuran umbi kecil
biasanya digunakan sebagai campuran masakan dengan harga jual Rp. 1.500,- per
kg. Petani skala kecil menjual hasil panennya langsung ke pedagang pengumpul
ditingkat desa (20%) dan kepada pedagang besar/ bandar ( 80 %) yang selanjutnya
dijual ke pasar induk di Jakarta dan Bandung (85%), pedagang antar pulau (5%),
supplier supermarket (5%) dan industri rumahtangga pengolahan keripik kentang (5
%).

b. Desa Ngandas, Malang


Aliran barang dalam rantai pasok kentang di Desa Ngadas dimulai dari petani
sebagai penghasil kentang. Hasil panen dari petani akan dibeli oleh penebas lokal,
selanjutnya kentang akan dijual kepada pedagang besar. Harga kentang dari petani
Rp.3.500,00/kg. Harga kentang sangat fluktuatif tergantung pada permintaan
konsumen di pasar serta musim yang sedang berlangsung. Ketika panen raya dan
musim hujan harga kentang di tingkat petani cenderung turun. Hal ini terjadi karena
pada saat panen raya terjadi, penawaran kentang akan meningkat sehingga
menurunkan tingkat harga. Ditambah lagi kondisi musim hujan yang membuat
kentang mudah busuk sehingga menurunkan kualitas kentang. Setelah kentang di
sortasi dan grading atau lebih dikenal dengan istilah “service” oleh orang Ngadas,
kentang penebas lokal tersebut akan di kemas kedalam karung waring. Setelah
mengkomunikasikan dengan pedagang besar kentang-kentang tersebut akan di kirim
ke lokasi pedagang besar. Biasanya pengiriman dari penebas lokal di desa Ngadas ke
lokasi pedagang besar dilakukan pada sore hari. Hal ini bertujuan agar kentang
dapat sampai pada malam hari kemudian dini harinya sudah bisa di perjual belikan
dengan para pengecer di pasar. Selanjutnya kentang yang telah dibeli oleh pengecer
akan di jual kembali kepada konsumen akhir dengan harga 6.500/Kg.

Keberadaan uang dalam suatu usaha layaknya sebuah darah dalam diri
seseorang, atau dapat dikatakan keberadaanya sangat mutlak dibutuhan. Kelancaran
aliran uang atau finansial sangat mendukung tercapainya suatu rantai pasok yang
efektif. Aliran finansial pada rantai pasok kentang terjadi dari konsumen akhir
kentang kepada pengecer, kemudian pedagang besar, penebas lokal dan terakhir
kepada petani kentang Desa Ngadas. Mekanisme pembayaran kentang dari
konsumen kepada pengecer adalah dengan pembayaran tunai. Kelancaran aliran
uang sangat mendukung tercapainya suatu rantai pasokan yang efektif. Pada saluran
rantai pasok kentang Ngadas ini pola aliran uangnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data yang didapatkan dilapang, aliran uang tidak berjalan lancar.
Hal ini dikarenakan terdapat lembaga pemasaran yang melakukan penundaan
pembayaran. Kondisi ini terjadi pada saluran pemasaran pertama yaitu ke Pasar
Induk Gadang, dimana pedagang besar Bapak Robi (33 tahun) terkadang melakukan
penundaan pembayaran. Penundaan biasanya 3-6 hari. Hal ini membuat penebas
lokal (Semetono, 45 tahun) pemasok kentang tidak dapat membeli kentang dari
petani lagi untuk sementara. Pada 2 saluran pemasaran lainnya kegiatan
pembayaran uang berjalan lancar. Karena tidak terjadi penundaan pembayaran
lembaga pemasaran yang produknya dibeli dapat kembali melakukan kegiatan awal
sebagai mana mestinya. Contohnya pada lembaga pemasaran pedagang besar di
Pasar Agrobisnis mantung ibu Risa (24 tahun), mereka membeli kentang dari
penebas lokal Ngadas secara tuna sehingga penebas lokal dalam hal ini Bapak.
Legiyanto (37 tahun) dapat melakukan pembelian ulang ke petani kentang Ngadas.
Pola aliran informasi dalam sebuah rantai pasok menentukan keefektifan rantai
pasok tersebut dalam jangka waktu yang panjang terutama berkaitan dengan
perbaikan produk. Pada rantai pasok kentang dari desa Ngadas ini adalah sebagai
berikut :

Informasi dalam suatu rantai pasok meliputi inforrmasi jumlah permintaan,


persediaan produk, jadwal pengiriman barang, harga produk ditingkat pedagang
besar dan pengecer serta informasi terkait kriteria produk yang diharapkan
konsumen.
- Informasi Jumlah permintaan Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
dilapang pola aliran informasi terkait jumlah permintaan konsumen terbentuk
sesuai dengan skema aliran informasi diatas. informasi ini berjalan secara terus
menerus dari lembaga pemasaran hilir ke lembaga pemasaran hulu.
- Informasi persediaan produk Informasi persediaan produk kentang di Ngadas
memiliki pola seperti gambar di atas. Seiring perkembangan teknologi
pembangunan sarana dan prasarana di lokasi penelitian memberikan dampak
positif terhadap bisnis yang banyak dilakukan oleh warga desa Ngadas.
Informasi persediaan produk diberikan oleh para penebas lokal Desa Ngadas ke
lembaga pemasaran selanjutnya melalui jaringan telepon.
- Jadwal pengiriman barang Informasi terkait jadwal pengiriman barang juga
memiliki pola seperti di atas. Informasi ini sangat berguna untuk menunjang
ketepatan waktu pengiriman agar konsumen mendapatkan kepuasan karena
produk yang diinginkan bisa mereka dapatkan pada saat mereka membutuhkan.
Menurut pengakuan responden penebas lokal di desa Ngadas, informasi terkait
jadwal pengiriman bisanya berubah-ubah namun tetap dikomunikasikan dengan
lembaga pemasaran pedagang besar yang mereka pasok kentangnya.
- Informasi harga Harga kentang dibentuk dari mekanisme pasar. Seperti produk
pertanian pada umumnya, harga kentang mengalami penurunan pada saat
panen raya dan mengalami kenaikan pada saat bukan musim panen. Pada saat
petani Ngadas ingin menjual produknya ke lembaga pemasaran mereka harus
mengetahui harga kentang di pasaran. Petani mendapatkan informasi harga dari
lembaga pemasaran penebas lokal yang membeli kentang mereka. Menurut
pengakuan responden petani kentang Ngadas setelah mengetahui harga
standard di pasar mereka menawarkan kentang mereka kepada penebas lokal
yang memiliki penawaran tertinggi.
- Informasi consumer preference terhadap produk Informasi terkait produk yang
diinginkan oleh konsumen tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan
keluhan dari konsumen kepada pengecer tidak di sampaikan kepada lembaga
pemasaran hilir sehingga petani sebagai produsen tidak tahu produk seperti apa
yang dinginkan konsumen. Akibatnya petani hanya memproduksi kentang
seperti biasa tanpa adanya kenginan untuk meningkatkan kualitas produk seperti
yang konsumen inginkan.

16. Permasalahan Budidaya Kentang


Pertumbuhan dan produksi tanaman kentang optimal di daerah bersuhu dingin.
Kentang perlu suhu siang antara 17,7 sampai 23,7o C dan kisaran suhu malam 6,1
sampai 12,2o C. Suhu malam yang rendah diperlukan agar terjadi inisiasi ubi (Bamberg
et al. 1996). Oleh karena itu penanaman kentang di daerah tropika seperti Indonesia
banyak dilakukan pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Namun demikian lahan di
dataran tinggi sangat terbatas selain itu RTRW di beberapa daerah membatasi
perluasan komoditas kentang. Selain itu perubahan iklim yang memacu terjadinya
pemanasan global akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang. Pemanasan
global pada periode 1961-1990 dan 2040-2069 diprediksi akan menaikan suhu antara
1,5–5,8°C. Kenaikan suhu akan lebih kecil untuk daerah penanaman kentang yaitu
antara 1–1,4°C (Houghton et al. 2001). Jikalau tidak melakukan seleksi genotip untuk
adaptasi suhu maka produktivitas akan turun sebesar 32%, dan jika melakukan
adaptasi lingkungan turun sebesar 9–18% (Hijmans 2003). Dengan demikian
mendorong Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) mengembangkan kentang yang
beradaptasi pada daerah bersuhu panas seperti di dataran medium (400–700 m dpl).
Kendala biotis berupa OPT yang membatasi produksi kentang di Indonesia meliputi :
penyakit Hawar Daun (P. infestans), penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum,
nematoda Sista Kuning, hama pengisap daun, dan nama di dalam tanah. Kendala
abiotis: intensitas suhu tinggi, curah hujan tinggi, dan kelangkaan sumber air.

a. Teknis Budidaya
- Lahan budidaya kentang
Lahan yang biasanya digunakan untuk bercocok tanam sekarang banyak
digunakan untuk pembangunan perumahan dan sebagainya, imbasnya ke petani
mereka kehilangan lahan yang biasanya area untuk ditanami tanaman.
pengembangan kentang di Indonesia, terutama dari daerah dataran tinggi
menghadapi masalah kelestarian lingkungan sebab erosi dan bahaya tanah
longsor dan lain - lain.
- Produktivitas kentang yang masih rendah
Produktivitas yang masih sangat rendah karena masih banyak petani yang
menggunakan benih lokal atau yang turun menurun sehingga menyebabkan
kualitasnya rendah. Benih lokal tidak baik digunakan terus menerus karena jika
petani masih menggunakan benih lokal maka hasil yang didapatkan tidak akan
bagus dan tidak memiliki kualitas tinggi.  Kualitas yang rendah menyebabkan
pemasaran akan terhambat karena kentang yang memiliki kualitas rendah akan
cepat membusuk saat dalam perjalanan.
- Hama dan penyakit
Varietas hama cukup mendominir tanaman kentang di Indonesia, diantaranya
varitas Granola, Atlantik, Cipanas, Carsinut Agrie, Merbabu, Cresno, Tampo dan
lain - lain. anaman kentang cukup rentan terhdap serangan OPT sehingga resiko
kegagalan panen akan sangat merugikan petani. Untuk itu petani terpaksa
menggunakan pestisida dalam jumlah berlebihan sehingga berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan dan peningkatan biaya produksi.
- Informasi
Kurangnya data dan informasi tentang kemampuan produksi/pasokan dari
daerah sentra produksi lainnya sehingga petani tidak mempunyai acuan untuk
mengatur pola produksi. Kondisi ini seringkali menyebabkan terjadinya panen
yang bersamaan dan berakibat adanya kelebihan pasokan atau sebaliknya.

b. Distribusi dan Pemasaran


- Modal dan kelembagaan
Banyak petani yang kesusahan mendapatkan modal karena mereka banyak yang
tidak tergabung dalam kelompok tani. Kemampuan modal yang dimiliki sebagian
besar petani sangat lemah sehingga untuk memenuhi kebutuhan modal usaha
selalu tergantung pada para bandar. Kondisi ini menyebabkan petani kurang
dapat menikmati keuntungan dari hasil usahanya karena harus membayar jasa
pinjaman yang cukup besar bagi pembayaran kembali sarana produksi yang
yelah diberikan oleh bandar.
- Akses pasar
Petani tidak bisa menjual kentang langsung ke pasar induk, melainkan harus
menjualnya lewat pengepul. Di sisi lain, harga kentang petani kentang bisa
anjlok saat ada panen kentang di daerah lainnya.
- Fluktuasi Harga
Harga kentang petani yang sangat fluktuatif tersebut disebabkan melimpahnya
pasokan kentang dari daerah lain, serta kentang impor yang masuk ke pasaran.

17. Pohon Industri Kentang


a. Kentang Sayur (Varietas Granola)
Granola adalah varietas kentang yang umum ditanam di Indonesia. Varietas ini
diperkirakan meliputi area 85-90 % pertanaman kentang di Indonesia. Varietas ini
beradaptasi dengan baik terhadap sistem perakaran yang intensif di dataran tinggi,
merupakan varietas genjah dan mempunyai masa dominasi yang relative pendek
yaitu 3-4 bulan. Kultivar ini peka terhadap penyakit busuk daun yang disebabkan
oleh cendawan Phytophthora infestans, tetapi tahan terhadap penyakit virus daun
menggulung ( PLRV ) dan virus X dan PVX. Granola sangat baik untuk digunakan
sebagai kentang segar yaitu untuk sayur, namun karena kurangnya varietas yang
cocok untuk kentang olah, varietas Granola dipakai juga untuk pembuatan kripik
kentang (Asandhi, 1993).

b. Kentang Industri (Varietas: Atlantik, Panda, Karlena, Chipeta, Hermes, Riverina,


Russet, dan Columbus)
Balitsa Balitbangtan sendiri telah mengeluarkan beragam varietas kentang non
sayur yang berpotensi untuk  industri olahan seperti varietas Medians dan Maglia
untuk keripik kentang. Selain itu ada Spudy Agrihorti, Papita Agrihorti, Medians, AR
08 dan Sangkuriang yang tengah mengalami uji preferensi konsumen untuk industri
keripik kentang.
No. Varietas Ciri Keterangan
1 Medians Kulit umbi kuning, Tetua: Atlantik dan 393284,39 dan
daging umbi putih, cocok untuk keripik
bentuk umbi oval,
potensi hasil 31,9
ton/ha, Sg 1,079 –
1,087, dan kandungan
gula reduksi 0,034%
2 Amabile Bentuk umbi oval, kulit Tetua: Atlantik x 393280,64 dan cocok
umbi kuning, daging untuk keripik
umbi putih, potensi hasil
29,2 ton/ha, dan gula
reduksi 0,31 brix
3 Maglia Umbi berbentuk oval, Tetua: Atlantik x 391058,175 dan
kulit umbi kuning, rendemen keripik kentang tinggi
daging umbi putih, gula
reduksi 0,424 brix, dan
potensi hasil 29,2 ton/ha
4 AR 08 Agrihorti Potensi hasil 30 ton/ha, Cocok untuk keripik
Sg 1,070, gula reduksi
0.190 mg/gr,
karbohidrat 11,08%,
kulit umbi kuning,
daging umbi putih
5 Papita Agrihorti Bentuk umbi panjang, Persilangan Atlantik x Granola
warna kulit umbi kuning Cocok untuk french fries dan aneka
muda, warna daging olahan lain seperti mashed potato,
umbi kuning kadar gula baked potato, tepung kentang, bahan
0,1%, Sg 1,073, dan mayonaise, dan laiinya
potensi hasil 23,9 ton/ha
6 Spudy Agrihorti Kulit umbi kuning muda, Tetua Atlantik x Repita
daging umbi kuning Cocok untuk keripik dan anti hawar
pucat, bentuk umbi daun
oval, potensi hasil 40,8
ton/ha, Sg 1,083 m3 dan
kandungan gula reduksi
0,030%
7 Golden Agrihorti Kandungan karbohidrat Cocok untuk french fries
(calon varietas 9,80, kandungan gula
baru) reduksi 0,04, spesifik
gravity 1,07, tahan
hawar daun,
produktivitas 25 ton/ha
(musim kemarau) dan
30 ton/ha (pada musim
penghujan)

Selain industri keripik, Papita Agrihorti yang baru dirilis tahun 2019 silam juga
berpotensi untuk dijadikan sebagai kentang goreng juga diolah jadi produk antara
berupa tepung untuk bahan pembuatan mashed potato dan aneka makanan dari
kentang. Adapun karakteristik dari Papita Agrihorti ialah produktivitas di atas 20
ton/ha, kandungan karbohidrat 9,14 persen, kandungan gula reduksi 0,10 persen
dan spesifik gravity 1,073 sehingga varietas tersebut memenuhi syarat untuk
dijadikan sebagai kentang goreng.
Sedangkan calon varietas unggulan lainnya adalah Golden Agrihorti. Calon
varietas kentang tersebut menampilkan pertumbuhan dan hasil yang baik di sentra
kentang Garut, Pangalengan dan Dieng. Di skala lapang, produktivitas Golden
Agrihorti mencapai 25,0 ton/ha pada musim kemarau dan produktivitas pada musim
penghujan dapat mencapai 30 ton/ha.
Karakter lainnya dari varietas ini ialah kandungan karbohidrat 9,80, kandungan
gula reduksi 0,04 dan Spesifik gravity 1,070 juga memenuhi syarat sebagai kentang
goreng. Keunggulan lain dari varietas ini ialah tahan terhadap penyakit hawar daun
sehingga dapat menghemat penggunaan fungisida. 
Selain kentang kaya akan kandungan karbohidrat, kentang juga mengandung
nutrisi lain seperti protein, mineral (Fe) dan vitamin (B-kompleks dan Vitamin C). 
100 gram kentang segar mengandung 2.1 gr protein, 0.3 MJ energi, 25 mg Vitamin
C, 0.1 mg Tiamin, 0.02 mg riboflavin, 0.5 mg asam nikotin dan 0.1 mg zat besi. Nilai
kandungan nutrisi kentang bervariasi tergantung dari varietas, cara penyimpanan,
musim tanam, jenis tanah, pemberian pupuk dan pola tanam.
Rata-rata kandungan nutrisi yang terdapat pada kentang:

a) Tepung Kentang
Kentang sebagian besar diolah dan dikonsumsi hanya sebatas menjadi
sayuran ataupun berupa olahan makanan tradisional yang dikembangkan
berdasarkan kebiasaan dan resep tradisional. Namun saat ini telah
dikembangkan suatu teknologi untuk meningkatkan nilai ekonomi kentang,
dimana kentang diolah menjadi tepung kentang. Di Negara-negara Eropa pada
khususnya, industri pengolahan kentang menjadi tepung kentang yang
kemudian diolah menjadi berbagai macam produk terus dikembangkan dari
metode sederhana hingga modern. Dibandingkan dengan bahan baku lain
seperti jagung, gandum, ubi dan lainnya, tepung kentang ini memiliki
kandungan protein dan lemak yang rendah, suhu gelatisasi yang rendah serta
dapat disimpan dengan kandungan air yang tinggi tanpa menimbulkan bau apek.
Selain itu, dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya, tepung
kentang memiliki butiran tepung yang lebih besar. Untuk menghasilkan tepung
kentang yang bermutu, kentang harus melalui beberapa tahap proses
pengolahan. Kentang yang telah dipanen, harus dibersihkan dari kotoran yang
menempel dengan menggunakan Barrel Washer. Setelah proses pencucian
selesai, kentang selanjutnya dihancurkan dengan menggunakan alat berupa
parutan yang disebut Grater sehingga dihasilkan bubur kentang. Dalam proses
ini biasanya ditambahkan enzim oksidasi untuk mencegah proses perubahan
warna pada bubur kentang.  Selanjutnya merupakan proses ekstraksi dengan
memisahkan kandungan pati dan serat yang terdapat pada bubur kentang
dengan menggunakan alat centrisieve yang memiliki wadah yang berputar (a
rotaring screen basket) yang ditutupi oleh ayakan yang berukuran 120
µm,sehingga kandungan pati yang berbentuk cairan dapat melewati ayakan ini
dan kandungan serat akan tertinggal. Proses selanjutnya pemisahan kandungan
protein yang terdapat dalam cairan pati yang telah tersaring pada proses
sebelumnya dengan beberapa langkah dengan hydro-cyclone plant  dengan 11
unit multi-cyclone yang saling berhubungan dengan prinsip kerja counter flow
(berlawanan arah). Proses pemisahan ini dilakukan dengan penambahan asam
dan pemberian panas sehingga larutan protein akan mengental  dan kandungan
air menguap. Dari proses ini diperoleh suspensi pati (starch) dengan kandungan
padatan sekitar 35% sampai 40%.Suspensi pati yang diperoleh selanjutnya
mengalami proses dewatering atau pemberian air kembali dengan menggunakan
Rotary Vacuum Filter sehingga kandungan airnya mencapai sekitar 40%. Proses
selanjutnya merupakan proses pengeringan dengan menggunakan Flash Dryer
sehingga diperoleh tepung kentang yang memiliki kandungan air tidak lebih dari
15%, dimana kondisi ini baik untuk penyimpanan tepung kentang. Tepung
kentang ini banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan snack, makanan
bayi, mie instan, saus, makanan rendah kalori, soft drink, bir, es krim, permen,
selai dan marmalade, buah kaleng, makanan ternak. Selain itu tepung kentang
ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan, pembalut
wanita, kapsul untuk industri obat-obatan , kertas dan bahan-bahan bangunan
dalam industri tekstil.
b) French Fries
French fries adalah irisan kentang berbentuk stick (biasanya berukuran
sekitar 1 × 1 × 6-7 cm yang digoreng dengan metode deep frying pada suhu
180- 200 ºC sampai matang (Burton, 1989). Dalam dunia perdagangan, french
fries biasanya dijual dalam bentuk beku (frozen french fries) ataupun sebagai
makanan siap saji (fast food). Adapun standar kualitas kentang untuk industri
kentang goreng (french fries):
Menurut Smith (1968) proses pengolahan kentang secara umum dalam
industri makanan meliputi pencucian, pengupasan, trimming, sorting, pengirisan,
blanching, dan penggorengan. Pencucian merupakan proses awal pengolahan
yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit
kentang. Setelah dicuci, kentang dikupas untuk menghilangkan kulit. Trimming
dilakukan untuk membuang bagian yang belum terkupas, mata dan cacat lain,
setelah itu dipilih ukuran kentang yang sesuai untuk french fries. Pengirisan
kentang sebaiknya menggunakan alat pemotong (potato slicer) agar ukuran
yang dihasilkan seragam. Irisan kentang yang tidak diinginkan seperti terlalu
tipis, terlalu pendek dan patah harus dibuang sebelum blanching. Blanching
merupakan proses pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan terhadap
buah dan sayur untuk menginaktifkan enzim alami yang terdapat dalam bahan
tersebut antara lain enzim katalase dan peroksidase yang tahan terhadap panas
(Winarno, 1997). Menurut Lisinska dan Leszczynski (1989), blanching sebelum
penggorengan bertujuan untuk memperbaiki warna produk akhir, mengurangi
absorbsi minyak karena gelatinisasi pati pada permukaan irisan kentang,
mengurangi waktu menggoreng dan memperbaiki tekstur produk akhir. Masalah
utama yang biasa dihadapi pada kentang olahan adalah sangat mudah
mengalami perubahan warna terutama terjadinya pencoklatan. Pencoklatan
dapat mengakibatkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, karena
menyebabkan kenampakan produk yang tidak baik dan timbulnya citarasa lain
sehingga dapat menurunkan mutu. Pencoklatan dapat terjadi secara enzimatis
maupun non enzimatis (Susanto dan Saneto, 1994). Penggorengan merupakan
pengolahan pangan yang umum dilakukan untuk mempersiapkan makanan
dengan jalan memanaskan makanan dalam pan yang berisi minyak. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan produk mengembang dan renyah. Penggorengan
juga dapat meningkatkan citarasa, warna, gizi dan daya awet produk akhir.
Metode penggorengan yang digunakan dalam proses pembuatan french fries
adalah deep frying. Penggorengan rendam (deep frying) yaitu bahan terendam
seluruhnya dalam minyak sehingga penetrasi panas dari minyak dapat masuk
secara bersamaan pada seluruh permukaan bahan yang digoreng sehingga
kematangan bahan yang digoreng dapat merata (Ketaren, 1986). Menurut
Asandhi dan Kusdibyo (2004), untuk menghasilkan french fries berkualitas tinggi
harus menggunakan umbi kentang yang memenuhi syarat, yaitu berdiameter 5 -
7 cm, mempunyai kadar air dan kadar gula reduksi rendah, serta kadar pati yang
tinggi. Kadar air terlalu tinggi akan menghasilkan french fries dengan tekstur
kurang renyah. Ciri dari french fries yang merupakan produk goreng adalah
permukaannya kering dan menyerap minyak goreng. Produk goreng umumnya
mengandung proporsi resapan minyak goreng yang tinggi sebagai akibat kontak
bahan pangan dengan minyak goreng selama kegiatan penggorengan (Firdaus
et al., 2001). Salah satu faktor penyebab penyerapan minyak pada produk
goreng adalah tingginya kandungan air pada bahan yang akan digoreng.
c) Keripik Kentang
Salah satu cara mengawetkan umbi kentang yang umum dilakukan oleh
masyarakat yaitu mengolah menjadi keripik kentang. Siswosaputro (1985)
melaporkan bahwa komoditas kentang termasuk pula kedalam lima besar dari
makanan pokok dunia yang terdiri atas gandum, jagung, beras, terigu dan
kentang. Selanjutnya bahwa komposisi utama dari umbi kentang adalah air
80%, pati dan protein 2%. Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang
berukuran sedang maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari
kebutuhan akan vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai
kalori yang sama nilainya dengan sebuah umbi kentang yang berukuran sedang
ini adalah 100 kalori, sama nilainya dengan sebuah apel atau pisang ukuran
sedang atau jeruk ukuran besar. Umbi kentang yang banyak dikonsumsi saat ini
adalah verietas Granola dan Atalantik.
Masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di kota-kota besar telah
mengkonsumsi keripik kentang atau chip kentang yang biasanya disuguhkan
sebagai makanan kecil. Sinaga (1987) dilihat dari cara pembuatannya terdapat 2
(dua) jenis keripik yaitu :
- Keripik kuning adalah salah satu jenis makanan ringan (snack) yang dibuat
dari umbi kentang yang dikupas lalu diiris tipis-tipis kemudian digoreng
hingga gemersik.
- Keripik putih yaitu keripik yang dibuat dari umbi kentang yang diirisiris
kemudian langsung direndam dengan larutan kapur (Ca(OH)2 atau larutan
CaCl2 lalu diblansing dalam larutan garam dapur, dikeringkan dan selanjutnya
digoreng hingga gemersik. Mutu keripik putih yang dihasilkan dipengaruhi
oleh banyak faktor yiatu: (1) rendemen (2) warna (3) kandungan minyak dan
(4) cita rasa kentang (Siswoputranto 1985).

Prosedur Pembuatan Keripik Kentang:


(1) Pemilihan umbi kentang Umbi kentang dipilih yang segar, sehat dan tidak
cacat bentuk bulat lonjong, mata tunas dangkal, ukuran besar dan umbi yang
keras (baru dipanen). Umbi kentang sebaiknya dipilih umbi kentang yang
memiliki berat jenis yang tinggi menghasilkan keripik yang lebih baik. Faktor
ini biasanya ditentukan oleh varietas kentang, cara bercocok tanam, keadaan
tanah, suhu/iklim, derajat ketuaan umbi.
(2) Pencucian bahan baku Umbi kentang dicuci dengan menggunakan air bersih
hingga kotoran atau tanah yang masih melekat pada kentang hilang, serta
mengurangi kontaminan mikroorganisma yang tidak diinginkan yang terdapat
pada kulit kentang, yang akan mengakibatkan turunnya mutu produk.
(3) Pengupasan Kentang yang telah dicuci direndam dalam air bersih,
selanjutnya dibuang mata tunas dan kulitnya. Pengupasan diusahakan
pengupasan dilakukan selalu dalam air, tujuannya adalah agar tidak terjadi
kontak langsung antara kentang yang telah dikupas dengan udara yang dapat
menyebabkan terjadinya pencoklatan pada permukaan kentang. Beberapa
cara pengupasan umumnya dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
menggunakan pisau. Kehilangan pengupasan dengan menggunakan cara
manual sebesar 15% (Sinaga 1987). Cara lain misalnya dengan pengikisan
(abrasion), perendaman dalam larutan garam dapur, perendaman dalam
larutan alkali (NaOH) yang menyebabkan kehilangan pengupasan sebesar 18-
20% (Smith 1968), dan penggunaan uap panas (Revee dan Buur 1973).
(4) Pencucian I Pembersihan awal dilakukan terhadap umbi yang telah dikupas
untuk menghilangkan sisa pengupasan yang masih menempel, mata tunas,
noda hitam, bagian yang kena hama dan penyakit, serta bagian yang
berwarna hijau. Pemukaan umbi yang telah dikupas harus senantiasa basah
oleh air pembersih untuk mencegah terjadinya kerusakan oksidatif.
(5) Pengirisan Kentang yang telah bersih dari kulit dan matanya selanjutnya
diiris dengan alat pengiris (slicer) yang menggunakan pisau stainles.
Keuntungan menggunakan pisau pengiris adalah seragam dalam ukuran dan
ketebalan, serta praktis dan ekonomis dalam volume dan waktu yang
digunakan dibandingkan dengan menggunakan pisau secara manual. Irisan
kentang langsung dimasukkan dalam air atau larutan sodium bisulfit, karena
larutan tersebut berfungsi dapat mencegah reaksi pencoklatan. Ketebalan
irisan 1-2 mm disesuaikan dengan keadaan kentang, suhu dan lama
pengeringan, serta kesukaan konsumen (Hill dan Gould 1977; Sinaga 1987).
(6) Perendaman Kentang yang telah diiris direndam dengan air bersih. Proses
perendaman dalam larutan kapur 1% atau larutan CaCl2 0,1% dilakukan
selama 1 malam (12 jam) untuk memperoleh tekstur umbi yang keras
sehingga tidak hancur pada saat penggorengan (Siswosaputro 1985). Pada
perendaman ini tekstur irisan kentang menjadi keras karena terbentuknya
kalsium pektat. Penggunaan larutan kalsium klorida (CaCl2) sangat nyata
dapat menurunkan banyaknya minyak yang digunakan dalam menggoreng
sehingga dapat meningkatkan mutu keripik.
(7) Pencucian II Irisan umbi kentang kemudian dibersihkan kembali untuk
menghilangkan pati yang menempel pada permukaannya, dan sisa air kapur
yang digunakan untuk merendam sehingga tidak terjadi penumpukan irisan
umbi selama penggorengan.
(8) Blansing merupakan pemanasan awal pada bahan pangan pada suhu
mendidih atau hampir mendidih dalam waktu yang singkat. Tujuannya adalah
untuk melunakkan atau melayukan jaringan bahan, menginaktifkan enzim
dalam irisan umbi, menurunkan jumlah mikroba yang hidup pada bahan serta
menghilangkan getah dan kotoran (Muhtadi, 1992). Blansing dilakukan
dengan cara merendam irisan umbi kentang dalam air panas selama 5-10
menit untuk menginaktifkan enzim. Kadang-kadang di dalam air perendaman
ditambahkan pula senyawa “natrium metabisulfit” atau “natrium bisulfit”
untuk mencegah terjadinya reaksi pencoklatan. Setelah itu irisan kentang
dikeringkan untuk menaikkan kapasitas unit pemasakan serta mempercepat
waktu penggorengan. Perlakuan blansing tidak mempengaruhi warna keripik
kentang yang langsung digoreng karena cenderung menurunkan cita rasa
keripik.
(9) Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan
alat pengering enersi surya yang dilengkapi dengan rak-rak untuk
memudahkan dalam membalik bahan keripik selama penjemuran. Cara lain
yaitu dengan cabinet dryer (oven) dengan suhu pengeringan berkisar antara
50-60 °C.
(10) Penggorengan Proses penggorengan (deep frying) dilakukan pada temperatur
± 200 °C selama 5 detik tergantung pada tingkat kekeringan irisan umbi (Hill
dan Gould 1977). Minyak yang digunakan dalam menggoreng mempunyai
fungsi sebagai medium pindah panas dan memberikan flavor (perpaduan rasa
dan aroma) tertentu pada produk akhir. Proses penggorengan dilakukan
dalam katel dimana irisan kentang terendam di dalam minyak. Jumlah minyak
yang terserap keripik sekitar 10-15 persen lebih rendah bila keripik digoreng
dalam minyak yang pada suhu kamar berbentuk cair, dibandingkan bila
keripik digoreng dalam minyak yang berbentuk padat pada suhu kamar.
(11) Pengemasan Keripik yang telah digoreng dapat dikemas dalam kaleng, plastik
atau alumunium foil.

DAFTAR PUSTAKA

Diwa, Adhitya Tri., Mesky, D., dan Anna, S. 2015. Petunjuk Teknis Budidaya Kentang. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Lembang.

Zuwayda, Nur. 2020. Permasalahan yang Dihadapi Petani Kentang. Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/nurzuuw/5eeb5e9ad541df74ae4dfa43/permasalahan-
yang-dihadapi-petani-kentang Diakses melalui web: diakses pada 12 November 2021
Mudhofi.2016. Masalah Petani Kentang: Jual ke Tengkulak Hingga Serangan Hama dan
Penyakit. DetikFinance. Jakarta https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3382057/masalah-petani-kentang-jual-ke-tengkulak-hingga-serangan-hama-dan-
penyakit. Diakses pada 12 November 2021

Rachmat, Muchjidin., Hayati, Mardiah., Rahmaniar, Desi. Rantai Pasok Kentang (Studi Kasus
di Kabupaten Garut Jawa Barat).

Rachmat, M. dan D. Rahmaniar. 2006. Peranan Sayuran dalam Perekonomian Nasional.


Dalam. Buku Tahunan Hortikultura: Seri Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal
Hortikultura. Jakarta.

Balitsa. 2020. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Lembang. https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-
terbaru/1018-inilah-aneka-varietas-yang-cocok-untuk-industri-olahan-kentang Diakses
pada 15 November 2021

Sofiari, E., dkk. 2016. Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapat Rakyat:
Komoditas Kentang Sumber Karbohidart Bergizi dan Ramah Lingkungan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Nurhuda, L., dkk. 2017. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Vol 1 No.2
Desember: Analisis Manajemen Rantai Pasok Kentang di Desa Ngadas, Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang. Malang.

Hartuti, Nur, dkk. 1998. Kripik Kentang Salah Satu Diversifikasi Produk. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Lembang.

Anda mungkin juga menyukai