Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, diantaranya yaitu tidak mudah rusak seperti
sayuran lainnya, menjadi sumber kalori, protein, dan vitamin. Kentang termasuk dalam
famili terung-terungan yang mana bagian yang dipenen adalah bagian umbi sebagai
penghasil karbohidrat pengganti nasi.
Kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan jenis tanaman sayuran semusim, berumur
pendek dan berbentuk perdu atau semak dengan fase hidup berkisar antara 90-180 hari
bergantung pada varietasnya. Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun
berseling-seling mengelilingi batang dengan bentuk daun oval agak bulat dan ujungnya
meruncing. Batangnya berbentuk segi empat atau segi lima, bergantung pada varietasnya.
System perakaran tanaman kentang adalah perakaran tunggang dan serabut. Diantara akar-
akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon)
dan selanjutnya menjadi umbi kentang (Samadi, 2007). Penanaman kentang di Indonesia
pada umumnya dilakukan di dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian lebih dari 1000
mdpl. Penanaman kentang di dataran tinggi secara terus menerus tanpa di imbangi dengan
pengelolaan lahan secara bijaksana (mengikuti kaidah ekologis) dapat merusak lingkungan
terutama terjadi erosi dan menurunkan produktifitas tanah. Diketahui bersama bahwa
dataran tinggi biasanya juga merupakan kawasan spesifik potensi biotic dan abiotik yang
sangat luar biasa.
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) menurut Samadi (2007), kentang
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100g kentang
mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg,
fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. berdasarkan nilai kandungan gizi
tersebut, kentang merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga sangat bermanfaat
untuk meningkatkan energy di dalam tubuh (Samadi, 2007). Kondisi topografi yang
mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta dapat meningkatkan produktivitas
kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha
tani kentang adalah rendahnya kualitas bibit yang digunakan, produktivitas rendah, teknik
bercocok tanam yang kurang baik khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun
waktunya, dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004).
Menurut Samadi (2007), kentang dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan warna
umbinya, yaitu:
a. Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi putih,
misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.
b. Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya bewarna kuning,
misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.
c. Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,
misalnya varietas Desiree dan Arka.
Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada
kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya.
a. Iklim Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)menghendaki iklim dengan suhu udara
dingin dan lembab. Untuk tumbuh dengan baik tanaman kentang memerlukan curah
hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari penuh yang dibutuhkan
adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah. Suhu optimal komoditas ini adalah
18oC, dan ketinggian tempat antara 1000-3000 m di atas permukaan laut
(Soelarso,1997).
b. Kesuburan tanah Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai
struktur cukup halus atau gembur, drainase baik, tanpa lapisan kedap air, dan sedikit
kering. Lapisan keras akan menyebabkan genangan air dan perakaran kentang tidak
dapat menembus lapisan kedap air. Kentang dapat tumbuh dengan baik jika tanaman
pada tanah vulkanis (andosol). Tanaman kentang toleran terhadap pH pada selang
yang cukup luas yaitu 4,5-8,0 tetapi untuk pertumbuhan yang baik dan ketersediaan
unsure hara, pH yang baik adalah 5,0-6,0. Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi
kentang adalah 70%. Kelembapan yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah
terserang penyakit seperti batang busuk pada leher batang atau umbi (Setiadi, 2009).
Gambar 1. Varietas Unggul Kentang Jenis Granola (kiri) dan Atlantik (kanan)
(Sumber: https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/)
Benih Kentang:
Menurut SNI (2004), benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Benih kentang adalah
bagian tanaman berupa umbi bukan dalam bentuk biji botani (TPS atau True Potato
Seed) yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman
kentang. Benih produksi dikelompokan dalam kelas-kelas sesuai dengan tahapan
generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya melalui suatu prosedur yang diatur
dalam aturan sertifikasi benih yaitu :
- Benih Penjenis (Breder Seed, BS)/G0 Benih penjenis adalah benih sumber yang
diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau
diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Benih penjenis
diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman atau oleh instansi yang menanganinya
(Lembaga penelitian atau perguruan tinggi), benih ini sebagai sumber untuk
perbanyakan benih dasar, khusus untuk penjenis tidak dilakukan sertifikasi tetapi
diberikan label warna kuning.
- Benih Dasar (Foundation Seed, FS)/ G1 dan G2 Benih dasar merupakan turunan
pertama (F1) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh
pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar
diproduksi oleh Balai Benih (terutama BBI) dan proses produksi diawasi dan
disertifikasi oleh BPSB. Benih ini diberi label sertifikasi berwarna putih.
- Benih Pokok (Stock Seed, SS)/ G3 Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2
dari benih penjenis, produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan
kemurnian varietas serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertfikasi
oleh BPSB. Benih pokok diproduksi oleh Balai benih atau pihak swasta yang terdaftar
dan diberi label berwarna ungu.
- Benih Sebar (Extension Seed, ES)/ G4 Benih sebar merupakan F1 dari benih pokok.
Produksinya tetap mempertahankan identitas maupun kemurnian varietas dan
memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok
dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih dengan mendapatkan
bimbingan, pengawasan dan sertifikasi BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi
berwarna biru.
Hama ini tersebar luas di daerah beriklim hangat dan kering. Nama lain
hama ini adalah ulat penggerek daun atau umbi, taromi, salisip atau potato
tuber moth (PTM). Larva berwarna putih kelabu dengan kepala coklat. Pupa
(kepompong) terdapat dalam kokon yang tertutup, butiran tanah berwarna
kecoklatan. Di gudang, pupa menempel pada bagian luar umbi (biasanya di
sekitar mata tunas) atau pada rak-rak penyimpanan kentang. Serangan pada
daun adalah jaringan epidermis daun yang melipat dengan warna merah
kecoklatan atau bening transparan membentuk gulungan-gulungan. Kalau
lipatan ini dibuka, ada jalinan benang dan terdapat larva di dalamnya. Gulungan
daun ini sering juga ditemukan pada bagian pucuk.
a) Gejala
- Merusak atau memakan daun kentang di lapangan dan merusak umbi
kentang di dalam gudang
- Daun yang terserang kelihatan berwarna merah tua dan tampak ada
jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu
- Kadangkala daun kentang menggulung, disebabkan karena larva
merusak permukaan daun sebelah atas kemudian bersembunyi di dalam
gulungan daun tersebut
- Larva juga membuat gerekan pada tulang dan tangkai daun. Hal ini
menyebabkan matinya titik tumbuh serta lemah dan rapuhnya batang
- Serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran berwarna
coklat tua pada kulit umbi. Bila umbi kentang dibelah maka akan terlihat
lubang-lubang atau alaur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan
umbi.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: penanaman kentang dilakukan pada musim hujan,
pengairan yang sesuai untuk mencegah keretakan tanah yang
memungkinkan masuknya ulat ke umbi, dan mempertinggi guludan agar
umbi tidak muncul ke permukaan tanah.
- Cara mekanis: memotong daun-daun yang terserang, dikumpulkan dan
dimusnahkan dan melakukan sanitasi kebun dengan memberantas
gulma.
- Cara biologi: memanfaatkan agen hayati seperti Bacillus thuringiensis
atau Baculovirus yang terdapat dalam biopestisida, dapat digunakan
untuk umbi-umbi kentang yang disimpan digudang.
- Cara Kimiawi: Penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang sudah
diijinkan, yang paling spesifik terhadap penggerek daun/ umbi.
3) Penghisap Daun
Serangga penghisap daun merupakan hama yang sangat kecil (panjang 1-2
mm), menghisap cairan sel pada permukaan bawah daun. Populasi serangga ini
meningkat pada musim kemarau, serangan yang parah dapat mengakibatkan
tanaman menjadi layu, kering lalu mati.
a) Gejala
- Serangga dapat menyerang tanaman pada stadia nimfa dan dewasa
merusak tanaman dengan cara menghisap isi cairan daun.
- Daun yang diserang berwarna keperak-perakan atau kekuningkuningan
seperti perunggu pada permukaan bawah daun,
karena cairan sel daun dihisap sehingga daun seperti berkerut.
- Pada serangan berat, bagian bawah helaian daun berwarna merah
tembaa mengkilat dan pucuk tanaman mengering dan kemudian mati
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: melakukan pembersihan semua jenis gulma sebelum
penanaman dilakukan, menggunakan bibit kentang sehat dan diupayakan
tanaman tumbuh subur dengan pengairan yang cukup, pemupukan
berimbang, penyiangan, dan pembumbunan, dan penggunaan perangkap
perekat warna biru atau putih sebanyak 40 buah per hektar.
- Cara mekanis: memotong daun yang terserang, lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan, menggunakan mulsa plastik berwarna perak yang
dipasang sebelum bibit kentang ditanam.
- Cara kimiawi: ambang pengendalian serangga ini adalah 100 nimfa/ 10
tanaman dan apabila ambang pengendalian telah dicapai maka
insektisida selektif dapat digunakan seperti Bacillus thuringiensis dan
IGR (klorfluazuron dan teflubenzuron).
4) Kutu Daun
Serangga ini berukuran kecil antara 0,6 – 3 mm, dan hidup berkelompok.
Tubuh serangga ini berwarna hijau atau hijau pucat, kadang-kadang jingga atau
kuning. Panjang antena sama dengan panjang badannya. Serangga dewasa ada
yang bersayap dan tidak bersayap, serangga bersayap bertanda bercak coklat
kehitaman pada punggungnya. Kutu daun tinggal pada bagian bawah daun,
batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan
terjadi karena nimfa dan imago mengisap cairan daun.
a) Gejala
- Pada daun yang terserang tampak bercak-bercak, sedangkan
bagian tanaman yang terserang didapati segerombolan kutu.
- Serangan berat pada daun menyebabkan daun berkeriput,
berkerut-kerut, tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun
terpuntir dan menggulung kemudian mati.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: melakukan sanitasi dengan membersihkan gulma dan
membakar bagian tanaman yang terserang, menanam tanaman
perangkap di sekeliling pertanaman kantang dengan menanam tanaman
yang lebih tinggi dari tanaman kentang, terutama yang berwarna kuning,
dan menanam bawang daun secara tumpang sari satu minggu sebelum
dilakukan penanaman kentang yang berfungsi sebagai penangkal
serangan serangga.
- Cara mekanis: memotong daun-daun yang terserang, lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan, menggunakan baskom berwarna kuning berisi air
sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m 2 sejak tanaman
berumur 2 minggu.
- Cara biologi: memanfaatkan agens hayati seperti Aphidius sp dan
predator kumbang macam (Coccinelidae repanda) atau patogen
Enthomopthora sp.
- Cara kimiawi: aplikasi insektisida dianjurkan apabila populasi kutu daun
telah berada di atas ambang pengendalian yaitu 7 ekor per tanaman
dengan memperhatikan kelimpahan musuh-musuh alami. Dapat
disemprot menggunakan insektisida Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC,
Agrimec 10 EC, dan lain-lain.
Bakteri penyebab penyakit ini berkembang dengan cepat pada suhu tinggi
a) Gejala
- Layu diawali dari pucuk daun kemudian layu menyeluruh pada tanaman
kentang yang terserang
- Berkas pembuluh pada pangkal batang berwarna coklat, dan bila ditekan
keluar lendir yang berwarna abu-abu keruh
- Penyakit sampai ke umbi dengan gejala bercak yang berwarna coklat
sampai hitam pada bagian ujung umbi
- Kelayuan bersifat permanen, diikuti dengan kematian tanaman
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar bersertifikat dan berlabel,
lakukan rotasi tanam dengan tanaman yang bukan inang patogen selama
minimal 3 musim, pilih lahan dengan drainase yang baik, lakukan sanitasi
kebun dengan memberantas gulma dan pengganggu lainnya, dan hindari
pelukaan karena mekanis maupun nematoda pada akar dan umbi.
- Cara mekanis: cabut tanaman terserang sampai ke akar-akarnya beserta
tanah disekitar perakaran, dimasukkan ke dalam kantong plastik
kemudian dimusnahkan.
- Cara biologi: menggunakan agens hayati seperti bakteri Pseudomonas fl
uorescens dengan dosis aplikasi 10ml/liter air pada saat awal tanam, dan
100 ml/liter air pada saat tanaman berumur 15 hari dengan cara
disemprotkan ke seluruh permukaan bedengan secara merata.
- Cara kimiawi: aplikasi dengan bakterisida untuk mengendalikan penyakit
layu bakteri dengan bahan aktif asam oksolinik 20% dengan dosis sesuai
anjuran.
2) Busuk Daun
Penyakit busuk daun disebut juga penyakit lodoh, hawar daun, lompong
hideung atau late blight. Penyebabnya adalah Phythophthora infestans yang
menimbulkan bercak luka pada daun. Jamur putih di atas luka adalah konidiofor
yang sporanya akan menyebar dibawa angin. Spora akan bertunas bila udara
lembab dan berembun. Pada suhu 18-21°C penyakit berkembang dengan cepat,
terutama dengan dukungan lingkungan yang lembab.
a) Gejala
Tumbuhnya gejala serangan dapat terjadi pada saat mulai tumbuh daun
atau tanaman berumur 3-6 minggu dan dijumpai pada daun-daun bawah,
kemudian merambat ke atas ke daun yang lebih muda. Terkadang juga
menyerang pada bagian batang, dan pada awal serangan terdapat bercak
kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun atau
tengahnya. Bercak kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik yang
berwarna coklat dan serangan tingkat lanjut muncul bercakbercak nekrotik
yang berkembang ke seluruh daun tanaman dan menyebabkan tanaman
mati.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: hindari penanaman yang berdekatan dengan
pertanaman inang terutama yang lebih tua, agar tidak terjadi penularan,
lakukan sanitasi lingkungan dari sisa tanaman yang terserang kemudian
dibakar atau dimusnahkan.
- Cara mekanis: pengendalian secara fisik/mekanis pada serangan awal
dapat dilakukan pemetikan bagian tanaman yang terserang, dimasukkan
dalam kantong plastik kemudia dimusnahkan.
- Cara biologi: pengendalian secara biologi menggunakan agens hayati
seperti cendawan Trichoderma atau Gliocladium dengan dosis
penyemprotan 100 gram/10 liter air ditambah dengan zat pekat.
- Cara kimiawi: aplikasikan pestisida (fungisida) kimiawi yang telah
terdaftar dan diizinkan oleh pemerintah dengan bahan aktif: mankozeb,
propinep, klorotalonil, simozanil dsb.
3) Virus Daun Menggulung
Bentuk partikel virus ini seperti bola dengan ukuran sangat kecil
(± 23 nm). Penyebaran dan penularannya melalui umbi yang berasal
dari tanaman sakit.
a) Gejala
- Daun menggulung ke atas di sepanjang urat daun utama yang dimulai
dari ujung anak daun tangkai daun agak tegak dan helaian anak daun
kaku dan regas, warna daun kekuningan atau mengalami klorosis
- Apabila infeksi akibat terbawa benih, maka gejala pada umumnya diawali
dari daun bagian bawah, sedangkan terjadinya infeksi di lapangan maka
gejala yang terlihat pada bagian atasnya
- Daun dan batang tanaman yang sakit menjadi pucat dan kurus serta
batang mengecil.
- Tanaman yang terinfeksi membentuk umbi yang kecil-kecil.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar bersertifikat dan berlabel,
tanaman yang memperlihatkan gejala serangan virus supaya tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain dianjurkan untuk segera
dicabut, apabila virus menyerang pada waktu tanaman muda (30 hari)
kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tanaman sakit
sebaiknya dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun dilakukan dengan
memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus, dan
pemanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinella.
- Cara kimiawi: gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan
populasi vektor virus kentang sehingga penyebaran virus yang terjadi
antar tanaman atau yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi dan
beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos,
asefat.
4) Virus Mazaik
Penyakit ini ditularkan oleh sejumlah vektor terutama M.Persicae dan Aphis
gossypii. Penyakit ini dilaporkan menular secara kontak langsung.
a) Gejala
- Daun terlihat belang-belang (mozaik), bagian tepi daun bergelombang,
permukaan daun berkerut, pertumbuhan tanaman kerdil.
- Umni yang dihasilkan berukuran kecil-kecil.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel,
tanaman yang memperlihatkan gejala serangan virus supaya tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain dianjurkan untuk segera
dicabut, apabila virus menyerang pada waktu tanaman muda (30 hari)
kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tanaman sakit
sebaiknya dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun dilakukan dengan
memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus, dan
pemanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinella.
- Cara kimiawi: gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan
populasi vektor virus kentang, sehingga penyebaran virus yang terjadi
antar tanaman atau yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi.
beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos,
asetat.
5) Nematoda Sista Kentang (NSK)
Nematoda ini mudah dikenal dari bentuk nematoda betina yang hampir
bulat (0,5-1,0 mm) berwarna kuning keemasan atau agak putih. Warnanya
secara berangsur-angsur berubah menjadi coklat dan menjadi sista. Nematoda
jantan berbentuk cacing seperti pada umumnya nematoda lain. Kalau nematoda
betina mati, di dalam sista yang dilindungi oleh lapisan kutikula terkandung 200-
500 telur. Pertambahan populasi cukup cepat sekitar 12-35 kali lipat. Jika
nematoda ini berkembang dalam tanah akan sulit sekali mengeradikasinya. Pada
waktu terakhir ini nematoda sista kuning sudah menyebar di daerah kentang di
P. Jawa (Jawa Timur, Tengah dan Barat).
a) Gejala
- Kerusakan, baru tampak nyata setelah lahan yang terinfeksi NSK
ditanami berkali-kali.
- Perakaran rusak dan tidak berfungsi secara normal dalam menyerap air
dan hara.
- Pertumbuhan tanaman terganggu, klorosis dan cederung layu hingga
akhirnya tanaman mati.
- Serangan pada akar tidak spesifik tapi akan terlihat sisa-sisa berwarna
kuning, krim atau keputih-putihan menempel pada perakaran.
- Pada serangan berat, tamanan gagal membentuk umbi sehingga
menurunkan produksi kentang secara nyata.
b) Pengendalian
- Cara kultur teknis: gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel, lahan
pertanaman yang bebas dari NSK, sanitasi kebun, dengan cara
mencangkul lahan sedalam 30 cm juga dilakukan penyiangan gulma
sebersih mungkin terutama dari famili Solanacceae, dan melakukan rotasi
tanaman dengan menanam jenis tanaman yang tahan atau bukan inang
NSK.
- Cara biologi: gunakan agens hayati seperti beberapa cendawan yang
mampu memparasit telur dan induk nematode seperti Verticilium
chalamydosporium, Clydocarpon destructants, Acremanium strictum,
menggunakan 40 gram/tanaman biakan jamur Verticilium lecanii,
menggunakan dosis 40 gram per tanaman biakan murni Arthrobotrys,
dan menggunakan tepung kulit udang 6 gram per tanaman.
- Cara kimiawi: aplikasi penggunaan menatisida yang efektif dan aman
lingkungan dan murah dan beberapa nematisida yang efektif tetapi tidak
menimbulkan fitotoksik yang berbahan aktif karbofuran, kadosafos.
Keberadaan uang dalam suatu usaha layaknya sebuah darah dalam diri
seseorang, atau dapat dikatakan keberadaanya sangat mutlak dibutuhan. Kelancaran
aliran uang atau finansial sangat mendukung tercapainya suatu rantai pasok yang
efektif. Aliran finansial pada rantai pasok kentang terjadi dari konsumen akhir
kentang kepada pengecer, kemudian pedagang besar, penebas lokal dan terakhir
kepada petani kentang Desa Ngadas. Mekanisme pembayaran kentang dari
konsumen kepada pengecer adalah dengan pembayaran tunai. Kelancaran aliran
uang sangat mendukung tercapainya suatu rantai pasokan yang efektif. Pada saluran
rantai pasok kentang Ngadas ini pola aliran uangnya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data yang didapatkan dilapang, aliran uang tidak berjalan lancar.
Hal ini dikarenakan terdapat lembaga pemasaran yang melakukan penundaan
pembayaran. Kondisi ini terjadi pada saluran pemasaran pertama yaitu ke Pasar
Induk Gadang, dimana pedagang besar Bapak Robi (33 tahun) terkadang melakukan
penundaan pembayaran. Penundaan biasanya 3-6 hari. Hal ini membuat penebas
lokal (Semetono, 45 tahun) pemasok kentang tidak dapat membeli kentang dari
petani lagi untuk sementara. Pada 2 saluran pemasaran lainnya kegiatan
pembayaran uang berjalan lancar. Karena tidak terjadi penundaan pembayaran
lembaga pemasaran yang produknya dibeli dapat kembali melakukan kegiatan awal
sebagai mana mestinya. Contohnya pada lembaga pemasaran pedagang besar di
Pasar Agrobisnis mantung ibu Risa (24 tahun), mereka membeli kentang dari
penebas lokal Ngadas secara tuna sehingga penebas lokal dalam hal ini Bapak.
Legiyanto (37 tahun) dapat melakukan pembelian ulang ke petani kentang Ngadas.
Pola aliran informasi dalam sebuah rantai pasok menentukan keefektifan rantai
pasok tersebut dalam jangka waktu yang panjang terutama berkaitan dengan
perbaikan produk. Pada rantai pasok kentang dari desa Ngadas ini adalah sebagai
berikut :
a. Teknis Budidaya
- Lahan budidaya kentang
Lahan yang biasanya digunakan untuk bercocok tanam sekarang banyak
digunakan untuk pembangunan perumahan dan sebagainya, imbasnya ke petani
mereka kehilangan lahan yang biasanya area untuk ditanami tanaman.
pengembangan kentang di Indonesia, terutama dari daerah dataran tinggi
menghadapi masalah kelestarian lingkungan sebab erosi dan bahaya tanah
longsor dan lain - lain.
- Produktivitas kentang yang masih rendah
Produktivitas yang masih sangat rendah karena masih banyak petani yang
menggunakan benih lokal atau yang turun menurun sehingga menyebabkan
kualitasnya rendah. Benih lokal tidak baik digunakan terus menerus karena jika
petani masih menggunakan benih lokal maka hasil yang didapatkan tidak akan
bagus dan tidak memiliki kualitas tinggi. Kualitas yang rendah menyebabkan
pemasaran akan terhambat karena kentang yang memiliki kualitas rendah akan
cepat membusuk saat dalam perjalanan.
- Hama dan penyakit
Varietas hama cukup mendominir tanaman kentang di Indonesia, diantaranya
varitas Granola, Atlantik, Cipanas, Carsinut Agrie, Merbabu, Cresno, Tampo dan
lain - lain. anaman kentang cukup rentan terhdap serangan OPT sehingga resiko
kegagalan panen akan sangat merugikan petani. Untuk itu petani terpaksa
menggunakan pestisida dalam jumlah berlebihan sehingga berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan dan peningkatan biaya produksi.
- Informasi
Kurangnya data dan informasi tentang kemampuan produksi/pasokan dari
daerah sentra produksi lainnya sehingga petani tidak mempunyai acuan untuk
mengatur pola produksi. Kondisi ini seringkali menyebabkan terjadinya panen
yang bersamaan dan berakibat adanya kelebihan pasokan atau sebaliknya.
Selain industri keripik, Papita Agrihorti yang baru dirilis tahun 2019 silam juga
berpotensi untuk dijadikan sebagai kentang goreng juga diolah jadi produk antara
berupa tepung untuk bahan pembuatan mashed potato dan aneka makanan dari
kentang. Adapun karakteristik dari Papita Agrihorti ialah produktivitas di atas 20
ton/ha, kandungan karbohidrat 9,14 persen, kandungan gula reduksi 0,10 persen
dan spesifik gravity 1,073 sehingga varietas tersebut memenuhi syarat untuk
dijadikan sebagai kentang goreng.
Sedangkan calon varietas unggulan lainnya adalah Golden Agrihorti. Calon
varietas kentang tersebut menampilkan pertumbuhan dan hasil yang baik di sentra
kentang Garut, Pangalengan dan Dieng. Di skala lapang, produktivitas Golden
Agrihorti mencapai 25,0 ton/ha pada musim kemarau dan produktivitas pada musim
penghujan dapat mencapai 30 ton/ha.
Karakter lainnya dari varietas ini ialah kandungan karbohidrat 9,80, kandungan
gula reduksi 0,04 dan Spesifik gravity 1,070 juga memenuhi syarat sebagai kentang
goreng. Keunggulan lain dari varietas ini ialah tahan terhadap penyakit hawar daun
sehingga dapat menghemat penggunaan fungisida.
Selain kentang kaya akan kandungan karbohidrat, kentang juga mengandung
nutrisi lain seperti protein, mineral (Fe) dan vitamin (B-kompleks dan Vitamin C).
100 gram kentang segar mengandung 2.1 gr protein, 0.3 MJ energi, 25 mg Vitamin
C, 0.1 mg Tiamin, 0.02 mg riboflavin, 0.5 mg asam nikotin dan 0.1 mg zat besi. Nilai
kandungan nutrisi kentang bervariasi tergantung dari varietas, cara penyimpanan,
musim tanam, jenis tanah, pemberian pupuk dan pola tanam.
Rata-rata kandungan nutrisi yang terdapat pada kentang:
a) Tepung Kentang
Kentang sebagian besar diolah dan dikonsumsi hanya sebatas menjadi
sayuran ataupun berupa olahan makanan tradisional yang dikembangkan
berdasarkan kebiasaan dan resep tradisional. Namun saat ini telah
dikembangkan suatu teknologi untuk meningkatkan nilai ekonomi kentang,
dimana kentang diolah menjadi tepung kentang. Di Negara-negara Eropa pada
khususnya, industri pengolahan kentang menjadi tepung kentang yang
kemudian diolah menjadi berbagai macam produk terus dikembangkan dari
metode sederhana hingga modern. Dibandingkan dengan bahan baku lain
seperti jagung, gandum, ubi dan lainnya, tepung kentang ini memiliki
kandungan protein dan lemak yang rendah, suhu gelatisasi yang rendah serta
dapat disimpan dengan kandungan air yang tinggi tanpa menimbulkan bau apek.
Selain itu, dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya, tepung
kentang memiliki butiran tepung yang lebih besar. Untuk menghasilkan tepung
kentang yang bermutu, kentang harus melalui beberapa tahap proses
pengolahan. Kentang yang telah dipanen, harus dibersihkan dari kotoran yang
menempel dengan menggunakan Barrel Washer. Setelah proses pencucian
selesai, kentang selanjutnya dihancurkan dengan menggunakan alat berupa
parutan yang disebut Grater sehingga dihasilkan bubur kentang. Dalam proses
ini biasanya ditambahkan enzim oksidasi untuk mencegah proses perubahan
warna pada bubur kentang. Selanjutnya merupakan proses ekstraksi dengan
memisahkan kandungan pati dan serat yang terdapat pada bubur kentang
dengan menggunakan alat centrisieve yang memiliki wadah yang berputar (a
rotaring screen basket) yang ditutupi oleh ayakan yang berukuran 120
µm,sehingga kandungan pati yang berbentuk cairan dapat melewati ayakan ini
dan kandungan serat akan tertinggal. Proses selanjutnya pemisahan kandungan
protein yang terdapat dalam cairan pati yang telah tersaring pada proses
sebelumnya dengan beberapa langkah dengan hydro-cyclone plant dengan 11
unit multi-cyclone yang saling berhubungan dengan prinsip kerja counter flow
(berlawanan arah). Proses pemisahan ini dilakukan dengan penambahan asam
dan pemberian panas sehingga larutan protein akan mengental dan kandungan
air menguap. Dari proses ini diperoleh suspensi pati (starch) dengan kandungan
padatan sekitar 35% sampai 40%.Suspensi pati yang diperoleh selanjutnya
mengalami proses dewatering atau pemberian air kembali dengan menggunakan
Rotary Vacuum Filter sehingga kandungan airnya mencapai sekitar 40%. Proses
selanjutnya merupakan proses pengeringan dengan menggunakan Flash Dryer
sehingga diperoleh tepung kentang yang memiliki kandungan air tidak lebih dari
15%, dimana kondisi ini baik untuk penyimpanan tepung kentang. Tepung
kentang ini banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan snack, makanan
bayi, mie instan, saus, makanan rendah kalori, soft drink, bir, es krim, permen,
selai dan marmalade, buah kaleng, makanan ternak. Selain itu tepung kentang
ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan, pembalut
wanita, kapsul untuk industri obat-obatan , kertas dan bahan-bahan bangunan
dalam industri tekstil.
b) French Fries
French fries adalah irisan kentang berbentuk stick (biasanya berukuran
sekitar 1 × 1 × 6-7 cm yang digoreng dengan metode deep frying pada suhu
180- 200 ºC sampai matang (Burton, 1989). Dalam dunia perdagangan, french
fries biasanya dijual dalam bentuk beku (frozen french fries) ataupun sebagai
makanan siap saji (fast food). Adapun standar kualitas kentang untuk industri
kentang goreng (french fries):
Menurut Smith (1968) proses pengolahan kentang secara umum dalam
industri makanan meliputi pencucian, pengupasan, trimming, sorting, pengirisan,
blanching, dan penggorengan. Pencucian merupakan proses awal pengolahan
yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit
kentang. Setelah dicuci, kentang dikupas untuk menghilangkan kulit. Trimming
dilakukan untuk membuang bagian yang belum terkupas, mata dan cacat lain,
setelah itu dipilih ukuran kentang yang sesuai untuk french fries. Pengirisan
kentang sebaiknya menggunakan alat pemotong (potato slicer) agar ukuran
yang dihasilkan seragam. Irisan kentang yang tidak diinginkan seperti terlalu
tipis, terlalu pendek dan patah harus dibuang sebelum blanching. Blanching
merupakan proses pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan terhadap
buah dan sayur untuk menginaktifkan enzim alami yang terdapat dalam bahan
tersebut antara lain enzim katalase dan peroksidase yang tahan terhadap panas
(Winarno, 1997). Menurut Lisinska dan Leszczynski (1989), blanching sebelum
penggorengan bertujuan untuk memperbaiki warna produk akhir, mengurangi
absorbsi minyak karena gelatinisasi pati pada permukaan irisan kentang,
mengurangi waktu menggoreng dan memperbaiki tekstur produk akhir. Masalah
utama yang biasa dihadapi pada kentang olahan adalah sangat mudah
mengalami perubahan warna terutama terjadinya pencoklatan. Pencoklatan
dapat mengakibatkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, karena
menyebabkan kenampakan produk yang tidak baik dan timbulnya citarasa lain
sehingga dapat menurunkan mutu. Pencoklatan dapat terjadi secara enzimatis
maupun non enzimatis (Susanto dan Saneto, 1994). Penggorengan merupakan
pengolahan pangan yang umum dilakukan untuk mempersiapkan makanan
dengan jalan memanaskan makanan dalam pan yang berisi minyak. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan produk mengembang dan renyah. Penggorengan
juga dapat meningkatkan citarasa, warna, gizi dan daya awet produk akhir.
Metode penggorengan yang digunakan dalam proses pembuatan french fries
adalah deep frying. Penggorengan rendam (deep frying) yaitu bahan terendam
seluruhnya dalam minyak sehingga penetrasi panas dari minyak dapat masuk
secara bersamaan pada seluruh permukaan bahan yang digoreng sehingga
kematangan bahan yang digoreng dapat merata (Ketaren, 1986). Menurut
Asandhi dan Kusdibyo (2004), untuk menghasilkan french fries berkualitas tinggi
harus menggunakan umbi kentang yang memenuhi syarat, yaitu berdiameter 5 -
7 cm, mempunyai kadar air dan kadar gula reduksi rendah, serta kadar pati yang
tinggi. Kadar air terlalu tinggi akan menghasilkan french fries dengan tekstur
kurang renyah. Ciri dari french fries yang merupakan produk goreng adalah
permukaannya kering dan menyerap minyak goreng. Produk goreng umumnya
mengandung proporsi resapan minyak goreng yang tinggi sebagai akibat kontak
bahan pangan dengan minyak goreng selama kegiatan penggorengan (Firdaus
et al., 2001). Salah satu faktor penyebab penyerapan minyak pada produk
goreng adalah tingginya kandungan air pada bahan yang akan digoreng.
c) Keripik Kentang
Salah satu cara mengawetkan umbi kentang yang umum dilakukan oleh
masyarakat yaitu mengolah menjadi keripik kentang. Siswosaputro (1985)
melaporkan bahwa komoditas kentang termasuk pula kedalam lima besar dari
makanan pokok dunia yang terdiri atas gandum, jagung, beras, terigu dan
kentang. Selanjutnya bahwa komposisi utama dari umbi kentang adalah air
80%, pati dan protein 2%. Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang
berukuran sedang maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari
kebutuhan akan vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai
kalori yang sama nilainya dengan sebuah umbi kentang yang berukuran sedang
ini adalah 100 kalori, sama nilainya dengan sebuah apel atau pisang ukuran
sedang atau jeruk ukuran besar. Umbi kentang yang banyak dikonsumsi saat ini
adalah verietas Granola dan Atalantik.
Masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di kota-kota besar telah
mengkonsumsi keripik kentang atau chip kentang yang biasanya disuguhkan
sebagai makanan kecil. Sinaga (1987) dilihat dari cara pembuatannya terdapat 2
(dua) jenis keripik yaitu :
- Keripik kuning adalah salah satu jenis makanan ringan (snack) yang dibuat
dari umbi kentang yang dikupas lalu diiris tipis-tipis kemudian digoreng
hingga gemersik.
- Keripik putih yaitu keripik yang dibuat dari umbi kentang yang diirisiris
kemudian langsung direndam dengan larutan kapur (Ca(OH)2 atau larutan
CaCl2 lalu diblansing dalam larutan garam dapur, dikeringkan dan selanjutnya
digoreng hingga gemersik. Mutu keripik putih yang dihasilkan dipengaruhi
oleh banyak faktor yiatu: (1) rendemen (2) warna (3) kandungan minyak dan
(4) cita rasa kentang (Siswoputranto 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Diwa, Adhitya Tri., Mesky, D., dan Anna, S. 2015. Petunjuk Teknis Budidaya Kentang. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Lembang.
Rachmat, Muchjidin., Hayati, Mardiah., Rahmaniar, Desi. Rantai Pasok Kentang (Studi Kasus
di Kabupaten Garut Jawa Barat).
Balitsa. 2020. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Lembang. https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-
terbaru/1018-inilah-aneka-varietas-yang-cocok-untuk-industri-olahan-kentang Diakses
pada 15 November 2021
Sofiari, E., dkk. 2016. Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapat Rakyat:
Komoditas Kentang Sumber Karbohidart Bergizi dan Ramah Lingkungan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Nurhuda, L., dkk. 2017. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Vol 1 No.2
Desember: Analisis Manajemen Rantai Pasok Kentang di Desa Ngadas, Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang. Malang.
Hartuti, Nur, dkk. 1998. Kripik Kentang Salah Satu Diversifikasi Produk. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Lembang.