Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L) adalah salah satu tanaman budidaya,

merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali

berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari, dan berbentuk

semak/herba. Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke

Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau

18. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi. Pusat tanaman kentang

utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang

(Jawa Timur), dan Bali. Di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan

pokok. Kentang banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin

A. Selain itu, sebagai sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang

cukup tinggi.

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang mendapat prioritas

dalam proses produksinya karena dapat mendatangkan keuntungan bagi petani,

memiliki peluang dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti pada

sayuran lainnya dan juga memiliki kadar kalori, protein dan vitamin yang tinggi.

Rendahnya produktivitas kentang di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal

antara lain rendahnya mutu benih yang digunakan petani, tingginya biaya

produksi bibit, pengetahuan kultur teknis masih kurang, menanam kentang secara

terus menerus, umur panen yang kurang tepat, penyimpanan yang kurang baik,
permodalan yang terbatas dan yang paling utama adalah faktor kehilangan hasil

akibat serangan hama dan penyakit.

Dalam makalah ini, mencoba membahas tentang teknik budidaya tanaman

kentang di Indonesia.

Kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energy di dalam tubuh

sehingga manusia dapat bergerak, berfikir, dan melakukan aktivitas

lainnya.

Kentang dapat dikonsumsi dalam berbagai macam bentuk olahan

(Samadi,2007).

Berikut klasifikasi kentang dalam kelompok tumbuhan:

Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L.

Umbi kentang terbentuk dari cabang samping di antara akar-akar. Proses

pebentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang

dari rhizima atau stolon, yang kemudian diikuti dengan pembesaran sehinga

rhizome membengkak. Umbi kentang berfungsi sebagai tempat penyimpan

cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Solanin dan Keberadaannya dalam Pangan Solanin merupakan senyawa

hasil metabolit sekunder yang termasuk golongan glikoalkaloid (alfa-

solanin) yang merupakan inhibitor enzim asetilkolinesterase (EC 3.1.1.7,

AchE) dan butirilkolinesterase (EC 3.1.1.8 BuChE). Kedua enzim

mengatalisis hidrolisis neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis di sistem saraf

pusat dengan reaksi enzim asetilkolinesterase(CH3)3NCH2CH2OCOCH3 + Enz

O OC CH3+ H2O (CH3)3 NC H2 CH2 O H +HO CO CH3 acetylcholine

acetylcholinesterase cholineacetate

1.2 Morfologi Tanaman

1.      Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang-seling

mengelilingi tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat dengan ujung

meruncing dan tulang-tulang daun menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau

muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai tidak

panjang.

2.      Batang

Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun agak keras apabila dipijat.

Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang tanaman

bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun.

Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya cabang mengalami

penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang mancapai 1,2 meter.

3.      Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang dapat menebus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar

serabutnya umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus

tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan, dan halus berukuran

sangat kecil. Di antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi bakal umbi (stolon), yang selanjutnya akan menjadi umbi

kentang.

4.      Bunga

Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak, tergantung pada

varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni kuning atau ungu. Kentang varietas

dasiree berbunga ungu. Pada varietas cipanas, segunung dan cosima, bunga atau

benang sari berwarna kuning, putiknya putih. Pada tanaman kentang yang

berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga

bervariasi sedikit sampai banyak. Kentang varietas cosima memiliki tandan bunga

sampai 11 buah, sedangkan varietas cipanas 7 buah. Bunga kentang berjenis

kelamin dua. Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan

menghasilkan buah dan biji-biji.

5.      Umbi

Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung

pada varietasnya. Ukuran umbi bervariasi besar dan kecil. Bentuk umbi ada yang

bulat, oval, agak bulat (bulat lonjong), dan bulat panjang. Umbi kentang dapat

berwarna kuning, putih, dan merah.


1.3 Manfaat Tanaman

Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama

karbohidrat. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis

sayuran lainnya. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah

kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium

(Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg.

1.4 Syarat Pertumbuhan Tanaman Kentang

   Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun

   Lama penyinaran untuk fotosintesis 9-10 jam/hari

   Suhu optimal 18-21°C

   Kelembaban 80-90%

   Ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl

   (Media Tanam). Tanah berstruktur remah, gembur, banyak mengandung

bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam.

 pH tanah antara 5,0 - 7,0.

1.5 Teknik Budidaya Tanaman Kentang

1. Pembibitan

Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi. Umbi bibit berasal dari

umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180

hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varietas unggul. Umbi

disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik

(kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6
bulan pada suhu 25° C. Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata

tunas. Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi

keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. 

2. Pengolahan media tanam

Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya

perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah

dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya

dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari

secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus

kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman)

atau 140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm.

Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang

ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air untuk

mengalirkan air. Hal ini dimaksudkan agar air tidak menggenang di parit-parit

bedengan. Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak

penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air

akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.

3. Teknik Penanaman

 Pemupukan Dasar

a)    Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam, kotoran kambing atau kotoran

sapi  diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam,

dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.

b)    Pupuk anorganik berupa SP-36 sebanyak 400kg/ha.


 Cara Penanaman

Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-

1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak

tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain

70 x 30 cm.Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan

April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik atau sumber air, kentang dapat

ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman

dilakukan dipagi/sore hari.

Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke

lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan

tumbuh sekitar 10-14 hari.. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika

kentang ditanam di dataran medium.

4. Pemeliharaan Tanaman

 Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik

tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman

dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit

cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.

 Penyiangan

Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari

sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi

penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan

harus dilakukan pada fase vegetatif awal dan pembentukan umbi.


 Pemangkasan Bunga

Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah

terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara

untuk pembentukan umbi dan pembungaan.

 Pemupukan

Selain pupuk organik, pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk

pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha,

TSP dengan dosis 400 kg/ha, sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan

pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:

Pupuk organik : Pupuk kandang saat tanam 15.000-20.000 kg.

Pupuk anorganik :Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah

tanam 165/365 kg.

SP-36: saat tanam 400 kg.

KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.

Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.

Pupuk anorganik : diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang

tanaman kentang.

 Pengairan

Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pemberian air yang

cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang

waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan
dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan

sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Solanin Pada Tanaman Kentang. Beserta Akibatnya Bagi

Kesehatan

Solanin merupakan senyawa hasil metabolit sekunder yang termasuk

golongan glikoalkaloid (alfa-solanin) yang merupakan inhibitor enzim

asetilkolinesterase (EC 3.1.1.7, AchE) dan butirilkolinesterase (EC

3.1.1.8BuChE). Kedua enzim mengatalisis hidrolisis neurotransmiter asetilkolin

padasinapsis di sistem saraf pusat dengan reaksi enzim asetilkolinesterase

acetylcholine acetylcholinesterase cholineacetate Enzim kolinesterase di dalam

jaringan tubuh yang berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan

sel-sel syaraf bekerja secara terorganisir dan harmonis. Jika aktivitas kolinesterase

jaringan tubuh secara cepat sampai pada tingkat yang rendah, akan berdampak

pada bergerak serat-serat otot secara dengan gerakan halus dan kasar

Asetilkolin merupakan salah satu jenis neurotransmiter (zat kimia

penghantar rangsangan saraf) yang paling umum dikenal. Senyawa

neurotransmiter ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf organisme vertebrata.

Asetilkolin berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang

diterima untuk diteruskan diantara sel-sel saraf yang berdekatan atau

neuromuscular. Penghambatan kerja asetilkolin oleh enzim ini di dalam tubuh

manusia berperan dalam menimbulkan penyakit Alzheimer yang terkait dengan

kerusakan sel-sel otak, hilangnya ingatan, dan kemampuan berpikir. Penyakit ini
dapat dikurangi efeknya dengan menggunakan obat yang mengandung

inhibitor kolinesterase. Di samping itu, senyawa asetilkolin juga banyak

berperan dalam aktivitasgastoinstestinal. Solanin banyak ditemukan pada tanaman

tergolong suku Solanacea yang kebanyakan berupa terna basah, jarang berupa

semak atau pohon atau umumnya pada kentang – kentangan dengan spesiesnya

adalah Solanum dulcamara L, Solanum ningrum L dan Solanum teburosum L.

Kandungan solanin pada kentang diketahui sebanyak 3-6 mg/100 g.

Senyawa –solanin merupakan senyawaα glikoalkaloid pada kentang.

Glikoalkaloid terdiri dari senyawa alkaloid steroid yang mengikat satu atau

lebih monosakarida, dimana pada solanin mengikat gugus glukosa dan

rhamnosa. Senyawa ini berasal dari hasil proses esterifikasi atau kondensasi

hidrogen dari gugus hidroksil, yang terikat pada atom karbon pertama dari

glukosa dengan alkohol atau fenol. Mempunyai rumus molekul C45 H73NO15

Solanin menginhibisi enzim kholinase, sehingga enzim ini tidak

dapat mengatalisis reaksi hidrolisis neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis di

system saraf pusat, sehingga mengakibatkan kerja saraf menjadi terhenti.

Pada saat solanin ini menyerang sisi aktif dari kholinase, didalamnya terjadi
reaksi hidrolisis solanin menghasilkan gula. Pada kentang senyawa ini diketahui

sebagai zat racun untuk mekanisme pertahanan diri dari serangga, predator dan

penyakit. Bagian daun, batang, umbi dan tunas kentang secara alami mengandung

senyawa solanin.

Senyawa solanin terbentuk dalam sel parenkim dari periderm dan korteks

dari umbi. Biasanya senyawa ini terdapat pada umbi dalam jumlah kecil dan

terkonsentrasi pada kulit umbi kentang (sekitar 30 hingga 80% solanin) juga pada

bagian yang mempunyai aktivitas metabolisme tinggi. Racun solanin tidak dapat

dihilangkan apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena sinar matahari.

Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin ditandai dengan warna

hijau pada kentang. Solanin pada kentang dapat menimbulkan gejala mual,

muntah, vertigo, cramps, dyspnea, gastroenterosis, tachycardia dan diare.

Bagi wanita hamil solanin sangat berbahaya bagi kesehatan janin.

Kandungan solanin dalam tubuh yang terlalu banyak setidaknya

menyebabkan penurunan penyerapan oleh alat pencernaan dalam tubuh. Solanin

yang terhidrolisa akan menyebabkan terbentuknya solanidine yang merupakan

racun.
BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan

Solanin merupakan senyawa hasil metabolit sekunder yang

termasuk golongan glikoalkaloid (alfa-solanin) yang merupakan inhibitor

enzim asetilkolinesterase (EC 3.1.1.7, AchE) dan butirilkolinesterase (EC

3.1.1.8BuChE).

Solanin menginhibisi enzim kholinase, sehingga enzim ini tidak

dapat mengatalisis reaksi hidrolisis neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis di

system saraf pusat, sehingga mengakibatkan kerja saraf menjadi terhenti.

Pada saat solanin ini menyerang sisi aktif dari kholinase, didalamnya terjadi

reaksi hidrolisis solanin menghasilkan gula. Pada kentang senyawa ini diketahui

sebagai zat racun untuk mekanisme pertahanan diri dari serangga, predator dan

penyakit.

Racun solanin tidak dapat dihilangkan apabila umbi tersebut keluar dari

tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun

solanin ditandai dengan warna hijau pada kentang.

Solanin pada kentang dapat menimbulkan gejala mual, muntah, vertigo,

cramps, dyspnea, gastroenterosis, tachycardia dan diare. Bagi wanita hamil

solanin sangat berbahaya bagi kesehatan janin


3.2 Saran

Perhatikanlah saat anda memakan kentang karena seperti yang tertulis di

atas bahwa solanin dapat menimbualkan penyakit-penyakit yang cukup rumit

untuk diatasi
DAFTAR PUSTAKA

Bushway, R.J., J.L. Bureau, And D.F. Mcgann. 1983. Alpha-Chaconine And

Alpha-Solanine Content Of Potato Peels And Potato Peel Products. J.

FoodSci

Omaye S. 2004. Food and Nutritional Toxicology. USA: CRC Press, Boca Raton.

Winter, C. K. 1990. Toxins Of Plant Origen. Ch. 5. In: Chemicals In The Human
Food Chain, New York.

Anda mungkin juga menyukai