PENDAHULUAN
Labu Kuning Tanaman labu kuning berasal dari Amerika utara. Jenis-jenis
tanaman yang serumpun dengan tanaman labu kuning adalah timun (Cucumis
sativus L), semangka (Citrullu vulgaris), melon (Cucumis melo L), blewah
(Cucumis melo L), labu siam (Sechium edule Sw), pare (Momordica charantia L),
dan lain-lain. Labu kuning dikenal juga dengan nama waluh (Jawa), pumpkin
(Inggris), labu parang (Jawa Barat), labu merah dan labu manis (Sudarto, 2000 :
11)
Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar
dari familli Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang
setelah berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning ini telah banyak
dibudidayakan di negara-negara Afrika, Amerika, India dan Cina. Tanaman ini
dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Adapun ketinggian tempat
yang ideal adalah antara 0 m-1500 m di atas permukaan laut (Yuliani, dkk, 2004 :
2).
Labu kuning merupakan tanaman tahunan yang bersifat menjalar atau
merambat dengan perantara alat pemegang yang berbentuk pipih. Batangnya
cukup kuat dan panjang serta dipermukaan batangnya terdapat bulu-bulu yang
agak tajam. Pucuk daun dan daun muda dapat digunakan 10 bahan sayuan yang
lezat, bisa dimakan sebagai sayuran bersantan, osengoseng, atau gado-gado.
Selain daun bagian, bagian dari tanaman ini yang memiliki nilai ekonomis dan zat
gizi terpenting adalah buahnya. Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong
atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat
sekali, mencapai 350 gram per hari. Buah besar dan warnanya bervariasi (buah
muda berwarna hijau, sedangkan yang lebih tua berwarna kuning pucat). Daging
buah tebalnya sekitar 3 cm dan rasanya agak manis. Bobot buah labu kuning rata-
rata 3-5 kg, untuk labu ukuran besar beratnya dapat mencapai 20 kg per buah.
Buah labu kuning mempunyai kulit yang sangat tebal dan keras, sehingga dapat
bertindak sebagai penghalang laju respirasi, keluarnya air melalui proses
penguapan, maupun masukknya udara penyebab proses oksidasi. Hal tersebut
menyebabkan labu kuning relatife awet dibanding buah-buah lainnya. Daya awet
dapat mencapai 6 bulan atau lebih, tergantung pada penyimpanannya. Namun
buah yang sudah dibelah harus segera diolah karena akan sangat mudah rusak. Hal
tersebut menjadi kendala dalam pemanfaatan labu pada skala rumah tangga sebab
labu kuning yang besar tidak dapat diolah sekaligus. (Gardjito, 2006 : 7).
Gambar 1. Labu kuning Sumber : http://biojojo.blogspot.comB.
B. Tekhnis Budidaya Tanaman Labu Kuning
a. Syarat Tumbuh
Labu Kuning atau Waluh dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
ketinggian sekitar 800-1.200 mdpl dengan memiliki curah hujan sekitar 700-1000
mm/tahun, dan memiliki kelembaban udara sekitar 75%. Jenis tanah yang baik
untuk menanam budidaya waluh atau labu kuning ini adalah tanah aluvial
berhumus, tanah gembur kering bekas rawa, andosol, tanah merah dan grumosol
denan derajat keasaman atau pH tanah sekitar 5,0 hingga 6,5. Dan hal penting
lainnya adalah lahan yang akan digunakan untuk budidaya memiliki ketercukupan
cahaya matahari.
b. Pemilihan dan Persiapan Bibit Waluh
Perbanyakan bibit tanaman waluh paling biasanya dilakukan dengan cara
generatif atau melalui biji. Pilihlah buah calon bibit waluh yang baik yaitu buah
yang berukuran besar, memiliki warna kulit cerah dan memiliki pangkal buah
yang kecil. Buah yang telah dipilih untuk bibit, biarkan masak di pohon lalu
setelah masak petik buah tersebut dan diamkan selama 7 hari. Setelah itu, buah
dibelah dan diambil bijinya lali ditempatkan pada wadah, biarkan semalaman.
Biji yang telah didiamkan selama semalaman, selanjutnya rendam biji benih
dengan air dan bersihkan selaput lendir pada biji atau untuk mempermudah
penghilangan selaput lendir biji, biji bisa dicampur dengan arang sekam halus saat
perendaman.Bersamaan dengan perendaman lakukan pula sortasi atau pemilihan
biji benih, biji yang tenggelam dipilih untuk bibit sedangkan yang mengapung di
buang.
Setelah perendaman, selanjutnya jemur bij benih selama 2 hari hingga kering.Jika
bijji sudah kering segera simpan biji selama sekitar 1 hingga 3 bulan sebelum
ditanam agar menghilangkan masa dormansi biji.
Biji yang akan ditanam, sehari sebelumnya biji benih direndam dalam air hangat
selama 2 hingga 4 jam, setelah itu letakkan pada kain yang telah dibasahi den
simpan sekitar 3 hari hingga biji berkecambah. Biji yang telah berkecambah
selanjutnya dapat ditanam ke lahan tanam secara langsung.
c. Pengolahan tanah
Lakukan pengolahan tanah pada lahan tanam sebelum siap ditanami. Gemburkan
tanah lahan dengan cara dibajak atau di cangkul sedalam 20 cm – 30cm. Lakukan
pengapuran menggunakan kapur pertanian atau dolomit apabila ph tanah dibawah
6, kebutuhan kapur atau dolomit tersebut untuk 1 hektar lahan adalah sekitar 1
hingga 2 ton. Jika sudah, lakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk
dasar dan diamkan selama 1 hingga 2 minggu.
Buatlah bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1 meter, tinggi sekitar 20 cm – 30
cm, dan panjang menyesuaikan lahan tanam.Jarak antar bedengan dibuat dengan
jarak sekitar 35 cm – 40 cm. Jika bednan telah siap selanjutnya lakukan
pemulsaan dengan mulsa plastik agar kelembaban tanah tetap terjaga.
Selanjutnya, buat lubang tanam pada permukaan mulsa plastik dengan ukuran
diameter sekitar 10 cm. Dalam 1 bedengan dibuat 2 baris lubang tanam dengan
jarak antar lubang dalam 1 baris sekitar 40 cm dan jarak antar lubang antar baris
sekitar 40 cm. Setelah lubang tanam jadi, selanjutnya lubang tanam diberi pupuk
berupa pupuk kandang atau pupuk kompos dengan dosis sekitar 1-1,5 kg/lubang
tanam. Kebutuhan pupuk kandang atau pupuk kompos untuk 1 hektar lahan
adalah sekitar 20 hingga 35 ton.
d. Penanaman Waluh Atau Labu Kuning
Setelah benih dan lahan tanam siap, maka segera lakukan penanaman. Benamkan
1 benih dalam setiap lubang lalu timbun kembali dengan tanah, pembenaman
tersebut jangan terlalu dalam yaitu sekitar 0,5 atau 2 cm agar cepat tumbuh.
Setelah berumur sekitar 7 hari, benih yang tadinya berkecambah selanjutnya akan
tumbuh lebih tinggi.
e. Perawatan tanaman
Penyulaman
Setelah tanaman berumur sekitar 7 hari maka lakukan penyulaman pada tanaman
yang mati atau tidak tumbuh dengan baik dan ganti dengan bibit yang baru.
Penyiangan
Setelah tanaman berumur 3 hingga 4 minggu maka segera lakukan penyiangan
terhadap gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Penyiangan berikutnya
dilakukan dengan melihat frekuensi gulma yang ada.
Pemupukan Susulan
Setelah tanaman berumur 3 minggu maka lakukan pemupukan susulan dengan
menggunakan pupuk organik cair yang terbuat dari pupuk kandang yang dicampur
dengan air dengan komposisi 1 Kg pupuk kandang dan 1 liter air. Namun pupuk
tersebut dibuat dan difermentasikan selama seminggu dulu baru digunakan untuk
pemupukan. Cara pemupukan dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk
organik yang telah dibuat ke lubang tanam dan juga bagian tanaman untuk setiap
1 meter persegi lahan dibutuhkan sekitar 1 L pupuk cair. Pemupukan iini
dilakukan secara rutin yaitu setiap 3 bulan sekali.
Pemberian Lanjaran
Agar melakukan perawatan lebih mudah maka beri tanaman lanjaran. Lilitkan
tanaman waluh pada lanjaran. Lanjaran tersebut terbuat dari bambu dengan
ukuran 2 meter dan ketinggian 1,5 meter.
f. Pemanenan Waluh
Waluh atau Labu Kuning mulai berbuah saat berumur sekitar 60 hari setelah
tanam dan waluh dapat mulai dipanen setelah berumur sekitar 80 hari setelah
tanam. Pemanenan dapat dilakukan secara bertahap 1 hingga 2 bulan.
2.2 Keunggulan Komperatif
2). Penyiraman
Penyiraman dilakukan satu kali sehari dikarenakan kondisi lokasi dan tempat yang
berbeda sehingga kadang tidak terjangkau.
3). Penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit
Pembersihan rumput yang mengganggu disekitar tanaman, dan mengendalikan
hama secara bilogis, dengan memusnahkan secara langsung bila terlihat satu atau
dua hama yang mengganggu.
4). Pemupukan
Pemupukan dilakukan satu minggu setelah pengolahan lahan, kemudian
pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berumur 20 hari.
Lahan untuk budidaya buncis terlebih dahulu dibersihkan dari rumput liar
dan gulma. Kemudian tanah digemburkan dengan cara dibajak atau dicangkul.
Agar mudah dalam perawatannya, setelah itu dibuatlah bedengan setelah tanah
digemburkan. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, panjang 12 meter dengan
tinggi bedengan 35 cm atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar
bedengan antara 30 cm. Pengolahan lahan dan pembuatan bedengan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pengolahan Lahan dilakukan satu minggu sebelum pemupukan, setelah
pembuatan bedengan selesai diberikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang
sebanyak 2 karung pupuk kandang pada dua bedengan, pupuk ditaburkan secara
merata diatas bedengan, dan diaduk hingga rata.
Penanaman benih dilaksanakan satu minggu setelah pemupukan, benih
ditanam sedalam 1 cm kemudian ditutup dengan tanah, isi satu lubang 2 benih
buncis. Satu bedengan ditanam 3 baris, dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm, karena
tanah dalam kondisi kering, benih yang sudah ditanam kemudian disiram
secukupnya, penanaman benih buncis dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada praktikum ini kita menggunakan benih buncis tipe rambat maka
tanaman buncis tersebut memerlukan ajir yang bertujuan untuk menopang batang
tanaman agar tidak jatuh sehingga tanaman dapat merambat dan tumbuh dengan
baik, yang dilakukan ketika tanaman sudah mulai tumbuh sekitar 10 cm, pada usia
3 minggu, pemberian ajir dengan menggunakan bambu yang tingginya sekitar 120
cm yang ditancapkan didekat tanaman, dapat dilihat pada Gambar 5
V. SIMPULAN
5.1. Simpulan
a. Tanaman buncis merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan akan
tetapi juga memerlukan perhatian dan perawatan yang lebih intensif,
Proses budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan (pemupukan, pengairan, dan penyiangan).
b. Penggunaan pupuk kandang sangat bermanfaat dalam proses pertumbuhan
tanaman buncis, sebab dapat menyuburkan tanaman dan menambah unsur
hara pada tanah.
c. Media penanaman untuk jenis buncis Rambat adalah tanah dengan
keasaman (pH) 5.5 - 6 Sedangkan yang ditanam pada tanah pH < 5,5 akan
terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah terjadi gangguan penyerapan
unsur hara).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis, Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani.
Kanisius.Yogyakarta.
Dedesuryaman80.http://www.wordpres.com/BudidayaBuncis
Rukmana, R, 1994, Bertanam Buncis, Kanisius, Yoyakarta.
Setianingsih T dan Khaerodin, 1991. Pembudidayaan Buncis, Tipe Tegak dan
Merambat. Penerbar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, 1994, Sayuran Dataran Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta
Zulkarnain, 2016. Budidaya Sayuran Tropis. Bumi Aksara. Jakarta.