Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM I

MATA KULIAH BIOTEKNOLOGI TANAH


“PUPUK ORGANIK CAIR (POC) “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ILMU TANAH A

1. Vira Az Zahra Faruqi (C1051181061) 9. Margareta Dini (C1051191089)

2. Dewi Arum Kusumawati (C1051181019) 10. Veny Savira (C1051181081)

3. Angelbertus Selbian (C1051191081) 11. Muhammad Octafian S (C1051181069)

4. Gabriel Batistuta (C1051191067) 12. Ismiandri (C1051191031)

5. Romana Dwi Lestari (C1051191013) 13. Claudya cindy A.R (C1051181009)

6. Egilius Jodhi Soares (C1051191047) 14. Riobertus Yuvan Saputra (C1051181027)

7. Yordani Sarabalaki (C1051191017) 15. Julian Enggar Setiawan (C1051181

8. Yogi Irawan (C1051181049)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul dari laporan ini
adalah “Pupuk Organik Cair(POC)”.

Sebagai ungkapan rasa syukur atas selesainya laporan ini, Izinkanlah kami
mengucapkan terimakasih kepada pembimbing praktikum Bioteknologi Tanah yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran serta bimbingan kepada kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman program studi ilmu tanah yang mengambil
mata kuliah Bioteknologi Tanah serta semua pihak lain yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dari laporan praktikum ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami bisa lebih baik lagi
dalam pembuatan laporan selanjutnya.

Pontianak, 20 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1. Pupuk Organik................................................................................................................3
2.2. Jenis-Jenis Pupuk Organik..............................................................................................3
2.2.1. Pupuk Organik Cair (POC)......................................................................................3
2.2.2. Pupuk Organik Padat................................................................................................4
2.2.3. Mikroorganisme Lokal (MOL)................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
METODE PRAKTIKUM..........................................................................................................7
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum........................................................................................7
3.2. Alat dan Bahan................................................................................................................7
3.3. Prosedur Kerja.................................................................................................................7
BAB IV......................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................8
4.1 Hasil.................................................................................................................................8
4.2 Pembahasan......................................................................................................................9
BAB V......................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
LAMPIRAN.............................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus oleh petani dari dulu hingga
sekarang sudah menunjukkan dampak – dampak kerusakan lingkungan. Rusaknya
lingkungan dan sifat fisik tanah pertanian sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan
pupuk anorganik yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis
terus-menerus tanpa diimbangi dengan penggunan pupuk organik akan berdampak pada
kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi.  Oleh karena itu, untuk mengurangi
kerusakan lahan pertanian akibat pemakaian pupuk anorganik oleh petani, dapat
menggunakan pupuk organik yang kaya unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman
pertanian dan ramah lingkungan karena mengandung bahan – bahan organik yang baik
untuk menjaga kondisi fisik tanah di lahan pertanian.

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik berperan
memperbaiki unsur fisik, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan bentuknya, pupuk
organik dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk
organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan
organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung
unsur haranya lebih satu unsur. Dengan mengekstrak sampah organik tersebut dapat
mengambil seluruh nutriens yang terkandung pada sampah organik tersebut. Penggunaan
pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala
produksi pertanian yaitu Pupuk Organik Cair. Pupuk organik cair dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Pupuk cair merupakan larutan mudah larut
berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihannya adalah
dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Pembuatan MOL juga ditambahkan Air Kelapa dan Air Cucian Beras. Peran air
kelapa dalam pembuatan MOL ini adalah, seperti yang dijelaskan oleh Joko Samudro
(2015), air kelapa secara khusus sangat kaya akan kandungan kalium (K)/potassium..
Beberapa jenis kandungan kimiawi air kelapa antara lain Kalium (K) atau potassium,
Vitamin C (asam askorbat, protein, lemak, hidrat arang. Mineral yang terkandung pada air
kelapa ialah zat besi (Fe), fosfor (P) dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan
sukrosa. Berbagai kandungan tersebut tentu dibutuhkan selama proses pembuatan MOL.
Sedangkan peranan air cucian beras pada pembuatan MOL, menurut Joko Samudro
(2015), telah diketahui oleh berbagai penelitian, bahwa ia memiliki kandungan nutrisi
yang tinggi. Adapun beberapa kandungan nutrisi utama pada air cucian beras diantaranya
Karbohidrat sebesar 85 % hingga 90 % yang berupa pati, gula, protein, glutein, selulosa,
hemiselulosa, dan juga beberapa jenis vitamin B yang tergolong cukup tinggi. Air limbah

1
cucian beras diketahui mempunyai mikroba/bakteri Pseudomonas fluorescens yang
banyak di gunakan sebagai bahan baku POC (Pupuk Organik Cair). Pupuk Organik Cair
yang dihasilkan diharapkan memiliki unsur hara yang cukup dan mampu menggantikan
penggunaan pupuk kimia sebagai sumber unsur hara buatan

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui cara pembuatan serta manfaat
dan keunggulan Pupuk Organik Cair (POC) .

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari
berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan,limbah media jamur, limbah pasar,
limbah rumah tangga dan limbah pabrik, serta pupuk hijau. Karena bahan dasar
pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam
sesuai dengan kualitas bahan asalnya. Pemakaian pupuk organik terus meningkat dari
tahun ke tahun sehingga perlu ada regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi
pertumbuhan tanaman dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan


dari pupuk oganik adalah antara lain : meningkatkan kandungan bahan organik di dalam
tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air
(Water holding capacity), meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah,
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe
pada tanah masam, dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Kelemahan dari
pupuk organik antar lain : kandungan haranya rendah, relatif sulit memperolehnya dalam
jumlah yang banyak, tidak dapat diaplikasikan secara langsung ke dalam tanah, tetapi
harus melalui suatu proses dekomposisi, pengangkutan dan aplikasinya mahal karena
jumlahnya banyak. Pupuk organik terdiri dari : pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,
tepung tulang dan tepung darah
2.2. Jenis-Jenis Pupuk Organik
2.2.1. Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas


biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman (Indriani, 2004). Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara
yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap tanaman. Pada umumnya pupuk cair
organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu sampah sayur
baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah seperti
anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain (Hadisuwito, 2007). Bahan organik basah seperti
sisa buah dan sayuran merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat bagus karena
selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan tanaman.

3
Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka proses penguraian akan
semakin lama.

Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung


hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan
organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat
meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi,
meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga,
dan bakal buah. Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu Untuk
menyuburkan tanaman, Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, Untuk
mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, Untuk membantu revitalisasi
produktivitas tanah, Untuk meningkatkan kualitas produk (Suriadikarta, 2006). Adapun
keunggulan dari pupuk organik cair yaitu : (a) Mudah untuk membuatnya, (b) Murah
harganya, (c) Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, (d) Bisa juga
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti ulat pada
tanaman sayuran. (e) Aman karena tidak meninggalkan residu, pestisida organik juga
tidak mencemari lingkungan (Suriadikarta, 2006).

Kelemahan yang umum terdapat pada  pupuk organik/ hayati cair, yaitu :

1. Viabilitas (daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangat rendah,


2. Populasi mikroorganisme kecil (< 106 cfu/mL), bahkan cenderung tidak  ada/mati
seiring dengan waktu,
3. Nutrisi yang terkandung sedikit. Umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan bahan
kimia seperti pupuk NPK dan Urea,
4. Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati,
5. Tingkat kontaminasi sangat tinggi,
6. Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk),
7. Tidak tahan lama (kurang dari setahun),
8. Masalah dalam transportasi dan penyimpanan,
9. Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya,
10. Hasilnya tidak bisa diproduksi secara masal (Suriadikarta, 2006).

2.2.2. Pupuk Organik Padat

Pupuk organic padat adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran
hewan yang mempunyai kandungan unsure hara rendah. Pupuk organic tersedia setelah
zat tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. Selain pupuk
anorganik, pupuk organic juga harus dberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk
organic adalah sebagi berikut :

4
1. Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa
tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna
untuk perbaikan struktur tanah. Kompos merupakan bahan organik yang telah
mengalami degradasi / penguraian / pengomposan sehingga berubah bentuk dan
sudah tidak dikenali lagi bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan tidak
berbau. Manfaat Kompos yaitu memperbaiki struktur tanah. Lahan pertanian atau
media tanam pada pot yang sudah terlalu lama dipupuk dengan pupuk kimia,
terutama urea (pupuk dengan kandungan N tinggi) akan menjadi keras, liat, dan
asam. Pupuk kompos yang remah dan gembur akan memperbaiki pH dan
strukturnya. Memiliki kandungan unsur mikro dan makro yang lengkap. Walaupun
kandungan unsur mikro atau makro akan terhambat pertumbuhannya, bahkan dapat
menyebabkan tanaman tidak bisa menyerap unsur hara yang diperlukan.
2. Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah.
Pupuk organic jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai
dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di
daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organic sebagi penambah unsure mikro dan
perbaikan struktur tanah.
3. Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan
biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam
pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur
menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pupuk kendang. Ada beberapa jenis pupuk
kandang, pupuk kandang sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti
selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu
menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah,
memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan
komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya
serap air yang lebih lama pada tanah. Kandungan hara dalam puouk kandang rata-
rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung dari jenis hewan dan bahan
makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai proses pembusukan, makin
rendah perimbangan C/N-nya.

2.2.3. Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan


sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair (Budiyani
dkk., 2016). Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi
untuk diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi
pencemaran lingkungan. Larutan mikroorganisme lokal (MOL) merupakan larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Unsur
hara mikro dan makro pada larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama
dan penyakit tanaman. sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pupuk hayati,
dekomposer, dan pestisida organik terutama sebagai fungisida (Nappu dkk., 2011).

5
Terdapat 3 komponen utama dalam pembuatan MOL menurut Mulyono (2014)
yaitu karbohidrat dapat diperoleh dari air tajin (air cucian beras), sisa gandum, kentang,
jagung, singkong, dan nasi yang telah basi. Glukosa dapat diperoleh dari bahan-bahan
yang mengandung gula seperti molase (ampas tebu), gula merah, gula pasir cair, air
kelapa, dan seluruh bahan yang mengandung gula. Sumber mikroorganisme dapat
diperoleh dari sisa-sisa buah busuk, sisa ikan, terasi, berenuk, rebung bambu, rumen
(cairan isi perut hewan) dan bonggol pisang.

Larutan MOL yang telah mengalami proses fermentasi dapat digunakan sebagai
dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara
bagi pertumbuhan tanaman. Fermentasi terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan
perubahan sifat bahan tersebut. Lama fermentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam proses fermentasi. Waktu
fermentasi MOL berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL dengan yang lainnya dan
tergantung dari ketersediaan makanan yang digunakan sebagai sumber energi dan
metabolisme dari mikroorganisme.

Agar mendapatkan hasil yang optimal, dapat dilakukan fermentasi selama 2


minggu karena setelah fermentasi 3 minggu diduga jumlah karbondioksida (CO2) hasil
fermentasi sudah sedemikian besarnya sehingga mulai mengambat perkembangan
mikroorganisme yang diinginkan. Larutan MOL harus mempunyai kualitas yang baik
sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman secara
berkelanjutan. Kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik
yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu. Faktor-faktor yang menentukan kualitas
larutan MOL antara lain medium fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, dan sifat
mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi,
dan nisbah C/N dalam bahan (Fitriani dkk., 2015).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini melakukan pembuatan Pupuk Organik Cair yang dilaksanakan
pada hari Selasa, 8 Desember 2020 pukul 14.00-15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium
Biologi dan Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

3.2. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan :

1. Instalasi pupuk cair


2. Pisau
3. Gunting
4. Saringan
5. Solasi

b. Bahan yang digunakan :

1. Buah busuk 5kg


2. Air kelapa 5L
3. Air Bekas Cucian Beras
4. Gula Merah 300gr
5. Dedak
6. Terasi 2gr
7. Sabun pencuci piring

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:

1.      Menghancurkan pisang, apel dan jambu dengan dipotong dan diperas .

2.      Masukkan hasil bahan yang halus tersebut kedalam toples.

3.      Larutkan gula merah dengan air kelapa.

7
4.     Tuangkan larutan gula merah dan tambahkan air kelapa serta air cucian beras ke
dalam toples.

5.      Diaduk hingga homogen.

6.      Tutup toples dengan rapat dan melakbannya untuk menghindari masuknya udara yang
dapat membantu penguaraian mikroba diadalam ember.

7.      Tunggu selama ± 2 minggu sambil mengamati perubahan warna dan bau .


Setelah  itu, melakukan penyaringan, larutan siap digunakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Hari Pengamatan Warna Aroma Gambar
1. Selasa, 8 Desember Keruh Asam
2020

2. Selasa, 15 Desember Agak Keruh Asam Kecut


2020

3. Senin, 21 Desember Lebih Cerah Asam Manis


2020

8
4.2. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, pembuatan pupuk organik cair


(POC) berlangsung selama ±1 minggu. Pada pengamatan dihari ke-3, timbul bercak-bercak
putih di atas permukaan POC. Hal ini menandakan fermentasi sudah berjalan karena aktifitas
mikroorganisme seperti miselia jamur sudah mulai terlihat. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukan oleh Purwarendra (2006) bahwa yang menandakan fermentasi telah berjalan
adalah ketika telah timbul bercak-bercak putih pada permukaan cairan yang berwarna kuning
kecokelatan dengan aroma khas yang menyengat. Hasil pengamatan yang telah dilakukan
pada pengamatan hari ke-3 bercak-bercak putih berupa jamur sudah mulai timbul dibagian
permukaan POC namun belum menutupi seluruh permukaan atasnya. Sedangkan pada
pengamatan hari ke-6 yaitu saat pemanenan, bercak putih berupa jamur sudah menutupi
seluruh permukaan atas POC. Pada botol yang digunakan dalam instalasi pupuk cair pun
sudah mulai terlihat seperti uap-uap air hasil metabolisme dari mikroorganisme yang ada. Hal
ini menunjukkan bahwa aktifitas mikroorganisme sudah mulai aktif pada proses fermentasi
POC yang dilakukan.

Pengamatan pada POC yang telah dibuat dengan beberapa parameter yang diamati
berupa parameter warna dan aroma dari Pupuk Organik Cair (POC). Pada pengamatan hari
ke-3, warna yang dihasilkan dari POC yaitu agak keruh. Hal ini dikarenakan bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan POC ini sudah mengendap dibawah permukaan wadah.
Sedangkan pada pengamatan hari ke-6, warna yang dihasilkan sudah lebih cerah. Hal ini
kemungkinan dikarenakan bahan-bahan yang sudah diuraikan oleh mikroorganisme dan
dapat dilihat bahwa endapan dibawah permukaan wadahnya pun sudah mulai sedikit. Warna
yang dihasilkan dari pupuk organik cair (POC) dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatannya. Pada pembuatan POC yang dilakukan digunakan bahan
berupa air kelapa dan air cucian beras sebagai aktivator. Peran air kelapa dalam pembuatan
POC ini adalah seperti yang dijelaskan oleh Joko Samudro (2015), air kelapa kaya akan
kandungan kalium (K)/potassium. Selain mempunyai berbagai macam mineral, kandungan
air kelapa juga terdapat gula sebesar 1,7 %-2,6 %, Protein sebesar 0,07 %-0,55 %. Mineral
yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi (Fe), fosfor (P) dan gula yang terdiri dari
glukosa, fruktosa dan sukrosa. Sedangkan peranan air cucian beras pada pembuatan POC,
seperti yang dijelaskan oleh Joko Samudro (2015) bahwa memiliki kandungan nutrisi yang
tinggi berupa karbohidrat sebesar 85 % - 90 % yang berupa pati, gula, protein, glutein,
selulosa, hemiselulosa, dan juga beberapa jenis vitamin B yang tergolong cukup tinggi. Air
limbah cucian beras diketahui mempunyai mikroba/bakteri Pseudomonas fluorescens yang
banyak di gunakan sebagai bahan baku POC (Pupuk Organik Cair). Tingginya unsur hara
akan menyebabkan aktivitas mikroorganisme semakin aktif pada proses fermentasi.
Berdasarkan pengamatan POC dengan parameter aroma pada saat pertama kali
pembuatan pupuk organik cair ini, aroma yang dikeluarkan belum terlalu menyengat seperti
waktu pemanenan. Aroma pada saat pertama kali dibuat hanya tercium aroma asam tetapi

9
baunya belum menyengat. Pada pengamatan hari ke-3 aroamnya sudah mulai asam dan kecut.
Sedangkan setelah pengamatan hari ke-6, aroma yang dihasilkan yaitu aroma asam manis
mulai tercium serta lebih menyengat dari sebelumnya. Bau manis yang dihasilkan dan sudah
mulai tercium manandakan POC sudah siap untuk dipanen.

Pada pengamatan pH, POC yang dibuat dari awal hingga proses akhir pengamatan
mengalami penurunan pH yaitu menjadi 3,6. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Suriawiria, (2003) bahwa proses penguraian bahan organik karena adanya aktivitas bakteri
seperti bakteri asam laktat, yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat, asam asetat
atau asam piruvat. Asam-asam organik ini berasal dari penguraian karbohidrat, protein dan
lemak. Hal inilah yang mengakibatkan POC berubah menjadi pH yang lebih rendah dari
sebelumnya. Penurunan pH terjadi oleh aktivitas mikroorganisme yang ditentukan oleh
kondisi bahan yang diuraikan. Tingginya unsur hara yang terkandung dalam bahan-bahan
POC akan menyebabkan aktivitas mikroorganisme semakin tinggi pula. Maka dari itu dapat
menurunkan derajat keasaman dari POC yang telah dibuat menjadi lebih asam.

10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan
Pupuk Organik Cair (POC), bahan – bahan yang digunakan memepengaruhi hasil dari POC
yang dibuat. Bahan-bahan dalam pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) berpengaruh
terhadap warna maupun aroma yang dihasilkan. Bahan-bahan yang digunakan berpengaruh
terhadap aktivitas mikroorganisme yang ada selama proses fermentasi berlangsung. Dimana
bahan – bahan yang banyak mengandung unsur hara akan meningkatkan aktifitas
mikroorganisme saat pembuatan POC. Pada pertumbuhan miselia jamur dapat dipengaruhi
oleh kondisi tingkat derajat keasaman yang dihasilkan dari POC. Bahan—bahan yang
difermentasi akan menghasilkan kondisi POC yang masam sehingga pHnya akan semakin
rendah (masam). Sehingga mengakibatkan pertumbuhan miselia jamur semakin meningkat.
Hal ini dikarenakan jamur umumnya lebih tinggi tumbuh pada kondisi yang berPh masam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budiyani, N. K., Soniari, N. N. dan Sutari, N. W. S. 2016. Analisis kualitas larutan


mikroorganisme lokal bonggol pisang. E-Jurnal Argoekoteknologi Tropika 5 (1):
63-72.

Fitriani, M. S., Evita. dan Jasminarni. 2015. Uji Efektivitas beberapa mikro organisme lokal
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 13 (2): 68-74.

Hadisuwito, S., 2007, Membuat Pupuk Kompos Cair, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Indriani, Y. H., 2004, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Nappu, B., Herniwati. dan Syarief, A. S. 2011. Pemanfaatan limbah kakao menjadi pupuk
organik dengan menggunakan bioaktivator mikroorganisme lokal (MOL) buah
pepaya pada tanaman kakao produktif. Junral Agroplantae 2 (1): 1-8.

Samudro, J. 2014. “Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam”.
(online) http://organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-harakotoran-sapi-
kambing-domba-ayam.html. Diposting pada 20/02/2017. Diakses pada
06/12/2020.

Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. Hal 2

12
LAMPIRAN

13
14

Anda mungkin juga menyukai