Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM
(PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA)
(PET-1313)

Nama : WAHYUNI

Nim : 60700114017

Kelas :A

Kelompok : 1 (Satu)

AsisteN : Nur Fatimah Jamrah

LABORATORIUM BASIC ANIMAL JURUSAN ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagian besar orang mengumumkan kelahiran bayinya biasanya

menyebutkan jenis kelamin bayi, namun tidak perlu memerincikan bahwa

anaknya meupakan manusia. Salah satu karakteristik kehidupan adalah

kemungkinan kemampuan organisme menghasilkan jenisnya sendiri gajah

menghasilkan anak gajah, hohon ek menghasilkan pohon ek.

Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan

variasi heriditer. Orang tua memberikan infrmasi terkode kepada anak-

anaknya dalam bentuk unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita

warisi dari ibu dan ayah merupakan tautan genetic kita dengan orang tua,

dan gen-gen inilah yang menyebabkan kemirikan keluarga seperti warna

mata atau bintik-bintik yang mirip. Gen-gen kita memprogram sifat-sifat

spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang menjadi dewasa.

Pewarisan sifat-sifat heriditer memiliki basis molukuler pada

reflikasi DNA secara tetap. Yang dihasilkan salinan gen-gen yang dapat di

wariskan dari orang tua kepada anak-anaknya. Untuk lebih mengetahui

masalah perbandingan genetis dan kebakaan perlu di adakan percoban.


B. Rumusan masalah

1. Bagaimana cara megetahui persilangan satu dan dua sifat beda ?

2. Bagaimana cara mengetahui hasil pengamatan pada persilangan satu

dan dua sifat beda ?

3. Bagaimana cara mengetahui hasil pengamatan data individu pada

persilangan satu dan dua sifat beda ?

C. Tujuan dan kegunaan

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini yaitu untuk

mempelajari persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan

suatu model.

Adapun kegunaan praktikum yaitu dapat mempelajari persilangan

satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan umum

Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi

hereditas. Unit-unit hereditas yang di pindahkan dari satu generasi ke generasi

berikunya di sebut gen. Gen-gen itu berada didalam suatu molekul pangjang

yang di sebut asam deckasiri binoleat (DNA) (Apandki dan Hardy, 1991: 1).

DNA itu, dalam ikatan matriks protein, membentuk nukleo protein dan

tersusun menjadi struktur-struktur dengan sifat yang dapat menyerap warna

dengan jelas yaitu di sebut dengan kromosom yang berada pada nucleus sel

(Apandki dan Hardy, 1991: 1).

Jadi perilaku gen dalam banyaknya hasil sama dengan perilaku kromosom

ini dimana gen itu merupakan bagiannya. Sebuah gen mengandung infornasi

yang berkode bagian produksi protein-protein. DNA biasanya merupakan

molekul yang stabil dengan kemampuan untuk berefliikasi sendiri sekali-kali

bisa terjadi suatu perubahan secara spontan (dengan sendirinya) dibeberapa

bagian DNA. Perubahan ini yang disebut mutasi, mengubah intruksi-intruksi

yang diberi kode dan dapat menghasilkan protein yang cacat (defektif) atau

perhentian sintesis protein (Apandki dan Hardy, 1991: 1).

Setiap gen menempati posisi (tempat) spesifik pada suatu kromosom yang

disebut lokus gen. oleh sebab itu semua bentuk alelil suatu gen di temukan

pada posisi-posisi yang bersesuaian pada kromosom-kromosom yang secara


genetic sama (homolog). Kata lokus kadang-kadang di gunakan juga untuk

menyatukan gen (Apandi Hardi, 1991:1).

Pada waktu genetika masih dalam tahap perumulaan, gen di duga

bertindak sebagai suatu unt partikel. Partikel ini di gambarkan tersusun sebagai

kromosom sbagai manic pada seutas benang ( Apandi dan Hardy 1991: 1).

Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigot

dapat menyebabkan kematian individu yang memilikinya. Ada gen letal yang

bersifat dominan,dan ada pula gen letal yang bersifat resesif.Konsep gen

berkembang setelah penemuan mendel tentang segregasi dan pemisahan serta

pengelompokan bebas. Gen di duga mempunyai beberapa sifat khusus yaitu:

suatu bukti keturunan yang di wariskan dari generasi ke generasi berikutnya,

suatu unit 1⁄ fungsional yang menghasilkan suatu fenotipe suatu aspek


2

fungsional yang menyebabkan duplikasi sendiri (crowder, 2006: 90).

Aktifitas-aktifitas kompleks dari sel-sel tumbuhan, dan juga dari

organism-organisme multiseluler, dikendalikan dan di arahkan oleh

serangkaikan cetak biru (gen) yang tersimpan dalam kromosom, pada

dasarnya cetak biru tersebut mengandung informasi mengenai sintesis-sintesis

protein-protein spisifik. Karena protein-protein merupakan komponen arsiktur

dasar sel dan enzim-enzim yang mengarahkan metabolisme sifat-sifat protein

yang di hasilkan innilah yang akan menentukan karakteristik-karakterstik

fungsional dan structural atau organisme (Fried dan Hademonos, 1999:78).

Produksi molekul pembawa pesan dari cetakan DNA di sebut transkripsi.

Molekul pembawa pesan merupakan sejenis RNA tertentu, yang dikenal


sebagai messenger RNA ( nRNA). Nantinya mRNA akan bergabung dengan

ribosom di sitoplasma dan beberapa molekul aksesoris lainnya untu

mensintesis portein. Tahapan ini di sebut translasi (Fried dan

Hademenos,1999:78).

Dengan demikian ketepatan yang tinggi di perlukan dalam proses

pengkodean informasi, transmisi informasi sampai sebuah protein selesai di

rakit, dan replikasi cetak biru yang termaksud. Jika pesan mengalami gangguan

pada tahapan apapun, barangkali akan terjadi produksi protein yang salah.

Erubahan pada pesan dapat saja terjadi meskipun sparatus informasi memilii

sifat konserfatif (Fried dan Hademenos,1999: 78).

Perubahan fisik ada sub struktur DNA, di sebut mutasi menyebabkan

perubahan pada skuens yang di kodekan. Mutasi tersebut, yang merupakan

peristiwa-peristiwa yang relatif jarang, menyediakan sekuensi genetika baru

yang akan melalui tujuan sepanjang modifikasi evolusi (Friedan Hademonos,

1999: 78).

Orang tua memberikan informasi terkode kepada anaknya dalam bentuk

unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan ayah

merupakan tautan genetic kita dengan orang tua dan gen-genlah yang

menyebabkan kemiripan keluarga seperti warna mata (Cambell, 2010: 268).

Gen-gen kita memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita

berkembang dari sel yang terfitilisasi menjadi dewasa. Program genetik

tersebut tertulis dalam bahasa DNA dari setiap gen polimer dari empat

nukleotida. Informasi yang mewariskan diteruskan dalam bentuk sekuensi


spesifik nukleotida DNA dari setiap gen mirip seperti informasi yang tercetak

yang disampaikan dalam urutan huruf yang bermakna. Pada kedua kasus, bahas

bersifat simbolik (Cambell, 2010: 268).

Pewarisan sifat-sifat herediter memiliki basis molukuler pada reflikasi

DNA secara tepat, yang menghasilkan gen-gen yang dapat diwariskan dari

orang tua kepada anak. Pada hewan yang sel-sel reproduksinya disebut gamet

merupakan wahana yang meneruskan gen dari satu gamet. Jantang dan betina

(sperma dan sel telur) bergabung sehingga kedua induknya ke anaknya

(Cambell, 2010: 268).

A. Tinjauan khusus

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang berurusan dengan hereditas dan

variasi. Unit-unit hereditas yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi

berikutnya (dengan kata lain, diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam

molekul-molekul panjang asam deokrisibonukleat (deoxyribonucleic acid,

DNA) yang ada dalam semua sel. DNA bersama dengan suatu matriks protein,

membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang di sebut

kromosom yang ditemukan dalam nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen

mengandung kode informasi bagi produkfi protein. Normalnya DNA adalah

molekul yang stabil degan kapasitas untuk bereplikasi sendiri. Terkadag bisa

terjadi perubahan spontan pada suatu bagian DNA. Perubaan ini disebut

mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan

produksi protein yang sala atau tidak lengkap. Hasil netto sebua mutasi

seringkali terlihat sebagai perubahan pada tampilan fisik suatu individu


ataupun perubahan pada hal-hal lain yang dapat terukur pada organism itu,

disebut karakter atau sifat. Melalui proses mutasi, sebua gen dapat berubah

menjadi dua atau lebih bentuk altefnatif yang di sebut alel (Elrod, 2002).

Penjelasan tentang hereditas paling banyak dianut orang selama

tahun1800-an adalah hipotesis ‘pencampuran’, gagasan bahwa materi genetik

yang disumbangkan oleh kedua orang tua bercampur seperti cat biru dan

kuning bercampur menjadi hijau. Akan tetapi, pengamatan sehari-hari dan hasil

perbiakan dengan hewan dan tumbuhan menentang prediksi tersebut, misalnya

sifat yang muncul kembali setelah melompati satu generasi. Namun, seorang

biarawan bernama Gregor Mendel berhasil mendokumentasikan mekanisme

partikulat untuk pewarisan sifat. Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar

tentang pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam

percobaan-percobaan yang dirancang secara berhati-hati. Mendel hanya

melacak karakter-karakter yang bervariasi diantara dua alternatif yang jelas

berbeda. Misalnya ia hanya menggunakan tanaman yang berbunga ungu atau

berbunga putih, tidak ada sifat antara (intermediet) pada kedua varietas

tersebut. Seandainya Mendel memusatkan perhatian pada sifat-sifat yang

tersusun dalam kontinum diantara individu-individu misalnya berat biji, ia

tidak akan menemukan sifat pertikulat pewarisan sifat (Campbell, dkk., 2008).

Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar

genetika yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I disebut juga

hukum segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen

yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini
berlaku untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II

dikenal dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu

berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka

diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan

yang lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, Putra

Sang, 2010).

Hukum-hukum Mendel tentang segregasi dan pemilahan bebas

mencerminkan aturan-aturan probabilitas yang sama dengan yang berlaku

untuk melempar koin, menggulirkan dadu dan menarik kartu dari tumpukan.

Probabilitas berkisar dari 0 sampai 1. Peristiwa yang pasti terjadi memiliki

probabilitas 1, sedangkan peristiwa yang pasti tidak terjadi memiliki

probabilitas 0. Hasil setiap lemparan tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi

pada lemparan-lemparan sebelumnya. Setiap lemparan koin, baik dilakukan

secara berturut-turut dengan satu koin atau secara bersamaan dengan banyak

koin, tidak berkaitan dengan setiap lemparan. Seperti dua lemparan yang

terpisah, alel-alel suatu gen bersegregasi ke dalam gamet secara saling bebas

secara saling bebas dari alel-alel gen yang lain (Campbell, dkk., 2008).

Penelahan modern tentang sifat-sifat baka telah dimulai sejak tahun 1900,

meskipun sebelumya banyak peneliti yang telah bekerja menganai pemuliaan

tanaman dan ternak.banyak sekali pengetahuan yang terkumpul, tetapi mereka

tidak dapat merumuskan hukum-hukum yang berguna untuk menjelaskan hasil-

hasil penyilangan tanaman yang mempunyai sifat baka yang berbeda-beda

(hibridisasi, penghibridan, penyilaangan).pada tahun 1866, Groger mendel


mempublikasikan hasil-hasil percobaannya selama delapan tahun, terutama

yang menggunakan kacang kapri atau ercis (Pisum sativum). Meskipin hasil

kerja mendel ini telah memecahkan banyak masalah mengenai penelaahan

sifat-sifat baka, namun hal itu selama bertahun-tahun tidak dihiraukan. Pada

awal abad ke-20 hasil-hasil percobaan Mendel baru diterimah dan dikembang

luaskan , terutama setelah hasil-hasil yang serupa ditemukan kembali oleh

ketiga orang peneliti yang telah bekerja secara terpisah, yaitu De Vries

(Belanda), Correns (Jerman), dan Von Tsohermak (Austria) (Sutarmi,1983).

Dalam hukum pemisahan mendel mengemukakann bahwa pasangan alel-

alel yang menentukan suatu tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah.

Dengan pengecualian yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel-

alel yang secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke

generasi lain. Fenomena ini yang disebut hukum segregasi atau ukum

pemisahan, digambarkan oleh persilangan F1 x F1. Hanya jika kedua gen , T

dan t, dari setiap tanaman F1 berpisah dalam gamet yang berbeda dan

dipindahkan secara terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkunkan

untuk diperoleh kombinasi seperti (Pai, 1985).

Dasar Teori Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat

dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa

Latin, yaitu Genos = asal usul). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun

pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum

dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru

diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel. (Team Teaching UNG, 2013). Orang
yang pertama-tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang ialah

Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan

dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika (Suryo, 2008).

Beliau melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (

Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun

tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang

kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu

cabang ilmu pengetahuan. Mendel telah memilih tanaman ercis untuk

percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman

setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis memiliki

bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat kelamin

jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan

sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus

akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat

keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh

sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah

polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih,

bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung

batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin

lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih. (Suryo, 2008)

Pada waktu Mendel hidup belum diketahui tentang bentuk dan susunan

sifat keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan itu faktor penentu. Tetapi

kini faktor penentu itu lebih dikenal dengan istilah gen. Dengan ditemukannya
kromosom, (yaitu benda-benda halus berbentuk batang lurus atau bengkok di

dalam sel), maka Wilhelm Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom adalah

pembawa faktor keturunan. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan dari

orang tua kepada keturunannya lewat gamet (Suryo, 2008).

Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan

yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam

berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat

demikian disebut sifat dominan, dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif.

Dominan adalah hasil gen fungsional, menutup penampilan dari alel mutan,

dan resesif adalah alel dari gen yang tidak menghasilkan hasil yang berfungsi,

hasil yang defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit. Sedangkan sifat

keturunan yang dapat diamati/ lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan

fenotip, dan sifat dasar yang tidak nampak dan tetap (tidak berubah-ubah

karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (Suryo, 2008).

Genotip adalah susunan genetik, atau jumlah total, atau semua gen dalam

suatu individu, sedangkan fenotip merupakan kenampakan luar dari suatu

individu, merupakan kombinasi antara genotip dan keadaan

lingkungan.Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan

disebut alel. Menurut Crowder (1993) alel adalah salah satu bentuk mutasi

yang mungkin terjadi dari suatu gen tertentu. Mislanya T menentukan sifat

tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t

merupakan alel, tapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah

pada bunga, maka T dan R bukan alel. ( Suryo, 2008)Homozigot ialah individu
yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT , tt), sedangkan

heterozigot adalah individu yang genotipnya teridiri dari pasangan alel yang

tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan

(TT) dan resesif (tt) (Suryo, 2008).

Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda

dinamakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu

individu, dapat dibedakan bahwa monohibrid merupakan suatu hibrid dengan

satu sifat beda (Aa), dihibrid ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb),

sedangkan trihibrid ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc) (Suryo,

2008).

Yang dimaksud dengan homosigot adalah keadaan dimana ada dua alel

berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot, sedangkan

heterosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama,

individunya disebut heterosigot (Crowder 1993).

Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu

perkawinan respirok, back cross, dan tes cross. Perkawinan respirok

(perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari

perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan

balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau

jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan

antara individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif (Suryo, 2008).

Hukum Mendel Pewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat

diterangkan dengan hukum Mendel I dan II) Hukum Mendel I ( Hukum


Segregasi) Hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid.

Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya

memperhatikan satu sifat atau sifat beda. Hukum mendel I disebut dengan

hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan

kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set

kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen

secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari

persilangan monohibrid (Syamsuri, 2004).

Alel memisah satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan

diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya.

Sebagian dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari

kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada

anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda

(Crowder, 1993).

Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif

heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam

gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam

perkawinan. (Wildan Yatim, 1996).

Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominan (menang),

sedangkan sifat yang tidak muncul di sebut sifat resesif (kalah). Oleh Mendel,

huruf yang dominan homozigot diberi simbol dengan huruf pertama dari sifat

dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sedangkan

sifat resesif di beri simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi. Simbol
ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasangan. Setiap gen

pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya

(Syamsuri, 2004).
BAB III

METEDOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai

berikut:

Hari/Tanggal : Senin/24 November 2014

Pukul : 13.00-14.00 WITA

Tempat : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar,

Samata-Gowa.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: toples dua

buah.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: kancing

genetika berwana merah 40 biji, kancing genetika berwana putih 40 biji,

kancing genetika berwana hitam 30 biji, kancing genetika berwana hijau

18 biji.
C. Prosedur kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan Monohibrid

1.1.Menyiapkan alat dan bahan.

1.2.Mengambil kancing genetika berwarna merah (M) dan warna putih

(m).

1.3.Campur kedua kancing dan acak dikantong baju.

1.4.Mengambil dua kancing dengan sekali ambil dan simpan diatas meja.

1.5.Mengambil kancing, sampai kancing didalam kantong habis.

1.6.Lihat hasilnya.

1.7.Mengulangi proses ini sebanyak 12 kali.

2. Pengambilan dihibrid

1.1.Menyiapkan alat dan bahan.

1.2.Mengacak dan mengambil kancing didalam kantong.

1.3.Mengambil kancing sebanyak 12 secara acak lalu letakkan diatas

meja.

1.4.Lihat hasilnya.

1.5.Mengulai proses sebanyak 12 kali.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

1. Persilangan monohybrid

1.1. Table 1

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 2 8 2
1.2. Table 2

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

11. √

Frekuensi 3 6 3
1.3. Tabel 3

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 2 8 2
1.4. Tabel 4

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 4 4 4
1.5. Tabel 5

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 1 10 1
1.6. Tabel 6

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 3 6 3
1.7. Tabel 7

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 2 8 2
1.8. Tabel 8

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 1 10 1
1.9. Tabel 9

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 2 6 4
1.10. Tabel 10

Hasil pengamatan
Pengambilan
Merah-Metah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

Frekuensi 3 6 3
2. Persilangan Dihibrid

Hasil pengambilan

Pengambilan Merah- Merah- Putih-


Putih-Hijau
Hitam Hijau Hitam

1. √

2. √

3. √

4. √

5. √

6. √

7. √

8. √

9. √

10. √

11. √

12. √

13. √

Frekuensi 6 3 4 0
B. Pembahasan

Analisis Data

a. Monohibrid

Hasil Pengamatan
Pengambilan
Merah-Merah Merah-Putih Putih-Putih
MM Mm mm
1. 2 8 2

2. 3 6 3

3. 2 8 2

4. 4 4 4

5. 1 10 1

6. 3 6 3

7. 2 8 2

8. 1 10 1

9. 2 6 4

10. 3 6 3

Frekuensi 23 72 25

23
MM = 120 x 100% = 19,16%

72
Mm = 120 x 100% = 60%

25
mm = 120 x 100% = 20,83%
b. Dihibrid
6
MB (Merah Hitam) = 26 x 100% = 23,07%

3
Mm (Merah Hijau) = 26 x 100% = 11,53%

4
mB (Putih Hitam) = 26 x 100% = 15,38%

0
mb (Putih Hijau) = 26 x 100% = 0%

c. Persilangan Monohibrid

Pada percobaan ini digunakan kancing genetika berwarna merah 40

biji dan kancing berwarna putih 40 biji yang di ambil secara acak dari

kantong baju. Pada saat mengambil kancing tidak boleh dilihat dan

kancing yang sudah diambil di letakkan diatas meja dan mengisi tabel

sesuai dengan warna yang didapat sesuai dengan warna yang di dapat

berdasarkan keterangan yang ada pada tabel. Pengambilan dilakukan

hingga kancing genetika yang ada pada kantong habis, setelah

pengambilan kancing sesuai warna merah-merah, putih-putih, merah-putih

dihitung. Jika hasil perhitungan tidak sesuai dengan kaidah persilangan

maka akan diulang sampai yang benar. Pada percobaan ini didapatkan

hasil perbandingan 3:6:3 atau 1:2:1 dan perbandingan memenuhi kaidah

persilangan, yaitu hukum mendel 1atau yang disebut dengan hukum

segresi karena hukum berbunyi “pada pembentukan gamet yang

merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan”. Hal ini


terjadi karena kancing yang selalu diambil tidak dimasukkan kembali

kedalam kantong.

d. Persilangan dihibrid

Pada percobaan ini digunakan kancing genetika berwarna merah 12

biji, hitam 12 biji, putih 12 buji sama seperti persilangan monohybrid

pengambilan kancing dilakukan secara acak dari kantong dan tidak

boleh dilihat. Dan hasil pengambilan disimpan diatas meja dan mengisi

tabel sesuai dengan warna yang diperoleh dengan keterangan yang ada

pada tabel. Pada percobaan didapat hasil perbandingan 6:3:4:0 karena

memiliki dua sifat beda. Hal ini sangat sesuai atau berhubungan

dengan hukum Mendel II yang berbunyi “Independent assortment of

genes” atau pengelompokan gen secara bebas.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pada dominasi penuh berkemugkinan gen-gen yang bertemu secara

acak adalah 2, yaitu Fenotif merah dengan genotif MM dan Mm, dan

Fenotif putih gengan genotif mm. Sementara untuk dominasi tidak

penuh kemungkinan adalah 3 yaitu fenotif merah putih dengan genotif

Mm dan fenotif putih dengan genotif mm.

2. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari dua percobaan

didapatkan hasil yang valid karena nilainya mendekati angka satu pada

chi aquare test.

3. Berdasarkan hasil pengamatan pada data individu, data kelompok dan

data kelas, perbandingan genotif dan fenotif menunjukkan bahwa sifat

gan resesif lebih banyak diturunkan dari induk kepada keturunanya

dibandingkan sifat dominan.

B. Saran

Adapun yamg ingin disampaikan setelah melakukan praktikum

yaitu sebaiknya didalam raboratorium Biologi di lengkapi alat-alat

raboratorium agar praktikum tidak kelelahan mercari alat.


DAFTAR PUSTAKA

Apandy, Machidin dan Lanny T. Haty. 1991.Genetika. Jakarta: Erlangga.

Cambell. 2010.Bilogi.Jakarta: Erlangga.

Crowder, V. 2006. Genetika Tumbuhan. Jogjakarta: Gadjah Mada Universiti


Press.

Darmawati. 2009. Genetika dan Evolusi. Pekanbaru: Pusbang

Elrod, Susan L. 2002. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Fried, Goerge H. 1999. BIologi. Jakarta: Erlangga.

Pai, Anna C. 1985. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.

Suryo. 2008. Genetika. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Sutarmi. 1983. Genetika. Jakarta: Erlangga.


Suryati, Dotti. 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Universitas Bengkulu.

Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai