Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

Oleh :
Nurwan Sani
J1B022079

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI


UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun oleh :
Nama : Nurwan Sani
NIM : J1B022079
Prodi : Teknik Pertanian
Jurusan : Teknik Pertanian
Kelompok : 14 ( empat belas )
Laporan ini disusun dan disahkan sebagai bukti bahwa praktikan telah
melaksanakan praktikum dan sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam praktikum
dasar-dasar ilmu tanah.

Menyetujui :
Co. Asisten, Asisten,

( Vilia Rosalina ) (M. Aimar Rizqul Qudus)


NIM.C1B019061 NIM.C1B021038

Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat
Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta atas izinnya kami
dapat menyelesaikan laporan tetap ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan pembuatan laporan ini
adalah untuk lebih memahami lagi tentang Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laporan ini
dibuat berdasarkan hasil praktikum mingguan, kami menyadari bahwa dalam
laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karna itu,
kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penulisan laporan ini, kami telah mendapat banyak bantuan,
masukan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan yang telah turut membantu dan mendukung dalam praktikum
terutama asisten praktikum sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan, maka dari itu
penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca supaya penulis dapat memperbaiki laporan ini.

Mataram, 26 Maret 2023

Penulis, Nurwan Sani


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ....................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1 Kadar Lengas Tanah……….. ...................................................................5
2.2 pH Tanah ..................................................................................................6
2.3 Tekstur Tanah ...........................................................................................8

2.4 Struktur Tanah .........................................................................................9


2.5 Konsistensi Tanah ....................................................................................10
BAB III. METODE PRAKTIKUM .................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ..................................................................13
3.2 Alat dan Bahan Praktikum ........................................................................13
3.3 Prosedur Kerja Praktikum ........................................................................13
3.3.1 Kadar Lengas Tanah ........................................................................13
3.3.2 pH Tanah .........................................................................................13
3.3.3 Tekstur Tanah ..................................................................................14
3.3.4 Struktur Tanah .................................................................................14
3.3.5 Konsistensi Tanah............................................................................14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................17
4.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Kadar Lengas ..................................17
4.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan pH Tanah ........................................19
4.3 Hasil Pengamatan dan Tekstur Tanah ......................................................20
4.4 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Struktur Tanah ................................23
4.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Konsistensi Tanah ...........................25
BAB V. PENUTUP ............................................................................................30
5.1Kesimpulan ................................................................................................30
5.2 Saran .........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................33
LAMPIRAN .......................................................................................................36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Lengas ................................................... 17
Tabel 2. Hasil Pengamatan pH Tanah .......................................................... 19
Tabel 3. Hasil Prngamatan Tekstur Tanah ................................................... 20
Tabel 4. Hasil Pengamatan Berat Jenis Tanah (BJ) ..................................... 23
Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Volume Tanah (BV) ............................... 24
Tabel 6. Hasil Pengamatan Porositas Tanah ................................................ 24
Tabel 7. Hasil Pengamatan Batas Cair (BC) ................................................ 25
Tabel 8.Hasil Pengamatan Batas Lekat (BL) ............................................... 26
Tabel 9.Hasil Pengamatan Batas Gulung (BG) ........................................... 27
Tabel 10.Hasil Pengamatan Batas Berubahan Warna (BBW).. ................... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Segitiga Tekstur Sistem USDA.............................................................................. 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penetapan Kadar Lengas Tanah. .......................................................................... 36
Lampiran 2. Tekstur Tanah .......................................................................................................... 37
Lampiran 3. Struktur Tanah.......................................................................................................... 38
Lampiran 4. Konsistensi Tanah ................................................................................................... 39
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terdiri dari campuran mineral, bahan
organik, air, dan udara. Tanah dapat dibedakan berdasarkan sifat fisik, kimia, dan biologi
yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan tempat tanah tersebut terbentuk.
Padatan tanah, proporsi volumetric ideal komponen mineral sekitar 45% dan komponen
organic 5%. Komponen mineral terdiri dari pasir (50µm – 2 mm), debu (2µm - 50µm),
dank lei (>2µm). walaupun volume komponen organic dalam tanah sekitar 5%, akan tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar. Ruang pori tanah juga sama
pentingnya dengan fase padatan tanah. Dalam pori tanah proporsi volumetriknya sekitar
25% udara dan 25% air. Tanah memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena tanah digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan sumber bahan
pangan. Selain itu, tanah juga berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan
penyediaan air bersih.
Tanah terbentuk melalui proses geologi dan biologi yang berlangsung selama
jutaan tahun. Proses tersebut meliputi penguraian batuan, pengendapan material organik,
perubahan iklim, aktivitas biologi, dan proses erosional. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis batuan, iklim, topografi, waktu, dan
aktivitas biota. Tanah juga dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, seperti tanah liat, tanah
pasir, tanah humus, dan lain-lain.
Untuk menjaga keberlanjutan fungsi dan produktivitas tanah, perlu dilakukan
pengelolaan tanah yang baik dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan melalui praktek-
praktek pertanian yang berkelanjutan, seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik,
konservasi tanah, dan manajemen irigasi.
Air yang terdapat dalam tanah dan terikat oleh berbagai kakas (matrik, osmosis,
dan kapiler), disebut sebagai kadar lengas tanah. Kadar lengas dalam tanah merupakan
parameter penting dalam menjaga keberlangsungan hidup tumbuhan. Tanaman
membutuhkan air dalam jumlah yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kadar lengas dalam tanah dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyediakan air
bagi tanaman. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan tanaman kekurangan air dan
tidak dapat tumbuh dengan baik, sedangkan tanah yang terlalu basah dapat mengurangi
jumlah oksigen yang tersedia di dalam tanah dan menyebabkan pembusukan akar tanaman.
Pengukuran kadar lengas dalam tanah sangat penting untuk mengetahui seberapa
banyak air yang dapat disimpan oleh tanah dan kemampuan tanah dalam menyediakan air
bagi tanaman. Pengukuran ini dapat membantu dalam menentukan kebutuhan irigasi dan
pemupukan pada tanaman, serta membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil
panen. Selain itu, pengukuran kadar lengas dalam tanah juga dapat digunakan untuk
mengelola resiko banjir dan erosi tanah.
Kemasaman atau ph adalah konsentrasi ion hidrogen yang ada di dalam tanah
setiap tanah berbeda ion hidrogen nya hal ini dikarenakan pengaruh aktivitas anion dan
kation dan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. PH tanah yang dibutuhkan tanaman
adalah pH yang sesuai dengan keadaan anatomi dan fisiologi dari tanaman tersebut.
Nilai pH tanah adalah ukuran keasaman atau kebasaan dalam tanah. Skala pH
berkisar dari 0 hingga 14, di mana nilai pH 7 merupakan nilai netral, nilai pH kurang dari
7 menunjukkan keasaman, dan nilai pH lebih dari 7 menunjukkan kebasaan. Pengukuran
nilai pH tanah dapat dilakukan menggunakan alat pH meter atau tes kit pH yang tersedia di
toko pertanian atau toko khusus. Perubahan nilai pH dapat dilakukan dengan memberikan
bahan kimia ke dalam tanah seperti dolomit untuk menaikkan nilai pH yang terlalu asam
atau belerang untuk menurunkan nilai pH yang terlalu basa. Nilai pH tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah
yang terlalu asam atau terlalu basa mungkin tidak dapat menyerap nutrisi yang cukup dari
tanah, dan dapat mengalami masalah kesehatan seperti klorosis atau bahkan mati.
Pengetahuan tentang nilai pH tanah juga penting dalam pengelolaan lingkungan, seperti
dalam pengelolaan limbah industri dan pertanian. Limbah yang bersifat asam atau basa
dapat berdampak negatif pada lingkungan jika dibuang ke tanah, air, atau udara tanpa
pemrosesan yang tepat.
Tekstur tanah adalah suatu system mekanik yang kompleks yang terdiri atas tiga
fase yaitu padat, cair dan gas. Fase padat yang hampir 50 % menempati volume tanah yang
terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Tekstur tanah mengacu pada proporsi
relatif partikel mineral tanah seperti pasir, debu, dan tanah liat. Tanah yang memiliki
kandungan pasir yang tinggi akan terasa lebih kasar dan tidak bisa menahan air dengan
baik, sedangkan tanah yang banyak mengandung tanah liat akan terasa lebih halus dan
cenderung menahan air dengan baik. Tekstur tanah dapat mempengaruhi kemampuan tanah
untuk menyimpan air, menyediakan nutrisi untuk tanaman, dan berbagai fungsi lainnya.
Tanah pasir cenderung memiliki drainase yang baik tetapi tidak dapat menyimpan banyak
air atau nutrisi, sedangkan tanah liat lebih baik dalam menyimpan air dan nutrisi tetapi
cenderung memiliki drainase yang buruk.
Tekstur tanah dapat ditentukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengukuran
kualitatif dilakukan dengan cara mengambil sejumlah kecil tanah dan menggenggamnya
dengan tangan untuk menilai teksturnya, misalnya kasar, halus, atau lengket. Pengukuran
kuantitatif dilakukan dengan cara memisahkan partikel tanah dengan ukuran yang berbeda-
beda menggunakan metode sedimentasi. Metode ini memungkinkan penentuan persentase
pasir, debu, dan tanah liat dalam sampel tanah.
Pengetahuan tentang tekstur tanah penting untuk menentukan jenis tanaman yang
cocok untuk ditanam di tanah tertentu, serta untuk menentukan penggunaan pupuk dan
praktek pertanian lainnya yang sesuai dengan kondisi tanah. Tanah yang memiliki tekstur
berbeda-beda juga dapat memerlukan teknik pengelolaan tanah yang berbeda, seperti
pengolahan tanah, irigasi, atau penambahan bahan organik untuk memperbaiki kualitas
tanah.
Struktur tanah merupakan sifat fisik yang menggambarkan susunan partikel
partikel tanah yang menjadi satu dengan yang lainnya membentuk agregat, konsistensi dan
porositas. Porositas atau ruang pori yang dipengaruhi oleh tanah. Semakin padat dan keras
struktur tanah maka porositas ya semakin banyak. Struktur tanah mengacu pada cara
partikel tanah disusun menjadi agregat atau gumpalan. Agregat ini dapat berupa berbagai
ukuran dan bentuk, dari yang kecil dan padat hingga yang besar dan porus. Struktur tanah
yang baik dapat mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan air, memperbaiki
drainase, dan memperbaiki aerasi tanah.
Struktur tanah yang baik dibentuk oleh aktivitas organisme tanah seperti cacing
tanah, jamur, dan bakteri. Aktivitas ini membantu mengikat partikel tanah bersama-sama
membentuk agregat, yang memungkinkan ruang antara partikel untuk memperbaiki
drainase dan aerasi tanah. Struktur tanah yang baik juga dapat meningkatkan kesuburan
tanah dengan meningkatkan ketersediaan nutrisi dan kegiatan biologis dalam tanah.
Namun, struktur tanah dapat rusak karena praktek pertanian yang buruk, seperti
penggunaan bahan kimia yang berlebihan, penambangan tanah yang berlebihan, dan
pengolahan tanah yang tidak tepat. Struktur tanah yang buruk dapat menyebabkan
penurunan kualitas tanah dan menurunkan produktivitas pertanian.
Pengukuran struktur tanah dapat dilakukan secara visual dengan mengamati
ukuran dan bentuk agregat, atau secara kuantitatif dengan mengukur ukuran dan stabilitas
agregat menggunakan metode laboratorium. Pengetahuan tentang struktur tanah penting
untuk menentukan teknik pengelolaan tanah yang sesuai dan meningkatkan produktivitas
pertanian.
Konsistensi tanah merupakan daya kohesi dan daya adhesi partikel-partikel tanah
dan ketahanan resistensi massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau
berbagai kekuatan yang dapat dipengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan
struktur tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah,
lembab dan kering. Konsistensi tanah mengacu pada kekuatan tanah untuk menahan
deformasi atau perubahan bentuk. Konsistensi tanah dapat mempengaruhi kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, mengalirkan air, dan menahan erosi.
Konsistensi tanah dapat diukur dengan menggenggam tanah dan meremasnya dalam
telapak tangan, atau dengan menggunakan alat khusus seperti alat penetrometer.
Pengetahuan tentang konsistensi tanah dapat membantu petani dan ahli pertanian dalam
menentukan teknik pengelolaan tanah yang sesuai dan meningkatkan produktivitas
pertanian.
Tanah dengan konsistensi yang baik biasanya mudah dikelola dan ideal untuk
pertanian. Tanah dengan konsistensi yang buruk dapat menyebabkan masalah seperti
pembentukan genangan air, erosi, kesulitan dalam pengolahan tanah, dan kesulitan dalam
penanaman tanaman. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsistensi tanah,
seperti kelembapan tanah, struktur tanah, dan kandungan bahan organik dalam tanah.
Tanah yang terlalu lembab dapat menjadi lunak dan berdeformasi dengan mudah,
sedangkan tanah yang terlalu kering dapat menjadi keras dan sulit dikelola.
Oleh karna itu dengan melakukan analisis fisik dan kimia tanah ini, diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna dalam mengelola dan meningkatkan produktivitas
tanah, serta menjaga kelestarian sumber daya alam.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk :
1. Mengetahui cara menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara.
2. Mengetahui nilai pH tanah.
3. Menetapkan tekstur tanah secara kuantitatif (sedimentasi).
4. Menetapkan kerapatan butir tanah (BJ) dan menetapkan kerapatan massa tanah (BV).
5. Menetapkan batas cair tanah (BC), batas lekat tanah (BL),batas gulung tanah (BG), dan
batas berubah warna tanah (BBW).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kadar Lengas


Kandungan lengas tanah merupakan petunjuk dalam mengintegrasikan totality air
yang terserap dalam tanah, pada satuan waktu tertentu. Kejenuhan (saturation), kapasitas
lapang (field capacity), titik layu (wilting point), dan kering oven (oven dried) merupakan
macam jenis umum kadar lengas dari tanah yang sudah ditentukan. Titik air jenuh
disebabkan karena terjadinya hujan lebat atau mengalami irigasi sehingga semua ruang pori
tanah penuh dengan air. Keadaan tersebut dikenal dengan air gravitasi, air bergerak ke
bawah karena pengaruh gravitasi maka kelebihan air tersebut dapat dipergunakan oleh
tanaman atau bisa juga menguap dan hilang. Totalitas air, sisa air dalam tanah setelah
proses perkolasi atau biasa disebut sebagai sepertiga tensi atmosfer, disebut dengan
kapasitas. Titik layu merupakan titik batas potensi air pada tanaman yang digunakan dalam
mengabsorpsi air yang diimbangi oleh potensi air dari tanah. Titik kering oven merupakan
titik yang digunakan sebagai patokan tanah yang sudah kering oven untuk menentukan
kandungan lengas tanah. Titik kering oven dicirikan dengan tanah sudah kehilangan semua
air atau telah dihilangkan kandungan air dari tanah (Purba. T., et al, 2021).
Istilah lengas tanah mengacu pada ada/tidaknya air tanah atau air yang ditahan pada
tegangan < 1500 kPa, dalam tanah atau dalam horizon spesifik pada waktu tertentu dalam
setahun. Air yang ditahan pada tensi ≥ 1500 kPa tidak tersedia bagi tanaman. Rezim lengas
tanah didefinisikan berdasarkan pada muka air tanah dan ada atau tidak adanya air tersedia
(yang ditahan pada tensi 1/3 hingga 15 bar). Kurva neraca air yang didasarkan pada data
iklim dapat digunakan untuk menentukan semua rezim lengas tanah kecuali rezim lengas
akuik. Dengan perkataan lain semua rezim lengas tanah kecuali akuik, didasarkan pada
iklim regional. Penentuan rezim lengas tanah akuik tergantung pada identifikasi
kenampakan redoksimorfik dan/atau pengukuran kedalaman dan lamanya muka air tanah
serta keberadaan besi fero yang larut dalam air ( Rayes. M . L. 2017 ).
Dalam keadaan jenuh semua pori tanah terisi oleh air. Pengurangan air yang
mengisi pori makro segera terjadi akibat gaya gravitasi lebih kuat dari gaya menahan air
bila tanah dikeringkan lebih lanjut pada suhu udara dan tempat yang teduh, akan dijumpai
lengas yang membentuk selaput tipis dan disebut ‘kadar lengas pada tanah kering angin’.
Selaput tipis air tersebut masih dihilangkan dengan pemanasan 110OC selama 4 jam,
kondisi ini disebut tanah kering mutlak (Yudoyono, 2014).
Jumlah air yang terdapat dalam tanah yang terlihat oleh berbagai gaya (matriks,
osmosis, dan kapiler). Gaya ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan zarah
dan kerapatan muatan elektroststik zarah tanah. Kadar lengas sedikit berbeda dengan kadar
air. Kadar lengas mencakup air dan bahan-bahan yang terlarut air yang ada dalam tanah.
Dalam kenyataannya air yang berbeda dalam tanah merupakan suatu larutan, bukan air
murni (Hanafiah, 2014).
Kadar air atau lengas tanah (soil moisture), merupakan gambaran air yang
terkandung dalam sebagian dan atau seluruh tanah pada kedalaman profil tanah, ditentukan
oleh proses-proses infiltrasi, perkolasi, evaporasi dan serapan air oleh akar tumbuhan.
Beberapa faktor yang memengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain faktor
hidrometerologi fisik (curah hujan, temperatur, lama penyinaran cahaya matahari,
kelembaban, topografi, lereng, dan jenis tanah/batuan), cara pemberian air irigasi,
kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, dan adanya bahan penutup tanah baik
organik maupun anorganik (Mutmainnah. D., et al. 2021).

2.2. pH Tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan unsur
haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor pembatas
dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Bidang pertanian khususnya dalam budidaya
tanaman, keadaan tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan.Hal ini disebabkan karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara. Tanah
berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin
halusnya partikel akan menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin
luas. Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas
dibanding 2 fraksi lainnya.Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi
tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah ( Prabowo. R. dan Subantoro. R.
2018 ).
Reaksi tanah dinyatakan dengan pH tanah. Reaksi tanah mempengaruhi kelarutan
mineral di dalam tanah. Tanah sangat masam (pH 4-5) biasanya mengandung konsentrasi
Al dan Mn yang tinggi dan dapat meracuni tanaman. Sebaliknya pada tanah tersebut
kelarutan nutrisi fosfor rendah sehingga tanaman dapat kekurangan fosfor. Pada tanah
bereaksi alkalin (pH 7,5-8,5), maka kelarutan nutrisi mikro kecuali Mo, serta nutrisi fosfor
juga rendah. Biasanya kelarutan nutrisi tanaman berada pada tingkat yang baik pada pH
netral (6,5-7,0). Walaupun demikian tanaman juga mempunyai daya adaptasi terhadap
reaksi tanah yang berbeda. Ada tanaman yang toleran terhadap tanah dengan pH rendah
seperti tanaman Azalea, the, rhododendron, nenas dan lain-lain. Sedang tanaman alfalfa,
kacang-kacangan barley, bit gula tidak tahan terhadap pH yang rendah (Benggu. Y. I., et
al. 2022).
Beberapa jenis tanaman membutuhkan pH tanah yang rendah. Kebanyakan
tanaman tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang sedikit asam pada kisaran pH 5,8-
7,0. Namun demikian, beberapa jenis tanaman, seperti azalea, gardenia, dan bluberi, akan
tumbuh baik pada pH yang lebih rendah. Tanaman lainnya seperti rumput-kelabang,
camelia, dan kentang, tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi pH, tetapi tampaknya
berkembang paling baik pada tanah-tanah yang lebih asam. Rumput-Lipan rentan terhadap
klorosis besi (kekurangan zat besi) kalau pH tanah terlalu tinggi (di atas 6) dan fosfor tanah
berlebihan karena pemupukan yang berlebih.(Novriani. L. S., et al. 2023).
Inceptisol pada umumnya memiliki sifat tanah yang kurang subur, diantaranya
adalah pH tanahnya agak masam, kadar C-organik sedang, dan unsur hara NPK rendah.
Inceptisol yang digunakan pada penelitian ini mengandung C/N tergolong rendah yaitu 8
dengan pH bernilai 5,58 (agak masam) tetapi memiliki P-tersedia yang sangat tinggi yaitu
19,01 mg/kg. Berdasarkan data dari Puslittanak (2000), tanah Inceptisol di Indonesia
cukup luas bagi lahan pertanian, luasnya sekitar 70,52 juta ha (37,5%). Pada tanah
Inceptisol diperlukan pemberian bahan organik agar tanah ini dapat digunakan untuk
budidaya tanaman serta menjaga keseimbangan hara melalui pemupukan (Yuniarti. A. et
al. 2020 ).
Sari Tanah adalah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat
sejumlah perubahan penting dalam siklus pertumbuhan tanaman. Cepat dan lambatnya
suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah itu
sendiri. Dalam ilmu pertanian pengaruh terhadap pH tanah sangat memiliki peranan yang
sangat penting gunanya untuk Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. Derajat
pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Kelembaban dan temperatur tanah yang baik membuat tanah menjadi memiliki
ruang pori yang cukup sehingga sirkulasi udara di dalam tanah dapat berjalan dengan
baik. Dengan tanah yang sehat tanah mampu memiliki nilai pH netral sehingga tanaman
jambu biji varietal kristal akan tumbuh dengan baik ( Karamina. H. et al. 2017 ).

2.3.Tekstur Tanah
Dua sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah
dianggap sebagai ciri dasar tanah yang dengan manipulasi tanah sifat ini tidak mudah
berubah. Secara umum, tanah mineral memiliki partikel primer (tekstur) dengan ukuran
bervariasi, baik antar setiap jenis tanah maupun antar lapisan dalam profil tanah. Tekstur
tanah yang biasa disebut dengan butir tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan
zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific
surface), kemudahan tanah memadat (compressibility). Butir tanah tersebut terdiri dari
fraksi klei, debu, dan pasir. Secara umum tanah memiliki variasi ukuran partikel primer
tanah, dengan ukuran yang variasi. Ukuran partikel primer tersebut dapat dikelompokkan
dalam bentuk partikel pasir, debu, dan klei. Tekstur adalah perbandingan relatif antara
fraksi pasir, debu, dan klei. Dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak
diperhitungkan, karena bahan organik terlebih dahulu telah didestruksi dengan hidrogen
peroksida (H,O) (Utomo. M., et al, 2016).
Tekstur tanah menyatakan kasar halusnya tanah atau menunjukkan perbandingan
fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir. Cara penetapan tekstur tanah ada dua, yaitu cara
kualitatif (di lapangan) dan cara kuantitatif (di laboratorium). Cara kualitatif bersifat
sederhana, yaitu segumpal tanah sebesar kelereng diremas di antara ibu jari dan jari lainnya
dalam keadaan basah. Apabila terasa kasar dan tidak dapat dibentuk, berarti fraksi pasir
yang dominan sehingga disebut tanah bertekstur pasir. Apabila terasa halus dan licin,
seperti sabun atau bubuk (talk) serta dapat dibentuk, tetapi mudah pecah, dapat dikatakan
sebagai tanah bertekstur debu (Yani.A., dan Ruhimat. M. 2016 ).
tanah ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga
memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam,
kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah.
Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1,3- 1,5 g
cm-3. Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, dimana
mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5)
tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada ( Holilullah, et al. 2015).
Tanah pasir yang tergolong pada lahan sub optimal pada umumnya miskin hara dan
tidak banyak dimanfaatkan sebagai media untuk kegiatan pertanian. Namun dari segi kimia
tanah pasir cukup mengandung unsur kalium dan fosfor yang belum siap untuk diserap oleh
tanaman sehingga hal tersebut perlu dibantu dengan proses pemupukan (Sunardi &
Sarjono, 2007). Secara fisik, tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori
makro sehingga akar mudah untuk berpenetrasi, namun semakin mudah pula air yang
hilang dari tanah. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur,
kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman ( Darlita.
RR., et al. 2017 ).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai poripori makro (porous).
Meningkatnya jumlah partikel liat maupun debu maka media untuk mengikat air semakin
besar, sehingga lengas tanah tersedia semakin tinggi (Nita et al. 2014).Lengas tersedia
terbesar pada tanah dengan tekstur lempung berdebu dibandingkan pada tanah liat.Ukuran
butir yang halus disebut sebagai tanah halus (diameter <2 mm), yang dibedakan dari
fragmen batuan.Sebaran ukuran butir tanah halus ditentukan di lapangan, sedangkan
kandungan fragmen batuan ditentukan dengan perkiraan proporsinya dalam volume tanah
(Mutmainnah. D., et al. 2021).

2.4.Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi dari butir-butir primer dan sekun- der
seperti pasir, debu, dan klei membentuk agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh
bidang belah alami. Struktur tanah dibungkus oleh selaput tipis yang terdiri dari misel
jamur dan humus. Struktur tanah merupakan suatu sifat yang penting dalam menentukan
dan me- mengaruhi kondisi fisik tanah dan perkembangan akar tanaman, peredaran udara
atau aerasi tanah, tata-air dan panas, ketersediaan unsur hara dan perombakan ba- han
organik serta kegiatan mikrobia tanah. Struktur tanah memengaruhi pertum- buhan
tanaman melalui pengaruhnya terhadap udara tanah, air tanah, ketahanan mekanik untuk
perkembangan akar, dan suhu tanah. Unit struktur tanah secara alami di- tentukan oleh tiga
karakter, yaitu tipe (bentuk), kelas (ukuran), dan grade (kekuatan kohesi). Berdasarkan
deskripsinya, ada beberapa tipe struktur, yaitu speroidal (gra- nular dan remah), seperti
gumpal (angular blocky dan subangular blocky), lempeng (platy), dan seperti prisma
(columnar dan perismatic) (Utomo. M., et al, 2016).
Struktur tanah adalah kandungan tanah yang udara dan airnya dalam jumlah cukup
dan seimbang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang pori porinya
besar. Dengan perbandingan yang sama antara pori pori makro serta tanah terhadap pukulan
tetesan tetesan air hujan. Dikatakan pula struktur tanah yang baik itu apabila
perbandingannya sama antara padat, cair, dan udara (Suhardi, 2014).
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang
pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat
diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap agar
tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butiran air hujan. Dengan
demikian tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel
tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang
jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan di atas. Dan kegiatan yang berupa pengolahan
tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih
berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah ( Mustawa. M ., et al.
2017 ).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media
tumbuh bagi tanaman menjadi penentu sebagai hasil panen yang didapat. Jika struktur tanah
terlalu membuat akar sulit menembusnya. Sebaliknya jika kemantapan struktur tanah
terlalu lemah maka ketersediaan unsur hara dan air dengan kuat. Oleh karena itu,
dibutuhkan struktur tanah yang seimbang dengan kondisinya (Kurnia, 2016).
Struktur dapat memodifikasi pengaruh struktur dalam hubungannya dengan
kelembaban, porositas, ketersediaan unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar
struktur lapisan dipengaruhi oleh fraksi dan dimana serasi dan draenase membatasi
pertumbuhan tanaman. Sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat
tanah akan membentuk hasil yang tinggi bagi produksi tanaman yang berada di tanah
tersebut (Apriyandita, 2014).
Struktur tanah, yaitu sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat butir tanah yang
satu dengan yang lain. Klasifikasi struktur tanah dilakukan pada waktu pengamatan
morfologi tanah yang dibedakan berdasarkan pada bentuk dan susunan agregat atau yang
sering disebut tipe struktur. Tipe-tipe struktur tanah, antara lain glanuler (kersai), lempung,
gumpal, tiang, remah, butir tunggal, dan meif (Yani.A., dan Ruhimat. M. 2016 ).

2.5.Konsistensi Tanah
Konsistensi Tanah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan
tanah saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya
kohesi dan adhesi dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah diartikan sebagai
kondisi fisik dari butiran halus tanah pada kondisi kadar air tertentu. Penetapan plastisitas
tanah khususnya diarahkan untuk mengetahui berat atau ringannya pengolahan tanah,
terutama jika dilakukan menggunakan mesin pengolah tanah, seperti traktor. Konsistensi
tanah dalam keadaan lembab dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah)
sampai teguh ( agak sulit dicangkul), dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam
konsistensi lunak sampai keras. Konsistensi tanah yang baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan
lembab, basah atau kering maka keadaan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanah tersebut ( Asril. M., et al 2022 ).
Warna tanah merupakan petunjuk sifat tanah yang paling mudah dideterminasi.
Warna tanah dapat dijadikan sebagai indikator kualitatif dalam menentukan tingkat
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, aerasi dan drainase. Tanah dengan war- na
hitam menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi. Tanah yang ba- nyak
mengandung oksida-oksida Fe atau mineral hematit akan menunjukkan warna merah dan
yang mengandung mineral goethite, besi oksida terhidrasi dengan mine- ral limonit akan
menunjukkan warna kuning. Adapun tanah yang mempunyai dra- inase jelek akan
menunjukkan warna terang atau pucat, karena besi yang tereduksi. Pada tanah jenuh air,
atau sepanjang tahunnya tergenang air, akan berwarna kelabu atau gley seperti tanah yang
berada pada daerah cekungan atau sawah (Utomo. M., et al, 2016).
Konsistensi tanah ialah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandungan air,
yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang bekerja
didalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi yaitu baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan alamiah
ataupun sangat terganggu, berbentuk aggregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan
lembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu sama
lain, struktur tanah menyangkut bentuk, ukuran dan pendefinisian aggregat alamiah yang
merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan didalam massa tanah, sebaliknya konsistensi
meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut. Konsistensi tanah tergantung pada
tekstur, sifat dan jumlah kolloid-kolloid inorganik dan organik, struktur, dan terutama
kandungan air tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah- tanah akan
kehilangan sifat melekatnya (stickness) dan plastisnya dan dapat menjadi gembur (friable)
dan lunak (soft) dan akhirnya jika kering menjadi keras dan coherent ( Priyono. K. D. 2021).
Stabilisasi tanah merupakan upaya meningkatkan kualitas tanah dengan
menyampurkan beberapa bahan tambah berupa bahan kimia. Salah satu upaya stabilisasi
tanah lempung dengan menggunakan bahan tambah semen dan renolith. Stabilisasi tanah
menggunakan semen telah banyak digunakan karena kemudahan mendapatkan bahan
tambah, pengaplikasian di lapangan yang mudah dan dari hasil proses stabilisasi tersebut
semen dapat meningkatkan daya dukung tanah yang cukup signifikan. Penambahan
renolith terhadap semen diharapkan dapat memperbaiki sifat semen yang mudah retak
setelah tanah tersebut digunakan. Renolith merupakan bahan kimia cair yang warnanya
mirip susu dan dapat larut ( Kholis. N. et al. 2018 ).
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada,
sehingga didapakan sifat-sifat tanah yang memenuhi syarat-syarat teknis untuk lokasi
konstruksi bangunan. Tujuan lain dari stabilisasi tanah ini yaitu untuk memperbaiki kondisi
tanah tersebut, kemudian mengambil tindakan yang tepat terhadap masalah-masalah yang
dihadapi. Metode stabilisasi yang banyak digunakan adalah stabilisasi mekanis dan
stabilisasi kimiawi. Stabilisasi mekanis yaitu menambah kekuatan dan kuat dukung tanah
dengan cara perbaikan struktur dan perbaikan sifat-sifat mekanis tanah, sedangkan
stabilisasi kimiawi yaitu menambah kekuatan dan kuat dukung tanah dengan mengurangi
atau menghilangkan sifat-sifat teknis tanah yang kurang menguntungkan dengan cara
mencampur tanah dengan bahan kimia seperti semen, kapur atau pozzolan ( Soehardi, et
al. 2017 ).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara I-V dilaksanakan pada setiap hari sabtu mulai
tanggal 11 Maret sampai 25 Maret 2023, pukul 15.30 - 17.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat tulis, botol semprot, botol
kocok, casa grande, cawan, cawan plastik, colet, corong, gelas plastik,gelas ukur, kaca, kain
kasa, karet, kertas label, labu ukur, oven, papan, penggaris, PH meter, PH stick, rak tabung
sedimentasi, ring sampel, sendok, spatula, tabung sedimentasi, timbangan. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain aquades, NaOH, tanah.

3.3.Prosedur Kerja Praktikum


3.3.1. Kadar Lengas Tanah
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu:
1. Tanah kering
a. Ditimbang cawan kosong
b. Dihitung cawan + tanah
c. Dioven cawan + tanah (+- 24 jam)
d. Ditimbang cawan + tanah yang telah dioven
2. Kapasitas lapang
a. Ditutup satu sisi ring dengan kain kasa, lalu ikat dengan karet
b. Diletakkan ring tadi kedalam corong yang diikat diletakkan diatas gelas plastik
c. Dimasukkan tanah +- ½ ring
d. Dituangkan air kedalam ring hingga air menetes
e. Di diamkan selama 2x 24 jam
f. Ditetapkan kapasitas lapang

3.3.2. PH Tanah
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu:
1. Ditimbang contoh tanah 5 gr masukkan ke dalam botol kocok
2. Ditambahkan aquades 25 ml untuk PH H2O
3. Dikocok sampai homogen +- 15 menit, diamkan +- 30 menit
4. Diukur PH menggunakan PH stick

3.3.3. Tekstur Tanah


Prosedur kerja yang dilakukan yaitu:
1. Dimasukkan contoh tanah sampai batas 15 ml.
2. Ditambahkan aquades sampai tanda pada garis 45 kemudian tutup rapat
3. Dikocok hingga homogen selama 10 menit
4. Diamkan selama 30 detik, kemudian pindahkan pada tabung sedimen kedua
5. Didiamkan selama 10 menit, kemudian pindahkan ke tabung ketiga

3.3.4. Struktur Tanah


3.3.4.1. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
Prosedur kerja praktikum ini adalah:
1. Ditimbang labu ukur (a)
2. Dimasukkan tanah ke dalam labu ukur kemudian timbang (b)
3. Ditimbang air sampai batas labu ukur
4. Dikocok air + tanah + aquades sampai homogen (udara keluar)
5. Ditimbang labu ukur + tanah + air (c)
3.3.4.2. Kerapatan Massa (BV)
Prosedur kerja praktikum ini adalah:
1. Dimasukkan contoh tanah ke dalam botol kocok sampai penuh
2. Diratakan permukaan tanah ke dalam botol kocok
3. Ditimbang cawan kosong (a)
4. Dimasukkan tanah dari botol kocok ke cawan tanah
5. Ditimbang cawan + tanah (b)
6. Dioven cawan + tanah 1 x 24 jam (c)
7. Ditimbang tanah kering

3.3.5. Konsistensi Tanah


3.3.5.1. Batas Cair Tanah (BC)
Prosedur kerja praktikum ini adalah :
1. Dimasukkan 100 gr tanah kedalam cawan plastik, tambahkan air sampai
membentuk pasta
2. Dipindahkan pasta kedalam cawan casagrande, dan ratakan sampai ketebalan
1cm
3. Dibelah tanah menjadi dua bagian
4. Diputar engkol-casagrande dengan kecepatan putar dua putaran 1 detik
sampai tanah menyatu
5. Dicatat jumlah ketukan, kemudian ambil contoh tanah yang menyatu
6. Dihitung kadar lengas
3.3.5.2. Batas Lekat Tanah (BL)
Prosedur kerja praktikum ini adalah :
1. Dimasukkan 100 gr tanah kedalam cawan plastik
2. Ditambahkan air dan aduk sampai membentuk pasta homogen
3. Diambil pasta tersebut kemudian tusukkan spatula. Tusuk sampai kedalaman
2,5 cm dengan kecepatan 1cm/detik, kemudian tarik pengaduk dengan
kecepatan 2,5 cm/detik.
4. Diperiksa permukaan pengaduk
Bilas bersih beram batas lekat belum tercapai tambahkan air.
Bilas seluruh tusukan berisi (lengket) maka lengas tanah berada diatas batas
lekat.
Bila 13 atau 0,8 dari ujung spatula dilekati tanah maka batas lekat tercapai.
5. Diambil contoh tanah untuk ditetapkan kadar lengas tanah
3.3.5.3. Batas Gulung Tanah (BG)
Prosedur kerja praktikum ini adalah
1. Dimasukkan 100 gr tanah ke cawan plastik tambahkan air secukupnya
2. Dibentuk contoh tanah berbentuk bola tapi tidak melekat ditangan
3. Digulung bola tanah diatas kaca dan bentuk pita benang (d:0,3cm)
4. Jika pita pita tanah menunjukkan kerekatan maka batas plastistas tercapai
5. Diambil pita pita tanah telah memenuhi kriteria untuk menentukan kadar
lengasnya.
3.3.5.4. Batas Berubah Warna Tanah (BBW)
Prosedur kerja praktikum ini adalah :
1. Dimasukkan 100 gr tanah kedalam cawan plastik
2. Ditambahkan air dan aduk sampai membentuk pasta yang homogen
3. Diambil pasta lalu tatakan sampai tipis pada papan menggunakan
pengadukan/codet dengan bagian tepi menipis, ketebalan bagian tengahnya >
3 cm
4. Disimpan dan kering anginkan pada waktu lengas penguapan warna tanah
akan berubah dari bagian tepi kebagian tengah
5. Setelah perubahan warna mencapai lebar >0,5 mm, bagian yang berubah
diambil bersama dengan bagian yang lebih gelap sebesar 0,5 cm
6. Ditetapkan kadar lengas tanah
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Kadar Lengas Tanah


Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Lengas
NO Jenis Tanah Berat Cawan Kadar Leangas
a b c
1. Tanah KLU 4,263 34,809 27,07 33%
(kering
udara)
2. Tanah KLU 8,867 36,246 31,512 20%
(kapasitas
lapang)

Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam pori-pori tanah. Lengas tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kesuburan tanah, karena air merupakan
salah satu komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Lengas tanah dapat berasal dari
hujan, irigasi, air tanah, dan lain-lain. Sebagian besar tanaman membutuhkan kelembaban yang
cukup, tetapi tidak terlalu banyak. Kandungan air yang terlalu banyak dalam tanah dapat
mengakibatkan akar tanaman membusuk dan tanah menjadi tidak subur. Kadar air dalam tanah
dapat diukur dengan menggunakan alat seperti tensiometer, alat pengukur kadar air tanah, atau
alat pengukur kelembaban tanah. Pengukuran ini dapat membantu petani dalam menentukan
waktu yang tepat untuk menyiram tanaman atau memperbaiki drainase untuk mengurangi
genangan air pada tanah yang terlalu basah.
Kadar lengas tanah adalah jumlah air dalam persen (berdasarkan berat tanah
kering) yang terkandung dalam lapisan tanah tertentu pada suatu waktu tertentu.
Tanah Inseptisol adalah jenis tanah dengan horison permukaan yang minim dan
berkembang di bawah hutan tropis dan subtropis, serta seringkali ditemukan pada lereng bukit.
Pengovenan dilakukan untuk menghilangkan kelembaban dari tanah dan mendapatkan berat
tanah kering yang akurat.
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan kita mendapatkan hasil pengamatan yaitu
pada tanah KLU ( inseptisol ). Pada prakikum ini dilakukan pengovenan agar kita dapat
mengetahui kadar lengas tanah dan berat tanah setelah dioven selama 2x24 jam. Pada tanah
kering udara di dapatkan berat cawan kosong (a) 4,263 berat cawan kodong dan tanah (b)
34,809 dan berat cawan + tanah setelah dioven (c) 27,07 dengan hasil dari berat cawan tersebut
kita mendapatkan kadar lengas sekitar 33%. Selanjutnya untuk tanah yang kedua yaitu tanah
KLU ( inseptisol) kapasitas lapang dengan berat cawan a. 8,867 b. 36,246 c. 31, 512 hingga
didapatkan hasil dari ketiga berat cawan tersebut dengan kadar lengas 20%.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsistensi air di dalam
tanah atau yang biasa disebut sebagai lengas tanah, di antaranya, iklim, curah hujan,
temperatur, dan kelembaban udara mempengaruhi jumlah dan distribusi air di dalam tanah.
Iklim yang lembab dan dengan curah hujan yang tinggi akan membuat tanah memiliki
kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan iklim kering dan dengan curah hujan
yang rendah. Vegetasi tanaman dan tumbuhan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah
dengan menyerap air melalui akar dan menguapkan air melalui proses transpirasi. Semakin
banyak vegetasi di suatu daerah, semakin banyak juga air yang tersimpan dalam tanah.
Topografi, kemiringan, ketinggian, dan bentuk permukaan tanah juga mempengaruhi
ketersediaan air di dalam tanah. Tanah yang berada di daerah dengan kemiringan lebih curam
atau dataran rendah cenderung memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah yang berada di daerah dataran tinggi. Tekstur tanah, komposisi tanah seperti ukuran butir,
proporsi mineral dan organik, dan struktur tanah juga mempengaruhi ketersediaan air di dalam
tanah. Tanah dengan tekstur kasar seperti pasir memiliki kandungan air yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah dengan tekstur halus seperti lempung. Kegiatan manusia seperti
Penggunaan lahan, polusi, pembangunan, dan irigasi juga dapat mempengaruhi ketersediaan
air di dalam tanah. Kegiatan-kegiatan ini dapat mengubah sifat tanah dan mengurangi
ketersediaan air di dalam tanah, sehingga mempengaruhi ketersediaan air bagi tumbuhan dan
kehidupan lainnya yang membutuhkan air.
Mengetahui kadar lengas tanah penting dalam bidang pertanian karena dapat
membantu menentukan kapan tanaman perlu disiram dan seberapa banyak air yang dibutuhkan.
Jika tanah terlalu kering, tanaman akan mati, sedangkan jika terlalu basah, akar tanaman akan
membusuk. Dengan mengetahui kadar lengas tanah, petani dapat menyesuaikan jumlah air
yang diberikan ke tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan hasil panen
dapat meningkat. Selain itu, informasi tentang kadar lengas tanah juga dapat membantu dalam
perencanaan irigasi dan pengelolaan sumber daya air.
4.2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan pH Tanah
Tabel 2. Hasil Pengamatan pH Tanah
No Jenis Tanah pH Tanah Harkat
Tanah KLU
1. 5 Asam
(Inseptisol)

Kemasaman atau ph adalah konsentrasi ion hidrogen yang ada di dalam tanah
setiap tanah berbeda ion hidrogen nya hal ini dikarenakan pengaruh aktivitas anion dan
kation dan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. pH tanah adalah ukuran keasaman atau
kebasaan tanah yang mengacu pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tanah. pH diukur
dalam skala 0 hingga 14, di mana pH 7 dianggap netral, pH di bawah 7 mengindikasikan
keasaman, dan pH di atas 7 mengindikasikan kebasaan, oleh karna itu pH yang bernilai 5
mengindikasikan asam
pH aktual dan potensial adalah dua istilah yang terkait dengan pengukuran pH
tanah. pH aktual mengacu pada pH aktual larutan tanah yang diperoleh dari pengukuran
langsung menggunakan pH meter. Sementara itu, pH potensial mengacu pada kemampuan
tanah untuk mengubah pH larutan tanahnya, yang dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah seperti
kandungan bahan organik dan kapasitas tukar kation.
Mengetahui pH tanah sangat penting dalam bidang pertanian karena pH tanah
mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Tanaman membutuhkan pH yang tepat untuk
dapat menyerap nutrisi dengan efektif. Tanah dengan pH yang terlalu asam atau terlalu basa
dapat menyebabkan nutrisi yang penting bagi tanaman menjadi tidak tersedia. Selain itu,
mengetahui pH tanah juga membantu dalam pemilihan tanaman yang cocok untuk ditanam
pada jenis tanah tertentu.
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman sangat signifikan. Tanaman yang
membutuhkan pH tanah yang netral atau sedikit asam akan tumbuh dengan buruk pada
tanah yang memiliki pH terlalu asam. Tanaman juga dapat menunjukkan gejala defisiensi
nutrisi seperti klorosis (daun menguning) pada tanah yang terlalu asam. Oleh karena itu,
tanah yang memiliki pH asam bernilai 5 membutuhkan penambahan bahan-bahan yang
dapat meningkatkan pH seperti kapur untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi
tanaman.
4.3. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Tekstur Tanah
Tabel 3. Hasil Prngamatan Tekstur Tanah
NO Jenis Tanah Persentase Kelas
Pasir Debu Liat tekstur
1. KLU 73% 26% 1% pasir
(Inseptisol)

Tekstur tanah merujuk pada ukuran dan susunan partikel tanah di dalam suatu
sampel tanah. Tekstur tanah didefinisikan oleh fraksi pasir, fraksi debu halus (silt), dan
fraksi lempung (clay) yang terkandung dalam tanah. Ukuran partikel pasir berkisar antara
0,05 hingga 2 mm, ukuran partikel debu halus berkisar antara 0,002 hingga 0,05 mm, dan
ukuran partikel lempung kurang dari 0,002 mm. Tanah Inseptisol adalah jenis tanah dengan
horizon permukaan yang minim dan berkembang di bawah hutan tropis dan subtropis, serta
seringkali ditemukan pada lereng bukit. Dari praktikum yang sudah dilaksanakan
didapatkan hasil dari tanah KLU jenis inseptisol dengan persentase pasir 73% debu 26%
dan lihat 1% dengan hasil ini kitab isa melihan di segitiga tekstur system USDA bahwa
didapatkan kelas tekstur berupa sand loam

Gambar 1. Segitiga Tekstur Sistem USDA


Keterangan : pasir =
Liat =
Debu=
Segitiga Tekstur adalah sistem klasifikasi tekstur tanah yang dikembangkan oleh
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini digunakan untuk
mengklasifikasikan tanah berdasarkan persentase campuran tiga ukuran partikel utama
dalam tanah: pasir, debu, dan liat.
Segitiga tekstur USDA terdiri dari segitiga yang dibagi menjadi lima kelas tekstur,
yaitu: Pasir, Persentase partikel pasir dalam tanah adalah lebih dari 85%. Tanah jenis ini
kurang subur dan kurang mampu mempertahankan air dan nutrisi. Pasir berdebu: Persentase
partikel pasir dalam tanah adalah antara 70-85%, sedangkan persentase partikel debu adalah
kurang dari 15%. Tanah jenis ini juga kurang subur dan kurang mampu mempertahankan
air dan nutrisi. Pasir lempung: Persentase partikel pasir dalam tanah adalah antara 43-70%,
sedangkan persentase partikel liat adalah kurang dari 20%. Tanah jenis ini memegang air
lebih baik daripada jenis pasir, tetapi kurang subur. Lempung berpasir: Persentase partikel
liat dalam tanah adalah antara 20-45%, sedangkan persentase partikel pasir adalah lebih dari
50%. Tanah jenis ini memiliki drainase yang baik, namun kurang mampu mempertahankan
air dan nutrisi. Lempung: Persentase partikel liat dalam tanah adalah lebih dari 40%. Tanah
jenis ini subur, mampu mempertahankan air dan nutrisi, tetapi drainasenya lambat.
Dengan menggunakan segitiga tekstur USDA, petani dapat menentukan kelas
tekstur tanah mereka dan memilih jenis tanaman dan metode pengairan yang tepat untuk
meningkatkan produktivitas tanaman.
Metode sedimentasi (sedimentation method) adalah salah satu metode analisis
yang digunakan untuk menentukan persentase relatif dari fraksi pasir, debu halus (silt), dan
lempung (clay) pada tanah. Metode ini mengukur kecepatan sedimentasi partikel-partikel
tanah pada suatu medium cair, biasanya air.
Metode sedimentasi dapat dilakukan dengan menggunakan pipet sedimen atau
tabung sedimen. Cara kerjanya adalah dengan menambahkan tanah ke dalam tabung
sedimen atau pipet sedimen yang berisi air dan kemudian mengocoknya secara hati-hati.
Setelah itu, air akan dituangkan keluar dari tabung sedimen atau pipet sedimen dan partikel-
partikel tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran
partikelnya. Hasil sedimentasi kemudian diukur dengan menghitung volume dari setiap
fraksi partikel yang mengendap di bagian bawah tabung sedimen atau pipet sedimen. Dari
hasil tersebut, persentase relatif dari masing-masing fraksi partikel dapat dihitung.
Metode sedimentasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi tekstur tanah. Namun, metode ini tidak selalu memberikan hasil yang
akurat karena beberapa faktor, seperti adanya partikel organik atau partikel mineral lain
yang dapat mempengaruhi kecepatan sedimentasi partikel-partikel tanah. Oleh karena itu,
metode sedimentasi biasanya dilengkapi dengan metode lain, seperti analisis mikroskopis
atau analisis spektroskopik, untuk memperbaiki akurasi hasilnya.
Penambahan NaOH pada tanah dapat dilakukan untuk beberapa tujuan dalam
analisis tanah. Beberapa fungsi umum dari penambahan NaOH pada tanah antara lain
menentukan kadar bahan organik dalam tanah. Penambahan NaOH dapat digunakan untuk
melarutkan bahan organik dalam tanah dan menghasilkan cairan yang kemudian dapat
dianalisis untuk menentukan kadar bahan organik dalam tanah, menentukan pH tanah.
NaOH adalah zat basa kuat yang dapat digunakan untuk menetralkan atau meningkatkan
pH tanah yang asam. Penambahan NaOH pada tanah yang asam dapat membantu
menaikkan pH tanah dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi , dan menyediakan kation
untuk dianalisis. NaOH dapat digunakan untuk mengganti kation yang terdapat di dalam
tanah, seperti kation-kation kalsium, magnesium, dan kalium. Kation-kation ini kemudian
dapat dianalisis dalam cairan yang dihasilkan dari reaksi antara NaOH dan tanah.
Tekstur tanah ditentukan oleh ukuran butir mineral yang ada dalam tanah, yaitu
pasir, debu, dan lempung. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu proses
geologi seperti erosi, sedimentasi, dan pengendapan dapat mempengaruhi ukuran butir
mineral dalam tanah. Misalnya, tanah yang berasal dari batuan yang sudah lama tererosi
akan memiliki butir-butir mineral yang lebih kecil, iklim dapat mempengaruhi proses
pembentukan tanah oleh karna itu iklim dapat memengaruhi tekstur tanah. Iklim yang
lembap dapat mempercepat proses pelapukan dan penguraian mineral dalam tanah, sehingga
tekstur tanah menjadi lebih halus, waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah dapat
mempengaruhi tekstur tanah. Tanah yang sudah lama terbentuk cenderung memiliki butir-
butir mineral yang lebih kecil karena proses pelapukan dan penguraian yang sudah lama
terjadi, vegetasi yang tumbuh pada suatu daerah juga dapat mempengaruhi tekstur tanah.
Akar tanaman dapat mempengaruhi agregasi tanah dan pembentukan pori-pori tanah, yang
pada akhirnya dapat memengaruhi tekstur tanah, ketinggian tempat Ketinggian tempat juga
dapat memengaruhi tekstur tanah. Tanah yang berada di dataran rendah cenderung memiliki
butir-butir mineral yang lebih halus dibandingkan tanah di dataran tinggi, karena pengaruh
erosi dan sedimentasi yang berbeda, kandungan bahan organik dalam tanah juga dapat
mempengaruhi tekstur tanah. Bahan organik dapat mempengaruhi agregasi tanah dan
membentuk pori-pori tanah, yang pada akhirnya dapat memengaruhi tekstur tanah.
Beberapa manfaat mengetahui tekstur tanah dalam bidang teknik pertanian yaitu
untuk menentukan kebutuhan air, Menentukan kebutuhan pemupukan, menentukan jenis
tanaman yang cocok untuk di tanam, dan Menentukan jenis irigasi yang tepat. Dengan
memahami tekstur tanah, petani dapat membuat keputusan yang tepat dalam mengelola
lahan pertanian mereka dan meningkatkan produktivitas hasil panen mereka.

4.4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Struktur Tanah


Tabel 4. Hasil Pengamatan Berat Jenis Tanah (BJ)
Sampel Labu Ukur (gr) BJ (g/cm3)
Tanah a b c
KLU
31,530 39,701 75,586 0,84
(inseptisol)

Berat jenis tanah (BJ= kerapatan partikel) adalah berat massa tanah per satuan
volume partikel tanah (tanpa pori) kering oven. BJ tanah mineral umumnya antara 2,60 -
2,70 g cm³ dengan rata-rata 2,65 g cm³ tanpa banyak bervariasi. Berat jenis partikel (BJ)
adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah Ms dan volume fase padat Vs.
Massa bahan organik dan anorganik diperhitungkan sebagai massa padatan tanah dalam
penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis partikel mempunyai satuan Mg m³ atau g
cm³. Berat jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara
tanah serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair. Dalam praktikum yang telah
dilakukan pada berat jenis tanah ( BJ ) dari sampel tanah KLU jenis inseptisol didapatkan
hasil labu ukur a. 31,530 gram b. 39,701 gram dan c. 75,586 gram sehingga di dapatkan
berat jenis tanah yaitu 0,84 g/cm ³.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Volume Tanah (BV)

Tabung Berat Cawan (gr)


Berat
Sampel
Volume
Tanah T
D (cm) V a b c (g/ cm3)
(cm)

KLU 3,14
3 5 5,1059 27,4259 35,349 35,349
(Inseptisol)
Berat volume tanah, juga dikenal sebagai densitas tanah, adalah massa tanah per unit
volume. Satuan yang umum digunakan untuk mengukur berat volume tanah adalah gram
per sentimeter kubik (g/cm³) atau kilogram per meter kubik (kg/m³). Pada pengamatan berat
volume tanah ( BV ) , sampel tanah KLU jenis inseptisol didapatkan hasil dari botol kocok
yang berdiameter 3 cm, tinggi 5 cm dengan volume 3,14 71 g/cm³ dan berat cawan kosong
(a) 5,1059 gram, berat cawan + berat tanah (b) 27,4259, dan berat cawan + berat tanah
setelah di oven (c) 35,349. Sehingga di dapatkan hasil berat volume yaitu 35,349 g/cm³.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Porositas Tanah


Sampel BV BJ Porositas
Tanah (g/cm3) (g/cm3) (%)

KLU 0,84 0,0057 147%


(Inseptisol)

Porositas tanah merupakan kemampuan tanah untuk meloloskan air berlebih


sehingga tanah tidak jenuh air, dan udara dapat masuk ke dalam tanah dengan leluasa. Hal
ini menyebabkan jumlah udara dan air dalam tanah seimbang. Pori-pori tanah adalah ruang
dalam tanah yang terisi air atau udara dan tidak terisi bahan padat. Semakin banyak pori-
pori tanah, maka porositas tanah semakin tinggi. Komposisi tanah pada umumnya terdiri
atas padatan dan bahan organik (50%), air (25%), dan udara (25%)
Porositas adalah rasio volume pori terhadap volume total tanah. pada pengamatan
porositas tanah dari sampel tanah KLU jenis inseptisol didapatkan hasil sebelumnya yaitu
BV 0,84 g/cm³ dan BJ 0,0057 g/cm³ sehingga didapatkan porositas sebesar 147%
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah yaitu kandungan bahan
organik dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kelembaban dan sifat fisik
tanah, lempung dapat membentuk struktur tanah yang padat dan memiliki pori-pori kecil,
kandungan pasir dapat membentuk struktur tanah yang longgar dan memiliki pori-pori
besar, aktivitas biologis seperti aktivitas akar tanaman dan mikroorganisme dapat
mempengaruhi struktur tanah dengan membentuk pori-pori, tekstur tanah dapat
mempengaruhi sifat fisik tanah seperti porositas, kapasitas air, dan permeabilitas.
Bahan organik dapat mempengaruhi struktur tanah dengan meningkatkan
kelembaban tanah dan menambah nutrisi mikroba tanah. Mikroba tanah memecah bahan
organik menjadi komponen organik yang lebih sederhana yang dapat menambah sifat fisik
tanah. Bahan organik juga dapat meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi dan
meningkatkan kapasitas air tanah. Dalam jangka panjang, bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman.

4.5. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Konsistensi Tanah


Tabel 7.Hasil Pengamatan Batas Cair (BC)

Sampel Berat Cawan (gr) %KL n


WP
tanah a b c

KLU 8,597 17,463 14,189 58% 58% 50


(Inseptisol)

Batas cair tanah adalah kadar air pada saat tanah masih dapat diperas menjadi bola
oleh penggenggam tanah, namun tanah sudah tidak dapat dipotong dengan pisau tumpul.
Batas cair dapat dijadikan indikator kemampuan tanah dalam menahan air dan
kecenderungan terjadinya erosi. Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, kita dapat
mengaitkan hasil pengamatan dengan konsistensi tanahnya Berdasarkan berat cawan
kosong (a) 8,597 gram, berat cawan + berat tanah (b) 17,463 gram, dan dan berat cawan +
berat tanah setelah di oven (c) 14,189 gram. Sehingga di dapatkan kadar lengasnya KL 58%
dengan WP 58% serta indeks plastisitas n 50. Dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol
memiliki konsistensi yang relatif lembek dan mudah berubah bentuk saat diberikan tekanan
atau gaya eksternal. Hal ini terkait dengan sifat tanah inseptisol yang kurang stabil dan
cenderung memiliki kadar air yang tinggi.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Batas Lekat (BL)


Berat Cawan (gr)
Sifat tanah Sampel tanah %KL
A B C

BL KLU 8,925 38,837 30,597 38%


(Inseptisol)

Batas lekat tanah adalah kadar air pada saat tanah tidak dapat diperas menjadi bola
oleh penggenggam tanah dan sulit untuk dipotong dengan pisau tumpul. Batas lekat dapat
dijadikan indikator kemampuan tanah dalam menahan air dan tingkat erosi tanah. Pada
praktikum yang sudah di laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 8,925 gram,
berat cawan + berat tanah (b) 38,837 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven
(c) 30,597 gram sehingga di dapatkan kadar air KL 38%, dapat disimpulkan bahwa tanah
inseptisol memiliki konsistensi yang relatif lekat dan sulit untuk diubah bentuknya. Hal ini
terkait dengan sifat tanah inseptisol yang umumnya memiliki kandungan lempung yang
tinggi.

Tabel 9. Hasil Pengamatan Batas Gulung (BG)


Berat Cawan (gr)
Sifat Sampel tanah %KL
A B C
tanah

BL KLU 5,1 14,0 11,5 38%


(Inseptisol) 16 35 56

Batas gunung tanah adalah kondisi tanah yang telah kehilangan air dan melekat
pada permukaan atau alat pengukur. Batas gunung menunjukkan kemampuan tanah dalam
menahan air dan kecenderungan terjadinya erosi. Berdasarkan praktikum yang sudah di
laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 5,116 gram, berat cawan + berat tanah
(b) 14,035 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven (c) 11,556 gram sehingga di
dapatkan kadar air KL 38%. dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol memiliki konsistensi
yang relatif padat dan sulit untuk diubah bentuknya. Hal ini terkait dengan sifat tanah
inseptisol yang memiliki kandungan pasir yang relatif tinggi.

Tabel 10. Hasil Pengamatan Batas Berubahan Warna (BBW)


Berat Cawan (gr)
Sifat tanah Sampel tanah %KL
A B C

BL KLU 8,708 151,532 19,721 38%


(Inseptisol)

Batas berubah warna tanah adalah keadaan tanah ketika berubah warna dari
keadaan basah menjadi keadaan kering. Batas ini menunjukkan kemampuan tanah dalam
menahan air dan kecenderungan terjadinya erosi. . Berdasarkan praktikum yang sudah di
laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 8,708 gram, berat cawan + berat tanah
(b) 151,532 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven (c) 19,721 gram sehingga
di dapatkan kadar air KL 38%. Dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol memiliki
konsistensi yang relatif padat dan stabil. Hal ini terkait dengan sifat tanah inseptisol yang
memiliki kandungan pasir yang relatif tinggi dan kekurangan bahan organik.
Konsistensi tanah adalah sifat fisik tanah yang menunjukkan kemampuan tanah
untuk mempertahankan bentuknya dan daya tahan terhadap perubahan bentuk akibat gaya-
gaya eksternal.
Tanah inseptisol adalah jenis tanah yang umumnya ditemukan di daerah tropis,
yang cenderung memiliki lapisan atas tanah yang tipis dan mengandung bahan organik
yang rendah. Tanah inseptisol juga cenderung memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan
memiliki sifat yang kurang stabil.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah yaitu tekstur tanah yang
dapat mempengaruhi konsistensi tanah dengan persentase kandungan pasir, lempung, dan
debu di dalam tanah. Kandungan lempung yang tinggi dapat membuat tanah lebih padat
dan sulit untuk diubah bentuknya, kandungan air tanah juga dapat mempengaruhi
konsistensi tanah karna konsistensi dapat berubah-ubah tergantung pada kandungan air
yang ada di dalamnya. Tanah yang terlalu basah akan memiliki konsistensi lembek dan
tanah yang terlalu kering akan memiliki konsistensi keras, kandungan bahan organik dapat
meningkatkan konsistensi tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan membantu
menjaga kelembaban tanah, tekanan tanah juga dapat mempengaruhi konsistensi tanah.
Tanah yang terkena tekanan yang tinggi akan memiliki konsistensi yang lebih padat dan
sulit untuk diubah bentuknya.
Pentingnya mengetahui konsistensi tanah pada bidang pertanian khususnya dalam
bidang teknik pertanian antara lain: Menentukan jenis tanaman yang cocok: Konsistensi
tanah dapat mempengaruhi jenis tanaman yang cocok untuk ditanam. Tanaman yang
membutuhkan tanah yang padat dan stabil akan cocok ditanam di tanah dengan konsistensi
yang tinggi, sedangkan tanaman yang membutuhkan tanah yang lebih gembur dan mudah
dibentuk akan cocok ditanam di tanah dengan konsistensi yang rendah. Menentukan
teknik pengolahan tanah: Konsistensi tanah juga dapat mempengaruhi teknik pengolahan
tanah yang digunakan. Tanah dengan konsistensi yang tinggi akan memerlukan teknik
pengolahan yang lebih intensif, seperti pengolahan dengan alat berat atau pengolahan
dengan sistem tanam-tanam. Sedangkan tanah dengan konsistensi yang rendah dapat
diberikan teknik pengolahan yang lebih ringan, seperti pengolahan dengan cangkul atau
sistem pertanaman tanpa pengolahan tanah. Menentukan teknik pengairan: Konsistensi
tanah dapat mempengaruhi teknik pengairan yang digunakan. Tanah dengan konsistensi
yang tinggi cenderung memerlukan teknik pengairan yang lebih intensif, seperti pengairan
dengan sistem irigasi, sedangkan tanah dengan konsistensi yang rendah cenderung
memerlukan teknik pengairan yang lebih ringan, seperti pengairan dengan pompa air atau
dengan menggunakan selang irigasi.
BAB V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
informasi tentang kadar air tanah sangat penting dalam memahami ketersediaan air bagi
tanaman. Dalam pertanian, penentuan kadar air tanah dapat membantu para petani dalam
mengatur irigasi dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyiraman. Dengan
mengetahui kadar air tanah, petani dapat memastikan bahwa tanaman menerima jumlah air
yang optimal dan dapat tumbuh dengan baik.
pengetahuan tentang pH tanah sangat penting dalam menentukan kebutuhan tanaman
akan nutrisi dan ketersediaan nutrisi dalam tanah. Tanah dengan pH yang tepat dapat
mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif. Praktikum ini dapat membantu
para petani untuk memahami tingkat keasaman tanah dan menyesuaikan jenis tanaman yang
cocok untuk ditanam di wilayah tersebut. Selain itu, informasi tentang pH tanah juga dapat
membantu petani dalam menentukan jenis pupuk yang harus digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
tentang tekstur tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
menahan air dan nutrisi, serta perkembangan akar tanaman. Praktikum ini dapat membantu
petani untuk memahami karakteristik tanah yang berbeda dan menyesuaikan jenis tanaman
yang cocok untuk ditanam di wilayah tersebut. Dengan mengetahui tekstur tanah, petani
dapat menentukan kapan dan seberapa sering tanaman perlu disiram dan diberi pupuk. Selain
itu, informasi tentang tekstur tanah dapat membantu petani untuk meningkatkan kesuburan
tanah dengan cara memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah melalui teknik pertanian yang
tepat.
informasi tentang sifat fisik tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Praktikum ini dapat membantu petani untuk
memahami sifat fisik tanah yang berbeda dan menyesuaikan jenis tanaman yang cocok untuk
ditanam di wilayah tersebut. Dengan mengetahui BJ dan BV, petani dapat menentukan kapan
dan seberapa sering tanaman perlu disiram dan diberi pupuk, serta menentukan metode
pengairan dan irigasi yang tepat. Selain itu, informasi tentang BJ dan BV juga dapat
membantu petani untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan meningkatkan produktivitas
pertanian dengan cara yang lebih efisien.
informasi tentang sifat fisik tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Batas cair, batas lekat, batas gulung, dan
batas berubah warna adalah indikator penting dari sifat-sifat fisik tanah yang memengaruhi
kemampuan tanah untuk mempertahankan air dan nutrisi. Dengan mengetahui batas cair,
batas lekat, batas gulung, dan batas berubah warna, petani dapat menentukan jenis tanaman
yang cocok untuk ditanam di wilayah tersebut dan metode pengairan yang tepat. Informasi ini
juga dapat membantu petani dalam memilih teknik pengelolaan tanah yang tepat, seperti
pengolahan tanah dan pemupukan, yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara
keseluruhan.

5.2.Saran
1. Bagi pertanian, mengetahui cara menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara
sangat penting karena dapat membantu dalam menentukan kebutuhan irigasi tanaman.
Jika kadar lengas tanah terlalu rendah, maka tanaman akan kekurangan air, sedangkan
jika terlalu basah, maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Dalam
hal ini, disarankan untuk melakukan pengukuran secara berkala dan mengatur irigasi
secara efisien untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Mengetahui nilai pH tanah juga penting bagi pertanian karena dapat mempengaruhi
ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa dapat
menghambat penyerapan nutrisi oleh tanaman. Oleh karena itu, penting untuk memantau
nilai pH tanah secara teratur dan melakukan penyesuaian jika diperlukan, misalnya
dengan pemberian pupuk khusus yang sesuai dengan pH tanah.
3. Menetapkan tekstur tanah secara kuantitatif (sedimentasi) dapat membantu petani dalam
menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di suatu lahan. Tanah yang berpasir
cocok untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, sementara tanah liat cocok
untuk tanaman yang membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi. Dalam hal ini,
disarankan untuk memilih jenis tanaman yang sesuai dengan tekstur tanah dan melakukan
perawatan tanaman yang tepat.
4. Menetapkan kerapatan butir tanah (BJ) dan kerapatan massa tanah (BV) dapat membantu
petani dalam menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan dan dosis yang tepat. Tanah
dengan BJ dan BV yang tinggi cenderung lebih subur dan membutuhkan dosis pupuk
yang lebih sedikit daripada tanah dengan BJ dan BV yang rendah. Dalam hal ini,
disarankan untuk melakukan analisis tanah secara teratur dan menggunakan pupuk yang
tepat untuk meningkatkan kualitas dan hasil panen tanaman.
5. Menetapkan batas cair tanah (BC), batas lekat tanah (BL), batas gulung tanah (BG), dan
batas berubah warna tanah (BBW) dapat membantu petani dalam menentukan kondisi
tanah dan persiapan lahan sebelum penanaman. Dalam hal ini, disarankan untuk
memperhatikan nilai-nilai tersebut saat memilih lahan untuk penanaman dan melakukan
perbaikan tanah jika diperlukan. Selain itu, penting untuk mengatur irigasi dan drainase
dengan baik untuk mempertahankan kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhan dan
kesehatan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyandita, A. (2014). Karakteristik Tanah Liat dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan


Tanaman. Jurnal Agroekoteknologi, 2(1), 10-18

Asril, M., Yulianti, D., & Mustika, I. W. (2022). Konsistensi Tanah: Konsep dan
Peranannya dalam Pertanian. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, 8(1), 22-29.

Benggu. Y. I., et al. (2022). Buku Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga.

Darlita. RR., et al. (2017). Karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah pasir pantai di
Kota Pekalongan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 19(2), 73-79.

Hanafiah, K. A. (2014). Pengaruh pemberian abu sekam dan pupuk kandang terhadap
pH dan kadar air tanah pada lahan sawah di Desa Seloromo, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworeju

Holilullah, A., Yuliana, E., & Gusnidar. (2015). Karakteristik dan Potensi Tanah Ultisol
di Indonesia. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2(1), 233-244.

Karamina, H., Amin, M., & Setiawan, B. I. (2017). Peran pH Tanah terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Agrotekbis, 5(1), 32-38.

Kholis, N., As’ad, S., & Darsiharjo, B. (2018). Pengaruh Penambahan Renolith
Terhadap Stabilisasi Tanah Lempung Menggunakan Semen. Jurnal Rekayasa
Sipil dan Desain, 6(1), 17-22.

Kurnia, U. (2016). Analisis Struktur Tanah untuk Menentukan Jenis Tanaman yang
Cocok. Agro Sains: Jurnal Penelitian Agronomi, 3(1), 9-16.
Mustawa, M., Suhardjo, H., Murti, R.H., & Purwanto, B.H. (2017). Analisis Efisiensi
Irigasi Tetes pada Berbagai Tekstur Tanah untuk Tanaman Sawi (Brassica
juncea). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 36(3), 155-162.
Mutmainnah, D., Nurdiana, N., & Yulianti, R. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk
Terhadap Laju Infiltrasi dan Kadar Air Tanah pada Lahan Sawah. Jurnal
Agroteknologi, 15(2), 124-130.

Novriani, L. S., Nurdin, M., & Rahim, E. (2023). Kajian Pengaruh pH Tanah terhadap
Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tanaman di Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pertanian (JIP), 10(1), 14-21.

Prabowo, R., & Subantoro, R. (2018). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian di Kota Semarang. Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan, 11(1), 1-8.

Priyono. K. D. (2021). Sifat Fisik Tanah dan Klasifikasinya. Agri-Sains: Jurnal


Penelitian Agronomi, 4(1), 1-14.

Purba, T., Nasution, R. E., Siregar, S. S., & Siagian, U. (2021). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi Air pada Tanah Ultisol Menggunakan
Metode Horton dan Phillip. Jurnal Agroqua, 16(2), 68-78.

Rayes, M. L. (2017). Lengas Tanah: Konsep, Proses dan Pengukurannya. IPB Press.

Suhardi. (2014). Tanah dan Upaya Konservasinya. Yogyakarta: Gava Media.

Suryani, E., & Yudoyono. (2015). Karakteristik Fisik Tanah pada Beberapa
Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Ngrowo, Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 17(2), 77-83.

Soehardi, et al. (2017). Peningkatan Kualitas Tanah Gambut dengan Metode Stabilisasi
Kimia Menggunakan Kapur Cair dan Abu Sekam Padi. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan, 5(2), 89-95.
Utomo, M., Soemarno, & Haryanto, B. (2016). Teknologi Analisis Tanah, Tanaman,
Air, dan Pupuk. IPB Press.
Yani, A., & Ruhimat, M. (2016). Karakteristik dan sifat fisik tanah. Jurnal Pertanian
Agros, 3(2), 77-87.

Yuniarti, A., Yunianti, R., & Pramono, S. (2020). Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai pada Tanah Inceptisol dengan Pemberian Bahan Organik yang Berbeda.
Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2), 158-169.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Lengas Tanah
a. Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
34,809−27,078
KL = 𝑥 100%
27,078−4,263
7,731
KL = 𝑥 100% = 33%
22,815

b. Kadar Lengas Kapasitas Lapang


𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
36,246−31,521
KL = 𝑥 100%
31,521−8,867

47,25
KL = 𝑥 100% = 20%
22,654
Lampiran 2. Perhutngan Tekstur Tanah
- Tekstur Tanah KLU
I
Pasir = 𝑥 100%
15
11
= 11 = 15 𝑥 100% = 73%

II
Debu= 𝑥 100%
15
4
= 4= 𝑥 100% = 26%
15

Liat = 100% - (%Pasir + %Debu)


= 100% - (73%+ 26%)
= 1%
Lampiran 3. Perhitungan Struktur Tanah
- Berat Jenis Tanah
Berat Jenis KLU
Mp
Berat Tanah KLU =
Vp
B−A
= 50−(C−B)

47,425−35,9233
= 50−(91,114−47,425)

11,492
= 9,715

= 0,84

- Berat Volume Tanah


4(C−A)
BV KLU =
π 𝐷2 T
4(35,349−31,533)
=
31,14 𝑥 32 𝑥 5
0,8916
= 141,3

= 0,0057

- Porositas Tanah
BV
Porositas KLU = ( 1 x BJ ) x 100%
0,84
= ( 1 x0,0057 ) x 100%

= 147%
Lampiran 4. Perhitungan Konsistensi Tanah
a. Batas Cair Tanah (BC)
Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
17,463−14,189
KL = 𝑥 100%
14,189 −8,597
5,274
KL = 𝑥 100% = 58%
5,592

b. Batas Lekat Tanah (BL)


Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
38,837−30,597
KL = 𝑥 100%
30,597−8,925
8,276
KL = 𝑥 100% = 38%
21,672

c. Batas Gulung Tanah (BG)


Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
14,035−11,556
KL = 𝑥 100%
11,556 − 5,116
2,479
KL = 𝑥 100% = 38%
6,440

d. Batas Berubah Warna Tanah (BBW)


Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
151,532−19,721
KL = 𝑥 100%
19,721−8,708
131,811
KL = 𝑥 100% = 38%
11,013

Anda mungkin juga menyukai