Agroklimatologi
NAMA : FATMAWATI
KELAS : AGROKLIMATOLOGI A
KELOMPOK : 13
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujung
116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km². Provinsi ini
berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan
Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.
Jeneponto terletak di ujung bagian barat dari wilayah Propinsi Sulawesi selatan dan
Secara geografis terletek diantara 50 16’ 13” – 50 39’ 35” Lintang Selatan dan 120
Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Bontosunggu. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak 342.700 jiwa,
kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan
ketinggian 500 sampai dengan 1400 m, bagian tengah 100 sampai dengan 500 m
dan pada bagian selatan 0 sampai dengan 150 m di atas permukaan laut. dan
ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah semi kering. Curah
hujan di Kabupaten Jeneponto yang tertinggi tahun 1999 jatuh pada Bulan Januari
sedangkan curah hujan terendah atau terkering terjadi pada Bulan Juni, Agustus,
tipe iklim yaitu, tipe iklim D3 dan Z4 yaitu wilayah memiliki bulan kering secara
berurutan berkisar 5 – 6 bulan sedangkan bulan basah 1 – 3 bulan dan Tipe iklim
C2 yaitu wilayah memiliki bulan basah 5 – 6 bulan dan bulan lembab 2 – 4 bulan.
Type ini dijumpai pada daerah ketinggian 700 – 1.727 m diatas permukaan laut
Iklim (pola distribusi dan jumlah curah hujan tahunan) Kab. Jeneponto
tergolong kering dihampir semua kecamatan, selain Kec Rumbia, Kelara dan
sebagian Kec. Bangkala, yang tergolong agak basah. Kondisi iklim seperti ini
Adapun Kondisi curah hujan wilayah ini yang diwakili oleh data dari 7 stasiun
pencatat hujan yaitu, Allu, Balangloe, Jeneponto, Bisoloro, Loka, Malakaji dan
Takalar, menunjukkan rata-rata curah hujan tahunan yang berkisar antara 1049–
dengan keadaan musim di daerah kabupaten lain yakni terdiri dari 2 (dua) musim
yaitu hujan dan kemarau, musim hujan terjadi antara Bulan November sampai
dengan Bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Mei sampai
karakteristik musim yaitu musim hujan dan musim kering, pergeseran awal
musim tanam 2 –4 minggu sejak lima tahun terakhir bahkan di daerah pantura
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian curah hujan dan
bagaimana iklim dari suatu wilayah cocok atau tidak untuk waktu dan pola tanam
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui curah hujan
Adapun kegunaan dari oraktikum ini adalah sebagai tambahan informasi dan
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2 dan secara administrasi terbagi
lebih 1,20 persen dari luas wilayah administrasi Propinsi Sulawesi Selatan. Terkait
luas wilayah Kabupaten Jeneponto, terdapat 4 sumber data yang berbeda. Data BPS
Sulawesi Selatan (90.335 ha), Permendagri Nomor 6 tahun 2008 (70.652 ha), dan
RTRW Kab. Jeneponto 2012-2013 yang berdasarkan foto citra satelit (79.953 ha)
2010 maka yang digunakan adalah luas wilayah yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut
Flores, sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan
Kabupaten Bantaeng. Wilayah bagian selatan yang berbatasan dengan Laut Flores
memiliki panjang garis pantai 114 km dan sebuah pulau yang dikenal oleh
masyarakat sebagai Pulau Li’bukang. Dengan panjang garis pantai 114 km maka
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 18 ayat 4 adalah 114 km x 4 mil laut
kecamatan terluas di Kabupaten Jeneponto yakni 152,69 km2 atau 20,40% dari luas
adalah Kecamatan Arungkeke dengan luas 29,91 km2 atau 3 ,97% dari luas wilayah
Bantaeng di sebelah Timur, Kabupaten Takalar sebelah Barat dan Laut Flores di
Jeneponto terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah
perbukitan yang terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah selatan.
Kabupaten Jeneponto terletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah Provinsi
15 %) tersebar dengan luasan sekitar sekitar 42.715 ha, atau sekitar 53,68% dari
luas total Kabupaten Jeneponto. Areal dengan kemiringan lereng ini adalah
Terdapat 2 tipe iklim di kabupaten ini yakni tipe iklim D3 dan Z4 berkisar 5
sampai 6 bulan untuk kondisi kering dan 1 sampai 3 bulan dengan kondisi basah,
sedangkan tipe iklim C2 berkisar 5 sampai 6 bulan dengan kondisi basah dan 2
sampai 3 bulan dengan kondisi lembab di jumpai pada dataran tinggi yang pada
dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut
hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap
lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan
asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air
dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi
namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor
pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim
antara unsur iklim dengan pola tanam dunia yang telah melahirkan pemahaman
baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan
unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai
tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan
jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim
D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis
vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe
iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim
Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama
tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan
dihitung rata-ratanya. Dimana bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <
60mm, bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan antara 60mm-100mm, dan
bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 100m ( Guslim,2009 ).
untuk tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan. Hal ini kiranya cukup
beralasan karena dengan sistem ini orang kurang tahu kapan bulan kering atau
kapan bulan basah terjadi. Apakah berurutan atau berselang seling. Sebagai contoh
kalau ada suatu wilayah mempunyai dua bulan kering yang terjadi tidak berturutan
untuk tanaman keras yang berakar dalam mungkin tidak akan menimbulkan
kerugian yang berarti, akan tetapi kalau hal itu untuk keperluan tanaman semusim
atau yang berakar dangkal dapat sangat merugikan. Selain itu kriteria bulan basah
dan bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah (Dewi, 2007).
Menurut BMKG (2014), klasifikasi tipe iklim Oldeman merupan tipe iklim
yang terjadi secara berturut-turut. Klasifikasi tipe iklim Oldeman sangat relevan
mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang sangat dipengaruhi oleh curah
hujan. Kriteria bulan basah dan bulan kering dalam pengklasifikasian tipe iklim
Oldeman adalah apabila jumlah curah hujan dalam satu bulan > 200 mm maka
dinyatakan sebagai bulan bulan basah dan apabila curah hujan dalam satu bulan <
100 mm maka dinyatakan sebagai bulan kering. Adapun klasifikasi tipe iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca dalam suatu periode yang panjang. Iklim dapat
meliputi iklim tropis, iklim sedang, iklim kutub dan lain sebagainya. Iklim juga
dapat dikatakan bahwa keadaan cuaca didaerah yang cukup luas dan pada waktu
yang relatif lebih lama . Perubahan iklim dengan segala penyebabnya secara faktual
sudah terjadi di tingkat lokal, regional, maupun global. Perubahan iklim tersebut
Indonesia termasuk dalam sektor yang terkait dengan ketersediaan pangan yakni
pertanian dan kehutanan. Dari perubahan tersebut maka ketahanan pangan akan
mempunyai hubungan yang erat, hubungan antara pola iklim dengan distribusi
tanaman banyak digunakan sebagai dasar dalam klasifikasi iklim. Hasil suatu jenis
tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan
seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan pola iklim dan teknologi, dalam buku
yang sama dia juga mengatakan bahwa cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor
tanaman. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi iklim tertentu
akan didominasi pula oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni tumbuhan yang dapat
beradaptasi secara baiki pada kondisi iklim tersebut. Berdasarkan keterkaitan yang
erat antara kondisi iklim dengan spesies tumbuhan yang dominan pada suatu
meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai
guna lahan dan sebagainya. Pada umumnya perubahan iklim tersebut ditandai
dengan terjadinya kenaikan suhu udara di permukaan bumi dan naiknya panas
variabilitas unsur iklim curah hujan yang lebih besar dibanding dengan unsur iklim
lainnya seperti suhu, tekanan, dan kelembaban udara (Qodrita dan Berliana, 2006).
2.6 Mengapa Menghitung Curah Hujan
mengetahui jumlah curah hujan yang ada pada suatu wilayah khusunya pada
wilayah Jeneponto, bahwa kita dapat mengetahui rata-rata curah hujan dalam 1
curah hujan, setelah itu rangking, dari data paling tinggi ke rendah, kemudian
ditarik kesimpulan bahwa setiap daerah memiliki data curah hujan dan klasifikasi
iklim berbeda.
BAB III
METODE PENELITIAN
Praktikum curah hujan dan klasfikasi iklim dilaksanakan pada hari Senin,
Alat yang digunakan yaitu Laptop, LCD (proyektor), alat tulis menulis,dan
buku sumber. Sedangkan bahan yang digunakan adalah data iklim dan curah hujan
2. Menentukan jumlah curah hujan dan rata-ratanya yang terjadi dalam waktu
dengan “30” merupakan angka rata-rata hari dalam satu bulan, “31”
merupakan jumlah hari dalam bulan yang diamati dan “CH” merupakan
cells curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut (dalam tahun tertentu).
5. Menghitung dan memilah jumlah bobot hujan yang ada dengan ketetapan
6. Memasukkan kedalam tipe utama (Huruf) dan sub tipe (angka), sehingga
2. Menghitung dan memilah jumlah bobot hujan yang ada dengan ketetapan
3. Menghitung jumlah Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) yang terjadi
dalam bobot curah hujan yang ada, sehingga dapat menentukan pada bulan
sifatnya (Oldeman).
3.3.2.Cara Penentuan Peluang
1. Menyiapkan data mentah 15 tahun terakhir pada kecamatan tertentu yang ingin
diolah datanya.
Tahun
Bulan DKD 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rtaan
1 10 26 21 108 111 x rusak 63 13 x 378 x 690 53 215 75 153
2 8 0 65 3 105 x 0 152 8 x 188 x 610 28 160 75 111
Jan
3 41 85 7 55 2 x 0 215 18 x 118 x 100 29 114 68 65
Jum 61 116 91 165 211 x 0 436 40 x 674 0 1365 109 484 218 289
1 161 116 221 71 25 x 0 14 8 x 227 x x 20 150 35 92
2 29 x 51 53 68 x 0 5 1 x 189 x x 65 85 65 55
Feb
3 89 23 44 24 9 x 0 91 18 x 176 x x 25 88 69 53
Jum 279 144 329 153 104 x 0 99 26 x 597 0 0 113 327 166 167
1 35 1 17 x 38 x 0 114 5 x 11 x 410 5 20 50 60
2 5 32 2 45 32 x 0 x 23 x 14 x 110 85 25 220 34
Mar
3 1 12 57 127 3 x 0 36 25 x x x 864 41 36 136 109
Jum 40 45 79 179 71 x 0 149 53 x 24 0 1423 131 82 406 175
1 1 14 23 x 21 x 0 63 45 x x x 700 20 60 20 95
2 9 2 36 x x x 0 31 49 x x x x 40 5 50 22
Apr
3 20 8 15 10 9 x 0 2 40 x x x 700 50 15 70 79
Jum 29 23 72 10 29 0 0 93 131 0 0 0 1355 106 77 135 128
1 58 25 x 460 44 31 x 32 23 x x 245 300 5 27 70 114
2 37 x x x x x x 29 x x x 44 x 30 65 50 41
Mei
3 15 20 25 x x 15 x 42 5 x x 20 409 23 11 45 59
Jum 108 45 24 445 43 45 x 104 28 0 0 301 726 58 101 165 145
1 x 21 120 50 2 x x 25 78 x x x 150 45 0 95 55
2 x 86 72 125 3 x x 262 83 x 50 x 200 30 15 x 93
Jun
3 x 16 x 120 1 x x 94 84 x 50 x 250 30 20 50 74
Jum 0 123 192 295 6 0 0 381 245 0 100 0 600 105 35 145 139
1 85 11 x x x x 100 x x x x x 200 x 58 50 91
2 x x x x 15 x 1 x x x x x 150 40 76 x 56
Jul
3 x 0 x x 18 x 9 14 32 x x x x 5 35 25 16
Jum 82 11 0 0 34 x 107 15 34 0 0 0 339 45 164 73 59
1 x 2 x x x x x x x x x x x 10 10 X 7
2 x 1 x x x x x x 10 x x x 50 x x 45 20
Ags
3 2 x x x 14 x x x 2 x x x x x x x 6
Jum 2 3 0 0 15 0 0 0 12 0 0 0 48 10 13 44 7
1 x x x x x x x x x x 110 x x x x x 110
2 x x x x x x x x x x x x x 25 5 x 15
Sep
3 x x x x x x x x x x x x x 5 x x 5
Jum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 110 0 0 30 5 0 10
1 x x 30 x x x x x x x x x 50 x 20 x 33
2 1 2 x x x x x x x x x x 100 40 x x 36
Okt
3 10 5 41 x x x x x x x 9 x 91 5 2 x 23
Jum 12 7 73 0 0 0 0 0 0 0 10 0 242 44 21 0 27
1 x 6 240 x x x x x 10 x 10 x 150 x 35 x 75
2 2 7 75 160 x x x x x x 15 x 100 40 20 50 52
Nop
3 3 31 145 50 x x x x 10 x x x 350 35 25 300 81
Jum 5 44 460 210 0 0 0 0 20 0 25 0 600 75 80 350 101
1 108 70 910 75 x x x x 340 x 15 x 200 15 45 250 198
2 50 21 75 703 x x x x 190 x 122 x 100 x 32 x 162
Des
3 32 4 132 x x x x 57 1155 x 91 x 182 45 59 591 195
Jum 187 92 1094 753 0 0 o 61 1742 0 229 0 484 63 137 871 346
Tahun
BLN
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
JAN BL BB BL BB BB - RU BB BK - BB BK BB BB BB BB
FEB BB BB BB BB BB - S BL BK - BB BK BK BB BB BB
MAR BK BK BL BB BL - A BB BK - BK BK BB BB BL BB
APR BK BK BL BK BK - K BL BB - BK BK BB BB BL BB
MEI BB BK BK BB BK BK BK BB BK - BK BB BB BK BB BB
JUN BK BB BB BB BK - - BB BB - BL BK BB BB BK BB
JUL BL BK BK - BK - - BK BK - BK BK BB BK BB BL
AUG BK BK BK - BK - - - BK - BK BK BK BK BK BK
SEP BK BK BK - - - - - - - BB BK BK BK BK BK
OKT BK BK BL - - - - - - - BK BK BB BK BK BK
NOV BK BK BB BB - - - - BK - BK BK BB BL BL BB
DES BB BB BB BB - - - BL BB - BB BK BB BL BB BB
S-F
BK BB BL
2 9 2
3 9 1
5 5 3
6 4 3
8 7 0
4 7 1
8 2 2
11 0 0
8 1 0
7 1 1
5 4 2
1 9 2
Q= BK/BB X 100%
Q= 1,172
Tahun
BLN
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
JAN BK BL BK BL BB - RU BB BK - BB BK BB BL BB BB
FEB BB BL BB BL BL - S BK BK - BB BK BK BL BB BL
MAR BK BK BK BL BK - A BL BK - BK BK BB BL BK BB
APR BK BK BK BK BK - K BK BL - BK BK BB BL BK BL
MEI BL BK BK BB BK BK - BL BK - BK BB BB BK BL BL
JUN BK BL BL BB BK - - BB BB - BK BK BB BL BK BL
JUL BK BK BK - BK - - BK BK - BK BK BB BK BL BK
AUG BK BK BK - BK - - - BK - BK BK BK BK BK BK
SEP
OKT BK BK BK - - - - - - - BL
BK BK BK
BB BK BK BK
DES BL BK BB BB - - - BK BB - BB BK BB BK BL BB
OLDEMAN
BK BB BL
4 6 3
4 4 5
8 2 3
9 1 3
7 3 4
5 4 4
10 1 1
11 0 0
8 0 1
8 1 0
4 6 2
Grafik 2 : Peluang 50 %
120
100
80
60
40
20
200
150
100
50
Pada hasil pengamatan berupa data curah hujan 15 tahun terakhir diatas
(2010), bahwa tipe iklim berkisar jika nilai Q nya berada pada 1,670 – 3,000.
Dimana iklim tipe F merupakan daerah kering dengan ciri vegetasi hutan sabana.
tersebut setelah dihitung jumlah bulan kering dan bulan basahnya mendapatkan
hasil jumlah bulan keringnya yang berurut sebanyak 4 dan bulan basahnya
sebanyak 6.. Setelah menghitung jumlah BK dan BB yang berurut, wilayah ini
masuk ke dalam tipe iklim D3. Hal ini sesuai dengan pendapat BMKG (2014) yang
menyatakan bahwa tipe iklim D3 adalah iklim yang mempuyai 4-6 bulan kering
yang berturut-turut dan 3-4 bulan basah berurutan. Tipe iklim D3 hanya
memungkinkan satu kali padi dan satu kali palawija dalam waktu satu tahun
tergantung pada adanya persediaan air irigasi. Hal ini membuat tanaman yang
tidak terlalu membutuhkan air yang terlalu banyak sehingga sangat cocok dengan
tipe iklim tersebut. Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tipe iklim seperti
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada daerah Jeneponto
rata-rata hujan terjadi (musim hujan) pada sekitar bulan Desember, Januari dan
Februari. Awal turunnya hujan umumnya terjadi pada bulan Nopember, kadang-
kadang dimulai bulan Oktober, dan musim panasnya terjadi sekitar bulan Juli,
pada iklim F yang berarti termasuk daerah kering. Hal ini hampir sama dengan
klasifikasi iklim Oldemen, dimana wilayah Jeneponto termasuk ke dalam iklim D3,
tanaman tembakau.
5.2 Saran
tinggi pada saat pengelolaan data curah hujan, agar data yang diperoleh valid
Cipta, Jakarta.
Kodoatie, R.J. dan R. Syarief. 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi. Yogyakarta
Wibowo, H. 2008. Desain Prototipe Alat Pengukur Curah Hujan Jarak Jauh