Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

ACARA V
CROPWAT

Disusun Oleh :

Nama : Syarifah Alfi Nurumami


NIM : 18/424421/PN/15461
Kelompok/Golongan : 2/A3
Asisten Koreksi : Novia Adisti Putri

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan budidaya tanaman harus memerhatikan karakteristik lahan, iklim,
dan tanaman untuk mengetahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas tanaman. Salah satu hal krusial yang harus diperhatikan untuk
penentuan lahan adalah ketersediaan air, sedangkan penentuan tanaman yang akan
ditanam haruslah memerhatikan kebutuhan air tanaman tersebut dengan melihat
potensi ketersediaan air dari lahan yang akan digunakan. Pemenuhan kebutuhan
air, khususnya untuk kebutuhan air pertanian dialirkan melalui sistem irigasi. Air
dari irigasi dapat menjadi kontrol dalam menyuplai kebutuhan air untuk tanaman.
Suplai air irigasi perlu dikontrol untuk menghindari keadaan cekaman air
sehingga diperlukan pengairan yang terjadwal secara teratur. Saat ini, terdapat
beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah kegiatan
budidaya tanaman, salah satunya penentuan kebutuhan air dan jadwal irigasi
untuk tanaman. Jadwal irigasi ditentukan oleh jenis tanaman yang ditanam pada
lahan tersebut serta data iklim yang ada di daerah penanaman. CropWat
merupakan salah satu perangkat lunak yang disusun oleh FAO dalam bidang
irigasi.
Penggunaan software CropWat memiliki beberapa kegunaan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman. CropWat dalam bidang irigasi dapat
dimanfaatkan untuk pedoman dalam pengambilan keputusan ketika akan
menentukan komoditas yang ditanam di suatu lahan dengan melihat data iklim
lingkungan dan juga ketersediaan air di lahan tersebut. Selain itu, CropWat dapat
mempermudah penentuan pola tanam serta skema irigasi pada suatu lahan.
CropWat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan efektifitas pengairan
melalui irigasi sehingga dapat meminimalkan input air untuk kebutuhan budidaya.
Oleh karena itu, mahasiswa khususnya yang menggeluti di bidang pertanian
penting untuk memelajari penggunaan perangkat lunak CropWat secara
mendalam dalam bidang pertanian terutama untuk memenuhi kebutuhan air agar
dapat menekan biaya input dan memaksimalkan output.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 2 adalah dapat menggunakan program komputer
CropWat untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 2.1 Skema Kebutuhan Air Irigasi Pola Tanam Tumpangsari Pisang,
Kedelai, dan Gandum di Stasiun Sawahan
Ma
  Jan Feb Mar Apr y Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Precipitation deficit
1. BANANA 1st 28. 20.
year 0.0 3.8 4.4 0.0 0.0 1.1 3 49.8 16.7 2 1.4 0.0
2. Soybean 0.0 0.0 3.5 4.8 39.7 3.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
27.
3. Spring Wheat 0.0 0.0 2.6 0.0 29.8 60.1 1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Net scheme irr.req.


in mm/day 0.0 0.0 0.1 0.1 0.9 0.4 0.4 0.4 0.1 0.2 0.0 0.0
11.
in mm/month 0.0 1.0 3.6 2.9 28.3 11.7 1 12.4 4.2 5.1 0.4 0.0
0.0 0.0 0.0 0.0
in l/s/h 0.00 0 0.01 0.01 0.11 0.04 4 0.05 0.02 2 0 0.00

25. 100. 40. 25. 25.


Irrigated area 0.0 0 0 60.0 75.0 100.0 0 25.0 25.0 0 0 0.0
(% of total area)

Irr.req. for actual 0.0 0.1 0.0 0.0


area 0.00 2 0.01 0.02 0.14 0.04 0 0.19 0.06 8 1 0.00
(l/s/h)                        

B. Pembahasan
Cropwat adalah satu aplikasi yang berfungsi membantu perencanaan irigasi.
CropWat adalah sistem pendukung keputusan yang dikembangkan oleh FAO,
mempunyai fungsi utama untuk menghitung referensi evapotranspirasi, kebutuhan
air tanaman, kebutuhan irigasi tanaman serta untuk mengembangkan jadwal
irigasi dalam berbagai kondisi pengelolaan, skema penyediaan air. CROPWAT
for Windows menggunakan metode Penman-Monteith untuk perhitungan
evapotranspirasi tanaman (Naik et al., 2015). CropWat menghitung kebutuhan air
irigasi baik per bulan hingga per hari atau sebagai kebutuhan pola tanam di daerah
irigasi dalam berbagai tahap perkembangan tanaman selama musim tanam.
Parameter input utama dari program ini adalah data meteorologi, data
pertumbuhan tanaman, dan data tanah (Memon and Jamsa, 2018). Iklim data
diperoleh dari database New LocClim yang menyediakan data rata-rata iklim
bulanan pada 30 tahun (1961-1990) (Zeng et al., 2012). Manfaat CropWat yaitu
untuk menghitung evapotranspirasi acuan, kebutuhan air dan irigasi tanaman,
membuat dan mengembangkan jadwal irigasi serta skema pasokan air pada
kondisi manajemen yang bervariasi, serta untuk memperkirakan produksi pada
lahan kering dan tadah hujan.
CropWat berfungsi untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan
kebutuhan irigasi berdasarkan data iklim dan data tanaman. Program ini
selanjutnya dapat digunakan untuk pengembangan jadwal irigasi pada kondisi
manajemen yang berbeda dan perhitungan skema pemberian air untuk beberapa
pola penanaman. Menurut Smith (1992), CropWat telah mengalami beberapa
pengembangan, sebagai berikut:
1. CropWat 5.6
CropWat versi 5.6 merupakan versi terbaru dari versi sebelumnya dan
mengandung metode yang sudah diperbaiki untuk mengestimasi evapotranspirasi
tanaman yang mengadopsi pendekatan Penman-Monteith yang direkomendasikan
oleh Konsultan Ahli FAO yang diadakan pada Mei 1990 di Roma.
2. CropWat 5.7
CropWat versi 5.7 yang didasarkan versi 5.6 memfasilitasi hubungan
dengan program CLIMWAT, sebuah basis data iklim dari 3261 stasiun dari 144
negara di Asia, Afrika, Eropa Selatan dan Amerika Selatan.
3. CropWat 7.0
a. CropWat for Windows menggunakan grafik dan forms untuk
menampilkan hasil.
b. Dapat menghitung kebutuhan air tanaman untuk 30 jenis tanaman yang
berbeda yang ditanam pada satu bidang lahan.
c. Jadwal irigasi dapat dihitung untuk tiap-tiap petak masing-masing jenis
tanaman dan dalam jangka waktu harian, mingguan atau bulanan.
d. Grafik berwarna maupun monokromatik dapat dicetak dengan
menggunakan Windows Print Manager standar.
e. Menggunakan data klimat bulanan.
4. CropWat 8.0
CropWat 8.0 for Windows adalah sebuah program komputer untuk
menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah,
iklim dan data tumbuhan. Program ini dapat digunakan untuk pengembangan
jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan menghitung skema
pemberian air untuk beberapa pola tanaman. CropWat 8.0 adalah sebuah program
windows berdasarkan versi DOS sebelumnya. Menurut FAO (2015), CropWat 8.0
untuk windows mengandung beberapa fitur dan pembaruan terbaru, yaitu:
a. Perhitungan Eto bulanan, dekade dan harian menggunakan input data klimat.
b. Dapat menggunakan data dari Climwat.
c. Dapat mengestimasi data klimat ketika ada angka yang tidak ada.
d. Perhitungan kebutuhan air tanaman secara dekade dan harian.
e. Perhitungan kebutuhan air tanaman dan penjadwalan irigasi untuk padi sawah
dan padi gogo.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan CropWat. Menurut Prijono (2009)
cit. Shalsabillah et al. (2018), kelebihan dari prangkat lunak CropWat 8 adalah
sebagai berikut:
1. Membantu dalam perhitungan kebutuhan air tanaman dan penjadwalan
pengairan untuk tanaman. Memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk
kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk
berbagai pola tanaman.
2. Mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk menilai kinerja
tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air.
Menurut Prijono (2009) cit. Shalsabillah et al. (2018), kekurangan dari aplikasi
ini adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengguna CropWat akibat keterbatasan keterampilan dan
pengetahuan petani.
2. Keterbatasan bahasa sehingga menghambat pemahaman dan pengopersian
pengguna.
3. Hasil data yang hanya berkisar dua angka di belakang koma sehingga nilai
yang dihasilkan sangat bergantung pada pembulatan yang dilakukan.
Menurut Bhat et.al. (2017), data input yang dibutuhkan untuk software
CROPWAT version 8.0 adalah sebagai berikut:
1. Data iklim, yaitu suhu maksimum dan minimum, kelembapan, kecepatan
angin, dan jam matahari. Data iklim dibutuhkan untuk menghitung ETo.
2. Data hujan, dikumpulkan dari stasiun Agrometeorologi dan diterapkan dalam
perangkat lunak CropWat untuk mendapatkan curah hujan yang efektif.
3. Data tanaman mencakup nama tanaman, tanggal tanam, panen, koefisien
tanaman, Kc, panjang kedalaman perakaran tahap pertumbuhan tanaman,
deplesi dan faktor respon hasil.
4. Data tanah mencakup total lengas tanah yang tersedia, tingkat infiltrasi hujan
maksimum, kedalaman perakaran maksimum, penipisan kelembaban tanah
awal dan kelembaban tanah awal yang tersedia.
Salah satu kegunaan CropWat yaitu untuk mengetahui ketersediaan air
untuk tanaman. Tahapan dalam menjalankan software CropWat untuk mengetahui
ketersediaan air untuk tanaman diawali dengan menginput data iklim, data hujan,
data tanaman, dan data tanah. Data iklim diketahui dengan memasukkan stasiun
yang diinginkan. Selanjutnya, data hujan diperlukan untuk mengetahui curah
hujan dan curah hujan efektif. Setelah data meteorologi diketahui, diperlukan data
tanaman yang digunakan untuk menentukan tanggal panen, koefisien tanaman,
panjang kedalaman perakaran, tahap pertumbuhan, dan deplesi. Data terakhir
yang diperlukan yaitu data soil/tanah. Data tanah yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu medium. Informasi mengenai kebutuhan air irigasi tanaman
dapat dilihat dengan cara memilih opsi menu CWR (Crop Water Requirements)
pada tampilan layar bagian samping kiri. Selain kebutuhan air irigasi, menu
tersebut juga terdapat informasi mengenai Kc, Eto, Etc, dan curah hujan efektif.
Jadwal kebutuhan air tanaman harian dapat dilihat melalui pemilihan opsi menu
Schedule dan pada menu tersebut juga terdapat informasi mengenai jumlah
kehilangan air, lengas tersedia, serta total lengas tanah. Jika ingin menerapkan
sistem tumpangsari, dapat dipilih opsi menu Crop Pattern untuk memperkirakan
tanggal panen serta menu Scheme untuk melihat jadwal serta jumlah kebutuhan
pada masing-masing tanaman.
Langkah tersebut telah sesuai dengan penelitian Prastowo et.al. (2016),
bahwa tahapan untuk mengoperasionalkan CropWat adalah sebagai berikut:
1. Jalankan software CropWat versi 8.0
2. Klik icon climate/ETo
3. Input data klimatologi berupa :
a. Input data country, negara dimana data klimatologi berasal
b. Input data station, stasiun kli-matologi pencatat
c. Input data latitude, tinggi tempat stasiun pencatat
d. Input data longitude, letak lintang (Utara/ Selatan)
e. Input data temperatur maksimum dan minimum (oC/oF/oK)
f. Input data kelembapan relatif (%, mm/ Hg, kpa, mbar)
g. Input data kecepatan angin (km/hari, km/ jam, m/dt, mile/hari, mile/jam)
h. Input data lama penyinaran mata-hari (jam atau %)
i. Otomatis ET terhitung dan hasil langsung tampil.
4. Selanjutnya klik icon Rain
5. Input data curah hujan
a. Data total hujan tiap bulan dari Bulan Januari s/d Desember
b. Pilih dan isikan metode perhitungan, option pilih USDA soil conservation
service (untuk perhitungan palawija).
c. Otomatis curah hujan efektif terhitung dan hasil langsung tampil.
6. Selanjutnya klik icon Crop
7. Input data tanaman (mengambil dari data base FAO), kemudian editing
tanggal awal tanam.
8. Selanjutnya klik icon CWR untuk melihat hasil analisis kebutuhan air
tanaman.
9. Klik icon Crop Pattern untuk menentukan pola tanam
a. Input nama pola tanam pada Cropping Pattern Name
b. Input beberapa data tanaman (mengambil dari data base FAO), kemudian
editing tanggal awal tanam dan persentase luas tanaman
10. Selanjutnya klik Scheme untuk melihat rencana pemberian air irigasinya.
Lokasi stasiun yang digunakan untuk mengoperasikan software CropWat ini
adalah Stasiun Sawahan dengan tiga data komoditas tanaman, yaitu pisang
(banana 1), kedelai (soybean), dan gandum (wheat). Pola tanam yang digunakan
adalah secara polikultur dengan sistem tumpangsari dan menggunakan tanaman
kedelai sebagai tanaman komoditas utama, dilanjutkan dengan komuditas kedua
dan ketiga adalah tanaman pisang dan gandum. Urutan komoditas tersebut dipilih
berdasarkan nilai ekonomi dari tanaman tersebut sehingga kedelai selain memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, tanaman tersebut juga merupakan salah satu komoditas
pangan strategis di Indonesia setelah padi dan jagung.
Hubungan Eto dengan suhu maksimum dan suhu minimum dapat dilihat
berdasarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 2.1 Histogram Hubungan Eto dengan Suhu Maksimum Vs Suhu


Minimum di Stasiun Sawahan

Berdasarkan Gambar 2.1, diketahui bahwa histogram dengan warna biru


menunjukkan temperatur mininum bulanan, sedangkan histogram warna orange
merupakan temperatur maksimum, serta histogram warna merah muda adalah
ETo. Suhu minimum yang paling rendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 18,2oC,
sedangkan suhu maksimum yang paling tinggi terjadi pada bulan Oktober
mencapai 35,7oC. Suhu tertinggi di Stasiun Sawahan diikuti dengan peningkatan
evapotranspirasi yang mencapai nilai maksimum. Histogram ETo pada bulan
September dan Oktober juga mencapai nilai maksimum, yaitu 4,90 mm/hari dan
5,15 mm/hari yang menandakan bahwa pada bulan-bulan tersebut tanaman
memiliki kebutuhan air yang lebih banyak dibanding pada bulan lainnya
dikarenakan kecepatan evapotranspiranya yang paling tinggi dibanding bulan-
bulan lainnya. Adanya evapotranspirasi menyebabkan hilangnya air melalui
penguapan evoporasi dan transpirasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan
temperatur akan sebanding dengan laju evapotranspirasi (Sun et al., 2017).
Apabila terjadi peningkatan suhu, evapotranspirasi akan meningkat, begitupun
sebaliknya.
Hubungan Eto dengan kelembaban relatif dapat dilihat berdasarkan
histogram sebagai berikut:

Gambar 2.2 Histogram Hubungan Eto vs Kelembaban Relatif

Berdasarkan Gambar 2.2, kelembaban relatif mengalami fluktuasi setiap


bulannya. Kelembapan relatif antara bulan Januari-September tampak mengalami
penurunan sampai angka 72% dan mulai terjadi peningkatan kembali pada bulan
Oktober-Desember mencapai 85%. Kelembaban relatif tertinggi dicapai pada
bulan Januari dan Februari sebesar 88%. Eto pada bulan Januari dan Februari
dinilai cukup rendah, yaitu hanya sekitar 4,01 mm/hari dan 4,17 mm/hari. Hal
tersebut telah sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa apabila nilai
kelembaban relatif semakin tinggi maka kandungan air dalam udara akan semakin
tinggi. Kandungan air dalam udara yang tinggi akan membuat suhu di udara
menjadi semakin rendah. Hal tersebut berdampak pada kejenuhan udara akan uap
air sehingga dapat membuat laju evapotranspirasi menurun dan kebutuhan air
tanaman juga relatif sedikit (Yustiana dan Sitohang, 2019).

Hubungan Eto dengan kecepatan angin dapat dilihat berdasarkan histogram


sebagai berikut:

Gambar 2.3 Histogram Hubungan Eto vs Kecepatan Angin

Berdasarkan Gambar 2.3, histogram kecepatan angin ditunjukkan dengan


warna hijau muda. Kecepatan angin di Stasiun Sawahan nampak konstan dari
Januari hingga Desember sebesar 69 km/hari, sedangkan evapotranspirasi
mengalami fluktuasi setiap bulannya. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa laju
evapotranspirasi sebanding dengan kecepatan angin. Angin merupakan faktor
penggerak uap air atau berperan dalam pemindahan uap air. Semakin tinggi
kecepatan angin maka semakin tinggi nilai evapotranspirasi (Nurhayati dan
Aminuddin, 2016). Kecepatan angin yang relatif sama sepanjang tahun tidak akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan kebutuhan air tanaman.
Menurut Soemarto (1986), apabila kecepatan angin semakin tinggi, laju
evapotranspirasi juga semakin tinggi. Sebaliknya, apabila kecepatan angin
semakin rendah, laju evapotranspirasi semakin rendah. Jenis angin yang ada di
Stasiun Sawahan dimungkinkan adalah angin jenuh, sehingga kejenuhan udara
tetap terjaga. Bulan-bulan dengan nilai Eto relatif tinggi, kecepatan angin rata-rata
bulanan juga bernilai tinggi. Hal tersebut berimplikasi pada rendahnya nilai
kelembaban rata-rata bulanan karena semakin besar kecepatan angin, uap angin
yang terbawa pun semakin banyak sehingga dapat mengurangi tingkat kejenuhan
uap air di udara.

Hubungan curah hujan dengan curah hujan efektif dapat dilihat


berdasarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 2.4 Histogram Curah Hujan vs Curah Hujan Efektif

Berdasarkan Gambar 2.4, terlihat bahwa curah hujan dengan intensitas


tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 373 mm dan terus mengalami
penurunan hingga pada bulan Juli. Peningkatan intensitas curah hujan kembali
terjadi pada bulan Agustus dan terus meningkat hingga Desember. Sementara itu,
curah hujan efektif juga mengalami intensitas tertinggi pada bulan Januari yaitu
sebesar 162,3 mm. Curah hujan efektif terus mengalami penurunan atau
peningkatan seiring dengan penurunan atau peningkatan curah hujan bulanan. Hal
ini sesuai dengan penelitian terdahulu. Menurut Wahyuni et.al. (2019), curah
hujan efektif merupakan bagian dari curah hujan yang digunakan oleh akar
tanaman selama masa pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
sehingga naik turunnya intensitas hujan akan sama antara curah hujan bulanan
dengan curah hujan efektif. Curah hujan efektif dapat digunakan sebagai
gambaran untuk memprediksikan neraca air suatu lahan. Apabila nilai curah hujan
efektif semakin kecil maka pemberian air irigasi akan semakin besar. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman yang tidak dapat dipenuhi oleh
curah hujan efektif.

Hubungan Eto dengan lama penyinaran matahari dapat dilihat berdasarkan


histogram sebagai berikut:

Gambar 2.5 Histogram Eto vs Lama Penyinaran Sinar Matahari


Berdasarkan Gambar 2.5, lama penyinaran matahari dan laju
evapotranspirasi mengalami fluktuasi setiap bulannya. Penyinaran sinar matahari
pada bulan Januari-Oktober mengalami peningkatan kecuali pada bulan April ke
Mei yang mengalami penurunan. Penurunan penyinaran matahari juga terjadi
mulai bulan Oktober-Desember. Penyinaran matahari terlama terjadi pada bulan
Agustus hingga Oktober yaitu selama 9,1 jam, sedangkan penyinaran terpendek
terjadi pada bulan Januari selama 5,9 jam. Penyinaran matahari sangat
dipengaruhi oleh terjadinya hujan. Semakin sering terjadi hujan maka lama
penyinaran matahari relatif semakin kecil. Lamanya penyinaran matahari diiringi
dengan peningkatan laju evapotranspirasi pada bulan Agustus, September, hingga
puncaknya pada bulan Oktober yaitu sebesar 5,15 mm/hari. Hal ini telah sesuai
dengan penelitian terdahulu. Menurut Sagita et.al. (2020) bahwa evapotranspirasi
tanaman akan meningkat sesuai dengan peningkatan durasi lama penyinaran
matahari yang terjadi. Peningkatan ini terjadi akibat kenaikan suhu permukaan
serta nilai kelembaban yang turun sehingga mengakibatkan semakin banyak uap
air terangkat ke atmosfer.

Hubungan Eto dengan radiasi matahari dapat dilihat berdasarkan histogram


sebagai berikut:

Gambar 2.6 Histogram Eto vs Radiasi Matahari

Berdasarkan Gambar 2.6, radiasi panas matahari dan laju evapotranspirasi


mengalami fluktuasi setiap bulannya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa rerata
radiasi panas matahari tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 23,8
MJ/m2/hari, sedangkan untuk rerata radiasi panas matahari terkecil terjadi pada
bulan Juni yaitu sebesar 18,7 MJ/m2/hari. Pengaruh radiasi panas matahari
terhadap Eto adalah melalui proses fotosíntesis. Tanaman memerlukan sirkulasi
air melalui sistem akar lalu batang dan dialirkan ke daun. Sirkulasi perjalanan air
dari perakaran menuju daun dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi
panas matahari terhadap vegetasi tersebut. Semakin tinggi radiasi matahari maka
laju evapotranspirasi akan semakin besar. Hal tersebut telah sesuai dengan teori.
Menurut Soemarto (1986), apabila radiasi matahari semakin tinggi, maka akan
mengakibatkan laju evapotranspirasi juga semakin tinggi. Sebaliknya, apabila
radiasi matahari sinar matahari semakin rendah, maka akan mengakibatkan laju
evapotranspirasi juga semakin rendah.
Histogram kebutuhan air tanaman pada pola tanam tumpangsari kedelai, pisang,
dan gandum dapat dilihat pada Gambar 2.7 sebagai berikut:

Gambar 2.7 Histogram CropWater Requirement (CWR)

Berdasarkan gambar 2.7 maka dapat diketahui histogram CWR yang


berwarna hijau tua menunjukkan Etc sedangkan diagram berwarna biru tua
menunjukan kebutuhan air yang diperlukan. Gambar tersebut menunjukkan pola
penanaman secara tumpangsari antara kedelai, pisang, dan gandum dengan
persentase area yaitu 60%:25%:15%. Kebutuhan air tanaman pada komoditas
utama kedelai terjadi pada awal penanaman, yaitu bulan Maret dasarian II dengan
kebutuhan irigasi sebesar 3,5 mm/dec. Tanaman kedelai pada bulan Maret
dasarian III tidak memerlukan tambahan air irigasi pada penanamannya dalam
artian pada dasarian tersebut, tanaman kedelai masih memiliki cukup air.
Tanaman kedelai mulai memerlukan air irigasi dari bulan April dasarian III
sebesar 4,8 mm/dec dan terus meningkat pada bulan Mei dasarian I sebesar 9,3
mm/dec, Mei dasarian II sebesar 12,6 mm/dec, Mei dasarian III sebesar 17,7
mm/dec, Juni dasarian I sebesar 2,1 mm/dec, dan Juni dasarian II sebesar 1,7
mm/dec.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rahmianna (2002), bahwa dalam
penanaman kedelai sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Penanaman saat MK I
sekitar bulan Maret dasarian II sebenarnya dapat dilakukan dengan catatan bahwa
kedelai masih memperoleh cukup air dari hujan pada awal pertumbuhan yaitu
pada bulan Maret awal dan pengairan hanya dilakukan pada pertengahan atau
akhir fase generatif tanaman. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari biaya
pengairan yang tinggi. Memasuki fase akhir menjelang panen yang terjadi pada
bulan Juni justru terjadi kekurangan air sehingga perlu ditambahkan air dari
irigasi. Hal tersebut dilakukan agar ketersediaan air untuk tanaman dapat selalu
terjaga. Ketersediaan air pada musim hujan tidak menjadi masalah dan sebaiknya
dilakukan upaya konservasi air. Kelebihan air pada bulan-bulan basah perlu
dikelola melalui sistem drainase yang baik karena adanya penggenangan air akan
mengganggu sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman.
Jadwal pemberian air irigasi untuk penanaman tumpangsari kedelai,
pisang, dan gandum dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 2.8 Grafik Jadwal Irigasi Tanaman Kedelai


Garis-garis berwarna merah menunjukan depression atau kehilangan air
atau penurunan kadar air, sedangkan garis coklat menunjukkan RAM (Readily
Available Moisture) dan garis hijau menunjukkan TAM (Total Available
Moisture). RAM merupakan persentase dari total lengas tanah tersedia (TAM)
dimana evapotransirasi aktual (Eta) masih sama dengan evapotranspirasi potensial
(Etm). TAM merupakan perbedaan lengas tanah antara kapasitas lapang dan titik
layu yang dinyatakan dengan satuan mm/m. Initial soil moisture depletion (%
TAM) menunjukkan tingkat kekeringan tanah pada awal tanam (Doorenboos and
Kassam, 1979).
Berdasarkan grafik pada Gambar 2.8, dapat diketahui jadwal irigasi untuk
tanama kedelai. Arti grafik tersebut adalah apabila depression semakin mendekati
RAM maka irigasi yg diperlukan semakin besar. Grafik mulai dari awal
penanaman hingga semakin ke kanan atau mendekati panen maka semakin besar
kebutuhan irigasinya. Bagian sebelah kanan menunjukkan grafik depression yang
tinggi dan mendekati RAM sehingga membutuhkan irigasi agar tanaman tersebut
tidak layu dan mati. Grafik RAM pada bagian awal tanaman setelah ditanam
masih menunjukkan angka ketersediaan lengas tanah yang banyak. Berdasarkan
data tabel jadwal irigasi tanaman harian, defisit air paling tinggi terjadi pada
tanggal 2 bulan Juni sebesar 43,3 mm dengan kedalaman kebutuhan irigasi
sebesar 15%. Evapotranspirasi aktual (Eta) pada bulan Maret adalah yang paling
rendah yaitu sebesar 1,7 mm/hari, sedangkan Eta pada bulan April paling tinggi
yaitu sebesar 4,6 mm/hari bahkan hingga sampai panen pun pada bulan Juni,
masih dibutuhkan irigasi dikarenakan evapotranspirasi aktual itu tetap terjadi
sebesar 2,7 mm/hari dan tingkat depression juga semakin tinggi.
Kebutuhan air untuk setiap tanaman dan pengairan bisa dilakukan
berdasarkan jadwal irigasi. Selain itu, skema perencanaan pemberian air irigasi
juga sangat penting untuk memprediksi total kebutuhan air tiap komoditasnya
dikarenakan semakin hari semakin berkurang pula ketersediaan air dari sumber air
hujan. Skema irigasi untuk. Skema tersebut menggambarkan kebutuhan tanaman
tertentu pada setiap bulannya untuk dilakukan pengairan dengan debit sekian dan
lahan pada komoditas apa yang hendak dilakukan pemberian air irigasi.
Ada beberapa parameter beserta satuan yang ditampilkan pada skema
irigasi tanaman. Tingkat defisit presipitasi menunjukkan seberapa banyak
tambahan air yang diperlukan tanaman dengan irigasi. Ukuran kebutuhan irigasi
dinyatakan dalam mm/day atau millimeter per hari, mm/month atau millimeter per
bulan, dan l/s/h atau liter per detik per hektar. Satuan mm/hari digunakan untuk
mengetahui keperluan air irigasi harian untuk pengolahan lahan; satuan mm/bulan
digunakan dalam menghitung kebutuhan irigasi bulanan dibandingkan dengan
banyaknya curah hujan ET tanaman yang umumnya satuannya juga berupa
mm/bulan; dan besarnya irigasi dalam satuan l/s/h atau besarnya debit air per
hektar menunjukkan seberapa besar kebutuhan pengambilan air irigasi dari
sumber.
Berdasarkan tabel skema irigasi, mulai bulan Februari perlu dilakukan
pengairan tambahan pada lahan yang akan ditanami tanaman pisang dengan area
irigasi 25%, sedangkan pada tanaman komoditas utama yaitu kedelai belum
membutuhkan pengairan tambahan, begitu pula gandum. Memasuki bulan Maret,
perlu dilakukan pemberian air irigasi pada 100% lahan yang ditanami ketiga
komoditas tersebut. Pisang mengalami defisit air hujan sebesar 4,4, kedelai
sebesar 3,5, dan gandum sebesar 2,6. Irigasi dapat diberikan dengan debit 0.01
l/s/h.
Memasuki bulan April, diperlukan pengairan tambahan untuk tanaman
utama kedelai dengan luasan lahan 60%. Budidaya kedelai pada bulan April
mengalami defisit air hujan dan irigasi sebelumnya sebesar 4,8. Debit yang
diperlukan ntuk mengairi 60% lahan tersebut sebesar 0,01 l/s/h.
Memasuki bulan Mei, diperlukan pengairan tambahan untuk tanaman utama
kedelai dan gandum dengan luasan lahan 75%. Budidaya kedelai dan gandum
pada bulan Mei mengalami defisit air hujan dan irigasi sebelumnya sebesar 39,7
untuk kedelai dan 29,8 untuk andum. Debit yang diperlukan untuk mengairi 75%
lahan tersebut sebesar 0,11 l/s/h.
Memasuki bulan Juni, diperlukan pengairan tambahan ketiga komoditas
tanaman dengan luasan lahan 100%. Ketiga komoditas pada bulan Juni
mengalami defisit air hujan dan irigasi sebelumnya sebesar 1,1 untuk pisang, 3,9
untuk kedelai, dan 60,1 untuk gandum. Debit yang diperlukan untuk mengairi
100% lahan tersebut sebesar 0,04 l/s/h.
Memasuki bulan Juli, diperlukan pengairan tambahan untuk lahan pisang
dan gandum dengan luas lahan 40%. Kedua komoditas pada bulan Juli mengalami
defisit air hujan dan irigasi sebelumnya sebesar 28,3 untuk pisang dan 27,1 untuk
gandum. Debit yang diperlukan untuk mengairi 40% lahan tersebut sebesar 0,04
l/s/h.
Memasuki bulan Agustus hingga bulan November, hanya diperlukan
pengairan tambahan pada lahan pisang saja dengan luas lahan 25%. Hal tersebut
dikarenakan untuk komoditas kedelai dan gandum sudah dipanen pada bulan Juni-
Juli. Komoditas pisang pada bulan Agustus-November secara beruturut-turut
mengalami defisit air hujan dan irigasi sebelumnya sebesar 49,8;16,7;20,2;1,4.
Bulan Desember tanaman pisang tidak memerlukan air irigasi dikarenakan pada
bulan tersebut telah terjadi hujan dan air hujan tersebut dapat mencukupi
kebutuhan air tanaman pisang seluas 25%. Debit yang diperlukan untuk mengairi
25% lahan pisang tersebut sebesar 0,25 l/s/h. Kemudian, berdasarkan hasil
analisis dengan aplikasi CropWat, Irigasi untuk area aktual yang perlu dilakukan
yaitu sebesar 0,02 l/s/h pada bulan Februari; 0,01 l/s/h pada bulan Maret; 0,02
2/s/h pada bulan April; 0,14 l/s/h pada bulan Mei; 0,04/s/h bulan Juni; 0,10 l/s/h
pada bulan Juli; 0,19 l/s/h pada bulan Agustus; 0,06 l/s/h pada bulan September;
0,08 l/s/h pada bulan Oktober; 0,01 l/s/h pada bulan November.
Skema irigasi pada CropWat dapat digunakan untuk memprediksi total
kebutuhan air. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, potensi penanaman
tumpangsari antara kedelai, pisang, dan gandum dengan kedelai sebagai
komoditas utamanya terlihat tidak cukup efektif untuk dilakukan di bulan Maret
atau awal mendekati mulainya musim kemarau. Kebutuhan penambahan air untuk
tanaman dari irigasi cukup besar. Hal tersebut tidak cukup efektif bagi keuangan
petani atau kelompok pengelola air pertanian karena akan membutuhkan biaya
yang lebih untuk pengairan. Rekomendasi bagi petani bahwa mungkin akan lebih
baik ketika komoditas tersebut tidak ditanam secara bersamaan sehingga air
tercukupi untuk komidtas tertentu saja. Jika akan dilakukan penanaman secara
tumpangsari, alangkah lebih baik untuk memanam tanaman pendukung selain
pisang dan gandum dikarenakan kebutuhan air kedua komoditas tersebut cukup
besar. Jika ingin tetap menanam secara tumpangsari pada ketiga komoditas, akan
lebih baik jika dilakukan pada awal musim hujan atau hingga perkiraan air hujan
tersebut dapat mencukupi hingga pada pengairan saat mendekati panen.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, tanaman gandum lebih cocok ditanam
secara monokultur atau dengan pola rotasi (Aqila et.al., 2013).
III. PENUTUP

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa


CropWat dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan jadwal
irigasi dalam hal ini adalah pola penanaman tumpangsari tanaman kedelai
(komoditas utama), pisang, dan gandum dengan menentukan kebutuhan air tanam
melalui histogram dan data CWR, sedangkan jadwal irigasi dapat dilihat pada
skema dan jadwal irigasi tanaman. Kebutuhan air setiap jenis komoditas berbeda-
beda selama pertumbuhan sesuai fase tanaman. Berdasarkan hasil analisis dengan
aplikasi CropWat, Irigasi untuk area aktual yang perlu dilakukan yaitu sebesar
0,02 l/s/h pada bulan Februari; 0,01 l/s/h pada bulan Maret; 0,02 2/s/h pada bulan
April; 0,14 l/s/h pada bulan Mei; 0,04/s/h bulan Juni; 0,10 l/s/h pada bulan Juli;
0,19 l/s/h pada bulan Agustus; 0,06 l/s/h pada bulan September; 0,08 l/s/h pada
bulan Oktober; 0,01 l/s/h pada bulan November.
DAFTAR PUSTAKA

Aqil, M., M. Yasin, dan A, H. Talanca. 2013. Kesesuaian lahan dan pengelolaan
air pada tanaman gandum. <balitsereal.litbang.pertanian.go.id>. Diakses
pada tanggal 22 Maret 2021.
Bhat, S. A., B. A. Pandit, J. N. Khan, R. Kumar and R. Jan. 2017. Water
requirements and irrigation scheduling of maize crop using cropwat
model. International Journal of Current Microbiology and Applied
Sciences. 6 (11): 1662-1670.
Doorenboos, J. and A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO, Rome.
FAO. 2015. CropWat.
<www.fao.org/nr/water/inforces_database_CropWat.html>. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2021.
Memon, A. V. and S. Jamsa. 2018. Crop water requirement and irrigation
scheduling of soybean and tomato crop using cropwat 8.0. International
Research Journal of Engineering and Technology. 5(9) : 669-671.
Naik, B.R., T.H. Latha, C.M. Babu. 2015. Command area development by using
FAO Cropwat 8.0 model and impact of climate change on crop water
requirement-a case study on Araniar reservoir basin (Pichatur dam).
International Journal of Applied Research 1(13): 142-155.
Nurhayati, N., dan J. Aminuddin. 2016. Pengaruh kecepatan angin terhadap
evapotranspirasi berdasarkan metode penman di kebun stroberi
purbalingga. Elkawnie. 2(1): 21-28.
Prastowo, D.R., T.K. Manik, dan R.A.B. Rosadi. 2016. Penggunaan model
cropwat untuk menduga evapotranspirasi standar dan penyusunan neraca air
tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) di dua lokasi berbeda. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung 5(1): 1-12.
Rahmianna, A.A. 2002. Pengelolaan air pada budidaya kedelai di Lahan Sawah
Tanah Vertisol. Buletin Palawija 4: 58-66.
Sagita, D., Oksana, dan T. Septirosya. 2020. Estimasi kebutuhan air irigasi padi
(Oryza sativa L.) di desa koto perambahan kecamatan kampar timur
berdasarkan model software cropwat 8.0. Jurnal Agroteknologi : 11(1) : 17-
24.
Shalsabillah, H., K. Amri, dan G. Gunawan, 2018. Analisis kebutuhan air irigasi
menggunakan metode cropwat version 8.0. Inersia: Jurnal Teknik
Sipil. 10(2): 61-68.
Smith, M. 1992. CropWat, A Computer Program For Irrigation Planning And
Management. FAO, Rome.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
Sun, S., C. Zhang, X. Li, T. Zhou, Y. Wang, P. Wu and H. Cai. 2017. Sensitivity
of crop water productivity to the variation of agricultural and climatic
factors: A study of Hetao irrigation district, China. Journal of Cleaner
Production. 142: 2562-2569.
Wahyuni, S., D. R. Kendarto, dan N. Bafdal. 2019. Kajian kebutuhan air irigasi
tanaman jagung (Zea mays L.) berdasarkan KP-01 dan metode thornthwaite-
mather. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian. 3(2): 50-57.
Yustiana, F. dan G. A. Sitohang. 2019. Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk
irigasi di indonesia. RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil. 5(2) : 39-49.
Zeng, Z., J. Liu, P.H. Koeneman, E. Zarante, and A.Y. Hoekstra. 2012. Assessing
water footprint at river basin level: a case study for the Heihe River Basin in
northwest China. Hydrol. Earth Syst. Sci. 16: 2771-2781.
LAMPIRAN
A. Langkah-langkah dalam Pengoperasian Software CropWat
1. File Climwat 2.0 for Cropwat V2.0 dimasukkan dalam satu file asal instalan
Aplikasi Software Cropwat

2. Aplikasi Cropwat dibuka hingga muncul tampilan seperti berikut


3. Klik menu climate/Eto pada samping layar hingga muncul gambar seperti
berikut

4. Klik opsi “Open”, lalu pilih stasiun yang telah ditentukan “ Sawahan”
5. Klik open hingga muncul hasil data ETo seperti berikut.

6. Klik menu “Rain” pada samping layar hingga muncul tampilan dialog seperti
berikut
7. Klik menu “Open”, lalu pilih stasiun “Sawahan” hingga muncul gambar
seperti berikut.

8. Klik open hingga muncul data Rain seperti berikut.


9. Klik menu “Crop” yang ada di samping layar hingga muncul tampilan seperti
berikut.

10. Klik menu “Open” lalu pilih folder FAO dan klik open. Pilih komoditas
tanaman yang telah ditentukan, yaitu komoditas tanaman pisang (Banana 1),
kedelai (Soybean), dan gandum (Wheat) hingga muncul gambar seperti
berikut.
a. Crop Banana 1
b. Crop Soybean

c. Crop Wheat

11. Klik open pada masing-masing komoditas hingga muncul data seperti berikut
a. Crop Banana 1
b. Crop Soybean
c. Crop Wheat

12. Klik data “Soil” pada menu di samping layar hingga muncul tampilan seperti
berikut.
13. Klik menu “Open”  pilih file FAO  Pilih MEDIUM.SOI

14. Klik open hingga muncul data hasil seperti berikut.

15. Pengecekan kebutuhan air tanaman atau CWR dengan memilih menu “CWR”
yang ada di samping layar untuk melihat kebutuhan irigasi tanaman.
Pemilihan komoditas kedelai dikarenakan merupakan komoditas yang akan
dianalisis menjadi komoditas utama, sehingga muncul tampilan seperti
berikut.
Note: Irr. Req merupakan data kebutuhan irigasi pada tanaman kedelai
16. Klik menu “Schedule” untuk melihat jadwal irigasi untuk tanaman kedelai
hingga muncul tampilan seperti berikut.
17. Klik pada table formatklik opsi daily soil moisture balance untuk
mengetahui jadwal irigasi kedelai per harinya, hingga muncul tampilan seperti
berikut.

18. Penentuan jadwal irigasi terlebih dahulu harus mengetahui pola


penanamannya, baik secara tumpangsari/tumpang gilir. Penentuan pola tanam
dapat dicek melalui langkah klik menu “Crop Pattern” hingga muncul
tampilan seperti berikut.
19. Setelah itu, data kolom dialog “crop file” diisi sesuai dengan komoditas yang
ditentukan yang dalam praktikum ini adalah Banana 1, Soybean, dan Wheat.
Cropping pattern name diisi dengan tumpangsari dan planting date ditulis
dalam satu waktu tanggal penanaman (karena tumpangsari). Persenan Area
ditentukan besarannya berdasarkan jenis komoditas utama dan komoditas
sampingan. Kedelai menjadi pilihan komoditas utama karena merupakan
komoditas dengan nilai ekonomi tinggi dan merupakan komoditas pangan
strategis di Indonesia, setelah itu baru komoditas pisang dan gandum. Dengan
demikian, persenan mengikuti urutan komoditas yang ditanam. Tampilan
pengisian akan muncul seperti berikut.
20. Klik menu “Scheme” pada tampilan samping layar untuk mengetahui skema
irigasi, hingga muncul tampilan seperti berikut.

21. Klik menu “Climate/ETo”  pilih “Chart”, lalu muncul tampilan histogram
ETo seperti berikut.
22. Ceklist pada bagian sunshine dan bar serta ETo dan bar untuk melihat
histogram antara lama penyinaran vs ETo

23. Ceklist pada bagian radiaton dan bar serta ETo dan bar untuk melihat
histogram antara radiasi vs ETo
24. Ceklist pada bagian rain dan bar serta eff. rain dan bar untuk melihat
histogram antara curah hujan vs curah hujan efektif

25. Ceklist pada bagian ETo dan bar, Min Temp. dan bar, seta Max Temp. dan
bar, untuk melihat histogram antara suhu minimum, suhu maksimum, dan
ETo.
26. Ceklist pada bagian humidity dan bar serta ETo dan bar untuk melihat
histogram antara ETo dan kelembaban

27. Ceklist pada bagian wind dan bar serta ETo dan bar untuk melihat histogram
antara ETo dan kecepatan angin.
28. Klik “CWR”ChartCeklist Et crop, bar, dan irrigation requirement untuk
melihat histogram kebutuhan air tanaman/Cropwater Requirement (CWR)

29. Klik “Schedull”Chart untuk melihat schedule/grafik perbandingan kadar


lengas tanah yang tersedia dengan kadar lengas total.
1. Screenshoot Jurnal

Anda mungkin juga menyukai