Anda di halaman 1dari 9

LABORATORIUM KOMPUTER Waktu : 07.00 10.

00
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Februari 2017

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI TANAMAN KACANG


TANAH DI DAERAH KUPANG DENGAN MENGGUNAKAN
APLIKASI CROPWAT

Kelompok 1
Nama Anggota :
Virssa Noperissa (F44140014)
Afrazofri (F44140023)
Ariyanto Nugraha (F44140028)
Elsy Gustika Buana (F44140047)
Titon Sadewa (F44140053)
Rashif Mulia (F44140086)

Nama Dosen : Sutoyo, S.TP, M.Si

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan suatu negara dengan kepadatan penduduk
terbesar di dunia. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan berdampak pula pada
pembangunan struktur dan infrastruktrur yang semakin banyak. Selain itu,
pertambahan penduduk juga akan memberikan dampak ada meningkatnya
kebutuhan akan bahan pangan. Beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah
dengan curah hujan yang rendah. Curah hujan yang rendah pada suatu daerah akan
menyebabkan daerah tersebut kekurangan air bahkan menjadi daerah yang
mengalami kekeringan.
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting dalam kelangsungan hidup
semua makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri,
perikanan, pertanian, dan usaha-usaha lainnya. Dalam penggunaan air sering terjadi
kurang hati-hati dalam pemakaian dan pemanfaatannya sehingga diperlukan upaya
untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air melalui
pengembangan, pelestarian, perbaikan, dan perlindungan. Dalam pemanfaatan air
dalam bidang pertanian, Pemerintah Indonesia melakukan usaha pembangunan di
bidang pengairan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan serta pengembangan
wilayah yanng bertujuan agar dapat langsung dirasakan oleh masyarakat dalam
emmenuhi kebutuhan air (Priyonugroho 2014).
Dalam memenuhi kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan air di
persawahan, sistem irigasi dan bangunan bendung harus didirikan untuk memenuhi
kebutuhan air tersebut. Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut dengan
kebutuhan air irigasi. Irigasi diartikan sebagai usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembangunan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Tujuan irigasi adalah untuk memananfaatkan air irigasi yang tersedia secara baik
dan benar yaitu seca efisien dan efektif agar produktivitas pertanian dapat
meningkat sesuai dengan yang diharapkan (Prastowo dan Manik 2016).
Air irigasi di Indonesi umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah, dan
sistem pasang surut. Salah satu usaha peningkatan produksi pangan adala
tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air
yang diperlukan pada areal irigasi besarnya bervariasi sesuai dengan keadaan.
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan evaporasi, kehilangan air, dan kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi
air tanah. Besarnya kebutuhan air irigasi juga bergantung pada cara pengolahan
lahan (Musa 2012).
Air sangat dibutuhkan sejak awal pertumbuhan dan pada saat pengisian biji.
Oleh sebab itu, ketersediaan air merupakan faktor pembatas yang paling
menentukan pada usaha tani lahan kering. Tidak semua lahan dapat ditanami
sepanjang tahun karena kemampuannya memanfaatkan air tanah terbatas, walaupun
faktor tanah dan potensi biologisnya memungkinkan atau tanamannya peka
terhadap cekaman kekeringan (Musa 2012). Jumlah kebutuhan air memiliki
hubungan yang sangat erat dengan evapotranspirasi tanaman (ETc) dan curah hujan
(CH) efektif. Jika curah hujan efektif lebih besar daripada evepotranspirasi
tanaman, maka kebutuhan air tercukupi. Sebaliknya, jika jumlah curah hujan lebih
rendah daripada evepotranspirasi tanaman, maka kebutuhan air tidak tercukupi
(Rizqiyah 2013).
Curah hujan pada masing-masing daerah berbeda-beda sesuai dengan letak
geografis dari daerah tersebut. Selain itu, tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh
di semua daerah di Indonesia. Perbedaan tersebut menyebabkan perlunya
pengetahuan atau analisa mengenai kebutuhan air irigasi untuk masing-masing jenis
tanaman pada masing-masing daerah di Indonesia berdasarkan data iklim, misalnya
curah hujan, temperatur minimum atau maksimum, penyinaran matahari, dan lain
sebagainya. Aanalisis mengenai kebutuhan air irigasi tersebut dilakukan untuk
mengetahui banyaknya kebutuhan air pada tanaman rencana dan juga untuk
memperkirakan waktu yang tepat untuk mulai menanam tanaman tersebut. Analisis
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software Cropwat yang
dapat mengetahui kebutuhan air irigasi yang diperlukan berdasarkan data-data iklim
masing-masing daerah.

METODOLOGI
Praktikum mengenai analisis kebutuhan air irigasi dengan menggunakan
aplikasi Cropwat dilakukan pada hari Selasa tanggal 14 Februari 2017 di
Laboratorium Komputer Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor. Metode yang digunakan yaitu analisis dengan menggunakan data
sekunder dan dengan menggunakan software Cropwat. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu data mengenai iklim darah Kupang selama sepuluh tahun dirata-
ratakan dengan menggunakan software Microsoft Excel. Kemudian, data tersebut
dimasukan ke dalam aplikasi Cropwat berdasarkan data yang diperlukan untuk
analisa, seperti data temperatur minimum, temperatur maksimum, kelembaban,
kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Selain data-data tersebut, data mengena
ketinggian danletak geografis daerah Kupang juga dimasukkan untuk keperluan
analisis kebutuhan air irigasi yang ingin didapatkan. Data-data tersebut dimasukan
untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi acuan (ETo) .Langkah kedua yaitu data
curah hujan rata-rata di Kupang selama sepuluh tahun. Data tersebut dumasukan
untuk mendapatkan besarnya curah hujan efektif (eff Rain). Langkah ketiga yaitu
data jenis tanaman dan waktu penanaman yang diiginkan dimasukan pada kolom
yang tersedia untuk medapatkan waktu panen sesuai dengan waktu tanam tersebut.
Langkah terakhir yaitu jenis tanah dipilih sesuai dengan daerah yang ingin
dianalisis kebutuhan air irigasinya. Kemudian, data mengenai kebutuhan air irigasi
dari tanaman tersebut dapat diketahui dari awal tanaman hingga panen. Kebutuhan
air irigasi pada masing-masing bulan dan masa pertumbuhan tanaman berbeda-beda
sesuai dengan intensitas hujan pada waktu tersebut.
Prosedur praktikum analisis kebutuhan air irigasi untuk tanaman kacang
tanah di Kupang disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Data iklim daerah Kupang selama sepuluh tahun dirata-ratakan

Data iklim yang telah dirata-ratakan dimasukan ke dalam


Cropwat untuk mendapatkan nilai ETo

Nilai curah hujan rata-rata di Kupang dimasuka untuk


mendapatkan curah hujan efektif

Jenis tanaman dan waktu tanam yang diinginkan diisi pada kolom
yang ada pada Cropwat untuk mendapatkan waktu panen

Jenis tanah di Kupang dimasukan

Besarnya air irigasi diperoleh berdasarkan semua data yang telah


dimasukan

Selesai

Gambar 1 Prosedur praktikum analisis kebutuhan air irigasi kacang tanah di


Kupang

HASIL DAN PEMBAHASAN


Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis (Sosrodarsono dan
Takeda 2003). Besarnya kebutuhan air irigasi tanaman dapat diketahui dengan
menggunakan aplikasi Cropwat. Cropwat adalah decision support system yang
dikembangkan oleh Divisi Land and Water Development FAO berdasarkan
meroden Penman-Monteith untuk merencanakan dan mengatur irigasi. Cropwat
dimaksudkan sebagai alat yang praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi
standar, kebutuhan air tanaman, dan pengaturan irigasi tanaman. Dari beberapa
studi, model Penmann-Monteith memberikan pendugaan yang akurat sehingga
FAO merekomendasikan penggunaannya untuk pendugaan laju evapotranspirasi
standar dalam menduga kebutuhan air bagi tanaman (Tumiar dan Agus 2012).
Analisis mengenai kebutuhan air irigasi dilakukan dengan menggunakan data
iklim selama sepuluh tahun pada daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan
tanaman yang dipilih yaitu tanaman kacang tanah. Hasil analisis menggunakan
aplikasi Cropwat adalah sebagai berikut :
1. Data hasil perhitungan Evapotranspirasi acuan (ETo) dengan memasukan rata-
rata setiap sepuluh tahun dari lima variabel perhitungan, diantaranya :
- Temperatur Minimum
- Temperatur Maksimum
- Lama Penyinaran
- Kelembaban
- Kecepatan Angin

Hasil perhitungan evapotranspirasi acuan (ETo) untuk daerah Kupang rata-


rata sebesar 4.26 mm/hari, sedangkan radiasi matahari rata-rata didapatkan sebesar
22.5 MJ/m2/hari. Besarnya evapotranspirasi standar sangat dipengaruhi oleh
keadaan iklim pada daerah tersebut. Keadaan iklim seperti yang terdapat pada
masing-masing tabel tersebut merupakan rata-rata dari data sepuluh tahun yang
tercatat oleh BMKG stasiun cuaca daerah Kupang. Data-data tersebut harus lengkap
agar aplikasi Cropwat dapat menghitung besarnya evapotranspirasi acuan (ETo)
dan besarnya radiasi matahari. Metode dengan menggunakan Penmann-Monteith
hanya dapat dilakukan apabila semua data iklim diketahui, seperti kelembaban,
temperatur maksimum, temperatur minimum, kecepatan angin, dan sinar matahari.

2. Data Hasil Pehitungan rata-rata Curah Hujan selama sepuluh tahun per
bulannya.

Hasil perhitungan curah hujan efektif didapatkan dari data curah hujan rata-
rata sepuluh tahun di Kupang. Besarnya curah hujan efektif yang terjadi di Kupang
selama satu tahun yaitu sebesar 1273.1 mm, sedangkan curah hujan berdasarkan
data yang diperoleh yaitu sebesar 1591.4 mm. Perbedaan nilai tersebut disebabkan
oleh curah hujan efektif merupakan cuurah hujan perkiraan yang efektif terjadi pada
daerah Kupang setiap bulannya dan nilainya diperkirakan lebih rendah daripada
nilai curah hujan hasil pengukuran.

3. Data tanaman yang akan ditanam di Kupang, Nusa Tenggara Timur


Tanaman kacang tanah dipilih karena mengingat daerah kupang mempunyai
curah hujan yang cukup rendah dan tanaman kacang tanah dianggap cocok untuk
ditanam di daerah dengan karakteristik seperti daerah Kupang. Waktu tanam yang
direncanakan yaitu pada tanggal 21 Februari 2017. Berdasarkan jenis tanaman dan
waktu tanam, nilai faktor tanaman (Kc) sebesar 0.40 pada masa awal tanaman, Kc
sebesar 1.15 pada masa pertumbuhan, pertengahan musim, dan akhir musim, serta
nilai Kc sebesar 0.60 pada akhir masa tanam. Sedangkan, masa tanam total yaitu
sebesar 110 hari dengan rincian 20 hari awal tanam, 30 hari pertumbuhan tanaman,
35 hari pertengahan musim, dan 25 hari akhir musim. Selain itu, hasil analisis
berdasarkan jenis tanaman dan waktu tanam juga didapatkan data berupa
kedalaman akar tanaman kacang tanah. Kedalamam akar awal yaitu sebsar 0.3
meter hingga mencapai 0.8 meter pada akhir musim.

4. Jenis tanah yang digunakan

Pada kesempatan kali ini kami memilih jenis tanah berupa Red Sandy. Di
balik tanah Red Sandy dapat di cari didaerah NTT bahkan jenisnya pun sama
dengan jenis pasir tanah dan cocok bila digunakan untuk menanam kacang tanah.
Setelah data jenis tanah dimasukan, hasil analisis berupa total kelembaban tanah
yang tersedia yaitu sebesar 100 mm/meter, infiltrasi maksimum sebesar 30
mm/hari, kedalaman akar maksimum sebesar 900 cm, penipisan kelembaban tanah
awal sebesar 0%, dan kelembaban tanah awal yang tersedia yaitu tetap sebesar 100
mm/ meter. Masing-masing hasil analisis tersebut tergantung pada jenis tanah pada
masing-masing daerah.

5. Hasil analisis kebutuhan air irigasi tanaman kacang tanah di Kupang


Hasil analisis kebutuhan air irigasi tanaman didapatkan sesuai dengan data-
data yang telah dimasukan pada langkah sebelumnya. Irrigation requirement atau
keperlua irigasi menunjukkan banyaknya air yang harus diberikan atau air yang
diperlukan oleh tanaman dari awal pertumbuhan hingga panen. Selain itu, hasil
analisis yang didaptkan juga berupa Evapotranspirasi tanaman (ETc) per decade
dan effective rain atau curah hujan efektif per decade.
Hasil analisis atau perhitungan menunjukkan bahwa total pemberian air
irigasi yang dibutuhkan selama masa tanam dari bulan Februari hingga bulan Juni
yaitu sebesar 246.5 mm/decade. Pemberian air irigasi pada awal masa tanam yaitu
bulan Februari hingga bulan Maret sebesar 0 mm/decade. Artinya, bulan-bulan
tersebut merupakan waktu ketika curah hujan dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman kacang tanah sehingga tidak membutuhkan air irigasi. Sedangkan,
pemberian air irigasi dimulai pada bulan April hingga bulan Juni. Pemberian air
irigasi tertinggi terjadi pada bulan Mei disebabkan pada bulan tersebut curah hujan
sangat rendah bahkan tidak ada hujan yang turun pada daerah Kupang sehingga air
irigasi diperlukan untuk mengairi tanaman kacang tanah.
Evapotranspirasi tanaman (ETc) juga menunjukkan perubahan yang semakin
meningkat di setiap bulannya, tetapi mengalami penurunan kembali pada bulan
Juni. Hal tersebut disebabkan oleh musim hujan yang terjadi pada bulan Februari
hingga bulan Maret dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga ETc
juga rendah. Namun, pada bulan April hingga bulan Mei mengalami peningkatan
secara signifikan disebabkan oleh sinar matahari yang panas akibat musim kemarau
sehingga evapotranspirasi tanaman juga semakin tinggi. Pada bulan Mei akhir dan
bulan Juni, evapotranspirasi tanaman kembali menurun akibat sinar matahari yang
tidak terlalu panas dan hujan yang mulai turun di daerah tersebut. Total
evapotranspirasi tanaman (ETc) kacang tanah selama periode tanam sebesar 411.4
mm/decade.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
Cropwat, simpulan yang dapat diambil yaitu banyaknya air irigasi yang diberikan
kepada tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dari daerah tersebut,
misalnya temperatur minumum, curah hujan, temperatur maksimum, keceoatan
angin, sinar matahari, jenis tanaman, dan jenis tanah yang ada pada masing-masing
daerah. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman
kacang tanah yang ditanam mulai bulan Februari sampai bulan Juni hanya
membutuhkan air irigasi sebanyak 246.5 mm/decade, yaitu mulai diberikan pada
bulan April hingga bulan Juni. Selain itu, total evapotranspirasi acuan (ETo) pada
daerah Kupang sebesar 4.26 mmm/hari dan besarnya evapotranspirasi tanaman
(ETc) yaitu sebesar 411.4 mm/decade. Tanaman kacang tanah yang ditanam pada
bulan Februari akan dipanen pada bulan Juni dengan masa tanam selama 110 hari.
Tanaman kacang tanah di tanam pada bulan-bulan ketika terjadi musim hujan
sehingga curang hujan mencukupi kebutuhan air tanaman yang menyebabkan tidah
dibutuhkannya air irigasi pada awal-awal masa tanam.

DAFTAR PUSTAKA
Musa N. 2012. Penentuan masa tanam jagung (Zea mays L.) berdasarkan curah
hujan dan analisis neraca air di Kabupaten Pohuwato. Jurnal JATT. 1 (1) : 23
27.
Prastowo DR dan Manik TK. 2016. Penggunaan model cropwat untuk menduga
evapotranspirasi standar dan penyusunan neraca air tanaman kedelai (Glucine
max (L) Merrill) di dua lokasi berbeda. Jurnal Teknik Pertanian. 5 (1) : 1
12.
Priyonugroho A. 2014. Analisis kebutuhan air irigasi (studi kasus pada daerah
irigasi Sungai Air Keban daerah Kabupaten Empat Lawang). Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan. 2 (3) : 457 470.
Rizqiah F. 2013. Dampak Pengaruh Perubahan Iklom Global terhadap Produksi
Kedelai (Glicine Max L Merril) di Kabupaten Malang. Malang (ID) :
Universitas Brawijaya.
Sosrodarsono S dan Takeda K. 2003. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta (ID) :
Pradma Paramita.
Tumiar K dan Agus K. 2012. Evaluasi metode Penmann-Monteith dalam menduga
laju evapotranspirasi standar (ETo) di dataran rendah Provinsi Lampung.
Jurnal Keteknikan Pertanian. 7 (1) : 25 31.

Anda mungkin juga menyukai