Anda di halaman 1dari 24

DITERIMA

TGL __/__/__
ACC LAB
ACC
LAPORAN PRAKTIKUM NILAI

SURVEI TANAH, EROSI, DAN PERENCANAAN KONSERVASI

(GEL 0108)

ACARA IV

PEMODELAN EROSI DAN PENERAPAN KONSERVASI


MENGGUNAKAN MODEL Soil and Water Assessment Tools (SWAT)

Disusun oleh :

Nama : Clarissa Eleora Arta Gunawan Giri

NIM : 19/438804/GE/08939

Hari/ Tanggal : Rabu

Waktu : 13.30

Asisten : Muh Rizky Shiddiq Nugraha

Nur Rizki Fitri Hastari

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN MITIGASI BENCANA

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2021

I. TUJUAN
Tujuan dari acara IV, yaitu :
1. Mengetahui Prinsip Kerja Model SWAT
2. Menganalisis hasil erosi dan KAT model SWAT
3. Mengetahui beberapa macam konservasi tanah dan air.
4. Menganalisis hasil simulasi konservasi menggunakan model SWAT

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakkan pada praktikum acara IV adalah :
• Software ArcGIS
• Software ArcSWAT
• SWAT Check
• Data Tanah
• Data Peggunaan Lahan
• Data Iklim
• Data DEM
III. LANGKAH KERJA

Warna Keterangan
Input

Proses

Output
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum dari acara IV adalah :


1. Peta erosi HRU kondisi normal, simulasi konservasi filter strips, dan simulasi
konservasi teras (3 Peta) (terlampir).
2. Peta erosi subbasin kondisi normal, simulasi konservasi filter strips, dan
simulasi konservasi teras (3 Peta) (terlampir).
3. Peta KAT HRU kondisi normal, simulasi konservasi filter strips, dan simulasi
konservasi teras (3 Peta) (terlampir).
4. Peta KAT subbasin kondisi normal, simulasi konservasi filter strips, dan
simulasi konservasi teras (3 Peta) (terlampir).
5. SS Kondisi hidrologi dari SWAT Check Kondisi normal, simulasi konservasi
filter strips, dan simulasi konservasi teras (3 Gambar) (terlampir).
6. Tabel Land Use Summary Kondisi normal, simulasi konservasi filter strips,
dan simulasi konservasi teras (3 Tabel) (terlampir).

Di jaman yang makin berkembang, pemwtaan tanah secara digital bukan


hal yang asing lagi. Peta tanah digital dapat digunakan untuk membuat peta survei
tanah, memudahkan dalam memperbaharui data tanah di suatu wilayah, menilai
risiko, dan menghasilkan interpretasi jenis tanah tertentu (Carré et al., 2007). Salah
satu manfaat yang didapatkan melalui pemetaan tanah digital ada saat
mengidentifikasi laju erosi dan sedimentasi menggunakan unit hidrologi.
Pengidentifikasian besarnya laju erosi dan sedimentasi bisa dilakukan
menggunakan model SWAT (Soil Water Assesment Tool). SWAT merupakan
model prediksi yang menjelaskan hubungan manajemen lahan dengan aliran air,
sedimen, dan zat kimia lainnya (Neitsch et al, 2005). SWAT menggunakan input
data berupa iklim dan data spasial yang ada pada topografi, tanah, tutupan lahan,
pengelolaan lahan, sedimen terakngkut, dan lainnya.
Unit analisis yang digunakkan pada model SWAT adalah HRU
( Hydrologic Response Unit). Pemodelan DAS dibagi menjadi kajian yang lebih
detil berupa sub DAS dengan data Digital Elevation Model (DEM) dan lebih detil
lagi menjadi HRU ( Hydrologic Response Unit) yang merupakan hasil kompinasi
kelerangan sub DAS, jenis tanah, dan lainnya (Douglas-Mankin dkk., 2010).
Analisis HRU ( Hydrologic Response Unit) mengelompokkan karakteristik
fisioografis dinamis yang bisa berubah dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan
analaisis HRU mampu menghasilkan fakta dan fenomena keruangan dan hubungan
antar sub DAS (Flugel, 1997).
Secara operasional, model SWAT dapat melakukan simulasi praktek-
praktek pengelolaan di lahan dan di saluran sungai. Proses simulasi dilakukan
setelah proses penggabungan HRU dengan data iklim (Alexander, 2018). Model
SWAT memiliki beberapa simulasi penerapan, antara lain konservasi teras, tile
drainage, filter strip, strip cropping, fire, grassed waterways, plant parameter
update, residual management, dan generic conservation practice. Jenis simulasi
yang dilakukan pada DAS Banyunimo adalah simulasi konservasi teras dan
simulasi filter strip. Jenis simulasi konservasi teras merupakan simulasi yang
dirancang untuk menahan limpasan dan mencegah erosi (Miskewitz, 2007).
Simulasi konservasi disimulasikan dengan menyesuaikan parameter erosi dan
limpasan. Simulasi filter strips merupakan jalur vegetasi lebat untuk menaham
limpasan di lereng tinggi dan menyaringnya. Simulasi strip filter disimulasikan
mengurangi sedimen, nutrisi, bakteri, dan pestisida tetapi tidak mempengaruhi
limpasan permukaan (Miskewitz, 2007).
Proses Analisa model SWAT diawali dengan membuat batas DAS
dengan watershed delineator setelah itumembuat HRU ( Hydrologic Response
Unit) dan memasukkan data iklim. Setelah itu menjalankan model SWAT dan
menghasilkan pemodelan SWAT pada kondisi normal. Pada kondisi normal, daur
hidrologi memiliki nilai presipitasi sebesar 1.977,4 mm/tahun dan evapotranspirasi
sebesar 933.4 mm/tahun. Dalam kondisi normal, DAS Banyunimo memiliki aliran
permukaan sebesar 511 mm/tahun. Kemudian, proses pembentukkan peta
dilanjutkan dengan mengaktivasi atau mengolah data menggunakan berbagai
simulasi. Simulasi yang dipakai adalah teras dan filter strip. Pada simulasi filter
strip diketahui nilai presipitasi, evapotranspirasi, dan genangan permukaan
memiliki nilai yang sama seperti dengan kondisi normal. Berbeda dengan data hasil
olahan simulasi konservasi teras, walaupun memiliki nilai presipitasi yang sama
diketahui nilai evapotraspirasi lebih rendah dibandingkan kondisi normal, yaitu 938
mm/tahun sedangkan aliran permukaan memiliki nilai 329 mm/tahun. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan penerapan simulasi teras dapat mengurangi nilai hasil limpasan
permukaan sehingga nilai limpasan permukan simulasi teras akan lebih kecil
dibandingkan dengan kondiisi normal.
Setelah data sudah dolah dan menghasilkan data normal, simulasi teras,
dan filter strip dilakukanlah penyajian data dengan menghitung KAT (Koefisien
Aliran Tahunan). Hasil daripenyajian data akan dimasukkan kedalam atribut tabel
shp di ArcGis dan kemudian di layout menjadi peta. Hasil penyajian Peta
menunjukkan klasifikasi besaran erosi dan aliran pada DAS Banyunimo. Data
terbagi menjadi satuan HRU ( Hydrologic Response Unit) dan sub basin. Pada
keadaan normal erosi HRU di DAS Banyunimo di dominasi dengan tingkatan erosi
parah dan sangat parah sedangkan erosi di subbasin DAS Banyunimo tergolong
sedang. Wilayah yang terklasifikasi erosi tinggi berada pada hilir sub DAS. Mirip
seperti erosi subbasin, klasifikasi KAT subbasin juga didominasi oleh klasifikasi
sedang dengan nilai 0.2 – 0.3. Erosi subbasin pada kondisi normal juga didominasi
oleh kklasifikasi sedang dan klasifikasi tinggi pada hilir sungai.
Pada metode simulasi filter strip, hasil data erosi hru memiliki kelas
klasifikasi yang lebih detil dan beragam. Erosi hru konservasi filter strip terbagi
menjadi 6 kelas, di mana pada pengklasifikasiannya didominaso oleh kejadian erosi
yang parah. Hasil KAT HRU konservasi filterstrip juga terbagi menjadi 6 kelas.
Berbeda dengan data erosi HRU, KAT HRU didominasi oleh kelas klasifikasi
sedang. Klasifikasi erosi subbasin konservasi filter strip terbagi menjadi 3 kelas dan
didominasi oleh klasifikasi sedang begitu juga dengan KAT subbasin konservasi
filter strip didominasi oleh tingkat erosi sedang.
Metode simulasi terakhir yang dipakai adalah metode simulasi teras.
Pada metode simulasi teras, hasil peta erosi HRU menunjukkan banyak klasifikasi
beragam mulai dari sedang, tinggi, parah, dan sangat parah. Klasifikasi rendah dan
sangat rendaj jarang terlihat pada peta. Pada peta KAT HRU simulasi teras dapat
dilihat pengaruh aliran tahunan memiliki pengaruh yang rendah secara keseluruhan
di DAS Banyunimo. Peta erosi subbasin simulasi konservasi teras juga banyak di
dominasi oleh klasifikasi rendah tetapi masih memiliki beberapa klasifikasi tinggi
pada beberapa bagian luasan di DAS Banyunimo. Peta simulasi konservasi teras
terakhir, yaitu KAT subbasin didominasi oleh klasifikasi rendah. Pada jenis
simulasi konservasi teras banyak dipengaruhi oleh kemiringan lereng dan banyak
mengurangi nilai limpasan permukaan. Hal ini bisa menjadi salah satu alasan
terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antara simulasi filter strip dan simulasi
teras.
I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat lewat acara IV, adalah :

1. SWAT merupakan model prediksi yang menjelaskan hubungan manajemen


lahan dengan aliran air, sedimen, dan zat kimia lainnya. SWAT menggunakan
input data berupa iklim dan data spasial yang ada pada topografi, tanah, tutupan
lahan, pengelolaan lahan, sedimen terakngkut, dan lainnya. Unit analisis yang
digunakkan pada model SWAT adalah HRU ( Hydrologic Response Unit).

2. Hasil erosi dan KAT model SWAT dianalisis berdasarkan pembagian kelas-
kleas setiap hasil. Hasil erosi dan KAT model SWAt sedniri terbagi menjadi 6
kelas klasifikasi dan 3 kelas klasifikasi yang kemudian diidentifikasi
berdasarkan kemiringan lereng dan juga letaknya terhadap sungai.

3. Model SWAT memiliki beberapa simulasi penerapan, antara lain konservasi


teras, tile drainage, filter strip, strip cropping, fire, grassed waterways, plant
parameter update, residual management, dan generic conservation practice.

4. Pada simulasi filter strip diketahui nilai presipitasi, evapotranspirasi, dan


genangan permukaan secara berurutan memiliki nilai 1.977,4 mm/tahun, 933.4
mm/tahun, dan 511 mm/tahun. simulasi konservasi teras memiliki nilai
presipitasi yang sama dengan simulasi filter strip sedangkan nilai
evapotraspirasi lebih rendah dibandingkan kondisi normal, yaitu 938 mm/tahun
sedangkan aliran permukaan memiliki nilai 329 mm/tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. C., & Sapei, A. (2018). Analisis Potensi Air Sungai Pada Embung 190 Di PG.
Bungamayang PTPN VII, Lampung. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 3(2), 77–84.
https://doi.org/10.29244/jsil.3.2.77-84

Carré, F., A.B. McBratney, T. Mayr, and L. Montanarella. (2007). Digital soil assessments:
Beyond DSM. Geoderma 142, 69-79.

Douglas-Mankin, K.R., Srinivasan, R. dan Arnold, J.G. (2010). Soil and water assessment tool
(SWAT) model: current developments and applications. The ASABE SWAT 2010
Special Collection. Transaction of The ASABE 53(5): 1423-1431.

Flugel, W. A. 1997. Combining GIS with regional hydrological modeling using hydrological
response unit (HRUs): An application from Germany. Mathematics and Computers
in Simulation 43 (297-304). Elsevier

Miskewitz, R. (2007). Soil Water Assessment Tool (SWAT). 1–21.

Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R Kiniry dan J.R Williams. (2005). Soil and Water Assessmen Tool
Theoretical Documentation. Agriculture Research Service and Texas Agricultur
Experiment Station. Texas
LAMPIRAN

Gambar 1 Peta Erosi HRU Konservasi Filter Strip DAS Banyunimo


Gambar 2 Peta Erosi HRU Kondisi Normal DAS Banyunimo
Gambar 3Peta Erosi HRU Simulasi Konservasi Teras DAS Banyunimo
Gambar 4 Peta KAT HRU Kondisi Normal DAS Banyunibo
Gambar 5 Peta KAT HRU Simulasi Konservasi teras DAS Banyunibo
Gambar 6 Peta KAT HRU Konservasi Filter Strip DAS Banyunibo
Gambar 7 Peta Erosi Subbasin Konservasi Filter Strip DAS Banyunibo
Gambar 8 Peta Erosi Subbasin Kondisi Normal Strip DAS Banyunibo
Gambar 9 Peta Erosi Subbasin Konservasi Teras DAS Banyunibo
Gambar 10 Peta KAT Subbasin Konservasi Filter Strip DAS Banyunibo
Gambar 11 Peta KAT Subbasin Kondisi Normal DAS Banyunibo
Gambar 12 Peta KAT Subbasin Konservasi Teras DAS Banyunibo
SS Kondisi hidrologi dari SWAT Check Kondisi Normal

SS Kondisi hidrologi dari SWAT Check Simulasi Konservasi Filter Strip


SS Kondisi hidrologi dari SWAT Check Simulasi Konservasi Teras
Tabel Land Use Summary Kondisi normal

AGRL 1.55 77 237.89 3.23 0 1,977.33 500.57 493.98 923.39 93.16 6.3 14.33 22.5 7.84
AGRR 0.71 78 239.64 2.76 0 1,977.33 523.15 469.58 926.01 102.75 8.21 19.97 23.05 8.93
BERM 0.44 76.7 239.17 2.34 0 1,977.33 731.89 242.6 954.59 10.28 22.18 28.46 31.85 22.21
FRST 0.19 60 239.74 3.99 0 1,977.33 261.15 714.81 931.95 122.31 0 0.34 0.45 0.32
RICE 0.2 73 240 2.36 0 1,977.33 436.32 522.1 957.03 43.98 3.01 3.55 8.5 3.29
RNGB 0.08 61 231.41 7.62 0 1,977.33 249.89 749.12 911.59 353.25 0.01 0.35 0.14 0.1
WATR 0.01 92 239.47 1.72 0 1,977.33 0 0 2,004.27 0 0 0 0 0

Tabel Land Use Summary Simulasi Konservasi Filter Strip

AGRL 1.55 77 237.89 3.23 0 1,977.33 500.57 493.98 923.39 63.64 4.81 11 22.5 7.84
AGRR 0.71 78 239.64 2.76 0 1,977.33 523.15 469.58 926.01 70.52 6.05 15.27 23.05 8.93
BERM 0.44 76.7 239.17 2.34 0 1,977.33 731.89 242.6 954.59 10.28 22.18 28.46 31.85 22.21
FRST 0.19 60 239.74 3.99 0 1,977.33 261.15 714.81 931.95 122.31 0 0.34 0.45 0.32
RICE 0.2 73 240 2.36 0 1,977.33 436.32 522.1 957.03 29.38 2.28 2.59 8.5 3.29
RNGB 0.08 61 231.41 7.62 0 1,977.33 249.89 749.12 911.59 311.7 0.01 0.31 0.14 0.1
WATR 0.01 92 239.47 1.72 0 1,977.33 0 0 2,004.27 0 0 0 0 0

Tabel Land Use Summary Simulasi Konservasi Teras

AGRL 1.55 60 237.89 3.29 0 1,977.33 264.29 714.93 927.86 8.37 5.29 4.81 22.37 7.8
AGRR 0.71 60 239.64 2.45 0 1,977.33 267.17 707.23 932.31 7.87 5.8 6.42 22.93 8.88
BERM 0.44 76.7 239.17 2.09 0 1,977.33 731.8 242.79 954.52 9.81 20.38 24.07 31.88 22.23
FRST 0.19 60 239.74 3.94 0 1,977.33 260.07 700.59 947.86 87.98 0.29 0.28 5.53 3.87
RICE 0.2 60 240 2.26 0 1,977.33 279.69 668.16 959.92 4.16 1.54 0.93 8.48 3.28
RNGB 0.08 60 231.42 10.06 0 1,977.33 239.45 752.08 918.93 66.06 0.14 0.32 0.77 0.54
WATR 0.01 92 239.47 1.46 0 1,977.33 0 0 2,004.27 0 0 0 0 0

Anda mungkin juga menyukai