Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PRAKTIKUM

ILMU TANAH
(GEL 0104)

PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

Disusun oleh :
Nama : Aji Wijaya Abadi
NIM : 17/408904/GE/08447
Hari, Jam : Jumat, 09.00-11.00 WIB
Asisten : 1. Rumaisha

2. Ratih Winastuti, S.Si.

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA I, II, & III
IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAH, PRA-LAPANGAN,
DAN DESKRIPSI TANAH DI LAPANGAN

I. TUJUAN
Tujuan yang akan dicapai praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kondisi morfologi tanah di lapangan.
2. Mengetahui dan memahami cara penggunaan alat dan bahan yang dibutuhkan dan
digunakan pada saat lapangan.
3. Menentukan dan melakukan sampling tanah dengan teknik yang sesuai dengan kondisi
di lapangan.

II. ALAT DAN BAHAN


Berikut ini alat dan bahan yang digunakan saat praktikum.
No. Gambar Kegunaan
Sekop

Membuat lubang atau pit yang akan


1. digunakan untuk mengambil sampel
tanah.

Cetok

Menggali tanah dan mengeluarkan sampel


2.
tanah dari mata bor tanah.
Meteran

Mengidentifikasi kedalaman dan jeluk


3.
setiap lapisan tanah.

Bor tanah

Mengebor tanah untuk mengambil


4.
sampel.

Soil Test Kit

Berisi seperangkat alat dan reagen untuk


menguji sifat fisik dan kimia sampel
tanah.

Pipet

5. Mengambil reagen untuk pengujian


kimiawi.

Tabung reaksi

Mereaksikan reagen dengan sampel tanah


yang akan diuji (secara spesifik untuk
pengujian pH).
Aquadest

Reagen untuk pengujian pH aktual.

Larutan KCl

Reagen untuk pengujian pH potensial.

Larutan HCl 10%

Reagen untuk pengujian kandungan CO3


bebas.

Larutan H2O2 3%

Reagen untuk pengujian kandungan Fe


dan Mn.
Larutan H2O2 10%

Reagen untuk pengujian kandungan bahan


organic.

Ring Permeabilitas

Mengambil sampel tanah pada kondisi


terganggu untuk uji permeabilitas.

Universal pH indicator strips

Sebagai indikator tingkat keasaman (skala


0-14) larutan tanah.

Plastik sampel tanah

6. Membungkus sampel tanah.

Karet gelang

Mengikat plastik pada ring permeabilitas


7. yang sudah berisi sampel tanah yang akan
diuji permeabilitasnya.
Spidol OHP

Menamai setiap sampel tanah yang


8. berbeda pada permukaan plastik sampel
tanah.

Smartphone

Plotting koordinat (aplikasi Mobile


9. Topographer) dan dokumentasi kegiatan
lapangan.

Checklist lapangan

Media dalam mencatat hasil observasi


10. kondisi lapangan dan pengujian sampel
tanah.
III. LANGKAH KERJA
Langkah kerja praktikum digambarkan dalam diagram alir pada gambar 3.1.

Alat dan Bahan

Kegiatan pra-lapangan : kuliah singkat dengan


Sekop Meteran
dosen pengampu tentang kondisi lapangan
Bor tanah dan pemahaman dasar mengenai tanah Soil Test Kit

Cetok Observasi dan identifikasi kondisi Checklist lapangan


morfologi tanah di lapangan
Smartphone
Latihan penggunaan alat-alat dan teknik
untuk sampling tanah dibantu dengan asisten
di mini-pit serta identifikasi karakteristik
fisik dan kimia tanah yang di-sampling

Penentuan lokasi sampling dan pembersihan permukaannya

Plotting, sampling tanah, dan identifikasi lapisan tanah

Pengujian karakteristik fisik dan kimia tanah


pada setiap lapisan hasil sampling

Pengisian checklist terkait


karakteristik fisik dan kimia tanah

Data deskripsi tanah di lapangan

Keterangan
Input
Proses
Output

Gambar 3.1. Diagram Alir Acara I, II, dan III


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil dari praktikum ini yaitu :
1. Data deskripsi tanah di lapangan (terlampir).
b. Pembahasan
Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan
bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi yang
khas sebagai akibat dari serangkaian panjang berbagai proses yang membentuknya
(Sartohadi, dkk, 2016). Tanah terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan induk atau
perkembangan material induk tanah yang melalui serangkaian proses pedogenesis.
Pedogenesis terdiri atas empat proses yaitu penambahan, pengurangan, translokasi, dan
transformasi. Proses tersebut sebagai akibat interaksi faktor-faktor pembentuk tanah
diantaranya iklim, organisme, relief, material induk tanah, relief, waktu, dan manusia.
Seiring berlangsungnya proses pedogenesis, faktor tersebut mempengaruhi karakteristik
fisik dan kimia tanah.
Karakteristik tanah di DAS Bompon memiliki keunikan sebagai hasil interaksi
faktor-faktor pembentukan tanahnya. Secara geomorfologis, DAS Bompon berada
dalam wilayah transisi zona tengah (depression with quarternary volcano) dan zona
selatan (uplift zone) Pulau Jawa. Kondisi geomorfologis yang demikian menimbulkan
adanya gaya endogenik yaitu energi alterasi (Malik dan Sartohadi, 2016). Energi alterasi
tersebut merupakan pengaruh aktivitas magmatik Pegunungan Menoreh dan Gunung
Sumbing Muda. Energi alterasi berperan dalam mentransformasi karakteristik fisik dan
kimia material hasil erupsi yang berupa abu vulkanik dari Pegunungan Menoreh dan
Gunung Sumbing Muda sehingga terjadi pelapukan dan pembentukan tanah yang super
tebal dengan kedalaman lebih dari 50 meter. Tanah yang umum terbentuk di DAS
Bompon tidak lain adalah tanah lempung yang kaya akan mineral montmorilonit.
Tanah yang berkembang juga dipengaruhi oleh curah hujan sebagai faktor iklim
dalam proses pedogenesis. Curah hujan yang tinggi di DAS Bompon berdampak pada
meningkatnya kandungan air di dalam tanah (Budianto dan Sartohadi, 2016). Pergantian
musim mempengaruhi kandungan air di dalam tanah. Hal tersebut selanjutnya
berdampak pada perbedaan ketersediaan air di musim penghujan dan musim kemarau,
mengingat tanah dengan mineral montmorilonit mudah mengalami kembang kerut.
Ketika jenuh air, tanah akan mengembang dan sebaliknya tanah akan mengerut hingga
retak-retak apabila terpapar matahari lebih lama. Dengan demikian, kandungan air akan
tinggi di musim penghujan dan akan berkurang ketika memasuki musim kemarau sebab
adanya penguapan yang lebih intensif sehingga lengas tanah akan berkurang Hujan
berperan dalam proses terjadinya erosi di DAS Bompon. Di lapangan dapat dijumpai
berbagai macam erosi diantaranya erosi percik (splash erosion), erosi lembar (sheet
erosion), erosi alur (riil erosion), dan erosi parit (gully erosion) (Gambar 4.b.1.).
Aktivitas air juga berperan pada proses translokasi melalui infiltrasi dan run-off
sehingga terjadi penambahan dan/ atau pengurangan material induk tanah, partikel
tanah, atau mineral dari suatu tempat ke tempat lain. Pada proses infiltrasi, mineral dan
bahan organik yang berada di permukaan tanah akan terangkut oleh air ke lapisan yang
lebih dalam. Sedangkan, run-off mengangkut material di permukaan tanah dari elevasi
yang lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah.

Gambar 4.b.1. Gully Erosion


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Curah hujan tidak hanya berdampak pada kadar air di dalam tanah, tetapi juga
mempengaruhi konfigurasi DAS. Dengan luas 300 ha, DAS Bompon memiliki kondisi
morfologi yang beragam dari wilayah hulu, tengah, dan hilir dan didominasi oleh lereng
yang memiliki kemiringan rata-rata lebih dari 15% (Malik dan Sartohadi, 2016). Secara
umum, lereng di DAS Bompon diklasifikasikan menjadi tiga zona yaitu zona residual,
zona erosional, dan zona deposisional. Setiap zona merepresentasikan aktivitas
geomorfik yang dominan terjadi. Zona residual merupakan zona yang hampir tidak
terusik dalam artian pengolahan dan pemanfaatan lahan yang minimum. Faktor alami
seperti curah hujan yang lebih dominan bekerja. Sehingga, karakteristik fisik dan kimia
tidak mengalami dinamika yang signifikan. Pada zona erosional, kemiringan lereng
curam sehigga tanah mengalami erosi yang intensif. Hal ini menyebabkan karakteristik
fisik dan kimia tanah mudah berubah-ubah karena materialnya selalu diperbaharui serta
tidak cukup waktu yang diperoleh untuk perkembangan lapisan tanah. Pada lereng ini
ditemukan bentuk konservasi seperti pemotongan lereng dan terasiring. Zona
deposisional memiliki morfologi yang lebih landai sehingga material induk tanah dapat
terendapkan dan material memperoleh waktu untuk perkembangan tanah lebih lanjut.
Selain itu, pada zona ini pengolahan dan pemanfaatan lahan lebih intesif yang
dibuktikan dengan banyaknya lahan pertanian basah seperti sawah.
Selain lereng, vegetasi juga berpengaruh pada proses perkembangan tanah.
Vegetasi yang umum dijumpai di DAS Bompon antara lain bambu, salak, kelapa,
sengon, ketela, dan empon-empon (Rokhmaningtyas dan Setiawan, 2017). Keberadaan
vegetasi menyebabkan karakteristik fisik dan kimia tanah berubah. Sistem perakaran
tumbuhan menyebabkan lapisan tanah atas mempunyai aerasi yang baik (Gambar
4.b.2). Unsur organik maupun anorganik yang ada di lapisan atas akan terangkut
bersama air dan mengubah komposisi kimiawi tanah.

Gambar 4.b.2. Faktor Vegetasi pada Perkembangan Tanah


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Secara lebih rinci, pemahaman karakteristik tanah baik secara fisik maupun
kimia dapat dilakukan dengan pengambilan sampel tanah. Terdapat tiga macam sampel
tanah yaitu contoh tanah terganggu (disturbed soil sample), agregat tidak terganggu
(undisturbed soil aggregate), dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed soil
sample) (Suganda dkk, 2012). Pengambilan sampel tanah di DAS Bompon dilakukan
di dua titik di dua zona berbeda. Sampel pertama diambil pada sebuah pit di zona
residual dan sampel kedua diambil melalui pembuatan lubang bor (borehole) di zona
deposisional. Kedua sampel tersebut termasuk contoh tanah terganggu. Contoh tanah
terganggu merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan cangkul, sekop
atau bor tanah dari kedalaman tertentu (Suganda dkk, 2013). Hasil pengujian
karakteristik fisik dan kimia tanah pada dua sampel tanah yang berbeda ditampilkan
pada tabel 4.b.1.
Tabel 4.b.1.Hasil Identifikasi Tanah di Zona Residual dan Deposisional DAS Bompon
Parameter Zona Residual Zona Deposisional
Uji Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 1 Lapisan 2
Jeluk (cm) 0-12 12-85 85-135 0-40 40-150
Cokelat
Cokelat Cokelat tua Cokelat Cokelat
Warna muda
kemerahan kemerahan kemerahan kehitaman
kemerahan
Gumpal Gumpal Gumpal
Granuler – Granuler -
Struktur Membulat Menyudut Membulat
Lemah Lemah
- Sedang - Kuat – Lemah
Lempung Lempung
Lempung Lempung Lempung
Tekstur liat liat
liat bergeluh bergeluh bergeluh
bergeluh bergeluh
Konsistensi Kering Kering Lembab Lembab Basah
Akar Akar
Akar serabut Akar serabut
tunggang tunggang Tidak ada
Perakaran densitas densitas
densitas densitas perakaran
tinggi tinggi
kecil sedang
pH Aktual 5 5 5 5-6
pH
5 5 4-5 5-6
Potensial
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fe dan Mn
bercak Tidak bercak bercak bercak
Bahan Berbuih dilakukan Berbuih Berbuih Berbuih
Organik banyak pengujian sedikit sedikit banyak
Berbuih Tidak Tidak Tidak
CO3 Bebas
sedikit berbuih berbuih berbuih
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Drainase
bercak bercak bercak bercak
E : 396318,995 mT (49S) E : 397033,392 mT (49S)
Posisi
N : 9165548,014 mU N : 9164507,738 mU
Geografis
Z : 520,78 m Z : 446,57 m
Sumber : Checklist Lapangan Ilmu Tanah 2018, diolah

Identifikasi karakteristik tanah diawali dengan penentuan lapisan tanah.


Penentuan menggunakan parameter warna tanah merupakan langkah yang paling umum
dan mudah dilakukan dibandingkan parameter lainnya. Hal ini disebabkan karena warna
tanah boleh jadi merepresentasikan karakteristik fisik maupun kimia lainnya yang
berbeda pada setiap lapisan. Sebagai contoh, warna tanah dapat menunjukkan proses
perkembangan tanah yang dominan, kejenuhan tanah, dan kandungan bahan organik di
dalam tanah.
Pengamatan profil tanah di zona residual dilakukan pada sebuah pit (Gambar
4.b.3.). Pengamatan profil dilakukan dengan membelakangi matahari agar pengamatan
tidak terganggu oleh intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Pada profil yang diamati,
terdapat sebanyak tiga lapisan dengan warna yang relatif tidak jauh berbeda. Secara
fisik, lapisan pertama memiliki tekstur lempung liat bergeluh dengan komposisi
lempung yang tinggi, sedikit debu, dan pseudo-sand dalam jumlah kecil. Hal ini
berdampak pada porositas dan permeabilitas yang dimiliki oleh tanah itu sendiri. Tanah
dengan komposisi lempung yang tinggi memiliki sifat mudah menyerap air dalam
jumah besar. Akan tetapi, tanah lempung memiliki laju pengatusan air yang sangat
lambat sehingga sulit untuk mengalirkan air. Struktur bervariasi dari granular hingga
blocky dengan konsistensi yang beragam dari kering dan lunak sampai keras hingga
lembab dan teguh. Stratifikasi menurut zona perakaran menunjukkan bahwa lapisan 1
lebih didominasi oleh sistem perakaran serabut berdensitas tinggi karena struktur dan
tekstur tanah yang lebih rapuh dan lapisan 2 dan 3 didominasi oleh sistem perakaran
tunggang dengan densitas kecil-sedang sebagai penguat struktur tanah bagian bawah.
Tanah memiliki keasaman yang berkisar pada angka 5 (tanah asam) dari hasil pengujian
dengan reagen yang ditentukan. Hasil uji kimiawi lainnya menunjukkan tanah pada
lapisan 1 dan 3 tidak mengandung logam Fe dan Mn serta kandungan CO3 bebas dan
bahan organik berkurang seiring bertambahnya kedalaman.

Gambar 4.b.3. Pengamatan Tanah pada Pit


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Identifikasi karakteristik tanah di zona deposisional dilakukan dengan sampling


melalui lubang bor (Gambar 4.b.4.). Berdasarkan parameter warna, profil tanah dapat
dibedakan menjadi dua lapisan. Lapisan pertama memiliki warna cokelat kemerahan
dan ronanya semakin gelap seiring bertambahnya kedalaman. Tanah bagian bawah
memiliki lengas tanah yang lebih tinggi sehingga tanah tersebut cenderung lebih jenuh
air dibandingkan lapisan bagian atas. Kejenuhan tanah oleh air menyebabkan warna
tanah relatif gelap. Semakin ke bawah, tekstur tanah semakin liat karena kandungan
lempung dengan konsistensi yang semakin lembab seiring bertambahnya kedalaman.
Struktur tanah bervariasi yang didominasi oleh struktur granular dan blocky dimana
struktur bagian atas banyak dipengaruhi oleh hasil aktivitas manusia dalam pengolahan
lahan. Sistem perakaran di lapisan 1 yaitu akar serabut berdensitas tinggi dan sistem
perakaran berkurang seiring bertambahnya kedalaman. Kandungan bahan organik lebih
baik karena proses perkembangan tanah di zona deposisional berjalan optimal. Hasil
pengendapan material colluvium dan alluvium di zona tersebut menyebabkan tanah
relatif subur dan dimanfaatkan masyarakat untuk mengembangkan pertanian sawah. pH
potensial tanah dapat lebih rendah setelah pengujian dengan KCl terkait dengan CEC
(Cation Exchange Capacity). pH potensial sendiri menunjukkan jumlah komponen
asam (ion) yang mampu bergerak dan berpindah dari fasa padat ke fasa cair tanah atau
ion tanah yang berhasil dinetralkan dalam interaksi tanah dengan larutan garam
(Vorob’eva dan Avdon’kin, 2006).Tidak adanya reaksi buih pada pengujian kandungan
Fe dan Mn serta CO3 bebas menunjukkan tanah tersebut miskin unsur logam dan
karbonat. Tanah ini mengandung bahan organik yang tinggi ditunjukkan dengan
munculnya buih saat reaksi dengan H2O2 10%. Selain itu, warna tanah yang gelap juga
dapat dijadikan indikator melimpahnya kandungan bahan organik.

Gambar 4.b.3. Pengamatan Tanah pada Borehole


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Hasil identifikasi tanah di lapangan secara ringkas telah menjelaskan bagaimana


karakteristik fisik dan kimia tanah dapat berubah seiring berjalannya waktu. Adapun
perubahan pada karakteristik tanah disebabkan adanya dinamika faktor-faktor
pembentuk tanah. Selain itu, karakteristik tanah dapat bervariasi secara keruangan.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Morfologi tanah di DAS Bompon bervariasi dari zona residual yang memiliki morfologi
berombak-berbukit hingga zona deposisional yang memiliki morfologi datar-landai.
Morfologi terkait dengan variasi kemiringan lereng yang dapat mempengaruhi proses
perkembangan tanah.
2. Persiapan alat-alat untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia tanah dapat
dikategorikan menjadi persiapan sampling tanah dan alat untuk pengujian karakteristik
fisik dan kimia tanah. Karakteristik tanah di DAS Bompon bervariasi baik dari segi
warna, struktur, tekstur, pH, drainase, kandungan zat kimia, dan sebagainya. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh faktor-faktor pembentuk tanah baik yang alami
maupun manusia.
3. Metode sampling tanah dapat dilakukan pada tanah yang terganggu dan tanah yang
tidak terganggu. Pengambilan sampel tanah untuk identifikasi karakteristik fisika dan
kimia tanah di DAS Bompon dilakukan pada tanah terganggu akibat tubuh tanah yang
terkoyak oleh alat sampling tanah yaitu bor tanah, sekop, dan cetok.
DAFTAR PUSTAKA
Boedianto, Yoesep dan Junun Sartohadi. 2016. Keterdapatan Sensitive Clay Pada Lokasi
Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Laporan
Penelitian. Universitas Gadjah Mada.
Malik, R. F. dan Junun Sartohadi. 2016. Pemetaan Geomorfologi Detail Menggunakan
Teknik Step-Wisegrid di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Universitas Gadjah Mada.
Rokhmaningtyas, R. P. dan M. A. Setiawan. 2017. Estimasi Kehilangan Tanah Aktual
Terkait Pengaruh Vegetasi di DAS Bompon Kabupaten Magelang. Laporan
Penelitian. Universitas Gadjah Mada.
Sartohadi, Junun dkk. 2016. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suganda, Husein, dkk. 2013. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Bogor : Balai
Penelitian Tanah Balitbang Pertanian.
Vorob’eva, L.A. dan A. A. Avdon’kin. 2006. Potential Soil Acidity: Notions and
Parameters. Jurnal Eurasian Soil Science, Vol. 39, No. 4, Hal. 377–386.

Anda mungkin juga menyukai