Anda di halaman 1dari 4

Kerangka Acuan Kerja

Pemetaan Persebaran Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Utara Semarang

I. LATAR BELAKANG
Kepulauan di Indonesia terbentuk oleh berbagai proses geologi (proses abrasi atau
pengikisan pantai maupun proses akresi atau pengendapan sedimen di pantai) yang berpengaruh
kuat pada pembentukan morfologi pantai maupun panjang garis pantai. Dengan kondisi struktur
tersebut , maka masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia yang cenderung meningkat dari
waktu ke waktu, dari pegunungan sampai daerah pesisir, dari pedesaan ke daerah perkotaan
dengan skala yang berbeda – beda , dan bahaya alam yang sebagian besar terkait dengan tanah
air.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau
tepi laut. Hutan mangrove mempunyai peran yang sangat penting, diantaranya adalah: sebagai
pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai, menyediakan berbagai
hasil hutan, seperti kayu bakar, bahan penyamak kulit dan sebagainya, serta potensi wisata. Di
beberapa wilayah pesisir.
Mangrove, padang lamun, dan terumbu karang merupakan ekosistem di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil tropika yang unik dan khas. Mangrove merupakan ekosistem penting di
daerah pesisir dan pantai karena memiliki produktifitas yang tinggi melampaui hutan hujan tropis
yang dapat memberikan berbagai jasa lingkungan seperti, pelindung pantai dari angin kencang,
tsunami, mencegah abrasi, pemerangkap dan pengendap sedimen, memperluas pantai;
mencegah intrusi air laut ke daratan, pendaur ulang nutrien yang efektif, sehingga membuat
perairan menjadi subur hingga puluhan mil dari pantai, dan sebagainya, serta produk ( kayu, madu,
obat-obatan, produk perikanan dan lainnya) yang sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal
di sekitarnya. Secara ekologis, mangrove berperan sebagai tempat tinggal (shelter), tempat
pembesaran dan mencari makan (nursery and feeding ground) bagi beraneka-ragam biota (flora
dan fauna). Belakangan ini diketahui bahwa mangrove, padang lamun dan hutan rawa payau
berfungsi sebagai pemerangkap CO2 yang sangat efektif melebihi hutan darat.
Walaupun banyak manfaat yang diberikan oleh ekosistem mangrove, namun kerusakan
hutan mangrove terjadi diberbagai wilayah Indonesia karena berbagai aktivitas pembangunan
seperti penebangan mangrove maupun faktor alami seperti pemanasan global. Selain itu,
mangrove juga rentan terhadap kenaikan muka air laut, konsentrasi CO2, dan badai.
Salah satu upaya untuk memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan dalam rangka untuk mengoptimalkan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
adalah penggunaan teknologi pekembangan Remote Sensing atau pengindraan jauh.
Penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk inventarisasi dan
monitoring perubahan kondisisum berdaya alam secara lebih efisien, termasuk diantaranya untuk
sedimentasi yang ditunjukkan oleh tingkat kekeruhan (tubidity waters).

II. TUJUAN
Mengetahui luasan persebaran mangrove di Kelurahan Mangkangwetan, Kecamatan
Tugu, Semarang melalui penginderaan jauh kelautan dengan mengolah hasil foto udara.

III. SASARAN
A. Sasaran Kegiatan
1. Menghasilkan peta sebaran mangrove di Kelurahan Mangkang wetan, Kecamatan Tugu,
Semarang

B. Objek Sasaran
1. Kementerian perikanan dan kelautan
2. Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan
3. Masyarakat petani mangrove

IV. LOKASI KEGIATAN

Kegiatan pemetaan dilakukan di sepanjang pantai utara Semarang yang mana pada
kawasan tersebut kerap terjadi abrasi dan penurunan muka air laut, maka memerlukan tanaman
mangrove sebagai penahan lajunya abrasi.

V. NAMA ORGANISASI PENGADAAN

PT. MANGROVE MAP INDONESIA

VI. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA

Perkiraan kebutuhan total biaya: Rp1.200.000.000

Sumber dana:

Sumber dana Anggaran (Rp)


APBD Kota Semarangl 300.000.000
APBD Provinsi Jawa Tengah 600.000.000
Kemitraan 300.000.000

VII. RUANG LINGKUP

Kegiatan dilaksanakan di sepanjang pesisir Pantai Utara Senarang tepatnya pada Desa
Mangunharjo Kelurahan Mangkangwetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Tahapan pemetaan
dimulai dengan kegiatan pra-lapangan, lapangan, pasca lapangan hingga publikasi hasil
pemetaan. Rangkaian kegiatan pra-lapangan terdiri atas pengumpulan data yang diperlukan
seperti data citra, foto udara, identifikasi keragaman mangrove. Serta pengurusan perizinan
survey lapangan, persiapan alat serta sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam kegiatan
pemetaan. Kegiatan lapangan meliputi observasi lapangan, survey lapangan serta perekaman foto
udara dengan menggunakan drone. Kegiatan pasca lapangan meliputi pengolahan data hingga
menghasilkan output berupa peta persebaran hutan mangrove di sepanjang pesisir Pantai Utara
Semarang. Data yang digunakan adalah data citra Landsat dengan resolusi 30 meter dan foto
udara.
VIII. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan proyek adalah selama satu tahun kalender yaitu 365 hari. Kegiatan
dimulai pada bulan Agustus tahun 2020 hingga bulan Juli tahun 2021.

IX. PENDEKATAN DAN METODOLOGI


A. Alat
1. Meteran
2. Software ArcGIS
3. Seperangkat computer
4. Pengukur pasang surut
5. Drone

B. Bahan
1. Citra Landsat Peta RBI
2. Peta LPI
3. Ceklist lapangan
4. Foto udara

C. Metode
1. Pra-lapangan
Kegiatan pra lapangan dilakukan dengan pencarian data lapangan terutama citra,
kemudian melakukan koreksi geometric citra agar posisi koordinat di lapangan dengan
citra sesuai. Setelah itu dilakukan komposit citra supaya kenampakan kerapatan vegetasi
mangrove dapat dibedakan dengan jelas. Pembuatan peta pra-lapangan dilakukan
dengan interpretasi visual pada citra kemudian dilakukan digitasi luasan area hutan
mangrove.

2. Lapangan
Kegiatan lapangan dilakukan melakukan survey lapangan pada wilayah yang datanya
tidak dapat diekstraksi melalui citra, serta melakukan uji akurasi pada area yang telah
diinterpretasi melalui citra. Kegiatan survey lapangan dilakukan dengan peninjauan
langsung dan idntifikasi jenis vegetasi mangrove serta perekaman foto udara. Pada area
yang tidak dapat dijangkau untuk survey langsung, dapat memanfaatkan foto udara
menggunakan drone sehingga area pemetaan dan pengidentifikasian sebaran jenis
mangrove lebih luas.

3. Pasca-lapangan
Kegiatan pasca lapangan dilakukan dengan pemrosesan data lapangan kemudian
dibandingkan dengan hasil interpretasi visual. Ketika hasil sudah jadi, kemudian
dilakukan publikasi untuk memaparkan hasil identifikasi sebaran dan luasan hutan
mangrove.

X. KELUARAN
Hasil yang diharapkan adalah berupa Peta Sebaran Hutan Mangrove di kawasan pesisir
pantai utara dengan skala 1:250.000.

XI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bulan
Kegiatan
Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Persiapan
Pengumpulan data
Pengolahan data pra
lapangan
Pengurusan perizinan
Lapangan
Evaluasi
Pengolahan data lapangan
Verifikasi
Pembuatan peta
Publikasi hasil

Anda mungkin juga menyukai