Sejak tahun 2006, pemerintah telah mengenalkan beberapa agenda reformasi untuk
meningkatkan distribusi air serta pelayanan operasi dan pemeliharaan dengan melaksanakan
pengelolaan irigasi partisipatif dan membentuk petani pemakai air (P3A) dan komisi irigasi.
Pada tahun 2010, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air membentuk direktorat yang
berwenang untuk melakukan operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Pengelolaan aset
dan pembiayaan berbasis kebutuhan telah dikenalkan untuk mencapai kebrlanjutan jangka
panjang prasarana irigasi. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air juga telah melakukan
pembaharuan regulasi untuk reformasi kelembagaan sektor irigasi melalui kegiatan PISP oleh
ADB.
Biaya operasi dan pemeliharaan irigasi (O&P) selalu ditetapkan rata-rata untuk setiap hektar
(ha), atau secara keseluruhan (lump sump). Untuk perencanaan O&P yang efektif, usulan
untuk mendata dan mengelolaa aset irigasi yang ada sangat diperlukan. Berdasarkan kondisi
saat ini, dan untuk mendukung kebutuhan pembiayaan (NBB) untuk O&P, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air PUPR telah membangun sistem pengelolaan aset irigasi (PAI). Sistem PAI
sedang ditingkatkan untuk mendukung fungsi web dan data spasial dibawah ADB RETA TA
6498. Bagaimanapun juga Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memperkirakan bahwa PAI
yang sekarang hanya mengakomodasi 20% skema irigasi pusat, atau 6,7% dari total
keselurahan daerah irigasi. Pengumpulan data dan proses pemasukan secara manual
menjadi hambatan dalam pembaharuan sistem PAI. Teknologi baru dibutuhkan antara lain ;
(i) menggunakan tablet untuk menggantikan form isian kertas dalam verifikasi dilapangan (ii)
menggunakan survey pemetaan udara dan software untuk interpretasi secara otomatis agar
kualitas dari data yang dihasilkan terjaga dengan baik.
Dalam hal penggunaan teknologi LiDAR dalam pengelolaan irigasi, fungsi LiDAR tersebut
diharapkan dapat mengetahui lokasi dan tingkat kerusakan jaringan irigasi dari sisi atas
permukaan dan bawah air. Teknologi LiDAR yang dapat diterapkan untuk identifikasi
informasi daerah irigasi antara lain aerial LiDAR, terestrial LIDAR dan underwater LiDAR.
Direncanakan dalam kegiatan IPDMIP ini pekerjaan pengumpulan data menggunakan
teknologi LiDAR akan mencakup 16 Provinsi di 74 kabupaten terpilih. Total area yang
diintervensi mencapai kurang lebih 2,5 juta Ha daerah irigasi.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah didapatkan peta foto udara dengan resolusi tinggi, termasuk
didalamnya Digital Elevation Model (DEM) yang diturunkan dari pengolahan data LiDAR dan
peta vektor digital yang memuat layer serta informasi sektor irigasi dengan standar Badan
Informasi Geospasial. Hasil kegiatan ini akan dijadikan sumber basis data untuk pengelolaan
aset irigasi dan desain pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi skala 1:2.000 di 74
kabupaten terpilih.
KODE TAHAPAN
A.1.1. Persiapan
A.1.8. Pelaporan
D. Spesifikasi Teknis
1. Titik Kontrol (Benchmark) dan Titik Ground Check
• Titik kontrol terdiri dari titik kontrol utama dan titik cek
• Titik kontrol utama berjumlah minimal 30 titik dan terletak pada pojok, perimeter dan
tengah dari blok area pekerjaan
• Titik kontrol utama diberi nomor 6 digit alfanumerik yaitu XXX001, tiga digit awal
alfabet yang merupakan akronim dari blok area pekerjaan dan tiga digit akhir
numerik yang merupakan nomor urut titik dalam blok area pekerjaan.
• Titik kontrol utama dan titik cek menggunakan pilar pvc dengan bentuk dan ukuran
sesuai gambar dibawah
o
• Premark menghadap utara, selatan, barat,dan timur kompas (kecuali jalur terbang
diagonal, arah Premark menyesuaikan jalur terbang)
• Premark dibuat dari bahan yang tahan cuaca, tidak mudah robek dan tidak pudar
• Warna premark harus kontras dengan warna sekitarnya
• Tinggi setiap pilar harus diukur dari rata-rata permukaan tanah pada pilar tersebut
ke puncak pilar
• Pengukuran GPS menggunakan GPS Geodetik dual frequency
• Pengukuran GPS titik kontrol utama dilakukan secara jaring atau radial
• Pengukuran GPS titik cek dilakukan secara jaring atau radial
• Waktu pengamatan GPS adalah 60 menit atau lebih lama
• Interval waktu pengukuran GPS adalah 15 detik
• Jarak baseline tidak melebihi 20 km
• Pengukuran GPS dicatat pada log pengukuran GPS
• Pengukuran GPS titik kontrol utama diikat terhadap Jaring Kontrol Horizontal (JKH)
Badan Informasi Geospasial
• Pengukuran GPS titik cek harus diikat terhadap Jaring Kontrol Horizontal (JKH)
Badan Informasi Geospasial atau titik kontrol utama terdekat.
• Apabila dalam jarak 20 km dari area pekerjaan tidak terdapat JKH BIG, maka harus
membuat titik ikat bantu yang diikat terhadap JKH BIG dengan spesifikasi sesuai
SNI JKH
• Perhitungan elevasi menggunakan koreksi geoid Sistem Referensi Geospasial
Indonesi (SRGI) 2013
• Ketelitian horizontal 60 cm atau lebih baik
• Ketelitian vertikal 10 cm atau lebih baik
• Apabila terdapat titik kontrol atau titik cek yang tidak tampak pada foto udara maka
harus dilakukan pengukuran ulang menggunakan metode postmarking di lokasi
terdekat dengan titik tersebut
• Pengukuran GPS didokumentasikan dalam log pengukuran GPS
2. Akusisi Data Terestrial dan Underwater LiDAR, sonar serta Foto Udara
• Jalur terbang pada daerah datar yaitu Timur-Barat atau Utara-Selatan.
• Jalur terbang diagonal dapat digunakan pada area dengan terain bergunung
• Jalur terbang pertama dan terakhir harus berada pada luar area pekerjaan
• Kalibrasi boresight dan levelarm wajib dilakukan sebelum melakukan pemotretan
• Awal dan akhir pada setiap jalur harus mencakup 2 atau lebih foto diluar area
pekerjaan
• Jalur terbang melintang (cross strip) ditambahkan pada ujung blok
• Foto udara digital diberi nomor AAA_BBB, AAA yaitu nomor jalur, BBB yaitu nomor
foto dalam jalur tersebut. Ketika Reflight foto udara diberi penomoran baru dengan
menambahkan huruf RX_AAA_BBB. R yaitu kode reflight dan X nomor reflight
• Penomoran EO GPS IMU disesuaikan dengan penomoran pada foto udara
• EO harus berisi ID, X, Y, Z, ω, φ, κ, dX, dY, dZ, dω, dφ, dκ
• Pertampalan kemuka (forward overlap) yaitu ≥60%
• Pertampalan kesamping (side overlap) yaitu ≥25%
• Ground Sampling Distance (GSD) yaitu sebesar 0,7 m atau lebih baik
• Tinggi terbang dihitung untuk memperoleh nilai GSD tersebut dan menyesuaikan
panjang fokus kamera yang digunakan
• Tutupan awan tidak lebih dari 10% setiap foto dan obyek yang tertutup awan
bukan merupakan bangunan atau transportasi
• Tidak diperkenankan adanya sunspot
• Tidak diperkenankan adanya gap Lidar pada Intensity Images
• Point Density Lidar sebanyak 4 point per m persegi
• Reflight harus dilakukan apabila ada persyaratan yang tidak terpenuhi
• Reflight dilakukan pada posisi foto dan tinggi terbang yang relatif sama dengan
sebelumnya
• Akuisisi data didokumentasikan dalam log akuisisi data
• Pengukuran GPS Ground Station dilakukan pada saat pelaksanaan pemotretan
udara.
• Pengukuran sonar untuk dalam air diharapkan memiliki 1-2 titik per m2 dengan
kecepatan 2 km/jam.
• Seluruh data hasil akuisisi harus dapat diunduh dan diperiksa kualitasnya pada
saat dilapangan
6. Layout Peta
Dikarenakan peta yang dihasilkan akan ditampilkan dalam skala 1 : 10.000 maka
aturannya menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG).
F. Keluaran / Hasil
Hasil yang diharapkan dari survei ini antara lain :
1. Detail ortophoto untuk foto udara;
2. Digital Elevation Model (DSM & DTM)
3. Shapefile dalam bentuk titik dan garis yang menunjukkan informasi saluran irigasi
dan bangunan serta informasi dimensi.
4. Shapefile luas layanan irigasi.
5. Hasil inventarisasi aset irigasi di masing-masing daerah irigasi.
6. Gambar penampang melintang saluran irigasi.
7. Informasi kedalaman dan sedimentasi saluran.
G. Pelaporan
Laporan berikut harus dibuat oleh Kontraktor selama pekerjaan berlangsung :
1) Laporan Persiapan.
2) Laporan Persiapan Akuisisi Data.
3) Laporan Pengukuran Titik Kontrol Foto Udara.
4) Laporan Akuisisi Data Lidar, Foto Udara, dan Sonar.
5) Laporan Pengolahan Data Lidar.
6) Laporan Pengolahan Data Foto Udara.
7) Laporan Vektorisasi Infrastruktur & Daerah Irigasi
8) Pelaporan Akhir.
Hasil pekerjaan yang harus diserahkan diuraikan sebagaimana tabel dibawah
Pengalaman Jumlah
No Pelaksana Pendidikan Minimal
(Tahun) (Orang)
A. Umum
Ketua Tim S1 Geodesi/Geografi >5 1
Staf Administrasi SMA 0-3 1
B. Tahapan Persiapan & Pelaporan
Koordinator Pengukuran Titik Kontrol S1 Geodesi/Geografi 3 1
Koordinator Akuisisi Data S1 Geodesi/Geografi 3 1
Koordinator Pengolahan Data Lidar S1 Geodesi/Geografi 3 1
Koordinator Pengolahan Data Foto Udara S1 Geodesi/Geografi 3 1
C. Tahapan Persiapan Akuisisi Data
Koordinator Pengukuran Titik Kontrol S1 Geodesi/Geografi 3 1
Koordinator Akuisisi Data S1 Geodesi/Geografi 3 1
D. Tahapan Pengukuran Titik Kontrol Foto Udara
Koordinator Pengukuran Titik Kontrol S1 Geodesi/Geografi 3 1
Surveyor Pengukuran D1 >3
atau 5
D3 0-3
E. Tahapan Akuisisi Data (Foto Udara dan LiDar)
Koordinator Akuisisi Data S1 Geodesi/Geografi 3 1
Operator Akuisisi Data D1 >3
atau 1
D3 0-3
Operator Pengolahan Data Foto Udara SMA >3
atau 1
D1 0-3
Operator Pengolahan Data LiDar SMA >3
atau 1
D1 0-3
Surveyor Base Station D1 >3
atau 1
D3 0-3
F. Tahapan Pengolahan Data LiDar
Koordinator Pengolahan Data LiDar S1 Geodesi/Geografi 3 1
Operator Pengolahan Data LiDar SMA >3
atau 5
D1 0-3
G. Tahapan Pengolahan Data Foto Udara
Koordinator Pengolahan Data Foto Udara S1 Geodesi/Geografi 3 1
Operator Pengolahan Data Foto Udara SMA >3
atau 5
D1 0-3
Pengalaman Jumlah
No Pelaksana Pendidikan Minimal
(Tahun) (Orang)
1
Koordinator Vektorisasi Peta S1 Geodesi/Geografi 3
SMA >3
atau 10
Operator vektorisasi peta daerah irigasi D1 0-3
2. Koordinator
• Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tahapan pekerjaan sesuai bidang
tugasnya.
• Menguasai metodologi dan bisnis proses pekerjaan yang dipersyaratkan, sesuai
bidang tugasnya.
• Memberikan arahan kepada tim pelaksana dibawah koordinasinya terkait
pelaksanaan tahapan pekerjaan yang menjadi bidang tugasnya.
• Mengkoordinasikan tim pelaksana (operator) sesuai bidang tugasnya.
• Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu minggu.
• Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam melaksanakan koordinasi teknis dengan
Tim Supervisi BIG selama pelaksanaan pekerjaan.
• Melaksanakan kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh
operator.
• Melaksanakan penyiapan bahan untuk penyusunan laporan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya.
• Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana.
3. Operator
• Melaksanakan pekerjaan pada masing-masing tahapan sesuai bidang tugasnya,
berdasarkan petunjuk teknis dan arahan teknis dari Koordinator.
• Menguasai teknis pelaksanaan pekerjaan yang dipersyaratkan, sesuai bidang
tugasnya.
• Mengisi personal log book dalam setiap pelaksanaan pekerjaan.
• Bertanggung jawab kepada Koordinator.
4. Surveyor Pengukuran
• Melaksanakan pekerjaan survey pengukuran Titik Kontrol atau Base Station
berdasarkan petunjuk teknis dan arahan teknis dari Koordinator.
• Mengisi personal log book dalam setiap pelaksanaan pekerjaan.
• Bertanggung jawab kepada Koordinator.
5. Staf Administrasi
• Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam hal pelaksanaan administrasi pekerjaan
• Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana.
6. Tenaga Lokal
• Membatu pelaksanaan survei kelengkapan lapangan
• Bertanggung jawab kepada koordinator
Penyedia Jasa diperkenankan untuk bekerjasama (Kerja Sama Operasi, KSO) dengan
perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan paket pekerjaan.
Penyedia Jasa menyertakan jadwal penugasan personil dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Personil yang sama dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan pekerjaan yang
berbeda dengan syarat tidak dilaksanakan pada waktu bersamaan (paralel),
sepanjang personil yang bersangkutan memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk
tahapan tersebut
Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Peralatan