Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI KONTRUKSI
PENGUKURAN
LONG SECTION & CROSS SECTION
(Dosen Pengampu : Muhammad Iqbal Taftazani, S.T., M.Eng.)

Disusun Oleh :

Rezky Alfa Ridho


Andrian Rusmita 18/426160/SV/15302
Nurlita Dwi Lestari 18/431870/SV/15841
Mohammad Dikhyak Alwi Z 18/432259/SV/16195
Wildan Choirul Huda 18/432263/SV/16199

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK GEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul
Laporan Praktikum Pengukuran Long Section & Cross Section.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran Long Section & Cross Section
menggunakan alat ukur Waterpass.
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan volume suatu area.
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis perhitungan guna menentukan cut and fill
suatu area.

C. Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019
Pukul : 09.00 - 13.00
Tempat : Tanah Perumahan Dosen Blimbingsari
Universitas Gadjah Mada
BAB II

Landasan Teori

1. Pengukuran Long Section (Profil Memanjang)


Penampang memanjang adalah irisan tegak pada lapangan dengan
mengukur jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Profil
memanjang digunakan untuk melakukan pengukuran yang jaraknya jauh,
sehingga dikerjakan secara bertahap beberapa kali. Karena sanagat panjang,
skala vertikal yang digunakan dibuat berbeda dengan skala horizontalnya.
Cara pengukuran penampang memanjang sama dengan cara pengukuran
secara berantai. Penampang memanjang digunakan untuk pekerjaan
membuat trace jalan kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, dan
sebagainya [ CITATION Dim15 \l 1033 ]. Untuk menyusun penampang
memanjang biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah
akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang [CITATION Muh15 \l
1033 ].
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh
berbeda dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang
nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga
mempunyai ketentuan sebagai berikut :

 Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tengah (as) jalur


pengukuran dan dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang
terdapat pada permukaan tanah.
 Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

2. Pengukuran Cross Section (Profil Melintang)


Penampang melintang yang digunakan dalam menghitung pekerjaan
rekayasa adalah sebuah penampang vertikal, tegak lurus terhadap garis
sumbu pada stasiun penuh dan stasiun plus, yang menyatakan batas-batas
suatu galian atau timbunan rencana atau yang sudah ada. Penentuan luas
potongan melintang menjadi sederhana bila potongan melintang tersebut
digambar di atas kertas grafik potongan melintang. Potongan melintang
digambar dengan skala vertikal dan horisontal yang sama, dengan praktek
standar 1 inch = 10 ft.Tetapi, bila galian atau timbunan vertikal kecil
dibandingkan dengan lebarnya, perbesaran skala vertikal digunakan untuk
mencapai ketelitian ekstra dalam menggambar penampang tersebut
[ CITATION Dim15 \l 1033 ].
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah
pengukuran sipat datar profil memanjang, jarak antar potongan melintang
dibuat sama, sedangkan pengukuran ke arah samping kiri dan kanan as jalur
memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur
misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke
tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada
titik tikungan (contoh pada titik B) maka potongan diusahakan membagi
sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan
melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah
belokan selanjutnya.

3. Penghitungan Volume Tanah


Perhitungan volume pada proyek ini berkaitan dengan pekerjaan
timbunan dan galian (cut and fill). Kenyataan di lapangan ketidakteraturan
bentuk sering kali menjadi penghambat dalam melakukan perhitungan
volume. Misalnya perhitungan volume timbunan, apabila terjadi kesalahan
kebutuhan volume tanah untuk timbunan, akan mempersulit pekerjaan yang
lain. Bahkan, hal tersebut menjadi akan menambah biaya pekerjaan karena
bisa jadi sulitnya mobilisasi tanah yang digunakan sebagai timbunan. Contoh
lain, pada pekerjaan galian dan timbunan (cut and fill) suatu jalan yang
melintasi wilayah dengan topografi bergelombang. Setelah dilakukaan
pengukuran dan desain jalan akan diketahui berapa volume tanah yang harus
digali dan berapa kebutuhan tanah untuk timbunan
(http://share.its.ac.id/pluginfile.php/14931/mod_resource/content/4/Luas
%20dan%20Volume.pdf, accessed on 30 Oktober 2019).
Salah satu cara untuk menghitung volume tanah pada proyek ini adalah
dengan metode penampang rata-rata. Areal yang akan dihitung volumenya,
dibagi dalam beberapa pias (potongan melintangnya). Selanjutnya cari luas
tiap pias
tersebut,
volume areal merupakan harga rata-rata pias yang membatasinya dikalikan
dengan jarak antara kedua jalur tersebut. Dapat dituliskan dalam rumus
sebagai berikut :

Keterangan :

A1 : Luas Penampang 1

A2 : Luas Penampang 2

L : Jarak penampang pertama dan kedua

 Luas A1 = Luas a1 + Luas b1 + Luas

c1 + Luas d1+…+ Luas n1 dengan Luas a1 = (( Z 0+Z


2
1
) x d 1)
Keterangan :

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Waterpass satu buah
2. Statif satu buah
3. Rambu ukur dua buah
4. Payung satu buah
5. Formulir ukur disesuaikan
6. Alat tulis satu paket

B. Langkah Kerja
1. Pengukuran Long Section

Sketsa pengukuran Long Section

a. Menentukan dua titik sebagai titik awal dan akhir proyek dengan jarak
sekitar 50 m (gunakan jarak optis).
b. Mendirikan alat Waterpass di titik awal, arahkan bidikan ke titik akhir
proyek.
c. Mendirikan rambu ukur sepanjang garis proyek mengikuti relief (naik
turunnya) permukaan tanah.
d. Mengukur jarak (optis) dan catat nilai BT untuk perhitungan ketinggian
pada setiap perbedaan relief permukaan tanah sepanjang garis proyek.
e. Mencatat hasil pengukuran pada formulir ukur.
f. Menghitung tinggi relief dengan rumus :
 H relief = Tinggi awal + ∆H relief
 ∆H relief = Tinggi instrument – nilai BT
2. Pengukuran Cross Section

Sketsa pengukuran Long Section


a. Menentukan dua titik sebagai titik awal dan akhir proyek dengan jarak
sekitar 50 m (gunakan jarak optis).
b. Menentukan jarak per 5 meter sepanjang jalur proyek (pada jalur proyek
pekerjaan Long section sebelumnya).
c. Melakukan pengukuran tampang dengan Waterpass pada setiap jarak 5
meter jalur proyek dengan arah tegak lurus dengan jalur proyek
sepanjang 15 meter.
d. Mendirikan rambu mengikuti bentuk relief permukaan tanah.
e. Mengukur jarak optis dan mencatat nilai BT untuk perhitungan
ketinggian pada setiap [erbedaan relief permukaan tanah.
f. Menghitung tinggi relief dengan rumus :
 H relief = Tinggi awal + ∆H relief
 ∆H relief = Tinggi instrument – nilai BT
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan jarak optis


(Ba−Bb)
1. DA-a’ = x 100
2
(1.788−1.742)
= x 100
2
= 4,6 m
(Ba−Bb)
2. DA-b’ = x 100
2
(1.546−1.476)
= x 100
2
= 7,0 m
(Ba−Bb)
3. DA-c’ = x 100
2
(1.509−1.417)
= x 100
2
= 9,2 m
(Ba−Bb)
4. DA-d’ = x 100
2
(1.421−1.285)
= x 100
2
= 13,6 m
(Ba−Bb)
5. DA-a’ = x 100
2
(1.354−1.168)
= x 100
2
= 13,6 m

B. Perhitungan Beda Tinggi

∆hrelief = Tinggi Instrumen (Hi) – Benang Tengah

1. ∆hA-a’ = 1.425 – 1.765


= -0,34
2. ∆hA-b’ = 1.425 – 1.512
= -0,087
3. ∆hA-c’ = 1.425 – 1.464
= -0,039
4. ∆hA-d’ = 1.425 – 1.353
= 0,072
5. ∆hA-B = 1.425 – 1.342
= 0,083

C. Perhitungan Tinggi Titik (H relief)

H relief = Tinggi awal + ∆h relief

1. Ha’ = 100 + (-0,34)


= 99,66 m
2. Hb’ = 100 + (-0,087)
= 99,913 m
3. Hc’ = 100 + (-0,039)
= 99,961 m
4. Hd’ = 100 + (0,072)
= 100,072 m
5. HB’ = 100 + (0,083)
= 100,083 m

D. Menghitung Luas Penampang

Luas A1 = Luas a1 + Luas b1 + Luas c1 + Luas d1+…+ Luas n1

Z 0+Z 1
 Luas a1 = (( 2 ) )
xd 1

1. Luas A1 =

(( 100+ 99,908
2 ) )( 2
x 2,6 + (
99,908+100,041
) )( 2
x5 + (
100,041+ 99,908
) x 2,6 + (
99,908+99,872
) ( 2 )x
100+ 99,698
+ (( 2 ) x 5,8 ) + (( 99,698+99,93
2 ) x 5,2)+(( 99,93+99,846
2 ) x 2)
= 389,8804 + 499,8725 + 259,9337 + 479,472 + 579,1242 +
519,0328 + 199,776
= 2927,0916 m2

E. Menghitung Volume
A 1+ A 2
V= (( 2 ) )
x L1 +

(( A 2+2 A 3 ) x L2)+(( A 3+2 A 4 ) x L3)+(( A 4 +2 A 5 ) x L 4)+¿ … +


(( An+2 An ) x ln )
2927,0916+ 2996,278
V= (( 2 ) )
x5 +

(( 2996,278+22599,8032 ) x 5)+(( 2599,8032+2903,2


2 ) x 5 ) +( (
2903,2+ 2522,6848
2 ) x 5 )+ ¿
(( 2522,6848+2 2062,6681 ) x 5) + (( 2062,668+23100,4047 ) x 5) …….
= 14808,424 + 13990,203 + 13757,508 + 13564,712 + 11463,38225 +
12907,682 + …..

A1 = 297,0916
A2= 2996,278
A3 = 2599,8032
A4= 2903,2
A5=2522,6848
A6= 2062,6681
A7=3100,4047

BAB V

KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Pengukuran Long Section & Cross Section yang
telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengukuran long section dilakukan di sepanjang garis tengah jalur
pengukuran dan dilakukan pada setiap perubahan pada permukaan tanah.
2. Pengukuran cross section dapat digunakan untuk menyatakan rencana batas-
batas suatu galian dan timbunan (cut&fill) atau yang sudah ada.
3. Penghitungan volume tanah digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan
(cut and fill) agar didapatkan area yang datar.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Dimas Bagus, M. A. (2015). Analisis pengukuran penampang memanjang dan penampang


melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP . Jurnal Geodesi Undip, 43-50.

Firdaus, M. I. (2015, Mei 14). LAPORAN KARTOGRAFI DIGITAL LONG AND CROSS SECTION,
VOLUME. Retrieved from LinkedIn Corporation Web site:
https://www.slideshare.net/irsyadifirdaus/laporan-kartografi-l

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. (2017, November). MODUL PENGUKURAN TOPOGRAFI BENDUNGAN
PELATIHAN PERENCANAAN BENDUNGAN TINGKAT DASAR. Modul, pp. 15-31.

http://share.its.ac.id/pluginfile.php/14931/mod_resource/content/4/Luas%20dan
%20Volume.pdf, diunduh pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 15.30
BAB VII

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai