Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI KONTRUKSI
“CEK VERTICALITY TERHADAP TIANG LISTRIK
MENGGUNAKAN THEODOLITE
LOKASI : PERTIGAAN JALAN ALEANDRA II, KOMPLEKS
PERUMAHAN DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA”
(Dosen Pengampu : Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc)

Oleh :
WILDAN CHOIRUL HUDA
18/432263/SV/16199

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK GEOMATIKA


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era saat ini, menara/tower yang sangat tinggi tersebar hampir di setiap
provinsi bahkan desa di Indonesia. Jenis kontruksi tersebut menjadi sangat tinggi,
bahkan cukup ramping. Selama kontruksi tersebut ada biasanya banyak terdapat
pergerakan tower/menara dikarenakan beban angin, kondisi tanah, dan faktor
lainnya. Hal tersebut menyebabkan tower/menara tidak lagi vertikal atau tegak
lurus.
Kepadatan penduduk yang semakin bertambah mengharuskan adanya
pemeliharaan terhadap menara/tower yang ada agar tidak mengganggu aktivitas
masyarakat. pemeliharaan dapat dilakukan mulai dari unit terkecil seperti ting
listrik yang sering dijumpai di sepanjang jalan. Untuk itu, pada laporan kali ini
akan dibahas tentang pengecekan verticality menara/tower tiang listrik dan
pembahasannya.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami materi tentang pengecekan vertikalitas suatu
menara/tiang menggunakan alat ukur Theodolite.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengecekan vertikalitas suatu gedung
/menara/tiang menggunakan alat ukur Theodolite.
3. Mahasiswa mampu menghitung dan menganalisa hasil pengecekan
vertikalitas suatu menara/tiang menggunakan alat ukur Theodolite.
4. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil pengukuran dengan menggunakan
Software AutoCAD

C. Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Jumat, 06 September 2019
Pukul : 09.00 - 13.50
Tempat : Pertigaan Jalan Aleandra II, Kompleks Perumahan
Dosen Universitas Gadjah Mada

BAB II

Landasan Teori

Verticality adalah suatu keadaan tegak lurus dari suatu bangunan atau
stuktur. Hal ini dilakukan secara kontinyu dalam periode tertentu untuk
mengetahui pergeseran tower secara vertikal dalam kurun waktu tertentu.
Kelurusan suatu kontruksi sangatlah penting karena merupakan situasi yang
sangat ideal. Secara teoritis, pergerakan di sekitar titik pusat desain karena beban,
jika semua kondisi netral, akan berdiri persis vertikal. Akan tetapi, situasi tersebut
sangat jarang ditemukan karena penyelesaian rakit diferensial, pemendekan beton,
dan toleransi kontruksi. Metodologi yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut
salah satunya adalah controlling verticality. Alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran verticality dapat berupa Theodolite.
Theodolite merupakan instrument yang dapat digunakan untuk melakukan
pengecekan verticality dengan ketepatan dan keakuratan tinggi selama
pembangunan berlangsung (Izat, n.d.). Theodolite sangat cocok untuk memeriksa
atau mengendalikan verticality suatu menara, dinding, fondasi, dan kolom.
Metodologi pengecekan verticality ini dilakukan terhadap sudut-sudut pilar
menara. Setiap pilar diukur dari titik bawah dan titik atas pada sisi pilar dari dua
arah yang berbeda.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Theodolite R12043
2. Statif
3. Pita ukur
4. Kaki tiga
5. Unting-unting
6. Payung
7. Formulir ukur
8. Alat tulis

B. Langkah Kerja

1. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum.


2. Menentukan tiang listrik yang akan dilakukan pengecekan verticality.
3. Mengukur jari-jari tiang listrik, gunakan pita ukur untuk melingkari tiang,
catat nilai yang terbaca. Untuk mendapatkan jari-jari tiang menggunakan
rumus keliling lingkaran.
4. Membuat sketsa pengukuran, tiang listrik sebagai titik O. Kemudian
menentukan dua titik sebagai arah pengecekan, misal titik A dan titik B.
Tentukan juga titik pembantu, misalnya C, sehingga terbentuk area persegi.
5. Mengukur jarak dari titik A ke O, dirikan Theodolite di titik A dan melakukan
pengaturan alat.
6. Setelah sentering melakukan pengaturan 0 Set, menentukan titik C dengan
melakukan pengukuran sudut secara horizontal sebesar 90⁰ dengan acuan di
titik O, ukur jarak dari titik A ke C, gunakan kaki tiga dan statif dalam
menandai titik dengan patok.
7. Dari titik A mengarahkan teropong ke pangkal tiang (titik O) sudut kiri (a),
catat sudut horizontalnya. Kemudian bidik teropong menuju titik sudut kanan
(b) dan mencatat bacaan sudutnya. Dari kedua sudut ini dapat mencari titik
tengah tiang (o).
8. Mengunci penggerak halus horizontalnya dan mengarahkan teropong ke atas
dan amati, apakah terjadi pergeseran dari titik tengah (o).
9. Mengarahkan teropong ke puncak tiang (titik O) sudut kiri (a’), catat sudut
horizontalnya. Kemudian bidik teropong menuju titik sudut kanan (b’) dan
mencatat bacaan sudutnya. Dari kedua sudut ini dapat mencari titik tengah
tiang (o’).
10. Mencari kemiringan sudut dengan cara ∠𝑜′ − ∠𝑜
11. Melakukan langkah 4 di titik C untuk menentukan titik B sehingga akan
didapat jarak A-O = A-C = C-B = B-O.
12. Memindahkan alat ke titik C setelah sentering melakukan pengaturan 0 Set,
menentukan titik B dengan melakukan pengukuran sudut secara horizontal
sebesar 90⁰ dengan acuan di titik A, ukur jarak dari titik C ke B, gunakan kaki
tiga dan statif dalam menandai titik dengan patok.
13. Melakukan pengukuran sudut seperti pada langkah sebelumnya dan
mencatatkannya pada tabel.

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil bacaan piringan horizontal

Titik Target Bacaan Sudut


Bawah
A a 0°0’0”
b 1°21’40”
o 0°40’50”
Atas
a’ 0°48’50”
b’ 1°41’35”
o’ 1°15’12,5”
Bawah
a 0°0’0”
b 1°23’45”
o 0°41’52,5”
B
Atas
a’ 1°33’25”
b’ 2°29’20”
o’ 2°1’22,5”

B. Perhitungan Data

1. Melalui titik A
- Mencari selisih ∠𝑎 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑏
1°21’40”−0°0’0”
∆ab =
2
= 0°40’50”

- Mencari sudut tengah ∠𝑜


∠o = 0°0’0" + 0°40’50”
= 0°40’50”

- Mencari selisih ∠𝑎′ 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑏′


1°41’35”−0°48’50”
∆a’b’ =
2
= 0°26’22,5”

- Mencari sudut tengah ∠𝑜′


∠o’ = 1°41’35” + 0°26’22,5”
= 1°15’12,5”
- Mencari kemiringan
α = ∠o’ - ∠o
= 1°15’12,5” - 0°40’50”
= 0°34’22,5”

2. Melalui titik B
- Mencari selisih ∠𝑎 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑏
1°23’45”−0°0’0”
∆ab =
2
= 0°41’52,5”
- Mencari sudut tengah ∠𝑜
∠o = 0°0’0" + 0°41’52,5”
= 0°41’52,5”

- Mencari selisih ∠𝑎′ 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑏′


2°29’20”−1°33’25”
∆a’b’ =
2
= 0°27’57,5”

- Mencari sudut tengah ∠𝑜′


∠o’ = 1°33’25 + 0°27’57,5”
= 2°1’22,5”

- Mencari kemiringan
α = ∠o’ - ∠o
= 2°1’22,5”- 0°41’52,5”
= 1°19’30”

BAB V

KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa tiang


listrik yang dijadikan objek memiliki kemiringan sebesar 0°34’22,5” ditinjau dari titik A
dan memiliki kemiringan sebesar 1°19’30” jika ditinjau dari titik B.

B. Kontribusi
1. Huda : sentering alat, melakukan pembacaan sudut, pencatatan dan
pengolahan data.
2. Alwi : sentering alat, melakukan pembacaan sudut, pengukuran jarak
langsung dan sketsa area.
3. Tata : melakukan pembacaan sudut , pengukuran jarak langsung, sketsa area,
dan pengolahan data.
4. Risky : sentering alat dan pembacaan sudut.
5. Andriana : sentering alat, melakukan pembacaan sudut, pencatatan dan
pengolahan data.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Izat, M. (n.d.). The Constructor Civil Engineering Home. Retrieved from Methods to Check
Verticality of Structure during Building Constraction:
https://theconstructor.org/construction/methods-check-stucture-verticality-
building/21676

https://w3.leica-geosystems.com›newPDF Controlling Vertical Towers - Leica Geosytems. Di


download tanggal 12 September 2019
BAB VII

LAMPIRAN

Tampilan setelah diolah menggunakan perangkat lunak AutoCAD.

Anda mungkin juga menyukai