Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEI

ACARA I

PENGENALAN DAN SETUP THEODOLITE

Hari/Tanggal : Senin/ 18 Oktober 2020

Lokasi : Lapangan sepak bola bagian selatan

A. Dasar Teori
1. Konstruksi alat ukur theodolite terdiri dari 2(dua) sumbu yang
saling tegak lurus yaitu sumbu vertikal (sumbu I) dan sumbu
horizontal
(sumbu II)
2. Syarat utama pemakaian alat ukur theodolite. Tiga syarat utama
pemakaian alat ukur theodolite adalah :
a. Sumbu I vertikal
b. Garis bidik tegak lurus II
c. Kesalahan indeks vertikal mendekati nol
3. Men-set theodolite untuk pengamatan ada dua tahapan :
a. Leveling
b. Sentering

B. Peralatan
1. Theodolite
2. Statif
3. Paku payung

C. Langkah Kegiatan
a. Tahapan leveling sebagai berikut :
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa
kelengkapannya. Catat nomor seri alat ukur yang dipergunakan

2. Memilih tempat yang aman mendirikan alat ukur theodolite (tanah


tidak rapuh, terhindar dari gangguan lalu lintas, dsb)
3. Memilih sebuah titik dan tandai dengan patok yang dipasang paku
payung pada bagian atasnya
4. Mendirikan statif dan sesuaikan dengan tinggi juru ukur
5. Memasang alat ukur theodolite diatas statif dan putar dengan
sekrup pengunci hingga aman dan stabil
6. Mengorientasikan theodolite tersebut dengan unting – unting atau
dengan sentering optis sedemikian rupa sehingga mendekati tepat
diatas titik yang telah ditandai dengan patok ber-paku payung
7. Atur gelembung nivo kotak ke tengah dengan menaik dan
menurunkan statif. Gelembung nivo dari posisi 1 ke posisi 2 diatur
dengan menaik dan menurunkan statif 1, gelembung nivo kotak
dari posisi 2 ke 3 diatur dengan menaik dan menurunkan statif II
hingga gelembung berada ditengah – tengah lingkaran kecil
8. Mengatur nivo tabung dengan sekrup ABC. Gelembung nivo dari
posisi 1 ke posisi 2 diatur dengan sekrup A dan B, diputar ke dalam
atau ke luar secara bersamaan hingga gelembung berada center di
nivo tabung; gelembung nivo dari posisi 2 ke posisi 3 di atur
dengan sekrup C, sebelumnya teropong diputar 90º searah jarum
jam, gelembung nivo di putar sembarang derajat dan kedudukan
nivo tabung tetap di tengah.

b. Secara rinci tahapan sentering optis sebagai berikut :


1. Pasang patok ditempat yang aman, beri tanda silang atau titik di
bagian tengahnya, bisa ditancapkan paku payung
2. Siapkan statif, buka ketiga klemnya. Tarik kaki statif sedemikian
hingga panjangnya sesuai dengan tinggi pengukur ; kurang lebih
setinggi dada. Lalu, putar kencang secukupnya klem statif dan
dirikan statif

3. Memasang theodolite pada statif dan putar secukupnya klem statif


dan dirikan statif theodolite
4. Memutar sekrup ABC sehingga berposisi “normal” atau ditengah –
tengah. Tidak ada kepastian mana yang sekrup A, B, atau C dari
ketiga sekrup tersebut. Pilihannya relatif dan terserah pengamat
5. Angkat dan dirikan diatas patok yang telah ditancapkan ditanah,
perkirakan kaki statif membentuk segitiga sama kaki dan tinggi
theodolite semua sesuai dengan mata pengukur
6. Mengamati patok dengan optical plummet sedemikian rupa
sehingga benang silang optical plummet mendekati tanda tengah
patok. Bersamaan dengan itu, perkirakan dengan mata posisi
bagian bawah theodolite mendatar
7. Menancapkan kaki statif dengan menginjak statif bagian bawah
8. Tengahkan/himpitkan kembali tanda tengah mikroskop dan tanda
tengah patok dengan memutar sekrup ABC
9. Mengamati nivo kotaknya, tengahkan gelembungnya dengan
menggunakan sekrup kaki – kaki statif yang paling “efektif” secara
bergantian dinaik turunkan secara seimbang. Leveling pendekatan
dilakukan dengan bantuan sekrup kaki statif dalam tahapan
menengahkan gelembung nivo kotak. Oleh karena itu, perlu dipilih
sekrup mana yang dikendorkan untuk menaikkan atau menurunkan
kaki statif. Agar pergeserannya efektif, pilihlah sekrup yang sejajar
dengan gelembung nivo-tengah nivo
10. Mengamati nivo tabung, tengahkan gelembungnya dengan
menggunakan sekrup ABC dengan metode “penyikuan”, kemudian
putar pada sembarang posisi
11. Mengamati apakah tanda tengah optical plummet masih berhimpit
dengan tanda tengah patok. Jika iya, maka theodolite siap
digunakan. Jika belum, himpitkan lagi dengan cara membuka
sekrup statif theodolite lalu geser theodolite sambil diamati melalui
optical plummet tadi

12. Mengamati nivo tabungnya, jika bergeser tengahkan dengan cara


seperti pada tahap 10

D. Hasil dan Pembahasan


Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Pada
praktikum theodolite yang telah dilakukan, pertamakali asisten
mengajarkan cara memasang alat theodolite pada statif. Kemudian asisten
menjelaskan bagian-bagian dari theodolite.
Keterangan gambar theodolite beserta fungsinya :

1. Sekrup standar : untuk mengunci plot pelindung piringan vertikal


2. Nivo teropong : untuk mendatarkan teropong
3. Sekrup koreksi nivo teropong : untuk mengoreksi penyimpangan pada
gelembung nivo teropong
4. Plat pelindung piringan vertikal : melindungi piringan vertikal
5. Titik merah : penanda sumbu II horizontal dan penanda untuk mengukur
ketinggiaan alat
6. Slot kompas : menentukan kompas/meletakannya
7. Cermin reflektor : memperjelas bacaan pada sudut vertikal dengan bantuan
cahaya
8. Merk pembuat : sebagai penunjuk dari perusahaan pembuat
9. Lensa objektif : untuk menangkap bayangan objek
10. Visir : untuk membidik objek secara kasar
11. Plummed : memutar optical plummed
12. Optical plummed : melihat titik pusat berdiri alat
13. Cincin pemfokus optical plummed : memperjelas titik pusat
14. Nivo kotak : sebagai keseimbangan sentering
15. Plat dasar : sebagai alat theodolite (penyangga seluruh bagian alat)
16. Sekrup ABC : mengatur nivo tabung, levelling up dan pembuat sumbu I
vertikal
17. Kepala statif : untuk penghubung statif dan alldade
18. Sekrup mikrometer : menempatkan bacaan pada piringan vertikal dan
horizontal
19. Klem vertikal : untuk mengunci teropong pada bidang vertikal
20. Sekrup penggerak halus vertikal : untuk menggerakkan teropong kearah
vertikal secara halus
21. Sekrup penggerak halus horizontal : untuk menggerakkan teropong kearah
horizontal secara halus
22. Klem horizontal : untuk mengunci gerakan horizontal
23. Piringan horizontal : tempat lingkaran skala horizontal dan bacaan sudut
horizontal
24. Nivo tabung : indikator sumbu I pada posisi benar – benar vertikal
25. Sekrup koreksi nivo tabung : untuk mengoreksi penyimpangan pada nivo
tabung
26. Klem limbus : mengunci piringan horizontal
27. Sekrup penggerak halus limbus : menggerakkan limbus secara horizontal
tanpa mempengaruhi bacaan
28. Sekrup pengatur bayangan diafragma : memperjelas bayangan benang
silang
29. Lensa okuler : mengamati dan membidik objek secara focus
30. Cincin pemfokus : memperjelas bayangan objek
31. Eye piece : tempat pembacaan sudut
32. Kaki statif : penyangga berdirinya theodolite

E. Pendalaman Materi

1. Mengapa alat ukur harus dilindungi dari panas matahari maupun air (hujan)?
2. Mengapa dalam mendirikan alat ukur harus dilakukan ditempat yang aman?
3. Apa beda antara leveling up saja dan centring?
4. Mengapa sumbu I theodolit harus diatur betul-betul vertikal sebelum
digunakan?
5. Mengapa paralaks pada pembidikan titik target harus dihilangkan?

Jawab :

1. Karena alat mudah rusak jika terkena paparan sinar matahari dan air hujan
yang dapat memengaruhi hasil bidikan tidak relevan. Payung adalah alat
yang dapat digunakan untuk melindungi alat dari sinar matahari maupun
air hujan.
Kesulitan yang didapat karena sinar matahari yaitu :
a. Nivo pecah
b. Mengerasnya klem-klem karena pemuaian
c. Mengubah persyaratan pengatur yang sudah dikerjakan
d. Menguapnya cairan pelican pada alat yang dapat menyebabkan aus
kerena terjadi pergesekan sumbu-sumbu dan pemutar lainnya

Air hujan dapat mempengaruhi :


a. Air yang masuk ke lensa dapat menyebabkan pengembunan
sehingga obyek tidak menimbulkan pembiasan yang menyebabkan
pembacaan tidak akurat
b. Menyebabkan sumbu-bumbu dan pemutar berkarat

2. Untuk menghindari jatuhnya alat ukur dari atas statif. Hindari pemasangan
statif di atas aspal atau beton karena kaki statif tidak benar-benar
menancap pada aspal atau beton yang bersifat keras. Jika terpaksa ketiga
kaki diikat satu sama lain untuk menghindari alat ukur jatuh. Pastikan juga
kepala statif terpasang relatif datar.

3. Leveling up adalah prosedur membuat sumbu I benar-benar vertikal.


Prosesnya menggunakan skrup ABC dan mengamati nivo. Penyimpangan
sumbu I akan menyebabkan miringnya piringan horisontal dari kedudukan
horisontalnya, sehingga pengukuran sudut horisontal akan salah.
Penyimpangan sumbu I berakibat pula pada penyimpangan sumbu II.
Gb1.3 Benang stadia 8 yang berarti kedudukan piringan vertikal
menyimpang dari arah vertikal, sehingga pengukuran sudut vertikal akan
salah pula. Centring adalah proses membuat sumbu I benar-benar vertikal
tepat melalui titik pengamat. Centring haruslah tepat pada titik di bawah
theodolit. Toleransi centring sebesar 0,5 mm. Kecepatan centring
bergantung pada keterampilan pengukurnya, kondisi medan dan cuaca.

4. Penyimpangan sumbu I akan menyebabkan miringnya piringan horisontal


dari kedudukan horisontalnya, sehingga pengukuran sudut horisontal akan
salah. Penyimpangan sumbu I berakibat pula pada penyimpangan sumbu II
yang berarti kedudukan piringan vertikal menyimpang dari arah vertikal,
sehingga pengukuran sudut vertikal akan salah pula.

5. Tujuan paralaks pada pembidikan titik target harus dihilangkan karena


agar benang silang dan titik target menjadi jelas.

Anda mungkin juga menyukai