Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN SISTEM SOSIAL DAN STRUKTUR

MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA


INISIASI TUTON SESI 3
PWKL4105-SISTEM SOSIAL

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVESITAS TERBUKA
Penulis : Anindya Putri Tamara, S.T., M.P.W.K.
email : anindya.putri17@pwk.undip.ac.id
Penelaah : Drs. Sumartono, M.Si
email : sumartono@ecampus.ut.ac.id

www.ut.ac.id
CAPAIAN PEMBELAJARAN SESI 3
Menjelaskan sistem sosial dan struktur majemuk masyarakat Indonesia

SUB POKOK BAHASAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN SESI 3

1. Kinerja sistem sosial  Menjabarkan kinerja sistem sosial


2. Struktur majemuk masyarakat Indonesia Menjabarkan struktur majemuk
masyarakat Indonesia

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Pendekatan sistem sosial adalah pendekatan yang dilakukan di dalam rangka menjalin komunikasi dan
menumbuhkan partisipasi dari masyarakat. Terdapat tiga paradigma yang umum dikemukakan dalam
mengamati fenomena sosial (dan budaya) adalah paradigma fungsional-struktural, paradigma konflik,
dan paradigma interaksi-simbolik.

Paradigma fungsional-struktural

Paradigma konflik PENDEKATAN


SISTEM SOSIAL

Paradigma interaksi-simbolik

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Fungsional-Struktural
Pendekatan ini memandang masyarakat ialah sebuah sistem yang teratur dan bersifat stabil. Pendekatan ini juga memandang
masyarakat sebagai sistem kompleks yang bagian-bagian di dalamnya bekerja secara bersama guna menghasilkan solidaritas
dan stabilitas. Sistem yang stabil ini dicirikan konsensus masyarakat di mana secara umum dikuasai anggota (para individu)
mempunyai perangkat nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipakai secara bersama.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Fungsional-Struktural
Pendekatan ini mulanya tumbuh dari cara melihat masyarakat sebagai organisme biologis, yaitu suatu pendekatan yang sering kita
kenal sebagai organisme approach.

Asumsi-asumsi utama yang mendasari pendekatan fungsional-struktural adalah :


1) Stabilitas, di mana kriteria evaluasi utama bagi aneka pola sosial ialah donasi pola-pola tersebut terhadap terpeliharanya
(stabilitas) masyarakat;
2) Harmoni, dalam mana layaknya bagian-bagian badan suatu organ tubuh, bagian-bagian masyarakat dipandang saling bekerja
sama secara serasi demi kebaikan seluruh masyarakat; dan
3) Evolusi, dalam mana perubahan yang terjadi dalam masyarakat selalu bersifat evolutif, bukan revolutif. Evolusi berlangsung
lewat penyesuaian struktur-struktur sosial atas tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan gres mereka seraya mengeliminasi struktur-
struktur sosial yang tidak perlu ataupun tidak bisa bekerja secara baik, dalam mana tindakan eliminasi ini berlangsung secara
perlahan.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Fungsional-Struktural
Menurut para fungsionalis, dalam mencapai stabilitas, masyarakat mengembangkan struktur-struktur sosial (atau lembaga). Struktur
osial adalah pola perilaku sosial yang relatif stabil. Struktur sosial dibutuhkan agar masyarakat tetap ada. Misal dari struktur sosial
adalah lembaga keluarga, pendidikan, agama, pemerintah ataupun lembaga-lembaga ekonomi (pasar, peternakan, perkebunan). Jika
ebuah struktur tidak menjalankan fungsinya, maka fungsi yang dijalankan struktur lain akan terganggu. Akibatnya sistem sosial
mengalami instabilitas.

Pendekatan fungsional-struktural umumnya merujuk


ulisan Talcott Parsons berjudul Structure of Social Action
1937) dan The Social System (1951). Bagi Parsons, agar bisa
berjalan stabil maka setiap sistem sosial harus memenuhi
empat fungsi yaitu fungsi-fungsi eksternal seperti adaptasi dan
pencapaian tujuan serta fungsi-fungsi internal seperti integrasi
dan pemeliharaan pola seperti tampak dalam skema berikut : Fungsi eksternal, adaptasi berkenaan dengan kemampuan untuk memproduksi komoditas
ekonomi dan kesejahteraan yang dilakukan dengan cara memanipulasi lingkungan suatu sistem
sosial.
Fungsi internal, integrasi merupakan kebutuhan sistem sosial agar setiap elemen yang ada tetap
padu, tidak tercerai-berai akibat konflik dan perbedaan penafsiran atas peran masing-masing
dalam sistem.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Konflik
Pendekatan konflik menganalisis sistem sosial secara makro. Berbeda dengan pendekatan fungsional-struktural yang menekankan
pada solidaritas dan stabilitas, pendekatan konflik menekankan pada ketimpangan dan perubahan sosial. Selain itu,
berdasarkan pendekatan ini, kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat terlibat dalam pertarungan terus-menerus
endless conflict) demi memperebutkan sumber daya yang langka.

Secara umum, pendekatan konflik mempunyai tiga perkiraan utama dalam memandang sistem sosial, yang terdiri atas:
1. Kompetisi, kompetisi memperebutkan sumberdaya langka (uang, waktu luang, kekuasaan, pengaruh) merupakan jantung dari
semua relasi sosial. Kompetisi ialah ciri utama dari relasi sosial, bukan konsensus.
2. Ketimpangan Struktural, ketimpangan kekuasaan dan pendapatan (reward) ialah inheren (melekat) di dalam setiap struktur
sosial. Individu atau kelompok yang memperoleh posisi diuntungkan lantaran mendominasi sumberdaya langka selalu cenderung
mempertahankannya, sementara pihak selain mereka berupaya merebutnya.
3. Perubahan Sosial, perubahan sosial muncul sebagai konsekuensi logis dari konflik antara kepentingan-kepentingan yang
bersaing dalam mana hal ini berbeda dengan pendekatan struktural-fungsional yang memandang proses adaptasi-lah yang
menjadikan perubahan sosial.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Konflik
Adanya kontradiksi intern, yang bersumber di dalam kenyataan bahwa setia
masyarakat mengenal pembagian otoritas (authority) yang tidak merata. Otorita
yang tidak merata ini pada akhirnya menyebabkan dikotomi dua bentuk katego
sosial dalam masyarakat, yaitu kelompok yang memiliki otoritas dan kelompo
yang tidak memiliki otoritas. Keduanya memiliki kepentingan yang berlawana
kelompok otoritas mempertahankan status quo, sebaliknya kelompok yang tida
memiliki otoritas cenderung ingin merubah status quo melalui kepentinganny
yang digambarkan pada diagram di samping ini.

Seperti telah disebutkan, dalam perkembangannya, pendekatan konflik tidak lagi memandang
cara produksi ekonomi sebagai mono sumber konflik. Pendekatan konflik yang lebih baru ini
dicontohkan oleh pendekatan konflik-gender dan pendekatan konflik-rasial.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Interaksi-Simbolik
Pendekatan interaksi-simbolik cenderung fokus pada level mikro-sosial. Pendekatan bercorak mikro-sosial lebih tertarik
mengamati relasi sosial lewat interaksi sosial antar insan dalam situasi tertentu. Situasi-situasi tertentu mendorong pada sikap sosial
yang spesifik.
Pendekatan interaksi-simbolik didefinisikan sebagai kerangka teori yang menganggap masyarakat tidak lain merupakan produk
nteraksi antar individu dalam acara sosial sehari-hari. Menurut interaksi-simbolik yang disebut sebagai masyarakat tidak lain
alah totalitas interaksi antarindividu dan antarkelompok yang berlangsung di dalamnya. Pandangan ini juga menganggap
masyarakat tidak lebih sekadar realitas yang dikonstruksi oleh aneka individu dan kelompok dikala mereka berinteraksi satu
ama lain. Interaksi membuat realitas dan realitas tersebutlah yang mensugesti bagaimana individu-individu memandang
orang lain. Melalui cara pandang ini munculah konsep identitas.

www.ut.ac.id
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
Paradigma Interaksi-Simbolik
Asumsi-asumsi utama yang menjadi pijakan pendekatan interaksi-simbolis adalah:
1. Pentingnya makna, dalam mana perilaku, gerak-gerik atau kata-kata bisa mempunyai makna yang beragam. Makna akan suatu
hal bagi partisipannya (penggunanya) harus dipahami bila seseorang hendak memahami sikap manusia, dan metodenya dikenal
dengan nama verstehen;
2. Makna muncul dari hubungan, dalam mana disaat terjadi perubahan hubungan, maka makna-makna pun turut berubah;dan
3. Setiap orang selalu menegosiasikan makna, di mana setiap orang selalu bersikap kritis atas pemaknaan orang lain atas
tindakannya. Setiap orang memainkan tugas aktif dalam perundingan setiap hal yang dimaknai baik oleh kita sendiri maupun
orang lain.

www.ut.ac.id
STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik, yaitu :
1. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan sukubangsa,
agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
2. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah
yang cukup tajam.

• Dalam mengamati SISTEM SOSIAL DAN


BUDAYA serta REALITAS MASYARAKAT
INDONESIA diperlukan minimal penguasaan
KONSEKUENSINYA
2 teori, yaitu; KONFLIK DIALEKTIKA dan
STRUKTURAL FUNGSIONAL.
• KONFLIK dan KONSENSUS adalah gejala
yang melekat bersama-sama di masyarakat
(David Lockwood)

www.ut.ac.id
MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA
ARAKTERISTIK MASYARAKAT MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA
NDONESIA • SUATU MASYARAKAT MAJEMUK (PLURAL
Masyarakat indonesia sangat heterogen baik SOCIETIES) yang masyarakatnya terdiri atas dua atau
secara vertikal maupun horizontal lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada
Masyarakat indonesia memiliki susunan dengan pembauran satu sama lain dalan SATU KESATUAN
ciri pluralitas yang sangat tinggi POLITIK (Furnival).
Akibatnya masyarakat indonesia sangat rawan • TIDAK ADA PERMINTAAN SOSIAL YANG
terjadi konflik DIHAYATI ANGGOTA MASYARAKAT YANG
 DENGAN DEMIKIAN MASYARAKAT MENYEBABKAN MUNCULNYA KARAKTERISTIK
NDONESIA DIKATEGORIKAN SEBAGAI PEREKONOMIAN YANG KHAS/BERBEDA
MASYARAKAT MAJEMUK MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA

KONSEKUANSI DARI KARAKTERISTIK TERSEBUT


• Setiap anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu sistem
• Masyarakat secara keseluruhan kurang memiliki homogenitas kebudayaan
• Anggota masyarakat kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain

www.ut.ac.id
MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA

Dengan cara yang lebih singkat, Pierre L. van den Berghe menyebutkan
beberapa karakteristik masyarakat majemuk, sebagai berikut :
1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang
seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain,
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-
lembaga yang bersifat non komplementer,
3. Kurang mampu mengembangkan konsensus di antara para anggota
anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar,
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain,
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) da
saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi, serta
Menurut Weber, terdapat tiga macam keteraturan yang mengikat orang dengan 6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang
sesamanya, yaitu : 1) tatanan ekonomi, 2) tatanan politik, 3) tatanan lain
kebudayaan. Ketiganya mempengaruhi perilaku manusia dengan hasil yang
tidak sama pada setiap orang.

www.ut.ac.id
MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA

Beberapa faktor yang menyebabkan pluralitas masyarakat di


Indonesia, sebagai berikut :
1. Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia menjadi
berbagai pulau.
2. Indonesia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik.
3. Perbedaan iklim dan struktur tanah di kepulauan Nusantara.

www.ut.ac.id
REFERENSI

Budiono Kusumohamidjoyo. (2000). Kebhinekaan Masyarakat Indonesia, Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: PT Grasiondo.
Brinkerhoff, David, et.al., (2011). Essentials of Sociology, 8th. Belmont : Wadsworth.
Deliyanto, Bambang. (2017). Sistem Sosial. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Henry L. (2011). Tischler, Introduction to Sociology, 10th. Belmont : Wadsworth.
Kendall, Diana. (2010). Sociology in Our Times, 8th Edition. Belmont : Wadsworth.
Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Layder, Derek. (2006). Understanding Social Theory, 2nd. London : Sage Publications.
MacIver, R. M. (1965). Web of government.
Nasikun. (1984). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta : PT Grafiti Pers.
Nasikun. (1990). Masyarakat Majemuk dan Dinamika Integrasi Nasional. Suatu Tinjauan Sosiologis. Makalah disampaikan pada Seminar
Pluralitas, Kesenjangan Sosial, dan Integrasi Nasional dalam rangka HUT KNPI ke17, 23 Juli 1990 di Surabaya.
Ngabalin, Marthinus. 2015. “Sistem Kasta Kajian Teologi Sosial Terhadap Praktik Pelaksanaan Kasta di
Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara”. Ambon: Jurnal Kajian Teologi Volume 1 No.2:148-163.
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta : Raja Grafindo Persada.

www.ut.ac.id
TERIMA KASIH

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVESITAS TERBUKA

Penulis : Anindya Putri Tamara, S.T., M.P.W.K.


email : anindya.putri17@pwk.undip.ac.id
Penelaah : Drs. Sumartono, M.Si
email : sumartono@ecampus.ut.ac.id

www.ut.ac.id

Anda mungkin juga menyukai