Anda di halaman 1dari 12

Antonius Ranauria Timur

14413241059 / P.Sosiologi B

FUNGSIONALISME STRUKTURAL

Sejarah Kelahiran Teori

Lahirnya fungsionalisme struktural sebagai suatu pandangan yang berbeda


dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat karya-karya
klasik seorang ahli sosiologi Perancis, yaitu Emile Durheim. Masyarakat modern
dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis yang memiliki realitas
tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-
fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya
agar dalam keadaan normal tetap langgeng. Bila suatu kebutuhan tertentu tadi
tidak dipenuhi, maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis.
Sebagai contoh dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi. Bila kehidupan ekonomi mengalami suatu gangguan, maka
bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem itu dan akhirnya
keseluruhan sistem.
Fungsinalisme Durkheim ini tetap dikembangkan. Ketika berkembang
sebagai disiplin akademis, sosiologi Amerika mengikuti behaviorisme sosial,
dengan mencoba menggabungkan studi tentang realitas subyektif dan obyektif.
Gabungan sosiologi dan psikologi ini bukanlah tradisi Durkheim, yang dalam
karya intelektualnya menunjukan kebutuhan akan sosiologi –yang tidak bisa
dipenuhi oleh psikologi. Baru sesudah tahun 1930-an Durkheim memiliki
pengaruhnya yang langsung atas pertumbuhan sosiologi Amerika Serikat. Hal
tersebut terutama melalui usaha Talcot Parsons, yang sangat dipengaruhi oleh
studinya sendiri bersama ahli antropologi fungsional Maliowski. Pada gilirannya
Parsons mempengaruhi sejumlah besar mahasiswanya termasuk Robert K.
Merton, banyak diantaranya kemudian menjadi ahli-ahli sosilogi terkemuka di
Amerika Serikat.
Fungsionalisme aliran Parsons ini berkembang di saat masa kegoncangan
ekonomi di dalam maupun di luar negeri sebagai akibat dari Depresi Besar, teori
fungsinalisme Parsons mengungkapkan suatu keyakinan akan perubahan dan
kelangsungan sistem. Pada saat-saat depresi, teori-teori Parsons merupakan teori
sosial yang optimis. Akan tetapi sepertinya optimisme Parsons itu diperkuat oleh
keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya masa kemewahan
setelah depresi yang sangat parah.
Selama beberapa dasawarsa fungsionalisme struktural telah berkuasa
sebagai suatu pandangan atau model teoritis yang dominan di dalam sosiologi
Amerika Kontemporer. Fungsionalisme struktural membayangkan masyarakat
sebagai suatu sistem dimana semua struktur sosialnya terintegrasi menjadi satu.
Masing – masing masyarakat memiliki fungsi yang berbeda dan saling berkaitan.
Karena saling berkaitan itulah maka mereka menciptakan konsensus
(kesepakatan) dan keteraturan sosial. Untuk menciptakan konsensus tadi, maka
keseluruhan bagian (dari sistem) akan saling beradaptasi terhadap perubahan
internal dan eksternal masing masing.
Ruang lingkup fungsionalisme struktural mencakup / mengkaji:
 Peran / fungsi dari suatu struktur sosial / institusi sosial tertentu dalam
sebuah masyarakat dan pola hubungannya dengan elemen lain.
 Status dan peran dari proses kerja dari struktur sosial bagi seluruh
masyarakat

Asumsi Dasar dan Fokus Teori


Struktur-struktur masyarakat dapat dipelajari tanpa memperhatikan fungsi-
fungsinya atau konsekuensi-konsekuensinya bagi struktur-struktur lain. Demikian
pula, proses-proses sosial yang mungkin tidak mengambil suatu bentuk struktural
dapat dikaji. Perhatian kepada kedua unsur itu mencirikan fungsionalisme
struktural. Meskipun fungsionalisme struktural mengambil berbagai bentuk
(Abrahamson, 1978).
Struktur yang ada di dalam masyarakat bisa saja berbeda antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain, akan tetapi ada satu kesamaan dari tiap-tiap
struktur tersebut yaitu adanya suatu hubungan yang terintegrasi. Integrasi ini
menunjukan sebuah hubungan yang menjadi satu walau setiap struktur
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Setiap struktur di dalam masyarakat
menjalankan fungsinya tetapi saling berkaitan satu sama lain sehingga
menghasilkan suatu konsensus dalam masyarakat. Konsesus dalam masyarakat
yang berlangsung akan menghasilkan suatu keteraturan sosial, struktur
masyarakat akan berjalan sesuai dengan fungsinya dan tetap terintegrasi dalam
sistem.
Parsons menemukan jawaban masalah tatanan ini dalam fungsionalisme
struktural, yang dalam pandangannya berkisar dalam serangkaian asumsi berikut :
1. Sistem memiliki tatanan dan bagian – bagian yang tergantung satu sama
lain.
2. Sistem cenderung menjadi tatanan yang memelihara dirinya, atau
ekuilibrium.
3. Sistem bisa jadi statis atau mengalami proses perubahan secara tertata.
4. Sifat satu bagian sistem berdampak pada kemungkinan bentuk bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan mereka.
6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan bagi
kondisi ekuilibrium sistem
7. Sistem cenderung memelihara dirinya yang meliputi pemeliharaan batas
dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, control variasi
lingkungan, dan kontrol kecendrungan untuk mengubah sistem dari dalam.
Davis dan Moore menunjukkan dengan jelas bahwa mereka memandang
strarifikasi sosial sebagai hal yang universal dan perlu. Mereka berargumen
bahwa tidak ada masyarakat yang pernah tidak terstratifikasi, atau tidak berkelas
secara sosial. Semua masyarakat membutuhkan sistem demikian dan kebutuhan
itu menghasilkan suatu sistem stratifikasi. Mereka juga memandang suatu suatu
sistem stratifikasi sebagai suatu struktur yang menunjukan bahwa stratifikasi
mengacu bukan kepada para individu yang ada di dalam sistem stratifikasi itu
tetapi lebih tepatnya jeoada suatu sistem posisi-posisi. Mereka berfokus pada cara
posisi-posisi tertentu membawa serta kadar prestise yang berbeda-beda, bukan
mengenai cara para individu menduduki posisi tertentu.
Davis dan Moore tidak menyatakan stratifikasi adalah suatu alat yang
dikembangkan perlahan-lahan secara tidak sadar, akan tetapi, stratifikasi adalah
alat yang harus dilaksanakan dan harus dikembangkan di dalam setiap masyarakat
jika mereka ingin langgeng.

Tokoh Teori Fungsional Struktural


1. Talcott Parsons
Parsons memandang masyarakat dengan teori tindakan sosial yang
mengatakan bahwa masyarakat merupakan produk dari struktur sosial. Struktur
sosial tadi ( stratifikasi sosial, lembaga sosial,kelompok sosial,nilai dan norma)
merupakan pembentuk yg menentukan masyarakat.
Parsons mengemukakan empat persyaratan fungsional untuk sistem tindakan,
skema AGIL-nya yang terkenal. Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-
kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-
kebutuhan sistem itu. Parsons percaya bahwa ada empat persyaratan fungsional
yang perlu bagi semua sistem yaitu adaptation (Adaptasi), goal attainment
(Pencapaian Tujuan), integration (Integrasi), dan latency (Latensi) atau
pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat Persyaratan fungsional itu
dikenal sebagai skema AGIL. Agar dapat lestari, suatu sistem harus melaksanakan
keempat fungsi tersebut
Empat Persyaratan Fungsional: Adaptasi, Goal Attainment, Integration dan
Latency (AGIL)
1. Adaptasi :
Masyarakat sebagai sistem harus memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai kondisi dan perubahan. Cepat atau lambat masyarakat harus bisa
menyesuaikan diri bila terjadi perubahan. Sistem itu harus beradaptasi dengan
lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-
kebutuhannya.
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan)
Sistem harus merumuskan tujuan utamanya. Setiap masyarakat tentu memiliki
tujuan. Untuk mencapai tujuan itu masyarakat perlu membahas cara untuk
mencapai tujuan itu.
3. Integration (integrasi)
Sistem harus mampu mengelola hubungan masyarakat untuk keberlangsungan
suatu sistem. Suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari
komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga komponen
fungsional lainnya (A, G, L).
4. Latency (Pemeliharaan pola)
Suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbarui baik motivasi
para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang
motivasi itu. Sistem juga harus membuat dan memelihara nilai-nilai yang dimiliki
bersama sebagai kesadaran kolektif

Fungsionalisme Struktural Parsons menekankan:


•Persyaratan fungsional yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sebuah sistem
untuk terus bertahan

•Kecenderungan masyarakat menciptakan konsensus (kesepakatan) antar


anggotanya

•Konstribusi “Peran dan Status” yang dimainkan oleh individu/institusi dalam


keberlangsungan sebuah masyarakat (sistem)

 Teori Sistem Tindakan Sosial


Hierarki kontrol sistem tindakan persyaratan fungsional hierarki syarat
arus informasi Sistem budaya adaptasi Arus energi
Sistem Sosial pencapaian tujuan
Sistem Kepribadian integrasi
Sistem perilaku latensi
Sistem tindakan tersusun dalam dua cara yaitu :
1. Melalui arus informasi kemudian berlanjut ke sistem budaya mengendalikan
sistem sistem selanjutnya dan berjalan sesuai persyaratan dan berakhir ke
arus energi  fakta sosial oleh masyarakat dibuat menjadi sistem sosial,
syarat dari sistem itu berfungsi antara lain AGIL (adaptation, goal
attantment, integration , latency). Kemudian berlanjut ke arus energi yang
berfungsi untuk memperkuat nilai nilai sosial yang dibuat oleh masyarakat
jika nilai tersebut dilakukan.
2. Melalui arus energi (praktek) kemudian ke sistem perilaku memperkuat
sistem sistem diatasnya dan sampai ke arus informasi  praktek dan
pengalaman dari masyarakat sendiri mengakibatkan terbentuknya sistem
perilaku dan mempengaruhi sistem sistem diatasnya ( sistem kepribadian,
sistem sosial, sistem budaya, sistem tindakan). Kemudian arus informasi
memperkuat sistem sistem yang telah terbentuk.
Sitem yang ada pada teori tindakan sosial ini dijabarkan oleh parson sebagai
berikut
a. Sistem budaya
Kebudayaan sebagai sistem utama yang mengikat berbagai elemen
dunia sosial. Kebudayaan menubuh pada norma dan nilai. Kebudayaan
adalah sistem sistem simbol yang terpola dan tertata yang merupakan
sasaran orientasi aktor, aspek kepribadian yang diinternalisasikan dan
pola-pola yang terinstitusionalkan dalam sistem sosial.
b. Sistem sosial
Penekanan parson lebih pada status dan peran yang ditempati dan
dimainkan individu atau uinstitusi sosial tertentu dalam masyarakat.
c. Sistem kepribadian
Organisasi sitem orientasi dan motivasi tindakan aktor individual.
Dikendalikan baik oleh sistem budaya dan sistem sosial.
d. Sistem perilaku
Penekanan parson hanya pada aspek karakter perilaku individu yang
terbentuk melalui proses pengkondisian dan pembelajaran dalam
kehidupan bermasyarakat. (sosialisasi, institusionalisasi, internalisasi.).
Selanjutnya mengenai stratifikasi sosial. Parson berharap untuk
memapankan adanya batasan-batasan dari seperangkat strukturnya.

-Kelemahan Teori Fungsionalisme Struktural Parsons


Hal yang patut untuk di kaji lebih dalam mengenai kelemahan teori
fungsionalisme-struktural & AGIL bahwa pandangan pendekatan ini terlalu
bersifat umum atau terlalu kuat memegang norma, karena menganggap bahwa
masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan.
Parsons menganggap bahwa tidak mungkin terjadi konflik antara tangan kanan
dengan tangan kiri, demikian pula tidak mungkin terjadi ada satu tubuh manusia
yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Demikian pula karakter yang
terdapat dalam masyarakat.

-Relevansi Teori Fungsionalisme Struktural Parsons


Bila melihat konsep AGIL secara keseluruhan masyarakat mungkin sesuai dengan
apa yang dikatakan Parson, namun secara khusus ada keadaan dimana masyarakat
tidak memenuhi salah satu konsep AGIL namun masih dapat bertahan dan eksis.
Suku badui dalam contohnya, konsep adaptasi dengan dunia masyarakat luar tidak
diterapkan, suku badui dalam hidup dengan norma yagn membatasi adaptasi itu,
namun keberadaan suku badui dalam tetap eksis.

2.Robert King Merton


Sosiolog Amerika berusaha membangun teori yang menghubungkan
perkembangan teori yang lebih dekat dengan dunia empirik dari pada yang
mungkin dengan teori parson yang abstrak dan komprehensif. Merton
mengembangkan teori taraf menengahnya yang di definisikannya sebagai teori
yang terletak diantara hipotesa kerja yang kecil tapi perlu yang berkembang
semakin besar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha ynag mencakup
semuanya untuk mengembangkan suatu teori terpadu yang akan menjelaskan
semua keseragaman yang diamati dalam perilaku sosial, organisasi sosial, dan
perubahan sosial.
Robert King Merton berpendapat sebaliknya dengan Parson, dia
berpendapat bahwa masyarakat sempurna yang diciptakan Parson hampir
tidak mungkin terjadi. Pandangan ini mengkritik apa yang dilihatnya
sebagai tiga postulat dasar. analisis fungsional seperti yang dikembangkan
oleh antropolog Malinowsi dan Radcliffe Brown. 
Postulat yang pertama adalah kesatuan fungsional masyarakat.
Pandangan ini mengandung arti bahwa berbagai sistem sosial pasti
menunjukkan tingginya level integrasi. Namun, Merton berpandangan
bahwa meskipun hal ini berlaku bagi masyarakat kecil dan primitif,
generalisasi ini dapat diperluas pada masyarakat yang lebih besar dan
lebih kompleks.
Postulat yang kedua adalah fungsionalisme universal. Jadi,
dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial kultural memiliki
fungsi positif. Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan apa
yang ditemukan didunia nyata. Jelas bahwa tidak setiap
struktur, adat istiadat, gagasan, keyakinan dan lain sebagainya memiliki
fungsi positif.
Postulat yang ketiga adalah indispensabilitas. Postulat ini
mengarah pada gagasan bahwa seluruh struktur dan fungsi secara
fungsional diperlukan oleh masyarakat. Tidak ada struktur dan fungsi yang
dapat bekerja sebaik yang sekarang ada di dalam masyarakat. Kritik
Merton, mengikuti Parsons adalah bahwa paling tidak kita harus bersedia
mengakui bahwa ada berbagai alternatif struktural dan fungsional di dalam
masyarakat.
Penolakan terhadap teori Parsons itulah yang membuat Merton
membandingkan teori fungsional Parsons dan teori disfungsional
miliknya. Landasan Teori Fungsionalisme Struktural Merton
Model struktural fungsional Merton 

Fungsional (Parsons) Disfungsional (Merton)


Semua struktur sosial memiliki Tidak semua struktur sosial
fungsi positif (berguna) bagi berfungsi positif, tapi ada juga
sistem (masyarakat) yang berfungsi negatif, yang
disebut “Disfungsional”
Dua konsep Disfungsional Merton:
 Sebuah struktur sosial bersifat disfungsional terhadap keseluruhan sistem
 Sebuah struktur sosial bersifat fungsional pada beberapa sistem dan
disfungsional pada sistem lainnya

Sebagai contoh fungsi dan disfungsi terjadi dalam masyarakat yaitu kita mengenal
adanya calo. Calo dianggap merugikan para calon penumpang kereta api
(disfungsi), namun disisi lain memiliki fungsi sebagai mempermudah pembayaran
dan berfungsi lagi untuk menggerakkan/mengaktifkan para security untuk
menangani hal ini. Hingga akhirnya para calo ini berperan (pasif) untuk
mengadakan / mengaktifkan peraturan dan fungsi lembaga sosial.Tentu setiap
kejadian memiliki fungsi dan disfungsinya masing masing.

Fungsi laten dan manifest


Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata dan laten. Kedua istilah
itu juga telah menjadi tambahan penting bagi analisis fungsional. Dalam istilah-
istilah sederhana, fungsi-fungsi manifest (nyata) adalah yang disengaja, sementara
fungsi-fungsi laten adalah tidak disengaja namun kadang malah menjadi fungsi
yang berguna bagi masyarakat. Fungsi manifest dari sekolah misalnya , untuk
membentuk karakter yang nasionalis melalui kegiatan pembelajaran,
mencerdaskan masyarakat, jalan untuk meraih cita cita. Sementara itu fungsi laten
dari sekolah antara lain, menunda usia perkawinan , perbudakan teknologi.

Alternatif Fungsional
Kemudian Merton mengemukakan konsep Alternatif fungsional. Konsep
ini mengkritik teori Fungsional Parsons yang mengatakan beberapa struktur /
institusi sosial harus ada dalam masyarakat dan tidak tergantikan karena nilai
penting fungsi yang dijalankannya untuk kelangsungan sistem keseluruhan.
Dengan kata lain, suatu instansi / lembaga sudah mempunyai fungsi sendiri
sendiri dan harus menjalankan fungsinya semaksimal mungkin tanpa melihat
kelemahan dari setiap instansi itu.
Alternatif fungsional berisi bahwa beberapa struktur/institusi sosial
mampu menggantikan struktur/institusi sosial lain untuk memenuhi fungsi
sosial,jika salah satu elemen (dari sistem) itu hilang , bukannya sistem itu
hancur namun akan digantikan oleh elemen yang lain walaupun hanya
sementara waktu.
Sebagai contoh dari konsep alternatif fungsional, sekarang muncul
agama “sepak bola”. Banyak masyarakat Eropa yang menganut “agama” ini
daripada agama katolik. Jika dilihat ajaran / bentuknya tentu saja berbeda,
namun terdapat persamaan yang ada antara “agama” ini diantaranya para
pengikut menyanyikan lagu yang sama dan menyanyikan lagu itu bersama
sama. Digereja menyanyikan lagu gereja (religi) untuk Tuhan sementara di
agama bola menyanyikan yel yel / lagu lain untuk “tuhan” mereka

Teori-teori Merton :
a. Struktur dan anomi
Anomi ( terjadi ketika antara tujuan yang dikonstruksi dalam budaya
tidak berhasil dicapai dengan struktur sosial yang sudah terlembaga ) .Hasil
anomi ini adalah berbagai ketidak sesuaian dan penyimpangan di masyarakat..
b. Kepribadian birokratis
Organisasi birokratis sangat menyesuaikan dengan peraturan dan
prosedur yang dibuat secara formal (fungsional). Namun, merton
mengemukakan bahwa konsekuensi disfungsional dari kepercayaan yang
terlampau besar terhadap peraturan adalah bahwa kaum birokrat itu
akhirnya tidak mampu menjawab tantangan situasi baru secara fleksibel.
c. Teori kelompok referen
Kelompok referen adalah kelompok yang merupakan acuan bagi
seseorang untuk melakukan penilaian diri, perbandingan.

Kelemahan Teori Fungsionalisme Struktural Merton


fungsionalisme struktural tidak terlalu membahas sejarah. sebenarnya,
fungsionalisme struktural berkembang, paling tidak sebagian, sebagai reaksi atas
pendekatan evolusioner historis yang dikembangkan beberapa antropolog. Pada
tahun-tahun awal, fungsionalisme melangkah terlalu jauh mengkritik teori evolusi
dan mulai memusatkan perhatiannya pada masyarakat kontemporer ataupun
masyarakat abstrak.

Para fungsionalis struktural juga dikritik karena tidak mampu menjelaskan


proses perubahan sosial secara efektif.
Fungsionalisme struktural pada dasarnya kabur, tidak jelas dan ambigu.
Ambiguitas ini dapat diketahui bahwa para fungsionalis struktural lebih banyak
membicarakan sistem sosial yang abstrak ketimbang masyarakat yang riil.

Relevansi Teori Fungsionalisme Struktural Merton


Midle range teori menurut merton ini nampaknya cocok dan masih relevan karena
teori nya yang melihat segala nya dari dua sisi, dan adanya konsekuensi-
konsekuensi yang terjabarkan menambah kerincian teori-teori merton.

Sumber:

Poloma, M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai


Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai