PEMBAHASAN
Konsep Parsons mengenai sistem sosial dimulai pada level mikro di dalam interaksi
antara ego dan alterego, didefinisikan sebagai bentuk sistem sosial yang paling elementer.
Dia menghabiskan sedikit waktu untuk menganalisis tingkat tersebut, meskipun dia benar-
benar menyatakan bahwa ciri - ciri sistem interaksi itu hadir di dalam bentuk - bentuk yang
lebih kompleks yang diambil oleh sistem sosial itu. Parsons mendefinisikan suatu sistem
sosial demikian:
Suatu sistem sosial dasar pada suatu pluralitas para aktor individu yang bertingkat
satu sama lain dalam suatu situasi yang ditetapkan dalam suatu aspek fisik atau
lingkungan, para aktor yang termotivasi dalam meningkatkannya dengan
kecenderungan arah "optimisasi kepuasan" dan relasi mereka dengan situasi-
situasinya saling meliputi, didefinisikan dan dimediasi dalam kerangka suatu sistem
simbol-simbol yang terstruktur dan dianut secara budaya.
(Parsons, 1951: 5-6)
Di dalam analisisnya atas sistem sosial, Parsons terutama tertarik pada komponen-
komponen strukturalnya, selain memerhatikan peran - status, Parson (1966: 11) juga tertarik
kepada komponen-komponen sistem sosial berskala-besar seperti kolektivitas, norma-norma,
dan nilai- nilai. Akan tetapi, di dalam analisisnya atas sistem sosial, Parsons tidak hanya
sebagai seorang strukturalis tetapi juga seorang fungsionalis. Oleh karena itu, dia
menggambarkan sejumlah prasyarat fungsional suatu sistem sosial Persyarat Fungsional
dalam Suatu Sistem Sosial.
Parsons menilai bahwa sebenarnya masyarakat membentuk sebuah sistem dan demi
sebuah keberlanjutan sistem itu sendiri, sistem tersebut haruslah memenuhi persyaratan -
persyaratan sebagai berikut ini.
a. Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus
mampu harmonis dengan sistem lain.
b. Sistem harus mendapat dukungan dari sistem lain.
c. Sistem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional.
d. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya.
e. Sistem harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu.
Bila terjadi konflik yang menimbulkan kekacauan harus segera dapat dikendalikan.
Sistem harus memiliki bahasa aktor dan sistem sosial.
Pertama, sistem - sistem sosial harus terstruktur sehingga mereka dapat bekerja
dengan mudah bersama sistem-sistem lain. Kedua, agar dapat lestari, sistem sosial harus
mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem - sistem lain. Ketiga, sistem itu harus
memenuhi suatu proporsi signifikan kebutuhan para aktornya. Keempat, sistem itu harus
mendapat partisipasi yang memadai dari para anggotanya. Kelima, ia harus mempunyai
setidaknya suatu kendali minimal atas perilaku yang menimbulkan kekacauan. Keenam, jika
konflik terasa cukup mengganggu, konflik itu harus dikendalikan. Ketujuh, suatu sistem
sosial memerlukan suatu bahasa agar dapat lestari.
Menurut teori fungsional ini masyarakat adalah "suatu sistem sosial yang terdiri atas
bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.
Masyarakat dilihat sebagai sebuah sistem dimana seluruh struktur sosialnya terintegrasi
menjadi satu, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda - beda tapi saling berkaitan dan
menciptakan konsensus dan keteraturan sosial serta keseluruhan elemen akan saling
beradaptasi baik terhadap perubahan internal dan eksternal dari masyarakat. Suatu fungsi
adalah “suatu kompleks kegiatan- kegiatan yang diarahlkan kepada pemenuhan suatu
kebutuhan - kebutuhan sistem itu” (Rocher, 1975: 40; R. Stryker, 2007).
Menurut George Ritzer asumsi dasar teori fungsionalisme struktural adalah "setiap
struktur dalam sistem sosial, juga berlaku fungsional terhadap yang lainnya. Sebaliknya kalau
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Teori ini
cenderung melihat sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem lain. Karena itu
mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dalam beroperasi
menentang fungsi - fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori
ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi
masyarakat.
Talcott Parsons telah banyak menghasilkan sebuah karya teoritis. Ada beberapa
perbedaan penting antara karya awal dengan karya akhirnya. Pada bagian ini membahas
karya akhirnya yaitu Teori Fungsionalisme Struktural. Talcott Parsons terkenal dengan
empat imperatif fungsional bagi sistem "tindakan" yaitu skema AGIL. Fungsi AGIL adalah
suatu gugusan aktivitas yang yang di arahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan
sistem. Parsons menyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan
perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural ( pendidikan), kehakiman (
integrasi), pemerintahan (pencapaian tujuan), dan ekonomi (adaptasi).
Menggunakan definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional
yang diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem adaptasi (A/adaptation), (Goal attainment/
pencapaian tujuan), (integrasi),dan (Latency) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama,
keempat imperatif fungsional tersebut di sebut dengan skema AGIL. Agar bertahan hidup
maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut.
A. Adaptasi
Sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus
beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-
kebutuhannya.
B. Pencapaian tujuan
Sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan - tujuan utamanya.
C. Integrasi
Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi kompenennya. Ia pun
harus mengatur hubungan antar imperatif fungsional tersebut (A,G,L).
D. Latency ( pemeliharaan pola)
Sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaharui motivasi individu dan
pola - pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Parsons mendesain skema AGIL agar dapat digunakan pada semua level sistem
teorinya. Dalam pembahasan ini tentang keempat sistem tindakan maka akan menjabarkan
cara parsons menggunakan AGIL. Organisme behavioral adalah sistem tindakan yang
menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan dan mengubah dunia luar. Sistem
kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem dan
memobilitasi sumber daya yang digunakan untuk mencapainya. Sistem sosial menangani
fungsi integrasi dengan mengontrol bagian - bagian yang menjadi komponennya, akhirnya
sistem kultur menjalankan fungsi latency dengan membekali aktor dengan norma dan nilai-
nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.
a. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang tersetruktur secara relatif mantap dan
stabil.
c. Setiap elemen dan struktur memiliki fungsi, yaitu memberikan sumbangan pada
bertahannya struktur itu sebagai suatu sistem.
d. Setiap struktur yang fungsional di landaskan pada suatu konsensus nilai diantara para
anggotanya.
Berdasarkan pandangan teori structural fungsional dapat di lihat sebagai elemen dalam
masyarakat seperti juga orang lain sebagai elemen dalam masyarakat. Jaringan hubungan
antara anda dan orang-orang lain yang terpola dilihat sebagai masyarakat. Jaringan hubungan
masyarakat terpola tersebut mencerminkan struktur elemen-elemen yang relatif mantap dan
stabil.
1. Sistem sosial harus terstruktur sedemikian rupa agar dapat beroperasi dengan sistem lain.
2. Sistem sosial harus didukung oleh sistem lain agar dapat bertahan.
3. Sistem harus secara signifikan memenuhi kebutuhan proporsi kebutuhan aktor-aktornya.
4. Sistem harus menimbulkan partisipasi yang memadai dari anggotanya.
5. Sistem harus memiliki kontrol minimum terhadap perilaku yang berpotensi merusak.
6. Konflik yang menimbulkan kerusakan tinggi harus di kontrol.
Dalam penerapan skema AGIL dapat dilihat bahwa pada organisme perilaku yang
merupakan tindakan sistem yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri /
mengubah lingkungan eksternal. Sistem menjalankan fungsi yang menjalankan tujuan dengan
sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial
menanggulangi fungsi Integrasi dengan mengendalikan bagian - bagian yang menjadi
komponenya. Sistem kultural melaksanakan fungsi pelayanan pola dengan menyediakan
aktor seperangkat norma dan nilai - nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.
Narwako, J Dwi dan Bagong Suryanto. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta. Prenada Media
Ritzer, George. (2004). Edisi Terbaru Teori Sosiologi. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Ritzer, George, Gouglas dan J. Goodman. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada
Media Grup.
Ritzer, George. (2012). Edisi Kedelapan Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmoden. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Turama, Akhmad Rizqi. (2018). Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons.
Banten: Journal of Language, Literary and Cultural Studies, 2 (2), (61).