OLEH :
KONSENTRASI SOSIOLOGI/ANTROPOLOGI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
A. Sejarah Perkembangan Teori Struktural Fungsional
setidak-tidaknya hingga dua dekade setelah perang Dunia II, perspektif ini boleh
dikatakan identik dengan sosiologi itu sendiri. Pengaruhnya yang besar itu dicapai
sebagai implikasi dari perjalanan tradisi ini yang begitu panjang dalam sejarah teori
sosial. kalau kita menelusuri elemen filosofinya, kita akan sampai ke pemikiran
filsafat dan politik pada masa Yunani (Maliki, 2003: 39). Perspektif ini juga berhasil
sehingga Colomy (1990) sampai pada kesimpulan bahwa teori struktural fungsional
Robert K. Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa obyek analisa
sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial. pola-pola institusional, proses
dari satu fakta sosial terhadap fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut Merton pula,
masyarakat yang dipengaruhi semangat renaissance. Pada saat itu muncul kesadaran
baru tentang peran manusia yang semula dianggap tidak memiliki otoritas apapun
teori ini masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan
yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap perubahan
yang lain. Asumsi dasarnya adalah adalah bahwa setiap struktur dalam setiap struktur
dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional
maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya (Ritzer, 2011:
21).
Penganut teori fungsional ini memang memandang segala pranata sosial yang
ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif dan
negatif. Herbert Gans (197) menilai kemiskinan saja fungsional dalam suatu sistem
sosial. Hanya saja perlu dipertnayakan: fungsional bagi siapa? Sebab bagi si miskin
sendiri jelas dis-fungsional (Ritzer, 2011: 22). Dalam menganilisis eksistensi individu
sebagai aktor dalam sebuah sistem sosial, Parsons melihat adanya dikotomi yang
ditujukan pada satu model tindakan ilmu alam terhadap kajian tentang perilaku
manusia, dan berad dalam aliran positivistik ala Durkheim yang dianggapnya
menghancurkan elemen kesadaran dari manusia. Sementara poin yang kedua adalah
sebaliknya dari model yang pertama, sebagaimana dalam kelompok idelais ala Weber
yang mengagungkan ide-ide dan seperangkat elemen subyektif kepada status yang
begitu tinggi, sehingga mereka tidak mengakui peranan penting faktor-faktor materi
tingkat mikro, melainkan ia menuju pada tingkatan makro yang lebih luas terhadap
tindakan dalam sistem sosial. upaya sistematik dan fungsional Parsons dilakukan
dengan cara memperluas strategi analisis fungsional, sehingga dapat diterapkan pada
sistem sosial tingkat mikro dan makro apa saja. Hasilnya adalah skematisasi A-G-I-L.
Singkatnya, model ini merujuk pada kebutuhan setiap sistem sosial untuk memenuhi
dan pemeliharaan pola-pola yang laten. Tekanan dalam analisis struktural dalam
Berdasarkan fokus kajian Parsons tentang tindakan sosial dan sistem sosial
ketimbang revolusioner. Dengan kata lain, stabilitas lebih menjadi prioritas utama
tergantung.
keseimbangan.
3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur .
bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan.
Merton adalah salah seorang murid Talcot Parsons di Universitas Harvard, dan
menjadi orang yang pertama kali memperoleh gelar Ph.D tahun 1936. Merton adalah
dikembangkan adalah berciorak middle range theory. Ia hanya memakai referensi dari
karya-karya Max Weber, William I Thomas dan Emile Durkheim (Maliki, 2003: 108).
Postulat ini berpendirian bahwa semua keyakinan dan praktik kultural dan sosial yang
sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai satu kesatuan maupun untuk
individu dan masyarakat. Pandangan ini secar tersirat meytakan bahwa berbagai
seluruh bentuk kultur dan sosial dan struktur yang sudah baku mempunyai fungsi
positif. Merton menyatakan bahwa postulat ini bertentangan dengan apa yang
ditemukannya dalam kehidupan nyata. Yang jelas adalah bahwa tak setiap struktur,
semua aspek masyarakat yang sudah baku tak hanya mempunyai fungsi positif, tetapi
masyarakat sebagai satu kesatuan. Postulat ini mengarah kepada pemikiran bahwa
semua struktur dan fungsi secara fungsional adalah penting untuk masyarakat. Tak
ada struktur dan fungsi lain manapun yang dapat bekerja sama baiknya dengan
struktur dan fungsi yang kini ada dalam masyarakat. Dengan mengikuti Parsons,
kritik Merton adalah bahwa kita sekurang-kurangnya tentu ingin mengakui akan
adanya berbagai alternatif struktur dan fungsional yang dpat ditemukan di dalam
Maliki, Zainudin. 2003. Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya: LPAM.
Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Ritzer, George. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Upe, Ambo.2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.