Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SOSIOLOGI GENDER

TEORI KONFLIK

Oleh

Oleh;

Kelompok tiga(3):

Anggun mustika yanti 14070189

Vanni afrita 14070010

Susi susanti 14070036

Syahrul hidayat 14070015

Oktavi yandra 13070267

Ridho yulio 13070268

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATRA BARAT
PADANG 2016-2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kehadiran ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
SOSIOLOGI GENDER dengan tema Teori Konflik. Kami penulis berharap dengan
membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan
teori konflik dalam memahami masalah-masalah tentang gender.

Dalam menulis makalah ini kami penulis menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti sehingga pembaca dapat memahami isi makalah ini dengan mudah. Makalah
ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mohon sumbangan pemikiran dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik.

Padang, 28 oktober 2016

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................


B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori konflik................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................

B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memahami analisis mengenai gender kita harus berpedoman pada tiga
paradigma besar dalam ilmu sosiologi. Salah satunya adalah teori konflik. Dalam
memahami gender banyak masalah terutama mengenai ketidakadilan gender dan
feminisme dalam sosiologi gender dapat kita analisis dengan teori konflik. Karena
banyak ketidakadilan menyebabkan banyak muculnya konflik dan permasalahan-
permasalahan terutama bagi kaum perempuan, dengan memakai teori konflik kita
bisa melihat fenomena tersebut dengan mengkaji semua masalah-masalah yang ada
dalam ketidakadilan gender.

B. Rumusah masalah
1. Bagaimana paradigma konflik dalam memahami feminisme?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui paradigma konflik dalam feminisme.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma Konflik Dalam Feminisme

Paradigma Konflik dalam Feminisme (Feminisme Radikal dan Feminisme


Marxis). Sosiologi konflik merupakan aliran ilmu sosial yang menjadi alternative dari
aliran sosiologi fungsionalisme.Mereka percaya bahwa setiap kelompok masyarakat
memiliki kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) yang adalah pusat dari setiap
hubungan sosial termasuk hubungan kaum laki-laki dan kaum perempuan. Feminisme
Radikal merupakan kelompok pertama yang menganut teori konflik ini, yang
sejarahnya justru muncul sebagai reaksi atas kultur sex-ism atau diskriminasi sosial
berdasarkan jenis kelamin dibarat pada tahun 1960 an, khususnya sangat penting
dalam melawan kekerasan seksual dan pornografi (Brownmiller,1976). Para penganut
feminisme radikal tidak melihat adanya perbedaan antara tujuan personal dan politik,
unsur-unsur seksual atau biologis.Aliran feminisme ini menganggap bahwa
penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual, adalah bentuk
dasar penindasan terhadap kaum perempuan.

Feminisme Radikal menjadikan Patriarki sebagai batu sandungan terhadap


terjadinya diskriminasi, mereka menganggap bahwa patriarki adalah bentuk
penindasaan dari system hirarki seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior
dan privilege ekonomi. Bagi gerakan Feminisme Radikal, Revolusi terjadi pada setiap
perempuan yang telah mengambil aksi untuk mengubah gaya hidup, pengalaman dan
hubungan mereka sendiri terhadap kaum laki-laki. Dan perlawanan atas penindasan
perempuan bisa dalam bentuk yang sangat personal urusan subjektif individu
perempuan.

Kelompok atau aliran penganut teori konflik yang lainnya adalah Feminisme
Marxis. Aliran ini menolak keyakinan kaum Feminisme Radikal yang menyatakan
biologi sebagai dasar pembedaan gender. bagi mereka penindasan perempuan adalah
bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Persoalan perempuan selalu
diletakan dalam kerangka kritik atas kapitalisme. Karl Marx sendiri tidak banyak
menjelaskan dalam teorinya tentang posisi kaum perempuan dalam perubahan sosial.
Menurut Karl Marx hubungan antara suami dan istri serupa dengan hubungan antara
proletar dan borjuis, serta tingkat kemajuan masyarakat dapat diukur dari status
perempuannya. Bagi penganut feminisme marxis, penindasan perempuan merupakan
kelanjutan dari system eksploitatif yang bersifat stuktural.

Oleh karena itu, mereka tidak menganggap patriarki ataupun laki-laki


sebagai permasalahan,akan tetapi system kapitalisme yang sesungguhnya merupakan
penyebab masalahnya. Dengan begitu penyelesaiannya pun harus bersifat struktural,
yakni hanya dengan melakukan perubahan stuktur kelas dan pemutusan hubungan
dengan system kapitalisme internasional. Perubahan struktur kelas itulah yang mereka
sebut sebagai proses revolusi. Setelah revolusi, jaminan persamaan bagi laki-laki dan
perempuan belum lah cukup karena perempuan masih dibebankan oleh tugas
domestik. Oleh karena itu engels mengutip “hanya jika urusan mengurus rumah
tangga di transformasikan menjadi industri sosial, dan urusan menjaga dan mendidik
anak menjadi urusan umum, maka perempuan tidak akan mencapai ekualitas yang
sejati”. Emansipasi perempuan terjadi hanya jika perempuan terlibat dalm produksi
dan berhenti mengurus rumah tangga. Bagi teori marxis klasik, perubahan status
perempuan terjadi melalui revolusi sosialis dan dengan menghapuskan pekerjaan
domestik(rumah tangga).

Aliran konflik yang ketiga adalah aliran feminis sosialis. Aliran ini
melakukan sintesa antara meode historis materialis marx dan engels dengan ide “the
personal is political”sebaliknya feminisme tanpa kesadaran kelas juga menimbulkan
masalah. Oleh karena itu analisis patriarki perlu dikawinkan dengan analisis kelas
dengan demikian kritik terhadap eksploitasi kelas harus dilakukan pada saat yang
sama. Teori kapitalis patriarki yang menyamakan antara struktur kelas kapitalis
dengan struktur hirarki seksual. Bahkan dalam analisisnya patriarki sudah muncul
sebelum kapitalisme dan tetap ada pasca kapitalisme. Pandangan ini berbeda dengan
engels yakni pada awal timbulnya private properti yang membawa akibat pada
pendominasian kaum perempuan seperti proletarisasi kaum buruh kaum perempuan
juga di dominasi baik oleh sistem kapitalisme maupun patriarki sehingga
menghalangi mereka untuk mencapai nilai-nilai esensi sebagai perempuan dan
manusia. Penindasan perempuan bagi feminisme juga bisa menimbulkan kesadaran
revolusi, tapi bukan evousi model”women as sexs” yang diungkapkan kaum feminis
radikal.

Sesungguhnya masih banyak aliran feminisme selain ketempat utama dari


gerakan feminisme tersebut. Misalnya aliran ‘eco_feminisme’ yang dikembangkan
oleh fandana shiva dari india dan maria mies dari jerman.demikian halnya dengan
dunia ketiga lahir feminisme dunia ketiga yang menakjubkan dari gerakan feminisme
seperti kristen protestan dan katolik, bahkan dikalangan umat islam telah lahir
gerakan feminnisme moeslim. Kaum akademisi lebih mempermasalahkan antar aliran
ini. Dikarenakan berbagai aliran feminisme memang terdapat suatu asumsi yang
bertentangan dan sulit untuk dipersatukan.namun demikian para praktisi umumnya
melihat berbagai aliran secara sistematis.

Melainkan menggunakan analisis yang cocok untuk melihat keadaan yang


dihadapi.hampir semua aliran aliran dirasakan memberikan sumbangan untuk
menguatkan kaum perempuan.usaha kaum feminis liberal untuk mendidik kaum
perempuan agar setaradengan kaum lelaki bisa digunakan untuk usaha praktis di
jangka pendek, demikian halnya semboyan feminisme radikal”personal is
political”bisa menjadi alat untuk proses penyadaran terhadap kuatnya sistem patriarki
sebagai hal prinsipal oleh feminisme liberal. Analisis kelas dan peran kapitalisme
yang dipergunakan oleh marxis yang menyumbangkan dan memperkaya gerakan
kaum perempuan terutama untuk memahami nasib kaum perempuan dalam sistem
dan struktur kapitalisme yang berlaku. Saat ini analisis telah menjadi alat oleh setiap
organisasi yang bergerak alam memperjuangkan nasib kaum perempuan. Uraian di
atas akan melihat bagaimana gender sebagai alat anaisis yang digunakan untuk
pemberdayaan kaum perempuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma Konflik dalam Feminisme (Feminisme Radikal dan Feminisme


Marxis). Sosiologi konflik merupakan aliran ilmu sosial yang menjadi alternative dari
aliran sosiologi fungsionalisme.Mereka percaya bahwa setiap kelompok masyarakat
memiliki kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) yang adalah pusat dari setiap
hubungan sosial termasuk hubungan kaum laki-laki dan kaum perempuan.

Feminisme Radikal merupakan kelompok pertama yang menganut teori


konflik ini, yang sejarahnya justru muncul sebagai reaksi atas kultur sex-ism atau
diskriminasi sosial berdasarkan jenis kelamin dibarat pada tahun 1960 an, khususnya
sangat penting dalam melawan kekerasan seksual dan pornografi (Brownmiller,1976).
Para penganut feminisme radikal tidak melihat adanya perbedaan antara tujuan
personal dan politik, unsur-unsur seksual atau biologis. Aliran feminisme ini
menganggap bahwa penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan
seksual, adalah bentuk dasar penindasan terhadap kaum perempuan.

B. Saran

Dari uraian diatas, kami kelompok tiga menyarankan pada pembaca bahwa
setelah mempelajari mengenai gender ini sebaiknya kita semua memahami mengenai
gender, artinya tidak ada lagi perlakuan-perlakuan dan asumsi dari pembaca yang
masih membedakan gender seseorang terutama dalam rumah tangga dan keluarga.
Serta memahami peran-peran gender yang meski kita tanamkan dalam diri masing-
masing.

DAFTAR PUSTAKA
Fikih, mansour. 1996, menggeser konsepsi gender dan transformasi sosial. Yogyakarta:
pustaka pelajar offset.

www. Sosiologi gender. Com

Anda mungkin juga menyukai