PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah
fungsional bagi suatu masyarakat. Dengan demikian seperti halnya peperangan,
ketidaksamaan sosial, perbedaan ras bahkan kemiskinan “diperlukan” dalam suatu
masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara perlahan dan kalaupun terjadi sutau
konflik maka penganut teori ini memusatkan perhatian kepada masalah bagaiman
acara menyelesaikan masalah tersebut agar masyarakat kembali mneuju suatu
keseimbangan.Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu
kecenderungan kearah keseimbanngan, yaitu suatu kecenderungan untuk
mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang. 1
1
Paul B. Horton,Chester L. Hunt, Sosiologi, (Jakarta : Erlangga) hlm. 18
2
Meskipun Merton dan Persons sama-sama diasosiasikan dengan
fungsionalisme struktural, ada perbedaan-perbedaan penting diantara mereka. Salah
satu alasan perbedaan itu ialah, sementara Parsons membela penciptaan teori-teori
yang bersifat melingkupi, Merton lebih menyukai teori-teori terbatas dengan
cakupan menengah. Alasan lainya, Merton lebih menyukai teori-teori Marxian
dibanding Parsons. Nyatanya, Merton dan beberapa mahasiswanya (khusunya Alvin
Gouldner) dapat dianggap telah mendorong fungsionalisme struktural lebih banyak
kearah kiri secara politis.2
Merton mengkritik hal yang dia naggap sebagai tiga dalil dasar analisis
fungsional seperti yang dikembangkan oleh para antropologi seperti Malinowski dan
Radcliffe Brown. Pertama ialah dalil kestuan fungsional masyarakat. Dalil tersebut
menganggap bahwa semua kepercayaan sosialdan budaya dan praktik yang
distandarkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan juga
sebagai individu didalam masyarakat. Pandangan itu menyiratkan bahwa berbagai
bagian sistem sosial nantinya akan menunjukkan level integrasi yang tinggi.
Ketiga adalah dalil kebutuhan mutlak. Argumenya disini adalah bahwa semua
aspek masyarakt yang distandarisasikan tidak hanya mempunyai fungsi positif,
tetapi juga amenggambarkan bagian dari cara kerja keseluruhan yang mutlak ada.
Dalil tersebut menghasilkan ide bahwa semua struktur dan fungsi secara fungsional
adalah untuk masyarakat. Tidak ada strukktur dan fungsi lain yang dapat bekerja
sebaik struktur dan fungsi yang dijumpai didalam masyarakat sekarang ini.
2
George Ritzer.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2014) hlm. 427
3
Kritik merton selanjutnya kepada Parsons ialah bahwa setidaknya kita harus
bersedia mengakui bahwa ada berbagai alternatif struktural dan fungsional yang
terdapat didalam masyarakat.
Pendirian Merton ialah bahwa semua dalil fungsional tersebut bersandar pada
penegasan-penegasan non-empiris yang didasarkan pada sistem-sistem teoritis
abstrak. Minimalnya, sosiolog bertanggung jawab untuk memeriksa masing-masing
penegasan itu secara empiri. Kepercayaan Merton bahwa pengujian-pengujian
empiris, bukan pernyataan-pernyataan teoritis, sangat penting bagi fungsional,
menuntunya mengembangkan “paradigma” analisis fungsionalnya sebagai suatu
paduan untuk penyatuan teori dan riset.
4
Untuk mengoreksi pengalihan serius tersebut yang terjadi didalam
fungsionalisme struktural awal, Merton mengembangkan ide mengenai disfungsi.
Sebagaimana struktur-struktur atau lembaga-lembaga dapat berperan dalam
pemeliharaan bagian-bagian lain sistem sosial, mereka juga dapat mempunyai
konsekuensi-konsekuensi negatif untuknya.3
Para fungsionalis pada umumnya telah membatasi diri kepada analisi atas
masyarakat sebagai suatu keseluruhan, tetapi Merton menjelaskan bahwa analisis
juga dapat dilakukan pada suatu organisasi, lemaga atau kelompok. Merton juga
memperkenalkan konsep fungsi nyata dan laten. Kedua istiah itu juga telah menjadi
tambahan penting bagi analisis fungsional. Dalam istiah-istilah yang sederhana,
fungsi-fungsi nyata adalah yang disengaja, sementara fungsi-fungsi laten tidak
disengaja.
3
Ibid hlm 249.
5
Peter Berger telah menyebut hal tersebut “memperlihatkan hal yang
sebenarnya”, atau melihat kepada efek-efek yang nyata diluar maksud-maksud yang
dinyatakan. Merton menjelaskan bahwa konsekuensi-konsekuensi yang tidak
diantisipasi dan fungsi-fungsi laten adalah satu tipe konsekuensi yang tidak
diantisipasi, tipe yang bermanfaat untuk sistem yang ditunjuk.
Akan tetapi, ada dua tipe lainya konsekuensi yang tidak diantisipasi:
“konsekuensi-konsekuensi disfungsional untuk suatu sistem yang ditunjuk dan hal
itu terdiri dari disfungsi-disfungsi laten”, dan “komsekuensi-konsekuensi tidak
relevan bagi sistem yang mereka pengaruhi baik secara fungsional maupun
disfungsional...konsekuensi-konsekuensi non-fungsional”.
2.3. Fungionalisme Struktural Sebagai Teori: Akhir dari Suatu Masa Kejayaan
4
Ibid. 435
6
Karya awal Merton sangat dipengaruhi oleh Weber, seperti yang terlihat
dalam disertasi doktoralnya yang menganalisa perkembangan ilmu pada abad ke-17
di Inggris. Merton meneliti hubungan antara Protestanisme dan perkembangan ilmu,
yang banyak hal sama dengan karya klasik Weber ketika ia menunjukan korelasi
antara Etika Protestan dan perkembangan Kapitalisme. Di dalam menganalisa
berbagai tulisan dari “British Royal Society” Merton menunjukkan bahwa “beberapa
elemen ketika protestan terkandung di dalam dunia kegiatan keilmuan dan sangat
membekas pada sikap-sikap ilmiawan terhadap pekerjaan mereka”(Merton 1936:
3).5
Pengaruh Weber juga dapat d ilihat dalam batasa Merton tentang birokrasi.
Mengikuti Weber, Merton mengamati beberapa hal berikut di dalam organisasi
birokrasi modern.
Merton tidak berhenti dengan deskripsi tentang struktur, akan tetapi terus
membahas kepribadian sebagai produk organisasi struktural tersebut. Struktur
5
Poloma Margaret. Sosiologi Kontemporer. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) Hal. 30-31
7
birokratis memberi tekanan terhadap individu sehingga mereka menjadi “disiplin,
bijaksana, metodis”.
Merton mengutip tiga postulat yang terdapat di dalam analisa fungsional yang
kemudian disempurnakannya satu demi satu.
1. Kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai “suatu keadaan di mana
seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau
konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan
yang tidak dapat diatasi atau diatur. Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional
yang sempurna dari suatu masyarakat adalah “bertentangan dengan fakta”. Sebagai
contoh dia mengutip beberapa kebiasaan masyarakat yang dapat bersifat fungsional
bagi suatu kelompok (menunjang integrasi dan kohesi suatu kelompok) akan tetapi
disfungsional (mempercepat kehancuran) bagi kelompok lain.
Paradigma Merton menegaskan bahwa disfungsi (elemen disintegratif) tidak boleh
diabaikan hanya karena orang begitu terpesona oleh fungsi-fungsi positif. Ia juga
menegaskan bahwa apa yang fungsional bagi suatu kelompok (masyarakat Katolik
atau Protestan di kota Belfast) dapat tidak fungsional bagi keseluruhan (bagi kota
Belfast). Oleh karena itu batas-batas kelompok yang dianalisa harus diperinci.6
6
Ibid Hal. 35
8
3. Postulat ketiga yang melengkapi trio postulat fungsionalisme, adlaah postulat
indespensability. Ia menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap
kebiasaan, ide, obyek materil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting,
memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan, dan meripakan bagian penting yang
tidak dapat diposahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan. Menurut Merton
postulat ini masih kabur. Belum jelas apakah fungsi suatu kebutuhan sosial, seperti
reproduksi anggota-anggota baru atau item sebuah norma, seperti keluarga batih
merupakan suatu keharusan.7
7
Ibid Hal. 36-37
8
Ibid Hal. 43
9
Seperti Parsons, Merton menekankan tindakan yang berulang kali atau yang baku,
yang berhubungan dengan bertahannya suatu sistem sosial dimana tindakan itu berakar.
Merton menyatakan bahwa objek apapun dapat dianalisis secara struktural-fungsional harus
merepresentasikan unsur-unsur standar, yaitu yang berpola dan berulang. Ia menyebut hal ini
sebagai peran sosial, peran institusional, proses sosial, pola kultural, norma sosial, organisasi
kelompok, struktur sosial, dan alat kontrol sosial. Sesuatu yang baku di masyarakat belum
tentu fungsional.9 Adanya berbagai perbedaan kepentingan yang saling bertentangan antar
kelompok dan organisasi yang berbeda dalam suatu masyarakat yang kompleks akan
menyebabkan pola adaptasi yang fungsional bagi satu kelompok, namun justru disfungsional
bagi kelompok lain. Merton menunjukkan bahwa struktur bisa saja disfungsional untuk
sistem secara keseluruhan namun demikian struktur itu terus bertahan hidup (ada).10
Fungsi adalah bagian dimana unsur-unsur sosial atau budaya memainkan peranannya
dalam masyarakat yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.11
Oleh kebanyakan kalangan ilmuwan, analisa fungsional dianggap sebagai suatu pola
yang konservatif, walaupun manfaatnya diakui. bahkan kadang-kadang analisa fungsional
dianggap reaksioner. Bagi mereka, analisa fungsional tidak lain daripada suatu versi baru dari
ajaran-ajaran yang berkembang dalam abad ke-18 mengenai kepentingan politik dan privat.
Analisa itu dianggap sebagai sekularisasi ajaran yang dikembangkan oleh Adam Smith.
Adam Smith dalam bukunya Theory of Moral Sentiments menyatakan bahwa ketertiban
harmonis lingkungan alam semesta adalah dibawah bimbingan Yang Maha Kuasa, yang
mengembangkan kesejahteraan manusia melalui proses pengembangan potensi pribadi.
Dengan demikian analisa fungsional merupakan suatu orientasi konservatif dari seorang ahli
ilmu sosial konservatif, yang akan mempertahankan tertib yang ada. Dengan lain perkataan,
9
Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi & teori Sosial Koontemporer, 8.
10
setiap proses perubahan akan ditentangnya walaupun sifatnya moderat sekalipun. oleh karena
itu, mereka yang mengagungkan analisa fungsional menyampingkan peringatan yang pernah
diberikan oleh Tocqueville yang mengatakan, bahwa apa yang disebut sebagai lembaga-
lembaga yang penting tidak lain hanya merupakan lembaga yang sudah biasa dalam proses
kehidupan manusia.
Catatan yang dibuat Myrdal bersifat intruktif, karena tertuju pada dua postulat yang
sering dipergunakan dalam analisa fungsional untuk mempertahankan pandangan bahwa
lembaga-lembaga senantiasa bersifat fungsional. Hal ini merupakan suatu teleologi yang
bersifat konservatif.
Apabila analisa fungsional dalam sosiologi terikat pada teleologi yang konservatif,
maka analisa itu harus tunduk pada postulat yang lebih ketat lagi. Analisa fungsional harus
tunduk pada reductio ad absurdum.12
12
ibid Hal 582-583
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat.
Dengan demikian seperti halnya peperangan, ketidaksamaan sosial, perbedaan ras bahkan
kemiskinan “diperlukan” dalam suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara
perlahan dan kalaupun terjadi sutau konflik maka penganut teori ini memusatkan
perhatian kepada masalah bagaiman acara menyelesaikan masalah tersebut agar
masyarakat kembali mneuju suatu keseimbangan.Masyarakat dipandang sebagai suatu
sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan kearah keseimbanngan, yaitu suatu
kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
3.2. Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat
mengembangkan lebih sempurna lagi, kritik dan saran sangat kami harapkan, untuk
memotivasi penulis, agar dalam penyelesaian makalah ini bisa memperbaiki diri dari
kesalahan, atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
12
13