Pokok Bahasan 2
Perspektif dalam Sosiologi
Tujuan
Talcott Parsons
Garis besar pendekatan ini adalah
Masyarakat itu dapat dianalogikan sebagai organ
tubuh manusia, yang terdiri dari bagian/komponen/
subsistem yang saling berhubungan dan saling
bergantung untuk mewujudkan keseimbangan.
Rusak atau terganggunya satu bagian akan
mengganggu bagian yang lain atau bahkan
keseluruhan bagian.
Dalam Fungsionalisme
Masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerjasama secara teorganisir
dan bekerja secara teratur menurut seperangkat
aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar
masyarakat
Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem
Dasar-dasar;
sebuah paradigma yang berorientasi makro
melihat masyarakat sebagai arena ketimpangan yang
menimbulkan konflik dan perubahan sosial
Elemen kunci
masyarakat terstruktur untuk menguntungkan beberapa
orang dengan mengorbankan
Faktor-faktor seperti ras, kelas jenis kelamin, dan usia yang
terkait dengan ketimpangan sosial
Hubungan Kelompok dominan vs kelompok yang kurang
beruntung
Tokoh paradigma konflik
Karl Marx:
pentingnya kelas sosial dalam ketimpangan
dan konflik sosial
W.e.B. Du Bois:
ras sebagai masalah utama yang dihadapi
negara-negara Amerika di abad 20
Melihat masyarakat berada dalam konflik yang
terus menerus antara kelompok dan kelas.
Marx memusatkan perhatian pada pertentangan
antar kelas untuk pemilikan kekayaan/aset
produktif
Perjuangan meraih kekuasaan dan penghasilan
sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
Para teoretisi masyarakat terikat bersama
karena kekuatan kelas atau kelompok yang
dominan.
Secara garis besar dalam masyarakat selalu
ada sekelompok orang yang jumlahnya sangat
sedikit dan menguasai alat produksi ( disebut
klas bourjuis) dan ada sekelompok orang yang
jumlahnya sangat banyak tetapi tidak
menguasai alat produksi ( sering disebut
sebagai klas proletar)
Hubungan kedua kelas itu selalu terjadi
perbedaan kepentingan. Klas atas
menginginkan status quo, sedang klas bawah,
menginginkan hilangnya klas
Dasar :
tingkat orientasi mikro, fokus perhatian pada
3. Erving Goffman:
Dramaturgy; Front Stage Vs Back Stage;
Impression Management;
Stigma
Perspektif Interaksionisme
Perspektif ini tidak menyarankan teori-teori besar
tentang masyarakat, karena istilah “masyarakat”,
“negara”, dan “lembaga masyarakat” adalah konsep
abstrak sementara yang dikaji adalah orang-orang
dan interaksinya
Para ahli teori ini (misal: GH. Mead,CH Cooley)
memusatkan perhatiannya pada interaksi antara
individu dan kelompok, menggunakan simbol.
Manusia tidak bereaksi terhadap dunia secara
langsung, tetapi bereaksi terhadap makna yang
dihubungkan dengan benda atau kejadian di
sekitarnya.
Prinsip-Prinsip interaksionisme
simbolik
Manusia, tidak seperti hewan rendah lainnya, diberkahi dengan
kapasitas berakal
Kapasitas untuk berpikir itu terbentuk karena interaksi sosial
Di dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol-
simbol yang membuatnya dapat melakukan kapasitas berpikir
sebagai manusia
Arti dan simbol membuat manusia melakukan tindakan dan
interaksi manusia secara berbeda
Manusia mampu memperbarui atau mengubah arti dan simbol
yang mereka gunakan dalam tindakan dan berinteraksi atas
dasar interpretasi mereka terhadap keadaan
Manusia dapat membuat modifikasi dan perubahan tersebut
karena kemampuannya berinteraksi dengan dirinya sendiri,
yang membuatnya dapat meneliti kemungkinan serangkaian
tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan
kemudian memilih salah satunya
Fenomenologi masih termasuk di dalam
Perspektif Interaksionisme, secara khusus,
bagaimana kehidupan sosial itu dialami secara
aktual.
Fenomenologi adalah studi sistematis mengenai
gejala (fenomena); bagaimana gejala-gejala ini
tampak di dalam pengalaman manusia berarti,
menangkap dan memahami dalam konteks hidup
dari orang yang hidup melalui situasi.
Pemikir utama adalah Alfred Schutz yang
menekankan pentingnya pengalaman manusia di
dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana hal
ini dianggap biasa atau wajar (taken for granted)
Ethnometodologi
Etnometodologi adalah studi sistematis
mengenai metode-metode yang digunakan
oleh para aggota dari suatu masyarakat
tertentu untuk mengkonstruksikan dunia
sosial mereka
1. Metode Kuantitatif
Artinya sosiologi menggunakan data/
informasi berupa angka-angka, sehingga
gejala yang diteliti dapat diukur dengan
menggunakan skala, indeks, tabel-tabel
dan formula formula yang menggunakan
ilmu pasti atau matematika. BAHASA:
HIPOTESIS, VARIABEL DAN
PENGUKURAN.
Mengutamakan data/informasi yang sulit
dapat diukur dengan angka angka atau
ukuran yang bersifat eksak. Misalnya
data yang berkenaan dengan wacana ,
makna dan konstruksi sosial yang perlu
pemahaman (verstehen) BAHASA:
KASUS DAN KONTEKS