Anda di halaman 1dari 116

KONTEKS MAKRO MIKRO

TEORI SOSIAL
Oleh :

Prof. Dr. I Made


Weni,SH.MS
SOSIOLOGI

Desiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal. Dan


banyak jenis sosiolog yang mempelajari sesuatu yang
berbeda-beda pula (kajian ilmiah tentang kehidupan sosial
manusia).

1. Sosiologi Makro

2. Sosiologi Mikro
Sosiologi Makro :
Sosiologi yang mengkaji perilaku sosial/pola-pola sosial yang
berskala besar.
1. Berbagai pola sosial
2. Masyarakat sebagai keseluruhan dan berbagai unsur pentingnya :
ekonomi, sistem politik, pola kehidupan keluarga, bentuk sistem
keagamaannya.
3. Jaringan kerja dunia berbagai masyarakat yang saling berinteraksi.
4. Masyarakat tertentu pada satu peninggalan sejarah tertentu.
Sosiologi Mikro :

Sosiologi yang mengkaji perilaku sosial dalam kelompok


dan setting yang relatif kecil

1. Berbagai pola pikiran dan perilaku yang muncul dalam kelompok-


kelompok
2. Gaya komunikasi verbal dan non verbal dalam hubungan sosial face
to face.
PENELITIAN SOSIOLOGIS MEMERLUKAN
STRATEGIS TEORITIS DAN TEORI
1. Strategi teoritis : Serangkaian konsep dan prinsip yang sangat
abstrak (berisi jalinan berbagai teori yang saling berkaitan)
2. Teori : Aplikasi konsep dan prinsip kepada gejala tertentu

Strategi Teoritis :
Rangkaian yang sangat global yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mengarahkan rancangan ini
diterapkan terhadap gejala sosial dalam perhatiannya yang paling luar.

Tujuannya :
Melahirkan teori-teori spesifik dan mendorong berbagai macam
penelitian untuk menguji teori tersebut.
Keterkaitannya :

Banyak menarik perhatian sosiolog untuk memahami


keterkaitan tersebut perlu mengklarifikasi perbedaan-
perbedaannya.
Tidak setiap orang setuju mengenai perbedaannya, dan harus diakui
bahwa batas antara keduanya kadang-kadang agak kabur.
Cara yang paling berguna dalam mengkonseptualisasikan bentuk-
bentuk analisis sosiologi adalah cara yang ditawarkan Randal Collins
yaitu ada 3 faktor dasar yang fundamental yaitu waktu, ruang dan
jumlah.

Di satu pihak sosiolog dapat mengkaji perilaku sosial sejumlah kecil


orang yang berkumpul dalam ruangan kecil dan berada dalam waktu
singkat, inilah yang dilakukan sosiologi Mikro.
Sebaliknya sosiologi Makro mengkaji perilaku sosial dimana waktu,
ruang dan jumlah orangnya terentang.
Cara berpikir ini dengan cepat membebaskan kita dari
pengertian yang salah bahwa sosiologi makro dan
mikro sebenarnya berkaitan dengan fenomenanya
yang berbeda sebagaimana dikira oleh banyak orang.
Sosiologi mikro-makro sebenarnya berkaitan dengan sesuatu yang
pada dasarnya sama : interaksi antar individu yang telah terpolakan.
Keduanya hanya menganalisis berbagai interaksi yang ada dari
batasan waktu, ruang dan jumlah yang berbeda.
Perbedaan antara sosiologi mikro-makro hanyalah menyangkut
perbedaan perspektif dan bukan perbedaan masalah pokoknya.
Bila argumen ini diterima berarti ada dua rangkaian teori sosiologi
yang benar-benar berbeda yaitu teori untuk para sosiologi mikro dan
teori untuk para sosiologi makro.
Dengan adanya perbedaan tersebut yang telah lama mengoperasikan
bangunan pengetahuan muncul usaha-usaha untuk melihat apakah
teori-teori tersebut dapat disatukan menjadi model-model yang lebih
sederhana dan komperhensif.
Ini berarti bahwa integrasi teoritis ini dapat dan harus
dilakukan.
Dengapernyataan lain sosiologi makro harus mempunyai dasar-
dasar
mikro. Dengan pernyataan ini tidak berarti teori-teori sosiologi
mikro memadai untuk menjelaskan perilaku yang menjadi
perhatian sosiologii makro.
Para sosiolog makro selalu paling tidak dalam kadar tertentu memiliki
prinsip-prinsip teoritisnya sendiri yang dapat direduksi ke dalam
prinsip-prinsip sosiologi mikro. Yang dimaksud bahwa perilaku yang
muncul dalam masyarakat yang menyeluruh atau dalam berbagai
jaringan masyarakat dunia secara teoritis tidak dapat dilepas dari
perilaku sejumlah kecil orang selama beberapa jam atau hari.
Tindak sosial dalam skala besarlah dapat dinterpretasikan dalam
kaitannya dengan motif dan kepentingan orang-orang ketika ia hadir
dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang disebut translasi mikro bagi
sosiologi makro. Pada saat ini teori sosiologi mikro yang paling
penting adalah : interaksionisme simbolik, etnometodelogi, teori pilihan
rasional.
Strategi Teoritis Idealisme :
Karakteristik Utamanya :
Menegaskan signifikansi pikiran manusia dan kreasinya pemikiran,
gagasan, kode simbolik, bahasa dalam menentukan
pengeorganisasian masyarakat dan perubahan sosial.

Strategi Teoritis Materialisme :

Karakteristik Utamanya :
Mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi material dari eksistensi manusia
seperti tingkat teknologi, pola kehidupan ekonomi, dan ciri-ciri
lingkungan alamiah merupakan penyebab yang menentukan
pengorganisasian masyarakat manusia dan berbagai perubahan penting
yang terjadi di dalamnya.
Strategi Teoritis Fungsionalisme
Karakteristik Utamanya :
Berusaha menjelaskan ciri-ciri dasar kehidupan sosial. Manusia sebagai
respons terhadap kebutuhan dan permintaan masyarakat sebagai sistem
sosial yang pernah tetap. Mengasumsikan bahwa trait-trait sosial yang
ada memberikan kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup
dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau sub sistemnya.

Strategi Teoritis Konflik :

Karakteristik Utamanya :
Memandang masyarakat sebagai arena dimana masing-masing individu
dan kelompok bertarung untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan
keinginannya. Konflik dan pertentangan menimbulkan dominasi dan
subordinasi, kelompok yang dominan memanfaatkan kekuasaan mereka
untuk menentukan struktur masyarakat sehingga menguntungkan
kelompok mereka sendiri.
Teori konflik Marxian adalah teori materialis dan
menekankan pertentangan kelas, sementara teori
konflik Weberian lebih luas sifatnya dan menekankan
sifat multidimensional dari konflik dan dominasi.
Strategi Teoritis Evolusioner :

Karakteristik Utamanya :
Memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan dan menjelaskan
transformasi sosial jangka panjang yang diasumsikan akan
memperlihatkan arah transformasi untuk seluruh perubahan dalam
masyarakat manusia.
Teori-teori fungsionalis evolusioner memusatkan perhatian kepada
kompleksitas masyarakat yang selalu berkembang yang selalu
menunjukkan efisiensi fungsional dan kemajuan sosial yang meningkat.
Teori-teori evolusioner materialis menekankan evolusi sosial adalah
respons terhadap kondisi-kondisi material yang berubah dan bersikap
skeptis terhadap penyamaan evolusi dan kemajuan.
Strategi Teoritis Ekletisisme :

Karakteristik Utamanya :
Memberikan toleransi kepada semua sudut pandang yang ada yang
dalam prakteknya berarti menggunakan bagian-bagian dari setiap
strategi yang ada untuk menjelaskan banyak keadaan kehidupan sosial.
Klaim bahwa kenyataan tertentu harus dijelaskan dengan satu
pendekatan dan kenyataan lainnya dengan pendekatan yang berbeda.
FUNGSIONALISME AWAL

Bapak Sosiologi : Augustus Comte.


Mencoba untuk merumuskan cara menganalisis masyarakat dengan
menyajikan metode penafsiran organis terhadap masyarakat.
Masyarakat dikonseptualisasikan sebagai suatu tipe organisme dan
harus ditelaah melalui prisma konsepsi-konsepsi biologis mengenai
struktur dan fungsi.

Hebert Spencer terpengaruh oleh biologi sehingga menganggap


masyarakat sebagai suatu organisme, walaupun kemudian dia
menyusun suatu sistematik mengenai cara-cara berpikir yang
menganggap masyarakat merupakan analog suatu organisme
yaitu masyarakat merupakan bentuk organisme tertinggi.
Asumsi-Asumsi yang mengawali Fungsionalisme Sosiologi
1. Realitas sosial dianggap sebagai suatu sistem
2. Proses-proses suatu sistem hanya dapat dimengerti dalam
kerangka hubungan timbal-balik antara bagian-bagiannya.
3. Suatu sistem sifatnya terikat yang disertai adanya proses-proses
untuk mempertahankan integritas dan batas-batasnya.
Menurut Turner :
Asumsi-asumsi tersebut menjadi pegangan aliran fungsionalisme dan
dalam perkembangannya sering menjadi bahan diskusi. Organisme
menunjukkan adanya kecendrungan untuk menjadi statis.

1. Apakah masyarakat juga mempunyai kecendrungan itu.


2. Organisasi mungkin menimbulkan syarat-syarat yang relatif stabil
untuk bertahan atau memenuhi kebutuhannya, apakah masyarakat
juga demikian.
3. Organisme mencakup bagian-bagian yang saling berkaitan yang
harus memenuhi kepentingan-kepentingan sistem, apakah
masyarakat juga demikian.
Pertanyaan ini merupakan masalah-masalah yang dihadapi
kalangan fungsionalis yang tampak dalam ajaran-ajaran :

1. Emile Durkheim
2. Bronislaw Malinowski
3. A.R. Radcliffe Brown.

Emile Durkheim :
Pada awalnya sangat terpengaruh oleh organisme. Di samping
mempergunakan terminologi organisme maka pikiran-pikirannya
mencerminkan asumsi-asumsi dalam organisme :
1. Masyarakat harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang dapat
dibedakan dari bagian-bagiannya, namun tidak dapat dipisahkan
darinya. Dengan menganggap masyarakat sebagai suatu yang
realistis, maka Durkheim memberikan prioritas pada analis
menyeluruh.
2. Bagian-bagian suatu sistem berfungsi untuk memenuhi kepentingan
sistem secara menyeluruh.
3. Kepentingan-kepentingan fungsional dipergunakan dalam
artian normal dan patologis. Dengan demikian suatu sistem
sosial harus terpenuhi kebutuhannya untuk mencegah
terjadinya keadaan abnormal.

4. Dengan memandang sistem secara normal, atologi dan fungsional,


maka ada taraf atau titik tertentu dimana harmoni tercapai, sehingga
fungsionalisasi secara normal berproses di sekitar titik tersebut.

Menyadari akan adanya bahaya, sehingga secara eksplisit mencoba


untuk menanggulanginya :
1. Menyadari kekurangan-kekurangan analisis teleologis sehingga
berpendapat bahwa sebab-sebab terjadinya suatu fenomena harus
dibedakan dari tujuannya.
2. Betapa lemahnya pernyataan bahwa untuk kepentingan
pemeliharaan sistem yang menyeluruh akan mengakibatkan
eksistensi bagian-bagiannya. Kadang-kadang cendrung melakukan
penalaran teleologis, oleh karena itu penelitian terhadap fungsi
suatu bagian dalam hubungannya dengan kesatuan yang
menyeluruh harus selalu dilakukan.
Suatu fakta sosial disebabkan karena adanya kebutuhan
akan ketertiban sosial yang dipenuhi fakta tersebut.
Pernyataan teoritis demikian tidak selalu harus tidak sah,
oleh karena dapat diasumsikan bahwa suatu sistem sosial
dapat diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tertentu atau pun tujuan-tujuan sehingga mempunyai
kapasitas untuk menimbulkan variasi pada unsur-unsur
kebudayaan atau fakta sosial untuk memenuhi kebutuhan
atau tujuan tersebut.

Akan tetapi apabila sistem semacam itu dideskripsikan oleh seorang


analis maka perlu diadakan dokumentasi bagaimana sistem itu
diprogramkan dan bagaimana prosesnya sehingga mengakibatkan
terjadinya variasi pada fakta sosial untuk memenuhi kebutuhan atau
tujuan tertentu. Durkheim memperhitungkan hal itu ketika
merumuskan ciri-ciri analisis fungsionalis. Ia menyajikan analisis
bagaimana membedakan antara sebab (peningkatan moral) dengan
fungsi (integrasi masyarakat).
Menurut Cohen :
Pernyataan kausal seringkali rancu dengan pernyataan-pernyataan
fungsional misalnya merosotnya moral mengakibatkan terjadinya
persaingan yang akan mengganggu ketertiban sosial, yang
menyebabkan timbulnya spesialisasi tugas, ketergantungan mutual dan
peningkatan keinginan untuk menerima kewajiban mutual sebagai
aturan. Selanjutnya analisis Durkheim terhadap asal mula dan hakekat
agama termasuk penalaran teleologis. Masyarakat membatasi ruang
gerak warga-warganya dan sekaligus menyediakan sumber daya
budaya yang diperlukan agar kreatif. Warga masyarakat bersahaja
hampir-hampir tidak menyadari akan adanya kekuatan yang membatasi
tersebut namun tidak mampu menyatakan adanya ketergantungan
walaupun ada kebutuhan berbuat demikian. Oleh karena itu mereka
memilih suatu obyek yang mewakili masyarakat dan pola perilaku
kolektif. Obyek-obyek itu dianggap mencerminkan ketertiban atau
moral sosial sehingga diangap sebagai lambang-lambang suci. Oleh
karena itu dianggap sebagai pusat aktivitas ritual, maka hal itu
menimbulkan perasaan kesatuan kelompok dan memelihara solidaritas.
Teori demikian berpijak pada pengertian bahwa kebutuhan
manusia untuk mengekspresikan kesadaran yang samar-
samar tentang adanya pembatasan-pembatasan sosial dan
asumsi bahwa kebutuhan mempunyai akibat-akibat yang
bermanfaat bagi normalitas fungsi sosial yakni solidaritas
sosial.
Teologi muncul pada taraf individual yakni kebutuhan untuk
mengekspresikan sesuatu. Kalau imputasi tujuan itu tidak diterima
kebutuhan sosial akan solidaritas menimbulkan agama. Dengan
demikian maka tumbuhnya agama dan pemeliharaannya tidak
dijelaskan oleh kondisi-kondisi awal atau sebab-sebab yang berantai
akan tetapi oleh tujuan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pribadi
atau pun kelompok.

Sebagai suatu perspektif konseptual maka fungsionalisme abad 20


timbul yang dipelopori oleh para anthropolog yang terkemuka yaitu
Bronislaw Malinowski dan AR. Radicliffe Brown yang masing-masing
sangat terpengaruh oleh pandangan-pandangan organisme Durkheim.
Dengan demikian tak ada postulat kebutuhan manusia atau
masyarakat yang universal; kondisi-kondisi yang diperlukan
bagi ketahanan harus diteliti empiris untuk setiap sistem sosial
tertentu. Dengan menyadari bahwa terdapat kondisi-kondisi
yang berbeda bagi setiap sistem sosial, maka dihindari
kesalahan yang menentukan bahwa setiap unsur kebudayaan
harus mempunyai fungsi dan bahwa setiap unsur dalam
kebudayaan yang berbeda mempunyai fungsi yang sama.

Apabila kelemahan-kelemahan tersebut sudah dapat diatasi maka


analisis struktural haruslah bertitik tolak pada asumsi sebagai
berikut :

1. Suatu kondisi bagai ketahanan suatu masyarakat adalah adanya


taraf integrasi minimal dari bagian-bagiannya
2. Istilah fungsi mengacu pada proses-proses yang memelihara
integrasi atau solidaritas tersebut
3. Dalam setiap masyarakat ciri-ciri struktural dapat
diidentifikasikan manfaatnya bagi pemeliharaan solidaritas.
Pada pendekatan analitis tersebut struktur sosial dan kondisi-
kondisi yang diperlukan untuk bertahan tidak dapat dikurangi.

Perlu dicatat :
Bahwa bentuk analisis tersebut masih mempunyai kelemahan-
kelemahan yang menjadi masalah yang dihadapi oleh kalangan
fungsionalis.

Redicliffe Barown :
Mengakui bahwa integrasi suatu sistem sosial merupakan hipotesis dan
tidak berhasil menentukan kriteria sampai sejauhmana diperlukan
integrasi untuk mempertahankan kehidupan suatu sistem sosial
tertentu. Dengan demikian akan dialami kesulitan-kesulitan untuk
menguji hipotesis yang diajukan.

Yang selama ini dilakukan bila peneliti menemukan suatu sistem sosial
tertentu, maka pada saat ini secara minimal ada integrasi dan ketahanan
oleh karena sistem itu ada dan bertahan. Tanpa memberikan pemeran
tentang unsur-unsur kebudayaan yang berperan dalam integrasi, maka
salah satu akibatnya adalah bahwa hipotesis kesatuan fungsional
menjadi tautulogi belaka.
Kalau peneliti menemukan suatu sistem yang dipelajari
maka sistem itu secara minimal harus terintegrasi. Dengan
demikian maka suatu kelompok kekerabatan yang
merupakan bagian sistem harus menegakkan integrasi.
Untuk menemukan keadaan yang sebaliknya adalah mustahil oleh
karena suatu sistem sudah mencakup bagian-bagian integral
sebagaimana halnya dengan kelompok kekerabatan.

Dalam hasil-hasil penelitian etnografi yang dlakukan Radliffe Brown


seringkali terdapat analisis yang tidak konsisten oleh karena secara
sadar dia berpendapat bahwa bagian-bagian suatu sistem harus ada
untuk mempertahankan eksistensi sistem itu.

Apabila ada asumsi mengenai harus adanya integrasi dan kontribusi


bagian-bagian sistem bagi wadah yang menyeluruh menyebabkan
terjadi masalah analitis tambahan.
Implikasi analitis demikian adalah bahwa sebab-sebab adanya suatu
struktur tertentu misalnya kelompok kekerabatan terletak pada
kebutuhan sistem akan integrasi (sehingga menjadi analisis teleologis
yang tidak sah).
Radicliffe Brown tidak akan menerima kesimpulan-
kesimpulan itu.
Kesadarannya akan kelemahan-kelemahan teleologi yang tidak sah
akan menghilangkan implikasi bahwa kebutuhan suatu sistem
menyebabkan tumbuhnya bagian-bagian sistem tersebut.
Pada hal pernyataannya tentang arti fungsi yang tidak memerlukan
pernyataan dogmatis tersebut bahwa kehidupan setiap
komunitimempunyai suatu fungsi seharusnya meniadakan penalaran
tautologis.
Akan tetapi sebagaimana dilakukan Durkheim ada yang selalu
dinyatakan oleh Radcliffe Brown tidak diterapkan dalam analisisnya
terhadap sistem-sistem substantif. Mungkin hal itu tidak dilakukan
denga sengaja oleh karena sulit sekali untuk menentukan apa yang
menjadi asumsi operasional yakni apakah kebutuhan-kebutuhan
fungsional, integrasi fungsional ataukah keharmonisan. Dengan
demikian walaupun Radcliffe Brown menyadari kelemahan organisme
namun dia sering tergelincir dalam penalaran teleologis. Dengan
merupakan bahwa faktor integrasi hanya merupakan hipotesis kerja,dia
mengawali analisis pada masalah-masalah tautologi. Masalah-masalah
tersebut senantiasa ada pada analisis yang dilakukan Durkheim namun
kesalahan yang sama juga dilakukan Radcliffe Brown.
FUNGSIONALISME STRUKTURAL :
Pelopornya : Aguste Comte :
Pembahasan : Struktur Masyarakat
Premis : Bahwa masyarakat adalah laksana organisme hidup.

Hebert Spencer (abad ke 19).


Membahas perbedaan dan persamaan sistem biologis dan sistem sosial

Masyarakat : dianggap suatu organisme hidup.


1. Samasama mengalami pertumbuhan
2. Struktur tubuh sosial, organisme hidup mengalami pertambahan
3. Tiap bagian yang tumbuh memiliki fungsi dan tujuan tertentu.:
Manusia : hati memiliki struktur dan fungsi berbeda dengan paru-
paru. Keluarga : sebagian struktur institutionalnya memiliki tujuan
yang berbeda dengan sistem politik/ekonomi.
• Dalam sistem organisme sistem sosial perubahan
pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan
pada bagian lain dan akhirnya dalam sistem secara
menyeluruh.
• Perubahan sistem politik akan mempengaruhi
aspek-aspek lainnya.
• Bagian-bagian tersebut merupakan suatu struktur
mikro yang dapat dipelajari secara terpisah.

Asumsi dasarnya (Comte) dilanjutkan Spencer :


“ Masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
tergantung satu sama lain”
Lahirnya Fungsionalisme struktural sebagai suatu
perspektif yang berbeda dan memperoleh dorongan dari
Durkheim :

“ Masyarakat modern dilihat sebagai keseluruhan organis


yang memiliki realitas tersendiri yang memiliki
seperangkat kebutuhan/fungsi-fungsi tertentu yang harus
dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya
agar dalam keadaan normal. Lawannya keadaan bersifat
fatologis”

Fungsionalisme Kontemporer :
* Keadaan normal : equlibrium
* Keadaan fatologis : ketidak seimbangan/perubahan
sosial.
Coser, Rosenberg :
Membatasi fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi dari
setiap kegiatan sosial yang tertuju kepada
adaptasi/penyesuaian suatu struktur tertentu dari bagian-
bagiannya/komponen-komponennya.

Fungsi : menunjuk kepada proses dinamis yang terjadi


dalam struktur.
Struktur sosial : Model analisanya : hasil perkembangan
pengetahuannya yang menyeluruh tentang ahli-ahli teori
klasik.

Komentar Coser terhadap usaha Merton :


Berhasil mewariskan bangunan ide-ide Eropa dan
Amerika yang bersegi banyak dan penuh warna dicoba
digabungkan dengan memanfaatkan ide-ide bagi tujuan
kreatifnya sendiri.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Ide Kenyataan sosial muncul melalui proses interaksi
sangat penting dalam teori interaksi simbolik.

Teori interaksi simbolik sama dengan tekanan Simmel


pada bentuk-bentuk interaksi. Namun teori interaksi
simbolik lebih dalam dari bentuk-bentuk interaksi
tersebut. Teori ini berhubungan dengan media simbol
dimana interaksi terjadi.

Dalam karya Mead teori ini meliputi : analisa mengenai


kemampuan manusia untuk menciptakan dan
memanipulasi simbol-simbol.
Kemampuan ini perlu untuk komunikasi antar pribadi dan
pikiran subyektif.
Di antara semua ahli interaksi simbolik, hubungan antara
proses-proses simbol subyektif dan interaksi antar
pribadi ditetapkan, dan kenyataan sosial yang muncul
dari interaksi dilihat sebagai suatu kenyataan sosial dari
kenyataan yang dibangun dan bersifat simbol.
Inilah yang membedakan kenyataan sosial dari
kenyataan fisik obyektif yang merupakan pokok
permasalahan.

Perhatian interaksionisme simbolik terhadap dimensi


subyektif sejajar dengan tekanan Weber pada
pemahaman arti subyektif dari tindakan sosial individu.
Teori interaksi simbolik tidak melihat tingkat subyektif dalam
cara yang sama seperti Weber, juga tidak didasarkan pada
perspektif Weber secara eksplisit. Juga kalau Weber bergerak
lebih jauh melebihi analisa tindakan-tindakan individu dan arti-
arti subyektif untuk melihat pola-pola perubahan institutional
dan budaya yang luas, interaksi simbolik seperti Simmel,
memusatkan perhatiannya terutama pada tingkat interaksi antar
pribadi secara mikro. Teori interaksi simbolik dapat diperluas
menjangkau tingkat makro.

Beda interaksi simbolik dengan Perspektif Naturalis


• Terlalu menekankan aspek-aspek objektif dan mengabaikan
makna subjektif
• Interaksi simbolik mengetengahkan dimensi-dimensi yang
terabaikan ke dalam analisa sosiologis yaitu analisa aspek-
aspek perilaku manusia yang subjektif dan interpretatif
Pandangannya :
Manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan
oleh struktur atau situasi objektif, tetapi paling tidak
sebagian merupakan aktor-aktor yang bebas.

Pendekatannya :
Menekankan perlunya sosiologi memperhatikan defisi
atau interpretasi subjektif yang dilakukan aktor terhadap
stimulasi objektif bukannya melihat aksi sebagai
tanggapan langsung terhadap stimulasi sosial.

Psikologi sosial Mead :


Pandangannya yang melihat realitas sosial sebagai
proses ketimbang sebagai suatu yang statis. Manusia
maupun aturan sosial berada dalam proses akan jadi,
bukan sebagai fakta yang sudah lengkap. Bagaimana
proses individu menjadi anggota organisasi yang disebut
masyarakat.
Penjelasan Mead :
Diri atau self mengalami internalisasi/interpretasi
subjektif atas realitas/objektif struktur yang lebih luas.
Diri atau self benar-benar merupakan internalisasi
seseorang atas apa yang telah digenaralisasi orang lain
atau kebiasaan-kebiasaan sosial komunitas yang lebih
besar. Diri itu berkembang ketika orang belajar
mengambil peranan orang lain. Jadi orang tidak hanya
berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia
juga berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan
menggunakan bahasa sebagai satu-satunya simbol
terpenting dan isyarat.
Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi,
simbol berada dalam proses yang kontinyu.
Proses penyampaian makna inilah yang merupakan
subjek metter dari sejumlah analisa interaksi simbolik.
Dalam interaksi orang belajar memahami simbol-simbol
konvensional dan dalam suatu pertandingan mereka
belajar menggunakannya sehingga mampu memahami
peranan aktor-aktor lainnya. Seseorang penyanyi
misalnya tahu benar bahwa tepuk tangan para penonton
merupakan cermin rasa senang terhadap penampilannya.
Dengan menempatkan diri pada peranan para penonton
itu sang penyanyi mengetahui bahwa sebuah nyanyian
lagi sangat dihargai. Tetapi perlu diingat bahwa sang
penyanyi tidak mesti mengulangi nyanyian itu, dia bebas
mengubah interaksi dengan mengisyaratkan agar tirai
diturunkan melalui saluran bertindak alternatif.
Bagi Mead subjek metter adalah interaksi para aktor
yang terorganisir dan terpola di dalam berbagai situasi
sosial.
Bagi Blummer :
Interaksi simbolis bertumpu pada 3 premis :
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan
makna-makna yang ada pada suatu itu bagi mereka
2. Makna-makna berasal dari intreraksi sosial seseorang
dengan orang lain.
3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses
interaksi sosial berlangsung.

Bagi seorang makna dari suatu berasal dari cara-cara


orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya
dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan mereka lakukan
akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.
Bila orang tua memberi tanggapan positif terhadap anak
yang tidak ngeri melihat ular di kebun, maka anak
tersebut akan meneruskan perilaku yang demikian. Jika
disalahkan orang tua maka akan berubah hanya perilaku
dan makna yang dikaitkan dengan objek.

Blummer menyatakan :
1. Memilih
2. Memeriksa
3. Berpikir
4. Mengelompokkan
5. Mentransformasikan.

Makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia


ditempatkan dan arah tindakannya.
Interpretasi seharusnya tidak dianggap hanya sebagai
penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi
sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang
dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi
pengarahan dan pembentukan makna.
Blummer :
Tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa
kekuatan luar (kaum fungsionalis) juga tidak oleh
kekuatan dalam (kaum reduksionis psikologi).
Menyanggah individu bukan dikelilingi oleh lingkungan
objek-objek potensial yang mempermainkan dan
membentuk perilaku.
Gambaran yang benar :
Dia membentuk objek-objek itu misalnya berpakaian atau
mempersiapkan diri untuk karir profesional, individu
sebenarnya sedang merancang objek-objek yang
berbeda, memberi arti, menilai kesesuaiannya dengan
tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan
penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan
penafsiran/bertindak berdasarkan simbol-simbol.
Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar
yang menyatukan objek mencoba mengantisipasi-objek
yang diketahuinya melalui apa yang disebut proses self
indication (Blummer) yaitu proses komunikasi yang
sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu,
menilainya, memberikan makna, dan memutuskan untuk
bertindak berdasarkan makna itu.
Proses self indication ini terjadi dalam konteks sosial
dimana individu mencoba mengantisipasi tindakan-
tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya
sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.
Bagi Blummer :
Studi masyarakat harus merupakan studi dari tindakan
bersama ketimbang prasangka terhadap apa yang
dirasanya sebagai sistem yang kabur dan berbagai
prasyarat fungsional yang sukar dipahami.
Masyarakat merupakan hasil. Interaksi simbolis dan
aspek inilah yang harus merupakan masalah bagi para
sosiolog
Keistimewaan pendakatannya :
Manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi
masing-masing tindakan mereka itu bukan hanya saling
bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode
stimulus respon.
Dalam melihat masyarakat Blummer menegaskan dua
perbedaan kaum fungsional struktural dan
interaksionisme simbolis.
1. Dari sudut interaksi simbolis
Organisasi masyarakat merupakan suatu kerangka
dimana tindakan sosial berlangsung dan bukan
merupakan penentu tindakan itu.
2. Organisasi yang demikian dan perubahan yang terjadi
di dalamnya adalah produk dari kegiatan unit-unit yang
bertindak dan tidak oleh kekuatan2 yang membuat
unit2 itu berada di luar penjelasan.
Root Images atau ide-ide dasar interaksionisme simbolik :
1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi
2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang
berhubungan dengan kegiatan manusia lainnya.
3. Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik,
makna lebih merupakan produk interaksi simbolis
4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal,
mereka dapat melihat dirinya sebagai objek
(mahasiswa, suami).
5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang
dibuat oleh manusia itu sendiri.
6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan
oleh anggota-anggota kelompok.
Prinsip-prinsip Metodelogis Empiris :
Blummer :
Menyadari kelemahan2 metodologis rumusan filsafat
psikologi sosial Mead. Akan tetapi filsafat telah
mengetengahkan dasar2 penting perspektif ini, bahwa
dunia empirislah yang harus tetap sebagai masalah ini.
Blummer kritis terhadap kecendrungan sosiologi
kontemporer yang menyamakan metodologi dengan
teknik2 statistik yang maju karena analisa hanya
merupakan salah satu aspek dari metodologi.
Bagi Blummer dunia sosial empiris dari manusia beserta
berbagai kegiatan kehidupan sehari2 mereka.
Pengetahuan perilaku yang intim itu hanya dapat
diperoleh melalui observasi tangan pertama dan
partisipasi dalam kelompok yang diteliti.
Blummer mengetengahkan dua model pengamatan yang
memungkinkan pengkajian fenomena sosial secara
langsung yaitu penjelajahan dan pemeriksaan.
Penjelajahan merupakan metode fleksibel yang memberi
peluang bagi para peneliti bergerak ke pemahaman yang
lebih tepat mengenai bagaimana masalah seseorang
harus dikemukakan, mempelajari data apa yang tepat,
mengembalikan ide2 mengenai jalur2 hubungan
bagaimana yang signifikan dan mengembangkan
peralatan konseptual seseorang dari sudut apa yang
sedang dipelajarinya mengenai dunia kehidupan.
Tujuan utamanya :
Memperoleh gambaran lebih jelas mengenai apa yang
sedang terjadi dalam lapangan subjek penelitian dengan
sikap yang selalu waspada.
Hasil penjelajahan disebut pemekaan konsep agar para
peneliti dekat dengan apa yang sedang dipelajari karena
sipemakai konsep memperoleh suatu pengertian umum
dan pengarahan dalam mendekati contoh2 empiris.
Pemekaan konsep yang demikian memungkinkan metode
penyelidikan yang kedua yaitu pemeriksaan (inspection).
Lewat metode ini para peneliti memeriksa konsep2
tersebut dari pembuktian empiris.
Blummer membandingkan pemeriksaan dengan
penangan objek2 fisik yang tidak diketahui sebelumnya;
kita dapat mengambil, melihat dan mengamati,
membolak-balik, melihat lagi dari berbagai sudut.
Mempertanyakan apa sebenarnya objek itu, kemudian
kembali lagi melihatnya dari sudut permasalahan kita
dengan berbagai cara percobaan dan pengujian.
TEORI KONFLIK
Konflik merupakan interaksi di mana tempat, waktu
serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada
perubahan, sebagaimana dengan isi segi tiga dapat
berubah.

Sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan


kepercayaan yang muncul sebagai formasi baru yang
ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul
bertentangan dengan hambatan yang diwariskan.
Teori Konflik dibangun untuk menentang secara
langsung teori fungsionalisme struktural

1. Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap


disintegrasi sosial
2. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah
disebabkan adanya tekanan/pemaksaan kekuasaan
dari atas oleh golongan yang berkuasa.

Konsep sentralnya : wewenang dan posisi.


Inti thesisnya :
Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata
tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik
secara sistematis.

Tugas Utamanya :
Menganalisa konflik adalah mengindetifikasikan berbagai
peran kekuasaan dalam masyarakat.
Golongan yang terlibat konflik (Dahrendorf) :
1. Kelompok semu (quasi group). Kumpulan para
pemegang kekuasaan/jabatan dengan kepentingan
yang sama karena munculnya kelompok kepentingan.
2. Kelompok kepentingan (interest group). Terbentuk dari
kelompok semu yang lebih luas yang mempunyai
struktur, organisasi, program, tujuan, anggota yang
jelas. Kelompok ini menjadi sumber nyata timbulnya
konflik dalam masyarakat.
Unsur-unsur dasar menerangkan bentuk konflik
1. Kepentingan nyata dengan kepentingan laten
2. Kelompok kepentingan semu
3. Posisi
4. Wewenang
Kondisi yang tidak ideal
1. Kondisi teknik dengan personal yang cukup
2. Kondisi politik dengan suhu yang normal
3. Kondisi sosial dengan adanya rantai komunikasi
4. Cara pembentukan kelompok semu.
Aspek terakhir : mata rantai antara konflik dan perubahan
sosial.
Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat
instrumental.
Dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktural sosial
Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas
antara dua atau lebih kelompok.
Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak
lebur ke dalam dunia sosial lainnya.
Seluruh fungsi positif konflik itu (keuntungan dan situasi
konflik yang memperkuat struktur) dapat dilihat dalam
ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik
dengan out group.
Konflik yang sedang berlangsung dengan out group dapat
memperkuat identitas para anggota kelompok.
Perang berahun-tahun telah memperkuat identitas
ingroup. Kelompok keagamaan, kelompok etnis dan
kelompok politik sering berhasil mengatasi berbagai
hambatan karena konflik menjalankan fungsi positif
dalam memperkuat identitas group.

Katup Penyelamat :
Salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik
sosial.
Katup penyelamat membiarkan luapan permusuhan
tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur, konflik
membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang
sedang kacau.
Coser melihat katup penyelamat demikian
berfungsi sebagai jalan keluar yang meredakan
permusuhan yang tanpa itu hubungan-hubungan
di antara pihak2 yang bertentangan akan semakin
tajam. Dengan demikian praktek-praktek atau
institusi katup penyelamat memungkinkan
pengungkapan rasa tidak puas terhadap struktur.

Coser membedakan konflik :


1. Konflik realistis : berasal dari kekecewaan
terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi
dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan
keuntungan para partisipan dan ditujukan pada
objek yang dianggap mengecewakan. Contohnya
karyawan mengadakan pemogokan.
2. Konflik yang tidak realistis : bukan berasal dari tujuan-
tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan
untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah
satu pihak. Contohnya pembalasan dendam lewat ilmu
gaib, pengkambing hitaman dalam masyarakat yang
telah maju.
Dengan demikian konflik non realistis adalah hasil
dari berbagai kekecewaan dan kerugian atau seperti
yang terlihat dalam contoh ini, sebagai pengganti
antagonisme realistis semula yang tidak terungkapkan.
Dengan demikian dalam suatu situasi bisa terdapat
elemen-elemen konflik realistis dan non realistis.
Konflik realistis dapat diikuti oleh sentimen-sentimen
yang secara emosional mengalami distorsi oleh karena
pengungkapan ketegangan tidak mungkin terjadi dalam
situasi konflik yang lain.
Pemogokan melawan majikan dapat berupa sifat-sifat
permusuhan tak hanya sebagai akibat dari ketegangan
hubungan antara buruh majikan akan tetapi boleh jadi
oleh karena ketidakmampuan menghilangkan rasa
permusuhan terhadap pigur-pigur yang berkuasa.
Kemungkinan seseorang terlibat konflik realistis tanpa
sikap permusuhan atau agresif.

Bila konflik berkembang dalam hubungan-hubungan


sosial yang intim maka persahabatan (antara konflik
realistis dan non realistis) lebih sulit dipertahankan.
Semakin dekat hubungan semakin besar rasa kasih
sayang yang sudah tertanam sehingga semakin besar
juga kecendrungan untuk menekan ketimbang
mengungkapkan rasa permusuhan.
Sedangkan pada hubungan-hubungan sekunder (rekan
bisnis) rasa permusuhan dapat relatif bebas
diungkapkan.
Semakin dekat hubungan semakin sulit rasa permusuhan
itu diungkapkan.
Coser :
Yang penting dalam menentukan apakah suatu konflik
fungsional atau tidak ialah isu yang merupakan subjek
konflik itu.
Konflik Fungsional positif :
Bilamana tidak mempertanyakan dasar-dasar hubungan.
Konflik Fungsional negatif :
Jika menyerang suatu nilai inti.
Masyarakat yang terbuka dan berstruktur longgar
membangun benteng untuk membendung tipe konflik
yang akan membahayakan konsensus dasar kelompok itu
dari serangan terhadap nilai intinya dengan membiarkan
konflik tersebut berkembang di sekitar masalah-masalah
yang tidak mendasar.
Lockwood :

Mekanisme-mekanisme yang menyebabkan terjadinya


konflik tidak dapat dicegah karena perbedaan taraf
kekuasaan yang dipegang pelbagai kelompok dalam
masyarakat merupakan sumber-sumber terjadinya
ketegangan dan konflik dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok dalam masyarakat pun tidak selalu
mempunyai kepentingan yang sama dan serasi sehingga
merupakan potensi bagi timbulnya konflik.
Maka kekuatan-kekuatan tersebut merupakan
mekanisme yang menimbulkan keadaan tidak tertib yang
secara analitis juga penting.
Dahrendorf : Teori Konflik Dialektis

Pokok-Pokok Pikirannya :
Proposisi
1 Taraf kepentingan pada distribusi sumber daya
akan mempengaruhi keleluasaan bagian-bagian
suatu sistem sosial untuk mengungkapkan konflik
kepentingan.

2. Merinci kondisi-kondisi yang menyebabkan


golongan yang dirugikan atau yang lebih rendah
kedudukannya menyadari bahwa ada konflik
kepentingan dengan para pihak yang menguasai
sebagian besar sumber-sumber daya yang tersedia.
Dibedakan oleh apakah perhatian bagi diri sendiri atau
perhatian bagi orang lain adalah tinggi ataukah rendah.
Kedudukan yang tinggi terhadap kepentingannya sendiri
dan kepedulian yang rendah terhadap kepentingan pihak
lain : gaya pertikaian.
Alternatif lain adalah untuk mengalahkan
(mengimplikasikan perhatian yang lebih rendah terhadap
kepentingan pihak lain ketimbang kepentingan diri
sendiri).
Menghindari konflik dan mengundurkan diri (kenunjukkan
kepedulian yang rendah bagi diri sendiri dan bagi pihak
lain).
Menyehimbangkan perhatian pada diri sendiri dengan
pihak lain mencari kompromi dan mencoba
mengakomodasikan kepentingan kedua belah pihak.
Dilihat oleh banyak orang dalam penyelesaian konflik
sebagai salah satu tindakan yang direkomendasikan bila
memungkinkan penghargaan yang tinggi bagi
kepentingan diri sendiri dan kepentingan pihak lain
(mengimplikasikan penegasan yang kuat terhadap
kepentingan diri sendiri, tetapi juga menyadari aspirasi
dan kebutuhan pihak lain, berusaha mencari hasil
penyelesaian masalah yang kreatif.
Pendekatan Konflik

Menghasilkan
Memecahkan Masalah
Peduli pada

Yang lain Kompromi

Menarik diri Menaklukan

Peduli pada diri sendiri


Segitiga Konflik
Kontradiksi

Perilaku Sikap
Kontradiksi :
Ditentukan oleh pihak-pihak bertikai, benturan
kepentingan

Sikap :
Persepsi pihak-pihak yang bertikai

Perilaku :
Kerjasama, pemaksaan, gerak tangan atau tubuh yang
menunjukkan persahabatan atau permusuhan.
TEORI KOFLIK MIKRO
Di antara asumsi-asumsi kaum behavioris yang penting
adalah keyakinan bahwa akar penyebab perang itu
terletak pada sifat dan perilaku manusia; dan
keyakinan bahwa ada hubungan yang erat/penting
antara konflik interpersonal dan konflik yang merambah
tata sosial yang eksternal. Kaum behavioris meyakini
peran sentral hipotesa stimulus respons.
Penganut aliran ini berusaha mengukuhkan apakah
manusia memiliki karakteristik biologis atau psikologis
yang akan membuat kita cenderung ke arah agresi
atau konflik. Mereka juga berusaha menyelidiki
hubungan antara individu dan keberadaannya di
lingkungannya. Mereka ingin memperhitungkannya kemungkinan
dengan cara berpikir induktif, variabel2 khusus mengenai
konflik interpersonal (antar individu) dan internasional
(antar bangsa). Diantara teori2 mikro yang paling umum
adalah : perilaku hewani (animal behavior), teori agresi
(bawaan/instinktif, teori agresi frustrasi, teori
pembelajaran sosial dan teori identitas sosial

Di kalangan kaum behavioris para ahli biologi dan


psikologi menggunakan studi2 perilaku atau etologis
hewan untuk menggambarkan kemungkinan adanya
akibat wajar pada perilaku manusia.
Manusia seringkali mengabaikan kenyataan bahwa kita
adalah bagian dari dunia hewan. Namun demikian kita
harus hati2 agar tidak mengambil kesimpulan langsung
mengenai perilaku manusia dari perilaku hewan.
Meskipun studi perilaku hewan memberikan keterangan
perihal perilaku manusia, tetapi itu hanya memberikan
petunjuk bukan penjelasan mengenai kompleksitas
konflik manusia. Studi ini memberikan langkah awal
namun analisisnya melemah manakala perilaku manusia
menjadilebih kompleks dari perilaku hewan.
Para ahli psikologi sering berdalil bahwa ada mekanisme
instink atau biologis bawaan yang membuat manusia
cenderung melakukan agresi. Hal ini mengarah kepada
pembentukan teori instink mengenai agresi. Teori ini
terus berkembang dengan munculnya teori frustrasi
agresi yang asumsi dasarnya adalah :
Bahwaq semua agresi baik antar individu/kelompok
maupun antar bangsa, berakar pada rasa frustrasi
pencapaian tujuan salah satu atau lebih pelaku agresi
itu. Artinya konflik itu bisa ditelusuri pada tidak
tercapainya tujuan pribadi atau kelompok dan rasa
frustrasi yang ditimbulkannya.
Muncul pertanyaan :
Apakah semua frustrasi secara otomatis mengarah pada
agresi dan dapatkah semua agresi dan konflik ditelusuri
berasal dari rasa frustrasi yangt katalitis?

Teori pembelajaran sosial :


Berdasarkan hipotesa bahwa agresi bukanlah sifat dasar
bawaan (innate) atau naluri/instink melainkan hasil
pembelajaran melalui proses sosialisasi.
Seseorang memperoleh sifat agresi dengan cara
mempelajarinya dari rumah, sekolah dan dari interaksinya
dengan lingkungan pada umumnya.
Interaksi dalam masyarakat itu membantu memusatkan
dan memicu sifat agresi yang terpendam terhadap musuh.
Konsep ini penting terutama ketika konflik itu bersifat
etno-nasional atau sektarian.

Teori Identitas Sosial (TIS) :


Teori ini memberikan wawasan tentang fenomena konflik.
Pentingnya teori ini adalah : yang membuat teori identitas
ini berbeda dan penting adalah teori ini berdasar pada
proses2 psikologi normal yang beroperasi dalam semua
keadaan, tidak hanya dalam kondisi kondisi2 konflik
antar kelompok
Menurut Cairns pentingnya :
Teori identitas sosial telah membantu ahli psikologi
sosial setidaknya mengenali bahwa individu2 dalam
kelompok itu berbeda dan perbedaan itu bahwa
perbedaan itulah yang menghasilkan bentuk2 tindakan
kelompok yang dapat dikenali. Dengan kata lain :
apa yang telah dilakukan teori identitas sosial adalah
menguraikan proses yang menempatkan individu dalam
kelompok dan pada saat yang sama menempatkan
kelompok dalam individu.
Hubungan2 kelompok adalah akar dari masalah2
berbagai contoh konflik. Inti akar masalah itu adalah
hubungan antar komunitas/kelompok minoritas dan
mayoritas. Bahwa sistem yang tidak stabil dari
perpecahan sosial antara kelompok mayoritas dan
minoritas lebih mungkin dipandang tidak sah dibanding
dengan sistem yang stabil dan sebaliknya. Bahwa sistm
yang dipandang tidak sah akan mengandung benih2
ketidakstabilan. Hubungan antara pandangan
ketidakstabilan dan ketidaksahan sistem yang berbeda
inilah yang kemungkinan menjadi bumbu yang ampuh
terjadinya peralihan dari penerimaan kelompok minoritas
terhadap status qou ke penolakannya.
Pandangan ketidaksahan hubungan antar kelompok
secara sosiologis dan psikologis adalah diterima dan
dapat diterimanya pengungkit untuk tindakan dan
perubahan sosial dalam perilaku antar kelompok.
Dalam hal kelompok yang inferior fungsi pengungkit/
pengaruh terpenuhi dengan pandangan ketidaksahan
hasil2 perbandingan antar kelompok; dalam hal
kelompok2 inferior yang sedang menuju perubahan,
leveragenya adalah keabsahan citra perbandingannya
yang baru. Dalam hal kelompok2 yang superior
leveragenya adalah keabsahan usaha2 untuk memelihara
status qou perbedaan nilai manakala perbedaan nilai
ini dipandang terancam.
TEORI2 KONFLIK MAKRO

Teori makro memusatkan perhatian pada interaksi


kelompok2 terutama pada tataran sadar. Sebagai salah
satu unsur tertentu sebagai pusat perhatian : kekuasaan
Memakai dan menjalankan kekuasaan adalah konsep
utama teori konflik makro. Kekuasaan itu dalam berbagai
bentuk : ekonomi, politik, militer, budaya.
Asumsi umum :
Bahwa akar konflik berasal dari persaingan kelompok
dan pengejaran kekuasaan dan sumber2.
Asumsi2 ini beroperasi pada faktor2 motivasi sadar
dalam lingkungan yang berorientasi material.
Teori klasik menggunakan pengamatan2 fenomena
kelompok pada suatu peristiwa untuk mempelajari
masalahnya secara mendalam dan menentukan
pentingnya dan hubungan2 banyak variabel ketimbang
hanya menggunakan segelintir variabel untuk banyak
kasus.
Metodologi yang digunakan adalahpendekatan historis
atau studfi kasus.
Teori Pencegahan :
Teori pencegahan berdasarkan pada asumsi bahwa
perimbangan terror karena arsenal nuklir negara2 adi
kuasa akan mencegah konflik.

Teori pengambilan keputusan dan teori permainan


Berasal dari model aktor/pelaku rasional abad ke 20.
Model aktor/pelaku rasional dikembangkan oleh para
ahli ekonomi untuk menjelaskan perilaku ekonomi
manusia.
Teori ini beranggapan bahwa masyarakat membuat
pilihan2 dan keputusan2 secara rasional berdasarkan
informasi tentang pilihan2 itu dan pertimbangan
kesempatan2.
Teori permainan berdasarkan model aktor/pelaku rasional
dalam hal mengandalkan pada asumsi proses
pengambilan keputusan yang rasional yang mendasar
bagi keiikutsertaan dalam konflik manusia.
Teori permainan menurut Schelling sebagai berikut :
Yang meliputi : komunikasi, negosiasi, informasi dan
Memperkenalkan pentingnya irasionalitas ke dalam
Pemikiran strategis. Sumbangsihnya yang paling penting
Adalah hipotesanya mengenai saling ketergantungan
konflik, kompetisi dan kooperasi di antara pelakunya.
Dalam setiap peristiwa konflik ada unsur2 kerjasama.
Keterlibatan kerjasama seringkali melahirkan unsur
Konflik.
Schelling menggunakan teori permainan sebagai usaha
Memecah (menyederhanakan) kompleksitas hubungan
Antar kelompok dengan menggunakan permainan untuk
Menggambar situasi2 serupa.
3 jenis permainan :
- Kesempatan (chance)
- Kecakapan (skill)
- Strategi (strategic)
Untuk menggambarkan akibat2 wajar dari hubungan antar
Bangsa baik bersifat kerjasama (cooperative) maupun
Konflik (conflictual).
TEORI KEBUTUHAN MANUSIA (KTM)
Teori ini berdasarkan hipotesa bahwa manusia mempunyai
Kebutuhan2 dasar yang harus dipenuhi untuk memelihara
Masyarakat yang stabil
Keterlibatan manusia dalam situasi konflik mendorongnya
Berjuang di dalam lingkungan kelembagaannya pada setiap
Tatatan social untuk memenuhi kebutuhan2 primodial dan
Universal seperti keamanan, identitas,pengakuan dan
Pembangunan. Mereka berusaha menguasai lingkungannya
Yang akan diperlukan untuk menjamin pemenuhan
Kebutuhan2 ini. Perjuangan ini tidak bisa dikekang,
Perjuangan ini sifatnya primodial.
Arti penting teori ini :
Karena ia mengenal dan mengesahkan kebutuhan2 yang
Diungkapkan oleh pihak2 yang terlibat konflik. Kebutuhan
Kedua belah pihak harus dienuhi, bukan hanya memenuhi
Kebutuhan satu pihak dengan mengorbankan kebutuhan
Pihak lain. Hal ini membantu memindahkan konflik dari
Situasi habis2an ke situasi sama2 menang. Pemisahan
Kebutuhan manusia itu membantu upaya menghilangkan
Adanya rasa tujuan yang sama2 eksklusif.
Kebutuhan2 ini tidak dipenuhi dengan cara mengorbankan
Kelompok lain, tetapi diwujudkan bersamaan dengan
Pemenuhan kebutuhan kelompok lain.
TEORI SISTEM UMUM
dengan cara berpikir induktif, variabel2 khusus mengenai
konflik intrapersonal dan generalisasi mengenai koflik
interpersonal dan internasional.

Teori-teori mikro yang paling umum :

* Perilaku hewani
* Teori agresi bawaan/instinktif
* Teori agresi frustrasi
* Teori pembelajaran sosial
* Teori identitas sosial.
Para ahli biologi dan psikologi telah menggunakan
studi2 perilaku atau etologis hewan untuk menggambar-
kan kemungkinan adanya akibat wajar pada perilaku
manusia. Manusia seringkali mengabaikan kenyataan
bahwa kita adalah bagian dari dunia hewan. Namun
kita harus berhati2 mengambil kesimpulan langsung
mengenai perilaku manusia dari perilaku hewan.
Perilaku manusia dan hewan adalah fenomena yang
kompleks meliputi faktor2 pendorong seperti
kewilayahan , dominasi, seksualitas, dan kelangsungan
hidup (O’ Cornell 1989:15).
Talcott Parson dipengaruhi oleh Durkheim, Marshall dan
Preto maupun Weber.
Dalam teori bertindak atau aksinya menekankan :
Faktor-faktor situasional yang membantu tindakan individu.
Masalah Utama Parson :
Bukanlah tindakan individual tetapi norma-norma dan nilai-
nilai sosial yang menuntun dan mengatur tingkah laku.
Kondisi-kondisi objektif (ciri-ciri struktural) disatukan
dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai untuk
perkembangan suatu bentuk tindakan sosial tertentu.
Misalnya : Protestanisme tidak tunduk kepada prinsip
keagamaan atau jika semua orang protestan itu itu dibasmi.
Menurut Parson :
Struktur maupun tindakan sosial harus merupakan
tantangan bagi para ilmuwan sosial.
Berkembangnya permasalahan struktur ini
mengakibatkan the structur of social action dapat dilihat
sebagai langkah ke arah pengembangan teori struktur
fungsional Parson.
Dalam teori kaum Parsonan :
Konsep tindakan rasional Weber dilanjutkan sebagai ide
inti tetapi ditahap kedua kita melihat tekanan lebih
banyak diberikan pada deskripsi struktur.
Tahap kedua didominir oleh perspektif organisme dan
fungsional Durkheim
Masyarakat sebagai analog suatu organisme hidup yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu
sama lain.
Konsep sistem Pareto melihat masyarakat sebagai suatu
keseluruhan dan berada dalam keseimbangan.
Pareto dan Durkheim jugalah menyediakan konsep-
konsep sosiologis yang dipakai Parson membangun teori
masyarakat makro fungsional.
Konsep tindakan sosial tetap diakui sebagai dasar teori.
Parson secara perlahan ternyata bergeser dari tekanan
atas tindakan sosial kestruktur dan fungsi masyarakat.
Konseptualisasi struktur dibuat dalam kaitannya dengan
sistem yang saling mempengarhui dan bagian-bagian
yang tidak otonom.
Usaha Parson yang sistematis dalam membangun teori
fungsional ialah the social system 1951 yang bertumpu
pada pengembangan Pareto tentang sistem sosial.
Seperti halnya karya awal Parson yang bertumpu pada
konseptualisasi tindakan sosial Weber. Walaupun Parson
tetap memakai konsep tindakan sosial tetapi itu hanya
merupakan elemen saja di atas mana terbentuk sistem
sosial.
Parson melihat sistem sosial sebagai satu dari tiga cara
dimana tindakan sosial bisa diorganisir. Di samping itu
ada dua sistem tindakan lain yang saling melengkapi
yaitu sistem kultural yang mengandung nilai dan simbol-
simbol serta sistem kepribadian para pelaku individual
masyarakat adalah sistem sosial yang dilihat secara
total.
Bilamana sistem sosial dilihat sebagai sebuah sistem
parsial, maka masyarakat dapat berupa setiap jumlah
dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil (keluarga,
sistem pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan).
Individu dihubungkan dengan sistem sosial dan
menganalisanya melalui konsep status dan peranan.
Status adalah :
Kedudukan dalam sistem sosial seperti guru, ibu,
presiden.
Peranan adalah :
Perilaku yang diharapkan atau perilaku normatif yang
melekat pada status guru, ibu, presiden dll.

Dalam sistem sosial :


Individu menduduki suatu tempat (status) dan bertindak
(peranan) sesuai dengan norma-norma atau aturan-
aturan yang dibuat oleh sistem.
Peranan bersifat timbal-balik dalam arti mengandung
pengharapan yang sifatnya timbal-balik pula.
Status sebagai seorang suami mengandung peranan
normatif (misalnya sebagai seorang pencari nafkah yang
baik) tetapi ini bukanlah peranan satu-satunya. Peranan
sebagai seorang suami bersifat timbal-balik dalam arti
mencakup saling ketergantungan dengan peranan isteri.

Parson :
Sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan
atau stabilitas.
Dengan kata lain keteraturan merupakan sistem.
Bilamana terjadi kekacauan norma-norma, maka sistem
akan mengadakan penyesuaian dan mencoba kembali
mencapai keadaan normal.
Konsep keseimbangan sistem adalah konsep dari Pareto.
Pandangannya mengenai integrasi sistem berkat jasa besar
Durkheim.
Juga mengembangkan : pattern variable sebagai sarana
mengkategorikan tindakan atau mengklasifikasikan tipe-tipe
peranan dalam sistem sosial.

Kerangka Teoritis Utama Analisa Sistem Sosial


Parson :

1. Affektive versus affektive neutrality. Dalam suatu hubungan


sosial orang bisa bertindak untuk pemuasan (afeksi/kebutuhan
emosional atau bertindak tanpa unsur afeksi itu (netral).
Usaha memuaskan kebutuhan itu misalnya sesuai bagi suami
isteri, tetapi tidak dalam hubungan yang terjadi antara
pelanggan dan penjual. Hubungan antara suami isteri
dianggap merupakan hubungan bersifat afeksi. Transaksi
antara penjual dan pelanggan bukan merupakan hubungan
tersebut.
2. Self orientation versus collective orientation. Berorientasi
hanya kepada dirinya orang mengejar kepentingan
pribadi sedang dalam hubungan berorientasi kolektif
kepentingan tersebut sebelumnya telah didominir oleh
kelompok.
Kerangka teoritis utama analisa sistem sosial : Parson
Misalnya pembelian mobil.
Seseorang pembeli yang menawarkan harga mobil jelas
bertindak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan
demi kepentingan kesejahteraan ekonomi dealer mbil
atau masyarakat ramai.
3. Universalisme versus particularisme. Dalam hubungan
yang universalistis para pelaku saling berhubungan
menurut kriteria yang dapat diterapkan kepada semua
orang. Sedang dalam hubungan partikularistik digunakan
ukuran-ukuran tertentu.
Contohnya :
Pemerintah yang akan mempekerjakan pegawai dengan
dasar kualifikasi pekerjaan, termasuk lulus ujian pegawai
negeri merupakan hubungan-hubungan universalistik.
Secara teoritis pemerintah menggaji orang berdasarkan
ukuran ukuran yang dapat diterapkan pada pegawai itu.
Kalau tidak menyertakan seseorang karena termasuk
kelompok suku bangsa, jenis kelamin tertentu dll
merupakan hubungan partikalaristik.
4. Quality versus Performance. Quality menunjuk kepada
status askrib atau keanggotaan dalam kelompok
berdasarkan kelahiran.
Performance berarti prestasi atau apa yang dicapai oleh
seseorang.
Contoh hubungan kualitas :
Seorang pemuda kaya yang membina persahabatan
hanya dengan pemuda lain.
Sedang hubungan performance adalah berupa
persahabatan suka/tidak secara timbal-balik terlepas dari
perbedaan dalam usia atau kelas sosial.
5. Specificity versus disffusness
Dalam hubungan yang spesifik orang dengan orang lain
berhubungan dalam situasi yang terbatas atau
segmented.
Seorang penjual dan pelanggan merupakan ilustrasi
hubungan sangat terbatas yang berdasarkan jual beli.
Dimana semua orang bukan karena status tertentu
terlibat dalam proses interaksi.
Teori Talcott Parsons dapat dianggap sebagai
perpindahan dari teori fungsionalisme tradisional ke
suatu model sistem yang umum yaitu prinsip-prinsip
universal yang secara umum dapat diterapkan pada
sistem.
Menurut Bertalanffly
Masalah pokoknya adalah perumusan serta urunan
prinsip-prinsip yang valid bagi sistem pada umumnya.

Identifikasi 5 tujuan utama teori sistem yang umum :


1. Dalam berbagai ilmu alam maupun sosial terdapat
suatu kecendrungan umum untuk berintegrasi.
2. Integrasi yang demikian tampaknya terpusat pada
suatu teori sistem umum.
3. Teori ini mungkin merupakan sarana penting untuk
mengantarkan kita sampai pada teori yang pasti dalam
lapangan ilmu-ilmu non fisika.
4. Pengembangan prinsip-prinsip pemersatu bergerak
secara vertikal melalui ilmu-ilmu individual semesta.

Parson :
Setuju terhadap kesatuan ilmu2 perilaku yang
keseluruhannya merupakan suatu studi tentang sistem
yang hidup.
Juga mengakui sistem yang tidak hidup misalnya
kimia, fisika memiliki beberapa ketersendirian
identitas.
Terus bergerak dengan analisa sistem hidup : konsep
fungsi merupakan inti untuk memahami semua sistem
yang hidup.
1. Sistem hidup itu bereaksi terhadap lingkungan.
2. Sistem itu mempertahankan kelangsungan pola
organisasi serta fungsi2 yang keduanya berbeda dari
lingkungannya.
Sistem hidup itu adalah sistem terbuka yaitu
mengalami saling pertukaran dengan lingkungannya.
TEORI PERTUKARAN
Mempunyai teman ada manfaatnya.
Orang sangat senang mendengar bahwa teman karib kita
sangat memperhatikan kita menemani kita dan menerima
kita walaupun kita bersalah.

Memertahankan persahabatan juga membutuhkan biaya


tertentu. Paling tidak hilang waktu dan energi serta
kegiatan2 lainnya yang tidak jadi dilakukan.

Kalau kita melihat persahabatan dari segi imbalan dan


biaya kegagalan orang untuk mempertahankan
persahabatan dalam jangka waktu lama karena mereka
terpisah secara geografis daptlah dimengerti.
Apabila teman2 tidak lagi tinggal berdekatan tidak
mungkin lagi bagi mereka untuk terus menerus
berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam kegiatan
bersama.

Ini berarti bahwa imbalan yang dapat mereka berikan


satu sama lain secara drastis menurun. Sekaligus juga
berarti bahwa biaya untuk mempertahankan kontak
sosial yang minimal meningkat sekali.

Tidak semua persahabatan itu putus karena kurangnya


kesempatan untuk sering berinteraksi.
Analisa mengenai hubungan sosial menurut cost and
reward merupakan satu ciri khas teori pertukaran yang
penting.
Dilihat dari berbagai tingkat kenyataan sosial maka teori
pertukaran khususnya cocok dengan tingkat kenyataan
sosial antar pribadi (interpersonal).
Tekanan utama akan diberikan pada teori pertukaran
Homans dan Blau
Teori Pertukaran Homans :
Sesunguhnya tidak dimulai dengan tingkat antar pribadi
melainkan dengan tingkat individu.
Homans berpegang pada keharusan menggunakan
prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan
perilaku sosial dari pada hanya sekedar
menggambarkannya.
Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran
antar pribadi di tingkat mikro ke struktur sosial yang lebih besar
itu muncul dari proses2 pertukaran dasar.

Thibaut dan Kelly :


Memusatkan perhatiannya pada perbedaan yang kontras
antara pola2 pertukaran dalam suatu kelompok duaan dan
kelompok yang lebih besar.

Bertentangan dengan teori interaksi simbolik teori pertukaran


terutama melihat perilaku nyata bukan proses2 subjektif.

Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus


dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur
secara empirik.
Teori pertukaran pada masa kini yang dikembangkan
Homans dan Blau konsisten dengan tekanan
individualistis dalam pemikiran sosial Inggris di abad ke
18 dan 19. Tetapi proses pertukaran dapat dianalisa
dengan seperangkat asumsi dasar yang berbeda-beda.
Misalnya :
Teori Durkheim :
Mengenai solidaritas organis mengandung suatu proses
pertukaran walaupun teorinya itu pada umumnya
dianggap sebagai teori pertukaran dan pasti tidak
didasari pada asumsi2 pemikiran sosial Inggris yang
bersifat individualistis.

Levi Strauss :
Mengembangkan perspektif teoritis mengenai pertukaran
sosial dalam analisanya tentang praktek2 perkawinan
dan sistem kekerabatan masyarakat primitif.
Levi Strauss membedakan dua sistem pertukaran :
1. Pertukaran langsung
2. Pertukaran tidak langsung.

Pada pertukaran langsung


Para anggota2 suatu kelompok duaan terlibat dalam
transaksi pertukaran langsung. Masing2 anggota
pasangan itu saling memberikan dengan dasar pribadi.

Pada pertukaran tidak langsung


Anggota2 suatu kelompok tigaan atau yang lebih besar
lagi menerima sesuatu dari pasangan yang lain dari
orang yang dia berikan sesuatu yang berguna. Dengan
kata lain pertukarannya bersifat tidak langsung dan
bukan bersifat timbal-balik.
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam diagram
sebagai berikut :
Pertukaran langsung :

A B, C D

Pertukaran tidak langsung

A B C D A

Pola pertukaran langsung dimana kedua pihak terlibat


dalam suatu hubungan timbalbalik cenderung untuk
menekankan keseimbangan atau persamaan. Juga sering
terdapat suatu keterlibatan emosional yang mendalam
pada kedua pihak terhadap satu sama lain.
Suatu sistem sosial yang didasarkan pada pertukaran
langsung akan menjadi satu struktur sosial yang bersifat
segmental. Hal ini dapat dibayangkan dengan mudah
kalau pola yang terdahulu diperluas untuk mencakup
lebih banyak perkumpulan yang bersifat duaan. Masing2
kelompok duaan secara relatif cukup untuk dirinya, dan
tidak ada integrasi menyeluruh dari berbagai kelompok 2
duaan terhadap satu sama lain. Kalau diperluas ke suatu
sistem yang lebih besar tipe sistem pertukaran ini akan
nampak cocok dengan suatu organisasi sosial yang
menyeluruh yang terbentuk dari keluarga2 yang
berdikari, suku2 bangsa atau komunitas2 lokal.

Pertukaran tidak langsung


Menyumbang pada integrasi solidaritas kelompok2 yang
lebih besar dengan cara yang jauh lebih efektif.
Pertukaran tidak langsung dapat menghasilkan suatu
tingkat integrasi sosial yang lebih tinggi dalam
keseluruhan sistem dari pada tipe struktur segmental
yang didasarkan pada pertukaran langsung.
Tegasnya :
Semua anggota dalam sistem itu terjalin bersama karena
proses pertukaran itu. Pola pertukaran tidak langsung itu
harus dihubungkan dengan suatu tingkat perkembangan
moral yang lebih tinggi dari pada pola pertukaran
terbatas.
Levi Strauss :
Tujuan utama proses pertukaran adalah tidak
memungkinkan pasangan2 yang terlibat dalam
pertukaran itu untuk memenuhi kebutuhan
individualistisnya. Sebaliknya arti pertukaran itu adalah
bahwa dia mengungkkapkan komitmen moral individu itu
pada kelompok.
Sistem Utama :
Sistem umum mengenai tindakan (terlukis dalam unit
tindakan).
1. Adaptasi : Organisasi biologis yang memberikan garis
antara dunia fisik dan dunia makna2 (norma2, nilai2 dll)
yang memolesi dunia tindakan.
2. Goal attainment : sistem kepribadian yang dibentuk
dalam cara yang sedemikian sehingga
menginternalisasikan nilai2 budaya umum dan norma2
societal, jadi ia menjadi alat bagi sistem utama untuk
mencapai tujuan2nya.
3. Integration : Sistem sosial yang peran2 status yang
diatur oleh norma2 yang membatasi tindakan2 mana
yang boleh dan yang tidak boleh.
4. Pattern Maintenance : Simbol budaya ide2 yang paling
umum cita2 dan nilai2 dari sistem utama menjadi lebih
konkrit di dalam norma2 sistem sosial dan
diinternalisasikan ke dalam sistem kepribadian.
Sistem Sosial :

1. Ekonomi garis antara organisasi sosial dan duna fisik


atau alam.
2. Sistem politik termasuk semua bentuk pengambilan
keputusan dan sumber mobilisasi.
3. Komunitas societal institusi2 kontrol berurutan dari
sistem hukum sampai peraturan2 informal tingkah
laku.
4. Proses2 sosialisasi yang dengannya individu2 dididik
ke dalam nilai2 budaya dan norma2 societal dari
sistem.
Struktur sosial
Pola-Pola perilaku dan interaksi sosial seluruh aspek-
aspek kehidupan sosial
Makna
Hasil dari interaksi sosial yang terbentuk dalam pikiran
mereka

Caranya :
Dengan menafsirkan, memahami tanda-tanda/simbol-
simbol, norma-norma, ekspresi pelakunya dalam
interaksi.

Interaksi Komunikasi simbol Makna


BUKU ACUAN

1. Thomas Kuhn, The Structure of Scientific


2. Veeger, Realitas sosial
3. Ritzer. Contemporer Sociological Theory
4. Cuzzort Dan King. 20 Th Century Social Thought
5. Stephn Sanderson. Sosiologi Makro
6. Ritzer, ed. Froniters Of Social Theory
7. Margaret M. Poloma. Contemporary Sociological Theory
8. Dahrendorf. Class And Class Conflict In Industrial
Society.
9. Williem A Chambliss, ed. Sociological Readings In
Conflict Perspective.
10. Mc. Carthy. The Critical Theory of Jurgen
11. Edmud Leach. Levi Strauss
12. Anthony Giddens. New Rules Of Sociological Method
13. Anthony Giddens. Central Problems In Social Theory
14. Anthony Giddens. Contemporary Critique Of Historical
15. Patrick Baert. Social Theory In The Twentieth Century
16. Malcon Waters. Modern Sociological Theory.
17. Joan Huber. Macro-Micro Linkage In Sociology.
18. Zainuddin Maliki. Narasi Agung Tiga Teori Sosial
Hegemonik
19. George Ritzer-Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi
Modern.
MEMAHAMI KONFLIK ANTARETNIK
Unsur2 dalam konflik :
1. Ada dua pihak atau lebih yang terlibat. Jadi ada
interaksi antara mereka yang terlibat.
2. Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik. Tujuan
itulah yang menjadi sumber konflik.
3. Ada perbedaan pikiran, perasaan, tindakan di antara
pihak yang terlibat untuk mendapatkan atau mencapai
tujuan/sasaran.
4. Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan
Ini meliputi situasi antar pribadi, antar kelompok dan
antar organisasi (Berge, 1994).
Pengertian Konflik Antaretnik
• Suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh
individu atau kelompok yang berbeda etnik (suku bangsa,
ras, agama, golongan dll) karena mereka memiliki
perbedaan sikap, kepercayaan, nilai2 atau kebutuhan.
• Hubungan pertentangan antara dua etnik atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki, atau merasa
memiliki, sasaran2 tertentu namun diliputi pemikiran,
perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan.
• Bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh
individu atau kelompok etnik, baik intraetnik maupun
antar etnik yang memiliki perbedaan sikap, kepercayaan
nilai2 atau kebutuhan.
• Pertentangan atau pertikaian antar etnik karena
perbedaan kebutuhan, nilai, motivasi pelaku atau yang
terlibat di dalamnya.
• Proses yang terjadi ketika satu etnik secara negatif
mempengaruhi etnik lain dengan melakukan kekerasan
fisik yang membuat perasaan dan fisik orang lain
terganggu.
• Bentuk pertentangan antar etnik yang bersifat fungsional
karena kehadiran pertentangan semacam itu mendukung
tujuan kelompok etnik dan membarui tampilan dan
disfungsional karena kehilangan tampilan kelompok
etnik.
• Proses mendapatkan monopoli ganjaran, kekuasaan,
pemilikan dengan menyingkirkan atau melemahkan
para pesaing dalam intksi antaretnik.
• Suatu bentuk perlawanan yang melibatkan dua etnik atau
lebih secara antagonis.
• Kekacauan ransangan kontradiktif dalam diri individu
yang merupakan anggota dari kelompok etnik tertentu.
Unsur2 konflik antaretnik :
• Ada dua etnik atau lebih yang terlibat. Jadi ada interaksi
antarpersonal maupun antar kelompok di antara mereka
yang terlibat,
• Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik antaretnik.
Tujuan itulah yang menjadi sumber konflik antaretnik.
• Ada perbedaan pikiran, perasaan, tindakan antaretnik
dalam kerangka konflik untuk mendapatkan atau
mencapai tujuan/sasaran.
• Ada situasi konflik antara dua etnik atau lebih yang
bertentangan, meliputi situasi antarpribadi, antar
kelompok dan antarorganisasi.

Anda mungkin juga menyukai