TEORI SOSIAL
Oleh :
1. Sosiologi Makro
2. Sosiologi Mikro
Sosiologi Makro :
Sosiologi yang mengkaji perilaku sosial/pola-pola sosial yang
berskala besar.
1. Berbagai pola sosial
2. Masyarakat sebagai keseluruhan dan berbagai unsur pentingnya :
ekonomi, sistem politik, pola kehidupan keluarga, bentuk sistem
keagamaannya.
3. Jaringan kerja dunia berbagai masyarakat yang saling berinteraksi.
4. Masyarakat tertentu pada satu peninggalan sejarah tertentu.
Sosiologi Mikro :
Strategi Teoritis :
Rangkaian yang sangat global yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mengarahkan rancangan ini
diterapkan terhadap gejala sosial dalam perhatiannya yang paling luar.
Tujuannya :
Melahirkan teori-teori spesifik dan mendorong berbagai macam
penelitian untuk menguji teori tersebut.
Keterkaitannya :
Karakteristik Utamanya :
Mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi material dari eksistensi manusia
seperti tingkat teknologi, pola kehidupan ekonomi, dan ciri-ciri
lingkungan alamiah merupakan penyebab yang menentukan
pengorganisasian masyarakat manusia dan berbagai perubahan penting
yang terjadi di dalamnya.
Strategi Teoritis Fungsionalisme
Karakteristik Utamanya :
Berusaha menjelaskan ciri-ciri dasar kehidupan sosial. Manusia sebagai
respons terhadap kebutuhan dan permintaan masyarakat sebagai sistem
sosial yang pernah tetap. Mengasumsikan bahwa trait-trait sosial yang
ada memberikan kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup
dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau sub sistemnya.
Karakteristik Utamanya :
Memandang masyarakat sebagai arena dimana masing-masing individu
dan kelompok bertarung untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan
keinginannya. Konflik dan pertentangan menimbulkan dominasi dan
subordinasi, kelompok yang dominan memanfaatkan kekuasaan mereka
untuk menentukan struktur masyarakat sehingga menguntungkan
kelompok mereka sendiri.
Teori konflik Marxian adalah teori materialis dan
menekankan pertentangan kelas, sementara teori
konflik Weberian lebih luas sifatnya dan menekankan
sifat multidimensional dari konflik dan dominasi.
Strategi Teoritis Evolusioner :
Karakteristik Utamanya :
Memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan dan menjelaskan
transformasi sosial jangka panjang yang diasumsikan akan
memperlihatkan arah transformasi untuk seluruh perubahan dalam
masyarakat manusia.
Teori-teori fungsionalis evolusioner memusatkan perhatian kepada
kompleksitas masyarakat yang selalu berkembang yang selalu
menunjukkan efisiensi fungsional dan kemajuan sosial yang meningkat.
Teori-teori evolusioner materialis menekankan evolusi sosial adalah
respons terhadap kondisi-kondisi material yang berubah dan bersikap
skeptis terhadap penyamaan evolusi dan kemajuan.
Strategi Teoritis Ekletisisme :
Karakteristik Utamanya :
Memberikan toleransi kepada semua sudut pandang yang ada yang
dalam prakteknya berarti menggunakan bagian-bagian dari setiap
strategi yang ada untuk menjelaskan banyak keadaan kehidupan sosial.
Klaim bahwa kenyataan tertentu harus dijelaskan dengan satu
pendekatan dan kenyataan lainnya dengan pendekatan yang berbeda.
FUNGSIONALISME AWAL
1. Emile Durkheim
2. Bronislaw Malinowski
3. A.R. Radcliffe Brown.
Emile Durkheim :
Pada awalnya sangat terpengaruh oleh organisme. Di samping
mempergunakan terminologi organisme maka pikiran-pikirannya
mencerminkan asumsi-asumsi dalam organisme :
1. Masyarakat harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang dapat
dibedakan dari bagian-bagiannya, namun tidak dapat dipisahkan
darinya. Dengan menganggap masyarakat sebagai suatu yang
realistis, maka Durkheim memberikan prioritas pada analis
menyeluruh.
2. Bagian-bagian suatu sistem berfungsi untuk memenuhi kepentingan
sistem secara menyeluruh.
3. Kepentingan-kepentingan fungsional dipergunakan dalam
artian normal dan patologis. Dengan demikian suatu sistem
sosial harus terpenuhi kebutuhannya untuk mencegah
terjadinya keadaan abnormal.
Perlu dicatat :
Bahwa bentuk analisis tersebut masih mempunyai kelemahan-
kelemahan yang menjadi masalah yang dihadapi oleh kalangan
fungsionalis.
Redicliffe Barown :
Mengakui bahwa integrasi suatu sistem sosial merupakan hipotesis dan
tidak berhasil menentukan kriteria sampai sejauhmana diperlukan
integrasi untuk mempertahankan kehidupan suatu sistem sosial
tertentu. Dengan demikian akan dialami kesulitan-kesulitan untuk
menguji hipotesis yang diajukan.
Yang selama ini dilakukan bila peneliti menemukan suatu sistem sosial
tertentu, maka pada saat ini secara minimal ada integrasi dan ketahanan
oleh karena sistem itu ada dan bertahan. Tanpa memberikan pemeran
tentang unsur-unsur kebudayaan yang berperan dalam integrasi, maka
salah satu akibatnya adalah bahwa hipotesis kesatuan fungsional
menjadi tautulogi belaka.
Kalau peneliti menemukan suatu sistem yang dipelajari
maka sistem itu secara minimal harus terintegrasi. Dengan
demikian maka suatu kelompok kekerabatan yang
merupakan bagian sistem harus menegakkan integrasi.
Untuk menemukan keadaan yang sebaliknya adalah mustahil oleh
karena suatu sistem sudah mencakup bagian-bagian integral
sebagaimana halnya dengan kelompok kekerabatan.
Fungsionalisme Kontemporer :
* Keadaan normal : equlibrium
* Keadaan fatologis : ketidak seimbangan/perubahan
sosial.
Coser, Rosenberg :
Membatasi fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi dari
setiap kegiatan sosial yang tertuju kepada
adaptasi/penyesuaian suatu struktur tertentu dari bagian-
bagiannya/komponen-komponennya.
Pendekatannya :
Menekankan perlunya sosiologi memperhatikan defisi
atau interpretasi subjektif yang dilakukan aktor terhadap
stimulasi objektif bukannya melihat aksi sebagai
tanggapan langsung terhadap stimulasi sosial.
Blummer menyatakan :
1. Memilih
2. Memeriksa
3. Berpikir
4. Mengelompokkan
5. Mentransformasikan.
Tugas Utamanya :
Menganalisa konflik adalah mengindetifikasikan berbagai
peran kekuasaan dalam masyarakat.
Golongan yang terlibat konflik (Dahrendorf) :
1. Kelompok semu (quasi group). Kumpulan para
pemegang kekuasaan/jabatan dengan kepentingan
yang sama karena munculnya kelompok kepentingan.
2. Kelompok kepentingan (interest group). Terbentuk dari
kelompok semu yang lebih luas yang mempunyai
struktur, organisasi, program, tujuan, anggota yang
jelas. Kelompok ini menjadi sumber nyata timbulnya
konflik dalam masyarakat.
Unsur-unsur dasar menerangkan bentuk konflik
1. Kepentingan nyata dengan kepentingan laten
2. Kelompok kepentingan semu
3. Posisi
4. Wewenang
Kondisi yang tidak ideal
1. Kondisi teknik dengan personal yang cukup
2. Kondisi politik dengan suhu yang normal
3. Kondisi sosial dengan adanya rantai komunikasi
4. Cara pembentukan kelompok semu.
Aspek terakhir : mata rantai antara konflik dan perubahan
sosial.
Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat
instrumental.
Dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktural sosial
Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas
antara dua atau lebih kelompok.
Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak
lebur ke dalam dunia sosial lainnya.
Seluruh fungsi positif konflik itu (keuntungan dan situasi
konflik yang memperkuat struktur) dapat dilihat dalam
ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik
dengan out group.
Konflik yang sedang berlangsung dengan out group dapat
memperkuat identitas para anggota kelompok.
Perang berahun-tahun telah memperkuat identitas
ingroup. Kelompok keagamaan, kelompok etnis dan
kelompok politik sering berhasil mengatasi berbagai
hambatan karena konflik menjalankan fungsi positif
dalam memperkuat identitas group.
Katup Penyelamat :
Salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik
sosial.
Katup penyelamat membiarkan luapan permusuhan
tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur, konflik
membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang
sedang kacau.
Coser melihat katup penyelamat demikian
berfungsi sebagai jalan keluar yang meredakan
permusuhan yang tanpa itu hubungan-hubungan
di antara pihak2 yang bertentangan akan semakin
tajam. Dengan demikian praktek-praktek atau
institusi katup penyelamat memungkinkan
pengungkapan rasa tidak puas terhadap struktur.
Pokok-Pokok Pikirannya :
Proposisi
1 Taraf kepentingan pada distribusi sumber daya
akan mempengaruhi keleluasaan bagian-bagian
suatu sistem sosial untuk mengungkapkan konflik
kepentingan.
Menghasilkan
Memecahkan Masalah
Peduli pada
Perilaku Sikap
Kontradiksi :
Ditentukan oleh pihak-pihak bertikai, benturan
kepentingan
Sikap :
Persepsi pihak-pihak yang bertikai
Perilaku :
Kerjasama, pemaksaan, gerak tangan atau tubuh yang
menunjukkan persahabatan atau permusuhan.
TEORI KOFLIK MIKRO
Di antara asumsi-asumsi kaum behavioris yang penting
adalah keyakinan bahwa akar penyebab perang itu
terletak pada sifat dan perilaku manusia; dan
keyakinan bahwa ada hubungan yang erat/penting
antara konflik interpersonal dan konflik yang merambah
tata sosial yang eksternal. Kaum behavioris meyakini
peran sentral hipotesa stimulus respons.
Penganut aliran ini berusaha mengukuhkan apakah
manusia memiliki karakteristik biologis atau psikologis
yang akan membuat kita cenderung ke arah agresi
atau konflik. Mereka juga berusaha menyelidiki
hubungan antara individu dan keberadaannya di
lingkungannya. Mereka ingin memperhitungkannya kemungkinan
dengan cara berpikir induktif, variabel2 khusus mengenai
konflik interpersonal (antar individu) dan internasional
(antar bangsa). Diantara teori2 mikro yang paling umum
adalah : perilaku hewani (animal behavior), teori agresi
(bawaan/instinktif, teori agresi frustrasi, teori
pembelajaran sosial dan teori identitas sosial
* Perilaku hewani
* Teori agresi bawaan/instinktif
* Teori agresi frustrasi
* Teori pembelajaran sosial
* Teori identitas sosial.
Para ahli biologi dan psikologi telah menggunakan
studi2 perilaku atau etologis hewan untuk menggambar-
kan kemungkinan adanya akibat wajar pada perilaku
manusia. Manusia seringkali mengabaikan kenyataan
bahwa kita adalah bagian dari dunia hewan. Namun
kita harus berhati2 mengambil kesimpulan langsung
mengenai perilaku manusia dari perilaku hewan.
Perilaku manusia dan hewan adalah fenomena yang
kompleks meliputi faktor2 pendorong seperti
kewilayahan , dominasi, seksualitas, dan kelangsungan
hidup (O’ Cornell 1989:15).
Talcott Parson dipengaruhi oleh Durkheim, Marshall dan
Preto maupun Weber.
Dalam teori bertindak atau aksinya menekankan :
Faktor-faktor situasional yang membantu tindakan individu.
Masalah Utama Parson :
Bukanlah tindakan individual tetapi norma-norma dan nilai-
nilai sosial yang menuntun dan mengatur tingkah laku.
Kondisi-kondisi objektif (ciri-ciri struktural) disatukan
dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai untuk
perkembangan suatu bentuk tindakan sosial tertentu.
Misalnya : Protestanisme tidak tunduk kepada prinsip
keagamaan atau jika semua orang protestan itu itu dibasmi.
Menurut Parson :
Struktur maupun tindakan sosial harus merupakan
tantangan bagi para ilmuwan sosial.
Berkembangnya permasalahan struktur ini
mengakibatkan the structur of social action dapat dilihat
sebagai langkah ke arah pengembangan teori struktur
fungsional Parson.
Dalam teori kaum Parsonan :
Konsep tindakan rasional Weber dilanjutkan sebagai ide
inti tetapi ditahap kedua kita melihat tekanan lebih
banyak diberikan pada deskripsi struktur.
Tahap kedua didominir oleh perspektif organisme dan
fungsional Durkheim
Masyarakat sebagai analog suatu organisme hidup yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu
sama lain.
Konsep sistem Pareto melihat masyarakat sebagai suatu
keseluruhan dan berada dalam keseimbangan.
Pareto dan Durkheim jugalah menyediakan konsep-
konsep sosiologis yang dipakai Parson membangun teori
masyarakat makro fungsional.
Konsep tindakan sosial tetap diakui sebagai dasar teori.
Parson secara perlahan ternyata bergeser dari tekanan
atas tindakan sosial kestruktur dan fungsi masyarakat.
Konseptualisasi struktur dibuat dalam kaitannya dengan
sistem yang saling mempengarhui dan bagian-bagian
yang tidak otonom.
Usaha Parson yang sistematis dalam membangun teori
fungsional ialah the social system 1951 yang bertumpu
pada pengembangan Pareto tentang sistem sosial.
Seperti halnya karya awal Parson yang bertumpu pada
konseptualisasi tindakan sosial Weber. Walaupun Parson
tetap memakai konsep tindakan sosial tetapi itu hanya
merupakan elemen saja di atas mana terbentuk sistem
sosial.
Parson melihat sistem sosial sebagai satu dari tiga cara
dimana tindakan sosial bisa diorganisir. Di samping itu
ada dua sistem tindakan lain yang saling melengkapi
yaitu sistem kultural yang mengandung nilai dan simbol-
simbol serta sistem kepribadian para pelaku individual
masyarakat adalah sistem sosial yang dilihat secara
total.
Bilamana sistem sosial dilihat sebagai sebuah sistem
parsial, maka masyarakat dapat berupa setiap jumlah
dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil (keluarga,
sistem pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan).
Individu dihubungkan dengan sistem sosial dan
menganalisanya melalui konsep status dan peranan.
Status adalah :
Kedudukan dalam sistem sosial seperti guru, ibu,
presiden.
Peranan adalah :
Perilaku yang diharapkan atau perilaku normatif yang
melekat pada status guru, ibu, presiden dll.
Parson :
Sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan
atau stabilitas.
Dengan kata lain keteraturan merupakan sistem.
Bilamana terjadi kekacauan norma-norma, maka sistem
akan mengadakan penyesuaian dan mencoba kembali
mencapai keadaan normal.
Konsep keseimbangan sistem adalah konsep dari Pareto.
Pandangannya mengenai integrasi sistem berkat jasa besar
Durkheim.
Juga mengembangkan : pattern variable sebagai sarana
mengkategorikan tindakan atau mengklasifikasikan tipe-tipe
peranan dalam sistem sosial.
Parson :
Setuju terhadap kesatuan ilmu2 perilaku yang
keseluruhannya merupakan suatu studi tentang sistem
yang hidup.
Juga mengakui sistem yang tidak hidup misalnya
kimia, fisika memiliki beberapa ketersendirian
identitas.
Terus bergerak dengan analisa sistem hidup : konsep
fungsi merupakan inti untuk memahami semua sistem
yang hidup.
1. Sistem hidup itu bereaksi terhadap lingkungan.
2. Sistem itu mempertahankan kelangsungan pola
organisasi serta fungsi2 yang keduanya berbeda dari
lingkungannya.
Sistem hidup itu adalah sistem terbuka yaitu
mengalami saling pertukaran dengan lingkungannya.
TEORI PERTUKARAN
Mempunyai teman ada manfaatnya.
Orang sangat senang mendengar bahwa teman karib kita
sangat memperhatikan kita menemani kita dan menerima
kita walaupun kita bersalah.
Levi Strauss :
Mengembangkan perspektif teoritis mengenai pertukaran
sosial dalam analisanya tentang praktek2 perkawinan
dan sistem kekerabatan masyarakat primitif.
Levi Strauss membedakan dua sistem pertukaran :
1. Pertukaran langsung
2. Pertukaran tidak langsung.
A B, C D
A B C D A
Caranya :
Dengan menafsirkan, memahami tanda-tanda/simbol-
simbol, norma-norma, ekspresi pelakunya dalam
interaksi.