Disusun Oleh :
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fungsional struktural
Teori Fungsional Struktural termasuk dalam teori konsensus, yang dipelopori oleh Herbert
Spencer, dkk. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling berhubungan, dipelihara oleh suatu mekanisme keseimbangan
(equilibrating mechanism).
Teori fungsionalisme strukturalisme melakukan analisis dengan melihat masyarakat sebagai
suatu ‘sistem’ interaksi antar manusia dengan berbagai institusinya, yang segala sesuatunya
disepakati secara konsensus, termasuk dalam masalah nilai dan norma.
Teori fungsionalisme struktural menekankan pada harmoni, konsistensi, dan keseimbangan
dalam masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Durkheim, teori ini menggunakan analogi
bahwa masyarakat sama dengan organisme, dimana setiap organ memiliki fungsi tertentu yang
menjamin keberlanjutan masyarakat secara harmonis. Jika organisme harus dilihat secara
keseluruhan, demikian juga dengan masyarakat, tidak bisa dilihat secara parsial.
Asumsi Teori Struktural Fungsional
1. Masyarakat sebagai sistem sosial terdiri atas bagian-bagian (subsistem) yang terindependen.
Masing-masing begian memeiliki fungsi-fungsi tertentu yang berperan menjaga eksistensi dan
berfungsinya sistem keseluruhan.
2. Setiap elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan denga fungsi-fungsi dan peranya
terhadap sistem, serta dilihat apakah sistem tersebut berfungsi atau tidak, dilihat dari akibat yang
ditimbulkan oleh perilaku suatu subsistem. Jadi, yang dilihat fungsi nyata, bukan fungsi
seharusnya.
3. Jika suatu sistem dapat mempertahankan batas-batasnya , maka sistem tersebut dapat stabil.
4. Masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem dalam
keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat yang stabil, norma karena
semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan (talcott parsons)
5. Apabila terjadi disfungsi pada suatu bagian, akan terjadi kondisi abnormal, sehingga keadaan
equilibrium terganggu (merton, 1957). Tetapi berfungsi atau disfungsinya suatu elemen sosial
pada akhirnya akan menghasilkan equilibrium baru dalam proses self regulation (mennel,1980).
6. Masing-masing elemen sosial memiliki fungsi manifes dan fungsi laten.
Fungsi manifes adalah fungsi yang diharapakan, sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak
dirancang, tidak diharapkan, atau tidak disadari.
Sistem tindakan
Bentuk menyeluruh sistem tindakan parsons merupakan sebuah sistem tingkatan analisis
sosial.
Parsons mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkatan analisis sosial maupun mengenai
hubungan antara berbagai tingkatan. Susunan hierarkisnya jelas, dan tingkat integrasi menurut
sistem Parsons tejadi dalam dua cara:
Pertama, masing-masing tingkat yang lebih rendah menyediakan kondisi atau kekuatan yang
diperlukan untuk tingkat yang lebih tinggi.
Kedua, tingkat yang lebih tinggi mengendalikan tingkat yang berada dibawahnya.
Parsons menganalisis pendekatan struktural fungsionalis ada empat sistem tindakan:
Sistem sosial
Konsep parsons tentang sistem sosial berawal pada interaksi tingkat mikro yaitu antara
ego dan alter-ego yang didefisinikan sebagai bentuk sistem sosial paling mendasar. Parsons
mendefisinikan sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor individual yang saling berinteraksi dalam
situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisi. Definisi ini menetapkan
sistem sosial menurut konsep-konsep kunci dalam karya parson yakni, aktor interaksi,
lingkungan, optimalisasi kepuasan, dan kultur.
Sistem kultural
Kultural adalah kekuatan utama yang mengikat sistem tindakan. Kultur menengai
interaksi antara aktor, menginteraksi kepribadian, dan menyatukan sistem sosial. Sistem kultural
tak semata-mata menjadi bagian sistem yang lain, melainkan mempunyai eksistensi yang
terpisah dalam bentuk pengetahuan, simbol-simbol dan gagasan. Kultur dipandang sebagai
sistem simbol yang terpola, teratur, yang menjadi sasaran orientasi aktor, aspek-aspek sistem
kepribadian yang sudah terinternalisasikan, dan pola yang sudah terlembagakan dalam sistem
sosial.
Sistem kepribadian
Sistem kepribadian tak hanya dikontrol oleh sistem kultural, tetapi juga sistem sosial.
Meski begitu, kepribadian menjadi sistem yang independen melalui hubunganya dengan
organisme dirinya sendiri dan melalui keunikan pengalaman hidupnya sendiri dalam hal ini
parsons menghubungkan sistem kepribadian dengan sistem sosial :
1. Aktor harus belajar melihat dirinya sendiri menurut cara yang sesuai dengan tempat yang
didudukinya dalam masyarakat
2. Peran yang diharapkan diletakan pada setiap peran yang diduduki oleh aktor individual.
Organisasi perilaku
Organisme perilaku, meskipun ia memasukan organisme perilaku sebagai salah satu diantara
empat sistem tindakan, parsons sedikit membicarakanya. Walaupun orgaisme perilaku itu
didasarkan konstitusi genetik organisasinya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang terjadi
selama hidup aktor individual. Asumsi dasar dari teori struktural fungsionalis menurut parsons,
yaitu bahwa masyarakat terintergrasikan atas dasar kesepakatan dari anggotanya akan nilai-nilai
kemasyarakatan tersebut yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbadaan
sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu yang secara fungsional terintergrasi dalam
suatu keseimbangan. Prinsip pemikiran parsons mengenai fungsionalisme struktural secara
umum bersifat general teori, artinya bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan.
Hal ini berarti bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenataan sosial yang terkecil dan mendasar,
terdiri dari alat ,tujuan, situasi dan norma sebagai unsurnya.
Inti pemikiran parson ditemukan didalam empat sistem tindakan ciptaannya. Dengan asumsi
yang dibuat parson dalam sistem tindakannya kita berhadapan dengan masalah yang sangat
diperhatikan parson dan telah menjadi sumber utama kritikan atas pemikirannya
(schwanenberg,1971). Problem hobbessian tentang keteraturan yang dapat mencegah peran
sosial semua lawan semua menurut (1937) tak dapat dijawab oleh filsuf kuno. Parson
menemukan jawaban problem didalam fungsionalisme struktural dengan asumsi sebagai berikut:
1. Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.
2. Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.
3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.
4. Sistem dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.
6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara
keseimbangan sistem.
7. Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan kesimbangan diri yang meliputi pemeliharaan
batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,
mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk
merubah sistemdari dalam.
Otoritas
Dahrendorf memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas. Inti tesisnya adalah
gagasan bahwa berbagai posisi didalam masyarakat mempunyai kualitas otoritas yang berbeda.
Otoritas tidak terletak di dalam diri individu, tetapi di dalam posisi. Dahrendorf tak hanya
tertarik pada struktur posisi, tetapi juga pada konflik antara berbagai struktur posisi itu: “sumber
struktur konflik harus dicari didalam tatanan peran sosial yang berpotensi untuk mendominasi
atau ditundukan”. Menurut Dahrendorf, tugas pertama analisis konflik adalah mengidentifikasi
berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Karna memusatkan perhatian kepada struktur
berkala luas seperti peran otoritas itu, Dahrndorf di tentang para peneliti yang memusatkan
perhatian pada ciri-ciri sikologi individu yang menempati posisi itu. Tetapi, menurut Dahrendorf,
orang yang melakukan pendekatan demikian bukanlah sosiolog.
Otoritas yang melekat pada posisi adalah unsur kunci dalam analisis Dahrendorf. Otoritas
secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi. Mereka yang menduduki posisi
otoritas diharapkan mengendalikan bawahan. Artinya, mereka berkuasa karna harapan dari orang
yang berada disekitar mereka, bukan karna ciri-ciri sikologis mereka sendiri. Seperti otoritas,
harapan inipun melekat pada posisi, bukan padaorangnya. Otoritas bukanlah fenomena sosial
yang umum; mereka yang tunduk pada kontrol dan mereka dibebaskan dari kontrol, ditentukan
didalam masyarakat. Terakhir, karna otoritas adalan absah, sanksi dapat dijatuhkan pada pihak
yang menentang.
Menurut Dahrendorf, otoritas tidak konstan karna ia terletak dalam posisi, bukan didalam diri
orangnya. Karna itu seseorang yang berwenang dalam satu lingkungan tertentu tak harus
memegang posisi otoritas didalam lingkungan lain.begitu pula seseorang yang berada dalam
posisi subordinat dalam satu kelompok, mungkin menempati posisi superordinat dalam
kelompok lain. Ini berasal dari argumen Dahrendrof yang menyatakan bahwa masyarakat
tersusun dari sejumlah unit yang ia sebut asosiasi yang dikoordinasikan secara imperatif.
Masyarakat terlihat sebagai asosiasi individu yang dikontrol oleh hirearki posisi otoritas. Karna
masyarakat terdiri dari berbagai posisi, seorang individu dapat menepati posisi otoritas disatu
unit dan menempati posisi yang subordinat di unit lain.
Kesimpulan
Teori Fungsional Struktural termasuk dalam teori konsensus, yang dipelopori oleh
Herbert Spencer, dkk. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan, dipelihara oleh suatu mekanisme
keseimbangan (equilibrating mechanism). Teori fungsionalisme strukturalisme melakukan
analisis dengan melihat masyarakat sebagai suatu ‘sistem’ interaksi antar manusia dengan
berbagai institusinya, yang segala sesuatunya disepakati secara konsensus, termasuk dalam
masalah nilai dan norma. Teori fungsionalisme dicetuskan oleh robert merton dan talcolt
parsons. Fungsionalisme struktural menurut Robert Merton mengecam beberapa aspek
fungsionalisme struktural yang lebih ekstrim dan tak dapat dipertahankan lagi. Tetapi, wawasan
konseptual barunya membantu memberikan kemanfaatan bagi kelangsungan hidup
fungsionalisme srtuktural. Dari awal Merton menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional
memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat,dan kultur. Fungsional struktural
menurut Talcott Parsons, ia membentuk sistem AGIL dan sistem tindakan. Asumsi dasar dari
teori struktural fungsionalis menurut parsons, yaitu bahwa masyarakat terintergrasikan atas dasar
kesepakatan dari anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tersebut yang mempunyai
kemampuan mengatasi perbedaan-perbadaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai
suatu yang secara fungsional terintergrasi dalam suatu keseimbangan.
Teori konflik dicetuskan oleh Karl Marx, dengan konsep Economic mode of production,
untuk menghasilkan kelas yang mengeksploitasikan dan kelan yang tereksploitasi. Dalam teori
konflik, masalah dominasi dan subordinasi menjadi pokok bahasan penting karena berasumsi
bahwa aturan , norma dan nilai yang harus dianut masyarakat sesungguhnya merupakan nilai,
norma, aturan dari kelompok dominan yang memaksakanya kepada kelompok subordinat.
Dengan pemaksaan nilai, norma, dan aturan tersebut, kelompok dominan mempertahankan
struktur sosial yang menguntungkan kelompoknya.