Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH IPS

PERUNDINGAN LINGGAR JATI

DISUSUN OLEH :
SELLA ARDIA ELISABET
KELAS : IX C
GURU MAPEL : IIN PERMATA SARI, S.Pd

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MTs NEGERI 01 BENGKULU SELATAN
TAHUN AJARAN 2022 / 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya akhirnya makalah Perundingan Linggarjati selesai.
Kami selaku penyusun ingin mengucap banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung ataupun
tidak. Kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan guna
perbaikan pada tulisan kami selanjutnya.

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terletak di Asia Tenggara, yang merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945 dengan Ir.Soekarno sebagai presidennya. Pasca Proklamasi
kemerdekaan negara ini diuji oleh banyaknya persoalan dari dasar negara sampai
kembali datangnya Belanda yang tidak mengakui Kemerdekaan Indonesia. Masa
Revolusi di Indonesia dimulai dengan masuknya Sekutu diboncengi oleh Belanda
(NICA) ke berbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang, dan diakhiri dengan
penyerahan kedaulatan kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Terdapat
banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet,
Aksi Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa sejarah
lainnya.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan diantaranya untuk agar lebih mengetahui
dan memahami mengenai Perundingan Linggarjati.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam Makalah ini dapat saya rumuskan yaitu “Perundingan Linggarjati
sebagai simbol Pengakuan Kedaulatan Negara Indonesia ”. Untuk Membatasi dalam Makalah
ini, saya membatasi dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Gambaran Umum Kondisi Indonesia Pada Masa Revolusi
2. Bagaimana Gambaran dari Perundingan Linggarjati?
3. Bagaimana Kondisi Indonesia Pasca Perundingan Linggarjati?

3
BAB II
PERUNDINGAN LINGGARJATI SEBAGAI SIMBOL PENGAKUAN
KEDAULATAN NEGARA INDONESIA

Gambaran Umum Perundingan Linggarjati


Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah
suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang
menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini
ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua
negara pada 25 Maret 1947. Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia
karena Jepang menetapkan status quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik
antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya Peristiwa 10 November, selain itu
pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan
militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang
Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut
gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera
dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia
untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7
Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan
Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan
persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di
Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.
Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Kabinet Sjahrir III yang dipimpin
oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan tiga anggota: Mohammad Roem, Susanto
Tirtoprodjo, dan AK Gani. Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan
dipimpin oleh Schermenhorn dengan anggota Max Van Poll, F de Boer, dan HJ Van
Mook. Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan
dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke Jawa dan membantu Van Mook
dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah
pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang
komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon.
Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu
persetujuan tanggal 15 November 1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :
 Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de
facto paling lambat 1 Januari 1949,
 Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
bagiannya adalah Republik Indonesia
 Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

4
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis
Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan
bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni
Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan
memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan
masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai
anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan
diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari
kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung
pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil
sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang
diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak
beres.

2.1 Indonesia Pasca Perundingan Linggarjati


Dengan adanya kesepakatan perjanjian / perundingan linggar jati, Negara Indonesia
mengalami kekalahan selangkah. Selanjutnya setelah terbentuk negara RIS pihak Belanda
bertindak sewenang-wenang yang merugikan RI. Meskipun demikian Indonesia tidak
sepenuhnya mengalami kekalahan, karena dengan Perundingan Linggarjati inilah
kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda dan secara otomatis dunia Internasional pun
mengakui hal ini. salah satu poin dalam perundingan ini yang diharuskan Belanda
mengakui Kedaulatan Indonesia secara de Fakto inilah yang membuat Indonesia
sebenarnya tidak dirugikan secara penuh.
Bagi pihak Indonesia, keikut sertaan Soekarno-Hatta dalam perundingan merupakan
suatu keberhasilan. Dunia luar dengan demikian akan memandang Republik Indonesia
sebagai negara (meskipun belum diakui de jure), karena telah memenuhi syarat, yakni
wilayah tertentu, pemerintah yang nyata yang dipimpin oleh seorang kepala negara
(Presiden), cabinet dengan perdana mentrinya, dan adanya perwakilan rakyat (KNIP), dan
karena tercapainya persetujuan gancatan senjata (yang akan diuraikan dibawah ini), dan
adanya tentara regular. Tidak lagi seperti yang digambarkan oleh Belanda sebagai suatu
pemberontakan beberapa “ekstrimis” yang dipimpin oleh “kolabor Jepang”.
Perjanjian Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat
Indonesia, contohnya beberapa partai seperti Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat
Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perjanjian
itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan
negara Indonesia. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Presiden No. 6/1946, dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan
linggarjati.

5
Tokoh-tokohnya dalam Perjanjian Linggar Jati
 Pemerintah Indonesia, diwakili
oleh

Sutan Syahrir (ketua),


Susanto Tirtoprojo,

M
ohammad Roem.
A.K. Gani,
 Pemerintah Belanda, diwakili oleh

H. J. van Mook,
Max van Pool, F. de Boer.
Wim Schermerhorn (ketua),

 Pemerintah Inggris, selaku mediator atau penengah diwakili oleh


Lord Killearn.

BAB III

6
KESIMPULAN
Perjanjian linggarjati atau Perundingan Linggar Jati adalah Diplomasi Sejarah
Indonesia Nasional Antara Republik Indonesia dengan Belanda, dimana Perjanjian
linggar jati adalah suatu perjanjian yang dilakukan antara Sutan Sahmi dari pihak
Indonesia dengan Dr.H.J. Van Mook dari pihak pemerintah Belanda. Kesepakatan
linggar jati yang berlangsung selama 4 (empat) hari disepakati di sebuah desa linggar
jati di daerah Kabupaten Kuningan.
Perundingan ini/Perjanjian ini berawal dari hambatan yang dihadapi bangsa
Indonesia pada masa awal kemerdekaan adalah dari tentara Jepang yang masih ada di
Indonesia. Meskipun Jepang telah menyerah sama sekutu. Tetapi mereka dalam
jumlah yang cukup besar masih belum kembali ke negerinya.
Tindakan bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan menegakkan
kemerdekaan bukan hanya melalui kekerasan senjata melainkan juga ditempuh
dengan jalan damai yaitu melalui perundingan-perundingan atau melalui jalur
diplomasi. Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal. 4 (Empat) isi pokok pada
perundingan linggar jati adalah :
1. Belanda mengakui secara defacto wilayah RI / Republik Indonesia, yaitu Jawa,
Sumatera dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 januari 1946.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat
atau RIS.
4. Dalam bentuk RIS indonesia harus tergabung dalam Commonwealth / Uni Indonesia
Belanda dengan mahkota negeri Belanda debagai kepala uni.

SARAN
Namun ada beberapa hal yang kami amati dari perundingan ini adalah selain
secara kedaulatan Indonesia diuntungkan dengan adanya perjanjian linggarjati ini
karena secara tidak langsung pihak Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan
secara wilayah meskipun mendapatkan hanya Jawa, Sumatera, Madura tetapi wilayah
ini merupakan dapat dikatakan sebagai wilayah centralnya negara Indonesia.
Meskipun demikian kami melihat bahwa dari hasil perundingan linggarjati ini masih
menunjukkan eksistensi pihak Belanda untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai
Negara yang masih dibawah kekuasaannya.
Hal ini terbukti dengan adanya pasal-pasal dalam peundingan ini yang
menyatakan bahwa negara Indonesia menjadi negara Indonesia Serikat yang bersifat
parlementer seperti layaknya pemerintahan Belanda sendiri atau dengan kata lain
Indonesia merupakan negara yang ingin dijadikan negara Boneka oleh Belanda.

7
DAFTAR PUSTAKA

 Sumber buku
Colin Wild, Peter Carey. (1986). Gelora Api Revolusi. Jakarta: PT. Gramedia Kahin,
George. T. (1980). Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Kuala Lumpur:
Universiti cornell
 Sumber artikel
Sibarani, Jenny. (2008). SEJARAH INDONESIA MASA KEMERDEKAAN antara tahun 1945 -
1950an. [Online]. Tersedia: http://sejarahkita.comoj.com/jenny07.html [1 Oktober
2009]

Anda mungkin juga menyukai