Anda di halaman 1dari 16

Perundingan Linggarjati adalah Perundingan yang terjadi

antara pihak Indonesia dan Belanda yang ditengahi oleh


Inggris. Hasil perundingan yang terjadi di awal-awal masa
kemerdekaan tersebut menghasilkan sebuah
kesepakatan yang kemudian dinamakan “Perjanjian
Linggarjati”.

Linggarjati atau Linggajati sendiri adalah nama sebuah


desa yang secara geografis berada antara Cirebon dan
Kuningan dan terletak di kaki gunung Ciremai. Pemilihan
Linggarjati sebagai tempat perundingan dikarenakan
tempat ini netral bagi kedua belah pihak.

Untuk diketahui, pada saat itu Belanda dan sekutu


menguasai Jakarta, sedangkan Indonesia sendiri
menguasai Yogyakarta. Tempat jalannya perundingan
masih ada hingga saat ini dan dijadikan museum yang
dinamai “Museum Linggarjati”.
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang
dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus
hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik
Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal
Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan
Belanda di kepulauan Indonesia

Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan


tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu
Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948),
dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini
berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan
kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat

Latar Belakang Perjanjian Linggarjati


Selepas Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara
Merdeka pada 17 Agustus 1945 dan terlepas dari jajahan
Jepang. Belanda yang sebelumnya telah menjajajah
Indonesia selama 350 tahun ingin kembali menjajah
Indonesia.

Awalnya, 29 September 1945 pasukan sekutu dan AFNEI


datang ke Indonesia (salah satunya) untuk melucuti
tentara Jepang setelah kekalahan negara tersebut di
perang dunia ke II. Namun kedatangan mereka ternyata
diboncengi oleh NICA (Netherlands-Indies Civil
Administration).

Hal tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah dan


rakyat Indonesia, mereka menilai Belanda ingin kembali
mencoba berkuasa di Indonesia. hingga akhirnya
pertempuran- pertempuran pun terjadi, seperti di
pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran di
Ambarawa, Medan area, Pertempuran Merah putih di
Manado dll.
Latar belakang terjadinya perjanjian Linggarjati adalah
karena banyaknya konflik dan insiden pertempuran
antara pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu-Belanda.
Sehingga kedua belah pihak menginginkan berakhirnya
konflik dan selesainya persengketaan wilayah kekuasaan
serta kedaulatan Republik Indonesia.

Sebelum perundingan Linggarjati, terdapat perundingan-


perundingan sebelumnya yang mengalami kegagalan
seperti dalam pertemuan di Hooge Veluwe dan
perundingan 7 Oktober.

Untuk melanjutkan serangkaian perundingan tersebut.


maka dipilihlah salah satu rumah milik warga Belanda di
Linggarjati sebagai tempat dilangsungkannya pertemuan.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa juru runding dari
Indonesia, Belanda dan Inggris pada tanggal 10
November 1946.
Tokoh- Tokoh Perjanjian Linggarjati
Delegasi dari kedua belah pihak yang mewakili Indonesia,
Belanda dan Inggris sebagai penengah diantaranya.

Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord


Killearn.
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (Ketua) Muhammad
Roem, Dr.A.K Gani dan Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H
Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn (Ketua), Van
Pool dan De Boer.
Terdapat juga beberapa saksi atau tamu yang hadir dalam
pertemuan tersebut seperti, Amir Syarifudin, dr. Leimena,
dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta.
Perjanjian Linggarjati kemudian ditandatangani dalam
suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarata pada
tanggal 25 Maret 1947.

Jalannya Perundingan Linggarjati


Sebelum perundingan Linggarjati, terdapat perundingan-
perundingan sebelumnya yang mengalami kegagalan
seperti dalam pertemuan di Hooge Veluwe dan
perundingan 7 Oktober.

Untuk melanjutkan serangkaian perundingan tersebut.


maka dipilihlah salah satu rumah milik warga Belanda di
Linggarjati sebagai tempat dilangsungkannya pertemuan.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa juru runding dari
Indonesia, Belanda dan Inggris pada tanggal 10
November 1946.

Tokoh- Tokoh Perjanjian Linggarjati


Delegasi dari kedua belah pihak yang mewakili Indonesia,
Belanda dan Inggris sebagai penengah diantaranya.

Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord


Killearn.
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (Ketua) Muhammad
Roem, Dr.A.K Gani dan Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H
Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn (Ketua), Van
Pool dan De Boer.
Terdapat juga beberapa saksi atau tamu yang hadir dalam
pertemuan tersebut seperti, Amir Syarifudin, dr. Leimena,
dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta.
Perjanjian Linggarjati kemudian ditandatangani dalam
suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarata pada
tanggal 25 Maret 1947.

Isi Perjanjian Linggarjati


Perundingan linggarjati menghasilkan keputusan yang
kemudian disebut perjanjian linggarjati yang memiliki 17
Pasal, dari 17 pasal tersebut terdapat 3 pasal pokok,
diantaranya adalah:

Belanda mengakui Republik Indonesia secara de facto


dengan wilayah kekuasan meliputi Sumatera, Jawa,
Madura dan Belanda akan meninggalkan Indonesia
selambat-lambatnya 1 Januari 1949
Menyepakati pembentukan negara serikat dengan nama
Negara Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari RI,
Kalimantan dan Timur besar sebelum 1 Januari 1949.
RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda
dengan ratu Belanda sebagai ketua.

Perjanjian linggarjati memberikan dampak positif dan


negatif bagi Indonesia. berikut diantara dampak atau efek
dari perjanjian tersebut.

Dampak Positif Perjanjian Linggarjati

Citra Indonesia di mata dunia Internasional semakin kuat,


dengan pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan
Indonesia, mendorong negara-negara lain untuk
mengakui kemerdekaan Republik Indonesia secara sah.

Belanda mengakui negara Republik Indonesia yang


memiliki kuasa atas Jawa, Madura dan juga Sumatera.
Dengan demikian secara de facto Indonesia berkuasa atas
wilayah tersebut.

Selesainya konflik antara Belanda dan Indonesia


(walaupun setelahnya Belanda melanggar perjanjian).
pada saat itu dikhawatirkan apabila konfrontasi rakyat
Indonesia dan kekuatan Belanda terus berlanjut. Maka
akan semakin banyak korban jiwa dari kalangan rakyat.
Hal ini tentu saja dikarenakan kekuatan militer Belanda
yang canggih dan kekuatan rakyat Indonesia yang apa
adanya.

Dampak Negatif Perjanjian Linggarjati


Indonesia hanya memiliki wilayah kekuasaan yang sangat
kecil, yakni pulau Jawa, Sumatera dan Madura saja. Selain
itu Indonesia harus mengikuti juga persemakmuran Indo-
Belanda.Memberikan waktu Belanda membangun
kekuatan atau “menghela nafas” untuk kemudian
selanjutnya melakukan agresi militernya.

Perjanjian ini juga ditentang dari dalam negara Indonesia.


Masyarakat dan kalangan tertentu yang dimulai dari
Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia dan Partai
Rakyat Jelata.

Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa pemimpin


yang ditunjuk yaitu Sutan Syahrir telah dianggap
memberikan dukungan pada Belanda. Sehingga
membuat anggota dari Partai Sosialis yang berada dalam
Kabinet tersebut dan KNIP mengambil langkah penarikan
dukungan kepada pemimpin perundingan tersebut.
Penarikan dukungan tersebut terjadi kepada Syahrir pada
tanggal 26 Juni 1947.
Pelanggaran Perjanjian Linggarjati

Dalam pelaksanaannya, perjanjian ini tidak berjalan baik.


Pada tanggal 20 Juli 1947 diketahui Gubernur Jendral H. J.
Van Mook memutuskan perjanjian secara sepihak. H. J
Van Mook mendeklarasikan bahwa Belanda tidak terkait
dengan perjajian tersebut.

Hal ini berlaku sejak tanggal 21 Juni 1947, sebelum satu


tahun perjanjian linggarjat genap dibuat. Terjadilah
adanya Agresi Militer Belanda 1. Hal ini terjadi akibat
adanya perbedaan penafsiran yang terjadi antara pihak
Indonesia dan Belanda.

Ada beberapa hal yang terjadi baik itu sebelum, selama


dan setelah perjanjian ini dilakukan. Berikut adalah
beberapa kejadian yang bersangkut paut dengan
peristiwa ini, dikutip dari berbagai sumber:
Perundingan untuk menyelesaikan konflik Belanda-
Indonesia sebetulnya telah dilakukan dari bulan Februari
1946, namun hasilnya selalu gagal tanpa kesepakatan.
Sebelum akhirnya pada bulan Oktober di tahun tersebut
kemudian terjadi sebuah kesepakatan yang mengawali
cikal bakal pertemuan di Linggarjati.

Pemilihan Linggarjati sebagai tempat pertemuan di


usulkan oleh Maria Ulfah Santoso, menteri sosial di masa
tersebut. Pemilihan lokasi didasarkan pada titik tengah
antara Belanda yang menguasai Jakarta dan Pemerintah
RI yang saat itu menjadikan Yogya sebagai pusat
pemerintahan sementara.

Saat itu delegasi Belanda menginap di kapal perang milik


mereka. Delegasi Indonesia menginap di Linggasama
yang letaknya berdekatan dengan desa Linggarjati.
sementara Ir Soekarno dan Mohammad Hatta singgah di
rumah Bupati Kuningan.
Rumah besar yang dijadikan tempat pertemuan adalah
tempat milik Kulve van Os, seorang Belanda pemilik
pabrik semenn dan perajin ubin yang menikahi
perempuan berdarah Indonesia.

Perundingan berjalan alot, ada beberapa poin yang kedua


belah pihak dapat sepakati. Namun beberapa poin lain
belum dicapai kesepakatan. Disela pertemuan, delegasi
Belanda pun sempat menemui Soekarno yang datang
sebagai tamu untuk membicarakan beberapa poin yang
menjadi perdebatan antara Belanda dengan Indonesia
yang diketuai Syahrir.

Pro-kontra terjadi selepas perjanjian tersebut


dipublikasikan. utamanya penolakan disuarakan oleh
opisisi pemerintah saat itu.
Belanda menodai perjanjian dan membatalkan
kesepakatan dengan sepihak.
Fakta- Fakta Lain Tentang Perjanjian Linggarjati
Ak. Gani

S.tirtoprodjo. m.roem
Win schermerhorn
H.j van mook. Max van poll

Lord killearn

Anda mungkin juga menyukai