Linggarjati atau Linggajati sendiri adalah nama sebuah desa yang secara geografis
berada antara Cirebon dan Kuningan dan terletak di kaki gunung Ciremai. Pemilihan
Linggarjati sebagai tempat perundingan dikarenakan tempat ini netral bagi kedua belah
pihak.
Untuk diketahui, pada saat itu Belanda dan sekutu menguasai Jakarta, sedangkan
Indonesia sendiri menguasai Yogyakarta. Tempat jalannya perundingan masih ada
hingga saat ini dan dijadikan museum yang dinamai “Museum Linggarjati”.
Awalnya, 29 September 1945 pasukan sekutu dan AFNEI datang ke Indonesia (salah
satunya) untuk melucuti tentara Jepang setelah kekalahan negara tersebut di perang
dunia ke II. Namun kedatangan mereka ternyata diboncengi oleh NICA (Netherlands-
Indies Civil Administration).
Hal tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah dan rakyat Indonesia, mereka menilai
Belanda ingin kembali mencoba berkuasa di Indonesia. hingga akhirnya pertempuran-
pertempuran pun terjadi, seperti di pertempuran 10 November di Surabaya,
Pertempuran di Ambarawa, Medan area, Pertempuran Merah putih di Manado dll.
tugassekolah.com
Sebelum perundingan Linggarjati, terdapat perundingan- perundingan sebelumnya yang
mengalami kegagalan seperti dalam pertemuan di Hooge Veluwe dan perundingan 7
Oktober.
Untuk melanjutkan serangkaian perundingan tersebut. maka dipilihlah salah satu rumah
milik warga Belanda di Linggarjati sebagai tempat dilangsungkannya pertemuan.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa juru runding dari Indonesia, Belanda dan Inggris
pada tanggal 10 November 1946.
Delegasi dari kedua belah pihak yang mewakili Indonesia, Belanda dan Inggris sebagai
penengah diantaranya.
Terdapat juga beberapa saksi atau tamu yang hadir dalam pertemuan tersebut seperti,
Amir Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta.
Perjanjian Linggarjati kemudian ditandatangani dalam suatu upacara kenegaraan di
Istana Negara Jakarata pada tanggal 25 Maret 1947.
Isi Perjanjian Linggarjati
google images
Perundingan linggarjati menghasilkan keputusan yang kemudian disebut perjanjian
linggarjati yang memiliki 17 Pasal, dari 17 pasal tersebut terdapat 3 pasal pokok,
diantaranya adalah:
Indonesia hanya memiliki wilayah kekuasaan yang sangat kecil, yakni pulau
Jawa, Sumatera dan Madura saja. Selain itu Indonesia harus mengikuti juga
persemakmuran Indo-Belanda.
Memberikan waktu Belanda membangun kekuatan atau “menghela nafas” untuk
kemudian selanjutnya melakukan agresi militernya.
Perjanjian ini juga ditentang dari dalam negara Indonesia. Masyarakat dan
kalangan tertentu yang dimulai dari Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat
Indonesia dan Partai Rakyat Jelata.
Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa pemimpin yang ditunjuk yaitu
Sutan Syahrir telah dianggap memberikan dukungan pada Belanda. Sehingga
membuat anggota dari Partai Sosialis yang berada dalam Kabinet tersebut dan
KNIP mengambil langkah penarikan dukungan kepada pemimpin perundingan
tersebut. Penarikan dukungan tersebut terjadi kepada Syahrir pada tanggal 26
Juni 1947.
Dalam pelaksanaannya, perjanjian ini tidak berjalan baik. Pada tanggal 20 Juli 1947
diketahui Gubernur Jendral H. J. Van Mook memutuskan perjanjian secara sepihak. H.
J Van Mook mendeklarasikan bahwa Belanda tidak terkait dengan perjajian tersebut.
Hal ini berlaku sejak tanggal 21 Juni 1947, sebelum satu tahun perjanjian linggarjat
genap dibuat. Terjadilah adanya Agresi Militer Belanda 1. Hal ini terjadi akibat adanya
perbedaan penafsiran yang terjadi antara pihak Indonesia dan Belanda.
Ada beberapa hal yang terjadi baik itu sebelum, selama dan setelah perjanjian ini
dilakukan. Berikut adalah beberapa kejadian yang bersangkut paut dengan peristiwa ini,
dikutip dari berbagai sumber: