Anda di halaman 1dari 8

Penyimpangan di Bidang Kebijakan Dalam Negeri

1. Mengumumkan ajaran Nasakom (Nasionalis, Agama, komunis)


2. Kekuasaan Presiden dijalankan secara sewenang-wenang; hal ini terjadi karena kekuasaan
MPR, DPR, dan DPA yang pada waktu itu belum dibentuk dilaksanakan oleh Presiden.
3. MPRS menetapkan Oresiden menjadi Presiden seumur hidup; hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan mengenai masa jabatan Presiden.
4. Pimpinan MPRS dan DPR diberi status sebagai menteri; dengan demikian , MPR dan DPR
berada di bawah Presiden.
5. Pimpinan MA diberi status menteri;ini merupakan penyelewengan terhadap prinsip bahwa
kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka.
6. Presiden membuat penetapan yangisinya semestinya diatur dengan undang-undang (yang
harus dibuat bersama DPR); dengan demikian Presiden melampaui kewenangannya.
7. Pembentukan lembaga negara yang tidak diatur dalam konstitusi, yaitu Front Nasional.
8. Presiden membubarkan DPR; padahal menurut konstitusi, Presiden tidak bisa membubarkan
DPRB.

Penyimpangan di Bidang Kebijakan Luar Negeri


1.Politik konfrontasi dengan pembagian dunia menjadi 2 bagian, yaitu Oldefo (Old
Establishes Forces/Negara-negara kapitalis imperialis) dan Nefo (New Emerging
Forces/Negara-negara progresif revolusioner)
2.Melaksanakan politik Mercu Suar (pembangunan proyek-proyek raksasa, komplek olahraga
senayan, Jakarta by pass, Monumen Nasional, Jembatan Ampera)
3.Menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) yang sebagian besar
pesertanya adalah Negara-negara komunis
4.Membentuk Poros Jakarta-Peking

1. Kekuasaan Presiden Tak Terbatas


Pembentukan peraturan perundang-undangan yang semestinya dibentuk berdasarkan UU,
namun diberi bentuk hukum Peraturan Presiden.

2. Pembentukan MPRS
Ada yang janggal saat pembentukan MPRS. Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
seharusnya dipilih melalui Pemilu (Pemilihan Umum) malah dibentuk oleh presiden sendiri
melalui Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959.
3. Keterlibatan PKI dalam Nasakom (Nasio, Agama dan Komunis)
Konsep Nasakom yang diusung Presiden Soekarno dimanfaatkan oleh PKI untuk menyebar
luaskan pengaruhnya dalam kehidupan sosial dan politik bangsa Indonesia.
4. Adanya ajaran Resopim
Adanya ajaran RESOPIM. Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia,
dan Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno.
Lembaga-lembaga negara mempunya inti Nasionalisme Agama
Komunis (Nasakom)

2. Prosedur pembentukan MPRS, karena anggota MPRS diangkat


oleh presiden. Seharusnya dipilih melalui pemilu.

3. Prosedur pembentukan DPAS, karena lembaga ini anggotanya


ditunjuk oleh presiden dan diketuai oleh presiden. Padahal tugas
DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan
memberi usulan kepada pemerintah.

4. Prosedur pembentukan DPRGR, karena anggota DPRGR


ditunjuk oleh presiden dan DPR hasil pemilu 1955 justru
dibubarkan oleh presiden. Padahal kedudukan DPR dan
presiden adalah seimbang. Presiden tidak dapat membubarkan
DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan presiden.
5. Penetapan Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai
GBHN. Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan oleh MPR.

6. Pengangkatan presiden seumur hidup, karena tidak ada


aturan tentang jabatan presiden seumur hidup. Menurut pasal 7
UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang
jabatan selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih
kembali.

7. Pembentukan MPRS. Presiden Soekarno membentuk sendiri


MPRS melalui Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959. Padahal,
seharusnya MPRS dipilih melalui pemilihan umum (pemilu) yang
sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Masa Orde Baru: Pengertian, Latar
Belakang, Tujuan, dan Kebijakan Orde
Baru

Pengertian Orde Baru adalah sebutan untuk masa pemerintahan presiden Soeharto
di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Masa orde baru (ORBA) dimulai sejak tahun
1966 menggantikan orde lama yang merujuk pada era pemerintahan presiden
Soekarno.

Pengertian orde baru adalah suatu penataan kembali kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia berlandaskan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Hal
tersebut dilakukan karena adanya ancaman terhadap ideologi Pancasila yaitu peristiwa
pemberontakan Gerakan 30 September (G30S/ PKI).

Menurut sejarahnya, pada masa itu Partai Komunis Indonesia (PKI) menyebarkan
paham komunisme di Indonesia dan telah mengancam keberlangsungan ideologi
Pancasila. Awal lahirnya orde baru adalah ketika presiden Soekarno menyerahkan
mandatnya kepada Jendral Suharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR).
Latar Belakang Orde Baru

Peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Orde Baru adalah terjadinya kudeta yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia terhadap kebijakan pemerintah pada waktu
itu. Bahkan pada 30 September 1965 beberapa Jendral TNI diculik, disiksa, dan
dibunuh oleh para pemberontak tersebut yang sempat mengakibatkan kekacauan di
Indonesia.

Peristiwa pembunuhan para Jendral TNI tersebut mengakibatkan munculnya


gelombang kebencian besar terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). Masyarakat
dan TNI kemudian melakukan penangkapan dan pembantaian terhadap para anggota
PKI di berbagai daerah di Indonesia.

Pada masa itu, kerusuhan juga terjadi di berbagai lokasi sehinga keamanan negara
sangat rentan. Hal tersebut membuat pengaruh dan kekuasaan presiden Soekarno
menjadi melemah dan kehilangan kepercayaan dari sebagian rakyatnya.

Selain kerusuhan, masyarakat juga kerap melakukan demonstrasi di berbagai tempat.


Beberapa tuntutan demonstran kepada pemerintah pada waktu itu adalah:

 Membubarkan PKI dan organisasi-organisasi pendukungnya (Gerwani,


Lekra, BTI, Pemuda Rakyat, dan lain-lain).
 Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI
 Menurunkan harga sembako
Untuk menindaklanjuti tuntutan rakyat tersebut, presiden Soekarno kemudia
melakukan reshuffle Kabinet Dwikora. Namun, upaya tersebut dianggap
mengecewakan karena masih terdapat unsur komunis di dalam kabinet baru.
Pada masa genting tersebut akhirnya presiden Soekarno memutuskan untuk
mengundurkan diri sebagai presiden. Tepat pada tanggal 11 Maret 1966 Soekarno
menandatangani SUPERSEMAR, dimana isinya Soekarno menyerahkan mandatnya
kepada Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia.

Pada 22 Februari 1967 akhirnya Soeharta diangkat menjadi presiden RI ke-2 secara
resmi, yaitu melalui Ketetapan MPRS No. XV / MPRS / 1966 dan sidang istimewa
MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) pada tanggal 7 – 12 Maret
1967.

Baca juga: Lambang Garuda Pancasila

Kebijakan Orde Baru


Pemerintahan di masa orde baru membuat beberapa kebijakan di bidang ekonomi,
sosial, dan politik. Dimana tujuan kebijakan tersebut adalah untuk menciptakan
stabilitas negara di berbaai bidang.

Berikut adalah beberapa kebijakan di masa orde baru:

1. Kebijakan ekonomi
Pada tahun 1969, pemerintah ORBA mencanangkan program Rencana Pembangunan
Lima Tahun (REPELITA) untuk meningkatkan ekonomi nasional. Pada tahun 1984
Indonesia berhasil menjadi negara dengan swasembada besar.

Menciptakan dan mewujudkan program trilogy pembangunan dimana tujuannya


adalah agar ekonomi masyarakat merata di seluruh Indonesia.

2. Kebijakan politik
 Pembubaran Partai Komunis Indonesia beserta organisasi-organisasi
pendukungnya, baik di tengah-tengah masyarakat maupun di dalam kabinet
pemerintahan.
 Penyederhanaan partai politik yang awalnya ada 10 partai menjadi hanya 3
partai politik saja, yaitu Golkar, PDI, dan PPP.
 Militer memiliki peran dalam pemerintahan atau yang disebut dengan
dwifungsi ABRI.
 Pemerintah mewajibkan pendidikan Penataan P4 (Pedoman, Penghayatan,
dan Pengamalan Pancasila) di seluruh lapisan masyarakat.
 Masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke wilayah kesatuan Republik
Indonesia.
 Indonesia menggagas berdirian ASEAN dan beberapa kebijakan politik luar
negeri, seperti: Pengakuan terhadap negara Singapura, Memperbaiki
hubungan dengan negara Malaysia, Masuk Indonesia kembali menjadi
anggota PBB.

3. Kebijakan Sosial
Pemerintah orde baru mengeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada masa itu, diantaranya:

 Pencanangan program Keluarga Berencana (KB)


 Program transmigrasi
 Gerakan wajib belajar
 Gerakan orang tua asuh
Baca juga: Pengertian Wawasan Nusantara

Kelebihan dan kekurangan Masa Orde Baru

Seperti yang dijelaskan pada pengertian orde baru di atas, masa orde baru berlangsung
selama Soeharto menjabat sebagai presiden RI, yaitu 32 tahun lamanya. Adapun
beberapa kelebihan dan kekurangan masa orde baru adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan Masa Orde Baru


 Pada tahun 1996 terjadi peningkatan Gros Domestic produk perkapita
Indonesia dari $70 menjadi $100.
 Berhasil mencanangkan Program Keluarga Berencana (KB) yang
sebelumnya tidak pernah ada.
 Meningkatnya jumlah masyarakat yang bisa membaca dan menulis.
 Anka pengangguran mengalami penurunan.
 Kebutuhan rakyat akan pangan, sandang, dan papan cukup terpenuhi dengan
baik.
 Meningkatnya stabilitas dan keamanan negara Indonesia.
 Mencanangkan program Wajib Belajar dan gerakan nasional orang tua asuh.
 Mencanangkan dan menyukseskan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA).
 Bekerjasama dengan pihak asing di bidang ekonomi dan menerima
pinjaman dana dari luar negeri.

2. Kekurangan Masa Orde Baru


 Terjadi korupsi besar-besara di semua lapisan masyarakat.
 Pembangunan hanya terpusat di ibu kota sehingga terjadi kesenjangan yang
cukup besar antara masyarakat kota dengan di desa.
 Kekuasaan yang terus bekelanjutan tanpa adanya tanda-tanda akan mundur.
 Masyarakat di berbagai daerah, misalnya Papua dan Aceh, merasa tidak
puas dengan pemerintah karena tidak tersentuh pembangunan.
 Banyak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) karena pemerintah
pada masa itu menganggap bahwa kekerasan dapat menyelesaikan masalah.
 Terjadi pengekangan kebebasan pers dan berpendapat, dimana banyak
perusahaan koran dan majalah yang ditutup paksa karena tidak sepaham
dengan pemerintah.
 Tingginya kesenjangan sosial di masyarakat, dimana orang kaya mendapat
hak lebih baik dibanding orang yang tak mampu.

Anda mungkin juga menyukai