Anda di halaman 1dari 11

POKOK PEMBAHASAN

A. Masa Orde Lama (1959-1966)

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masuk dalam suatu babak
kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Namun, perjalanan sejarah
bangsa ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, sebab banyak
pengorbanan dan rintangan yang harus dihadapi dan semua itu bahkan harus ditebus dengan
harga yang sangat mahal. Di samping itu, dalam sejarahnya bangsa Indonesia telah mengalami
berbagai perubahan asas, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Perubahan-perubahan sistem pemerintahan yang telah terjadi pada masa awal-awal
kemerdekaan bangsa ini, terkadang di satu sisi juga sering mengancam dan membahayakan
perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa sistem pemerintahan Orde Lama sudah menjadi
bagian dari perjalanan panjang sejarah Indonesia, sebab bagaimanapun sejarah Orde Lama ikut
mengantarkan Indonesia hingga masa sekarang ini. Istilah Orde Lama dalam sejarah bangsa
Indonesia adalah masa-masa bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.
Masa Orde Lama berlangsung sejak tahun 1959-1966. Dalam kurun waktu tersebut, bangsa
Indonesia mengalami beberapa kali pergantian sistem pemerintahan. Salah satu sistem
pemerintahan yang terkenal pada masa Orde Lama adalah “Demokrasi Terpimpin”. Ciri-ciri
yang membedakan dari sistem Demokrasi Terpimpin ini dengan sistem sebelumnya adalah
bergesernya sistem parlementer ke presidentil, artinya seluruh kekuasaan dalam negara pada saat
itu berada di tangan presiden1.

1 Carlton Clymer Rode, dkk., Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 484.

1
1. Kondisi Politik di Masa Orde Lama

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dalam masa Orde lama, ketegangan politik dalam negeri sudah mulai terasa, terutama sejak
Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dengan dikeluarkan Dekrit
Presiden ini, maka sistem pemerintahan Indonseia berganti dari sistem parlementer menjadi
sistem Demokrasi Terpimpin. Secara tidak langsung, isi dari Dekrit Presiden akan membawa
Presiden menjadi seorang diktator yang mana seluruh kekuasaan berada dalam satu tangan, yaitu
Soekarno2.

Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, dipersoalkan
keabsahannya dari sudut yuridis konstitusi, sebab menurut UUDS 1950, Presiden tidak punya
wewenang “memberlakukan” atau “tidak memberlakukan” sebuah UUD, seperti yang dilakukan
melalui dekrit.

Untuk lebih jelasnya bagaimana isi dari Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 tersebut, dapat
kita lihat di bawah ini, yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan pembubaran konstituante


2) Menetapkan UUD 1945 diberlakukan kembali bagi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, terhitung mulai dari tanggal penetapan dekrit ini dab tidak berlaku lagi
UUDS.
3) Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan.
4) Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan diselenggarakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa lahirnya Dekrit Presiden tersebut tidak
terlepas dari pro dan kontra di kalangan anggota konstituante ketika itu3. Dan menurut
pemakalah, wajar saja apabila ada semacam kekhawatiran dan ketakutan yang muncul dari
pihak-pihak yang tidak setuju dengan isi Dekrit Presiden tersebut. Sebab dengan dikeluarkannya
2 Firdaus A.N., Dosa-dosa Politik (Orde Lama dan Orde Baru yang Tidak Boleh Berulang Lagi di Era Reformasi), Jakarta: Al-
Kautsar, 1999, hlm. 80.
3 Arsyad Maf’ul (Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makasar), Partai Politik Pada Masa Orde Baru dan Orde

Lama-pdf, hlm. 78.

2
Dekrit Presiden artinya Soekarno mengeluarkan penetapan-penetapan yang mengakibatkan
kekuasaannya semakin kuat.

Peranan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Masa Orde Lama

Sebelum kita membicarakan Partai Komunis Indonesia (PKI) serta bagaimana pula sepak
terjangnya selama masa Orde Lama, ada baiknya kita juga melihat partai-partai politik lain yang
pernah mengisi panggung perpolitikan di Indonesia pada masa Orde Lama.

Pasca kemerdekaan, Indonesia menerapkan sistem multi partai yang ditandai dengan
hadirnya 25 partai politik. Menjelang Pemilu tahun 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal,
jumlah partai politik meningkat hingga berjumlah 29 partai politik. Namun, pada masa
diberlakukannya Demokrasi Terpimpin, sistem kepartaian Indonesia dilakukan penyederhanaan
dengan Penpres No. 7 tahun 1959 dan Penpres No. 13 tahun 1960 yang akhirnya menyisakan 10
partai politik dengan empat partai besarnya yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.

Kembali kita kepada bagaimana peran Partai Komunis Indonsia (PKI) selama masa orde
lama, terutama dalam masa-masa demokrasi terpimpin yang ternyata sangat banyak memberikan
pengaruhnya dalam sejarah perkembangan bangsa ini. Dalam suasana dikembalikannya negara
ke UUD 1945 itu, Presiden Soekarno bahkan mempertegas lagi pendirian dan konsepsinya.
Penegasan itu terlihat pada saat Soekarno menyampaikan pidato kenegaraan yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal 17 Agustus 19594. Oleh Presiden, pidato itu
kemudian diserahkan kepada Panitia Kerja Dewan Pertimbangan Agung (DPA) untuk
dirumuskan menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam panitia kerja perumusan
tersebut, yang menjadi pemimpinnya adalah seorang ketua CC dari Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang paling terkenal yaitu D.N Aidit. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Aidit untuk
memasukkan program-program Partai Komunis Indonesia (PKI) ke dalam GBHN yang terkenal
dengan nama Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol).

Dalam buku-buku sejarah politik Indonesia, Partai Komunis Indonesia pada era orde lama
pernah menjadi salah satu partai yang pengaruhnya cukup besar dengan basis massanya
mayoritas adalah berasal dari kaum buruh dan petani. Bahkan dalam pemilu 1955, Partai
Komunis Indonesia (PKI) memperoleh kemenangan yang cukup berarti, yakni berhasil
4 Nugroho Notosusanto, Tercapainya Konsensus Nasional 1966-1969, Jakarta: PN BALAI PUSTAKA, 1985, hlm. 3.

3
mengumpulkan enam juta suara pemilih. Keberhasilan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam
mengembangkan pengaruh ideologinya pada saat itu tentu tidak terlepas dari peranan para
pemimpin-pemimpin partainya yang selalu memegang teguh persatuan dan kesatuan dalam
mewujudkan cita-cita partai.

2. Kondisi Ekonomi Pada Masa Orde Lama

Kondisi perekonomian Indonesia pada Masa Orde Lama sangat buruk. Kondisi ekonomi
yang buruk ini merupakan dampak dari kondisi pemerintahan yang masih belum stabil. setelah
dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959, maka sistem pemerintahan Indonesia berubah dari
sistem demokrasi Liberal kepada sistem Demokrasi Terpimpin. Kehadiran dekrit presiden juga
membawa pengaruh kepada sistem perekonomian masyarakat pada waktu itu, setelah keluarnya
dekrit presiden sistem ekonomi di Indonesia lebih menjurus kepada sistem etatisme atau dapat
juga dikatakan sistem ekonomi komando yang merupakan salah satu sistem perekonomian
dimana segala kegiatan perekonomian diatur oleh negara.

Pemerintah Orde Lama tidaklah tinggal diam menghadapi kondisi ekonomi masyarakat
Indonesia yang belum stabil. pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk
mengatasi krisis ekonomi tersebut, namun sayangnya kebijakan-kebijakan tersebut belum
mampu memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah beberapa
kebijakan ekonomi yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi
tersebut.
I. Pemerintahan Orde Lama untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia telah
melakukan Devaluasi. Devaluasi ialah suatu kebijakan untuk memotong nilai mata uang
dengan sengaja. Bahkan pemerintah orde lama melakukan devaluasi ini sebanyak dua
kali. Devaluasi pertama dilakukan pada 25 agustus 1959. Pada waktu itu uang kertas
pecahan Rp.500 menjadi Rp.50, uang kertas pecahan Rp.1000 menjadi Rp.100, . adapun
devaluasi untuk kedua kalinya dilakukan pada tanggal 13 desember 1965. Pada masa ini
uang pecahan Rp.1000 menjadi Rp.1.
II. Pembentukan deklarasi Ekonomi ( Dekon). Pemerintah Orde Lama membentuk Deklarasi
Ekonomi ini bertujuan untuk mengendalikan sistem perekonomian dengan cara sistem
komando, tetapi hal ini justru menimbulkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.

4
Kegagalan berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Orde Lama tersebut semakin
diperburuk dengan gagalnya pemerintah dalam mengatur pengeluaran uang untuk negara. Pada
masa itu keuangan negara banyak dikeluarkan untuk proyek-proyek mercusuar dan konfrontasi
dengan Malaysia.

3. Akhir dari Pemerintahan Orde Lama

Setelah memerintah selama kurang lebih selama delapan tahun, pemerintahan Orde Lama
harus berakhir dengan keguncangan politik yang terjadi pada tahun 1965. Keruntuhan Orde
Lama sangat berkaitan dengan percobaan kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI). Selama masa masa pemerintahan orde lama, PKI memiliki kedekatan yang sangat erat
dengan Presiden Soekarno, terlebih lagi setelah Soekarno menerapkan prinsip NASAKOM
(nasionalis, agama, dan komunis). Pemberontakan PKI yang lebih dikenal dengan G30S/PKI ini
sangat menyita perhatian masyarakat Indonesia dan menyebabkan terganggunya stabilitas
nasional indonesia. Percobaan kudeta yang diduga didalangi oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI) tersebut ternyata membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
di Indonesia di masa-masa selanjutnya.

Situasi negara di ujung pemerintahan orde lama diwarnai oleh berbagai kemelut di tingkat
elit pemerintahan sendiri. Situasi kacau serta persaingan di antara elit politik dan militer akhirnya
memuncak pada peristiwa pembunuhan enam orang Jendral pada tanggal 1 Oktober 1965.
Dampak dari peristiwa pembunuhan enam Jendral di Jakarta tersebut, pada akhirnya memicu
munculnya berbagai aksi protes serta unjuk rasa turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa
yang tergabung dari berbagai kesatuan aksi yang meminta agar PKI segara dibubarkan.

Seperti yang sudah ditulis di awal, bahwa pasca percobaan kudeta 1965 oleh PKI, terjadi
berbagai aksi unjuk rasa di berbagai kota di Indonesia terutama di Jakarta. Dan akhir dari bentuk
aksi-aksi protes itu tepat pada tanggal 12 Januari 1966 para demonstrans yang tergabung dari
berbagai kesatuan aksi menuntut agar Presiden Soekarno memenuhi tuntutan-tuntutan rakyat

5
yang terkenal dengan TRITURA (Tiga Tuntuan Rakyat). Adapun tiga tuntutan rakyat itu adalah
sebagai berikut:
1) Bubarkan PKI
2) Perombakan Kabinet
3) Turunkan Harga Kebutuhan Pokok

Untuk memulihkan keadaan negara, akhirnya Soekarno memberikan kewenangan dan


mandat kepada Mayjen. Soeharto untuk memulihkan stabilitas dan keamanan negara melalui
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Di bawah komando Mayjen Soeharto, pemulihkan
keamanan dan kestabilan negara dilakukan dengan aksi-aksi militer. Selain menangkap dan
memenjarakan orang-orang yang dianggap sebagai anggota PKI, upaya lain yang dilakukan oleh
Soeharto adalah membubarkan PKI dan melarang penyebaran paham-paham yang berbau
komunis5. Tindakan-tindakan yang ditempuh Soeharto dalam melaksanakan tugasnya tersebut
ternyata sangat berpengaruh terhadap kemajuan kariernya, karena terbukti beberapa tahun
kemudian ia berhasil terpilih sebagai Presiden Indonesia untuk menggantikan Soekarno melalui
Pemilu pada tahun 1968.

Dengan jatuhnya rezim Soekarno, maka secara otomatis berakhir pula masa-masa
pemerintahan Orde Lama (1959-1966) dan berganti dengan masa pemerintahan Orde Baru
(1968-1998) dengan Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia yang kedua.

5John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid, Tahun yang Tak Pernah Berakhir (Memahami Pengalaman Korban 65), Jakarta:
ELSAM, 2004, hlm. 17.

6
B. Masa Orde Baru (1966-1998)

1. Pengertian Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde
Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru
hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada
masa Orde Lama.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983,
1988, 1993, dan 1998.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang
yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar
Mahkamah Militer Luar Biasauntuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai
pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau
Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan


administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut
dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).

7
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR
tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer,
khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering
kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap
provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan
antara pusat dan daerah.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan
konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi
politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan
pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga
pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik
dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

2. Masalah pemanfaatan kekayaan alam.

Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan


pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

3. Kekurangan

1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan


antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

8
4. Akhir Pemerintahan Orde Baru

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh
penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat
beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era
Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".

Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru
ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet
danYugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang
terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.

C. Masa Reformasi ( 1998 – Sekarang )

Masa reformasi di Indonesia dimulai sejak runtuhnya rezim Orde baru yaitu sejak tanggal 21 Mei
1998. Presiden pertama pada era reformasi adalah B.J. Habibie, presiden ke-3 RI. Masa
reformasi terus berlangsung hingga sekarang. Apa itu reformasi dan bagaimana sejarah reformasi
di Indonesia?

1. Gerakan Reformasi 1998

Gerakan reformasi 1998 dilatar belakangi oleh krisis multidimensi yang dihadapi bangsa
Indonesia ketika itu. Akar krisis multidimensi adalah krisis ekonomi yang menerpa Indonesia
sejak 1997. Untuk mengetahui lebih jelas tentang keadaan ekonomi Indonesia di akhir masa orde
baru, silahkan klik disini : Runtuhnnya orde baru.

Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Secara
rinci, ada enam penjabaran agenda reformasi yaitu : suksesi kepemimpinan nasional, amendemen
UUD 1945, pemberantasan KKN, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi hukum,
dan pelaksanaan otonomi daerah.

9
Mahasiswa berdemonstrasi besar-besaran pada tanggal 19–21 Mei 1998 di depan Gedung
DPR/MPR sampai munculnya pernyataan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan
digantikan B.J. Habibie.

2. Pengertian Reformasi

Secara bahasa, reformasi berasal dari kata re-form, yang artinya perubahan bentuk. Reformasi
pada tahun 1998 secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan kembali bentuk atau sistem
ketatanegaraan Indonesia.

Perlunya reformasi adalah karena ada berbagai praktik pemerintah ketika itu yang
menyimpang. Misalnya suburnya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam
penyelenggaran negara. Kolusi artinya praktik yang menguntungkan golongannya sendiri, dalam
hal ini yaitu kepentingan elit politik Orde Baru dan para pengusaha (konglomerat). Korupsi
dalam hal ini terkhusus pada penyelewengan dana keuangan dan fasilitas negara. Sedangkan
nepotisme adalah praktik penguasa yang lebih mementingkan anggota keluarga, kenalan atau
golongannya untuk memperoleh jabatan serta kesempatan-kesempatan dalam dunia usaha.

3. Era Reformasi di Indonesia

Setelah presiden Soeharto turun tahta pada 21 Mei 1998, dimulailah era reformasi di
Indonesia. Masa pemerintahan Presiden B.J Habibie tidak berlangsung lama karena rakyat dan
anggota MPR/ DPR menganggap Habibie masih merupakan warisan Orde Baru. Untuk
mereformasi Dewan Perwakilan Rakyat, 7 Juni 1999 diselenggarakan pemilihan umum anggota
DPR yang diikuti 48 partai.

Pada 19 Oktober 1999 diadakan Sidang Umum MPR untuk merespon pidato
pertanggungjawaban Presiden B.J Habibie. Sidang umum tsb memang bermaksud melengserkan
pemerintahan Habibie, sejatinya masa pemerintahan Habibie baru akan berakhir tahun 2003.

10
Hasil dari Sidang Umum tsb, pidato pertanggungjawaban Presiden B.J Habibie ditolak. Praktis,
masa pemerintahan Presiden Habibie merupakan yang paling singkat, lebih kurang 1 tahun.

Pada Sidang Umum tersebut juga dilaksanakan pemilihan umum presiden dan wakil
presiden. MPR menyeleksi tiga kandidat presiden, yaitu K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
Megawati Soekarnoputri, dan dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, Yusril menyatakan mundur
dari pencalonan sebelum pemungutan suara dilakukan.

Pelantikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada


20 Oktober 1999. Adapun pelantikan Wakil Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada 21
Oktober 1999. Selain telah berhasil mengangkat presiden dan wakil presiden yang baru, SU
MPR yang berlangsung dari 1–21 Oktober 1999, juga telah berhasil menetapkan 9 ketetapan
MPR dan mengamandemen UUD 1945 untuk pertama kalinya.

Melalui Sidang Istimewa MPR, K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan jabatannya


sebagai Presiden dan secara konstitusi, Megawati Soekarnoputri yang saat itu merupakan Wakil
Presiden, diangkat sebagai Presiden ke-5 RI sejak 23 Juli 2001. Pengangkatan Megawati
Soekarnoputri tersebut didasarkan pada Tap MPR No. III/MPR RI/2001. Masa jabatannya
berakhir pada tahun 2004.

Sejak 2004, pemilihan eksekutif dan legislatif dipilih langsung oleh rakyat. Sebelumnya,
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) menggunakan sistem demokrasi perwakilan, di mana
masyarakat memilih anggota DPRD, kemudian DPRD yang memilih kepala daerah. Pilkada
langsung membuka babak baru sistem demokrasi. Ditingkat pusat, diadakan pemilihan umum
Presiden dan wakil presiden. pada pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih
menjadi Presiden ke-6 RI, dan dilantik pada 20 Oktober 2004.

Pembaca sekalian, masa Reformasi berlangsung hingga sekarang, yaitu masa


pemerintahannya Presiden Joko Widodo. Semoga Amanat reformasi tahun 1998 dapat terlaksana
dengan murni, dan menjadi tugas kita generasi bangsa untuk mewujudkannya.

11

Anda mungkin juga menyukai