Anda di halaman 1dari 19

KLIPING

MASA ORDE BARU

Disusun Oleh :
 Agilia Tri C (01)
 Dendi Bayu W (04)
 Diana Novitasari (05)

SMA NEGERI 1 PARANG


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa


atas terselesaikannya kliping yang berjudul “Orde Baru”. Kliping
yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin
menyelesaiakan penyusunan kliping ini, untuk itu ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif, dari pembaca. Semoga kliping ini bermanfaat.
Masa Orde Baru

Masa Orde Baru merupakan istilah yang digunakan untuk masa


setelah pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Pada masa
Orde Baru dibangun tekad untuk mengabdi pada kepentingan
rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa
Pancasila serta UUD 1945. Orde Baru merupakan upaya untuk
mengoreksi penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde
Lama. Masa Orde Baru ini dipimpin oleh Soeharto setelah
dikeluarkannya Suoersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) oleh
Presiden Soekarno. Yang mana pada waktu itu Soeharto diberikan
amanat untuk menjaga stabilitas negara dan bertanggung jawan
terhadap Presiden Soekarno, dan setelah itu harus
mengembalikan surat tersebut kepada Presiden Soekarno karena
telah melaksanakan tugasnya. Namun Soeharto tidak
mengembalikan Supersemar melainkan menjadikan TAP MPRS
yang mana pada saat itu Soeharto tidak lagi bertanggung jawab
kepada Presiden Soekarno melainkan bertanggung jawab
terhadap MPR hingga diangkatnya ia menjadi Presiden pada
tahun 1966.
Surat ini diterbitkan oleh Presiden Soekarno untuk
mengembalikan keamanan dan keamanan dan ketertiban.
Demonstrasi dan kekacauan di ibukota tak berubah, meski
Soekarno telah melantik kabinet Dwikora yang Disempurnakan
atau lebih dikenal dengan sebutan “Kabinet 100 menteri” pada
tanggal 11 Maret 1967. Dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno pada tanggal tersebut, Letjend Soeharto tidak
hadir dengan alasan sakit. Akhirnya, Presiden Soekarno tidak
dapat menyelesaikan rapat dan pergi ke Bogor demi alasan
keamanan. Pengantian pemerintahan Orde Baru secara resmi
ketika Letjend Soeharto dilantik menjadi Pejabat Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 12 Maret 1967.
Konsep yang diambil dari tema “Orde Baru (kepemimpinan
Soeharto)

1. Nasionalisme

Rasa Nasionalisme merupakan rasa. Pada dasarnya atau


pada awalnya militer dibentuk sebagai senjata untuk melawan
penjajah yang ada di Indonesi awalnya bernama yang bernama
PETA menjadi BKR kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya TKR
kemudian hingga dibentuknya TRI sampai berubah namanya
menjadi TNI.
2. Militer

Sebagai tindak lanjut keluarkannya Surat Perintah Sebelas


Maret, Letnal Jendral Soeharto mengambil beberapa tindakan.
Pada tanggal 12 Maret 1966, ia mengeluarkan surat keputusan
yang berisi pembubaran dan larangan bagi Partai Komunis
Indonesia serta Ormas-Ormas yang bernaung dan berlindung
atau senada dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah
Indonesia. Keputusan ini kemudian diperkuat dengan Keputusan
Presiden/Panglima Tinggi ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966
tanggal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran Partai Komunis
Indonesia bersama Ormas-ormasnya mendapat sambutan dan
dukungan karena merupakan salah satu realisasi dari Tritura.
3. Otoriter

Pada masa pemerintahan presiden Soeharto – Orde baru masa


pemerintahan tersebut sangat otoriter, semua rakyat harus tunduk
patuh pada pemerintah. Tidak boleh ada pemberitaan terntang
pemerintah. Pada masa itu pers sangat dibatasi oleh pemerintah.
Pemerintah lebih suka mengembangkan sayapnya tanpa melalui
pers. Dan juga tidak boleh ada yang menjatuhkan pemerintah,
tidak boleh ada yang mengkritik tentang kinerja pemerintah.
Karena pada dasarnya sudah di atur semua oleh pemerintah.
Pemerintahan pada masa Orde baru memang bisa dikatakan
pemerintahan yang otoriter, karena pada masa pemerintahan
presiden Soeharto hanya beliau yang boleh mengatur segala
sesuatu yang ada dalam pemerintahan. Pada awalnya sifat
kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian, dan kemampuan untuk
mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan
kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya srta konsisten
dengan segala keputusan yang ditetapkan.
4. Ekonomi

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, program yang


disusun sudah jelas arahnya untuk kepentingan apa. Salah satu
untuk kepentingan Ekonomi yaitu Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun), hal ini dilakukan karena pada masa
awal kekuasaan pemerintahan Presiden Soeharto Indonesia
sudah mengalami kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan dari
pemerintahan sebelumnya. Kemerosoan ini ditandai dengan
pendapatan perkapita penduduk Indonesia hanya mencapi 70
dollar AS. Untuk mengatasinya Presiden Soeharto membuat
rencana jangka pendek yang diarahkan kepada pengendalian
inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan
kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebuthan sandang.
Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru

Kegagalan PKI dalam upaya kudeta pada tahun 1965


menimbulkan dua permasalahan besar bagi Indonesia. Pertama,
carut-marutnya perekonomian Indonesia dengan inflasi sampai
600%. Kedua, terjadinya konflik sosial akibat dendam pada PKI
dan organisasi bawahannya. Kedua permasalahan tersebut
perlahan-lahan bisa diatasi dengan tampilnya Jenderal
Soeharto. Orde Baru pun lahir dengan tekad melaksanakan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Selanjutnya, Orde Baru bertakhta dalam kehidupan
bangsa Indonesia selama 32 tahun. Mengapa Orde Baru bisa
tumbang pada tahun 1998?

Runtunya Rezim Orde Baru disebabkan oleh beberapa faktor baik


yang datang dari eksternal maupun internal negeri. Faktor
Ekternal yaitu pengaruh krisis moneter Asia yang melanda
Thailand, sedangkan faktor internal yaitu stagnansi perekonomian
Indonesia serta kolusi, korupsi, dan nepotisme yang menggerogoti
pemerintahan. Berikut dibawah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai Faktor-faktor penyebab runtuhnya orde baru.
Krisis Politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari
berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai
kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu
dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka
mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.
Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru
bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi
rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang
berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang
berarti dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru,
kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat
dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang
berpikir kritis.
Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru
tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun,
pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan
harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa
dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan.
Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para
penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa
24 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kehakiman memiliki
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif).
Krisis hukum pada masa Orde Baru juga tercermin dari berbagai
praktik pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM tersebut seperti
pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh,
penumpasan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua,
terjadinya kasus Marsinah, dan penculikan aktivis mahasiswa
reformasi. Kasus pelanggaran HAM antara lain berupa
pembunuhan, penculikan, penyiksaan, dan penghilangan secara
paksa. Pelanggaran tersebut merupakan dampak pendekatan
keamanan yang dilakukan ABRI dalam menyelesaikan masalah-
masalah pembangunan.
Munir Said Thalib, korban pelanggaran HAM era Orde Baru

Krisis Kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah


mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan
Presiden Suharto. Ketidakmampuan pemerintah dalam
membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan
pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak
telah melahirkan krisis kepercayaan. Krisis ini akhirnya berujung
pada diturunkannya Soeharto dari kursi kepresidenan yang juga
merupakan tanda berakhirnya Orde Baru dan dimulainya era
Reformasi dengan diangkatnya B.J. Habibie sebagai Presiden RI
ke-3.
Pelantikan B.J. Habibie Sebagai Presiden RI ke-3
Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi tersebut ditandai dengan:


1. kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah,
2. pemerintah melikuidasi enam belas bank bermasalah pada
akhir 1997,
3. pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) yang mengawasi empat puluh bank
bermasalah lainnya,
4. perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapat
membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo,
5. angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karena
banyak perusahaan yang melakukan efisiensi atau
menghentikan kegiatannya sama sekali, dan persediaan
sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir
tahun 1997. Akibatnya harga-harga barang naik tidak
terkendali dan hal itu berarti biaya hidup juga makin tinggi.
Krisis Sosial

Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab


terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak
demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik
antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya
berbagai kerusuhan di beberapa daerah, khususnya kerusuhan-
kerusuhan anti-Cina di sejumlah kota di Indonesia. Kelompok
Cina/Tionghoa merupakan sasaran kemarahan masyarakat. Hal
itu karena kelompok Cina/Tionghoa mendominasi perekonomian
di Indonesia. Badai krisis ekonomi makin menjalar dalam bentuk
gejolak-gejolak non-ekonomi.. Ketimpangan perekonomian
Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial.
Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya
harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat
merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
DAFTAR PUSTAKA

HTTP://NCJFS.BLOGSPOT.CO.ID/
http://www.idsejarah.net/2016/02/orde-baru-kepemimpinan-
soeharto.html
http://www.kompasiana.com/dita_hanipah/pembangunan-
ekonomi-era-orde-baru_56f88cbf587b613b048b456f
https://xiiiisdua.wordpress.com/2016/01/22/krisis-multidimensional-
pada-masa-orde-baru/

Anda mungkin juga menyukai