ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
RINGKASAN MATERI
Materi Pokok
A. Proses Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk serta Perkembangan Masyarakat
Intelektual pada Masa Orde Baru
Sementara itu untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat pada tanggal
14 Oktober 1965, Panglima Kostrad/Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto diangkat
sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat. Bersamaan dengan itu juga dilakukan
tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya. Masyarakat luas
yang terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai politik, organisasi massa,
perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar dan wanita secara serentak membentuk satu
kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila yang bertujuan untuk menghancurkan para
pendukung Gerakan 30 September 1965. Mereka menuntut dilaksanakannya penyelesaian
politis terhadap mereka yang yang terlibat dalam gerakan itu. Kesatuan aksi yang muncul
untuk menentang Gerakan 30 September 1965 itu diantaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Angkatan 66. Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan
demonstrasi di jalan-jalan raya. Seperti pada tanggal 8 Januari 1966, mereka menuju
Gedung Sekretariat Negara dengan mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi
pemerintah tidak dapat dibenarkan. Puncaknya terjadi pada tanggal 12 Januari1966
dimana berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front pancasila berkumpul di
halaman gedung DPR-GR dengan mengajukan tuntutan yang sangat terkenal yaitu Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI beserta organisasi massanya
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI
3. Penurunan harga-harga barang
Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana
Bogor. Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa
aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) Amerika
Serikat. Kemudian, pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan
perombakan kabinet. Ternyata perombakan itu tidak memuaskan hati rakyat, karena
banyak tokoh yang diduga terlibat dalam G 30 S masih bercokol di dalam kabinet baru
yang diberi nama Kabinet Seratus Menteri. Pada saat pelantikan tanggal 24 Februari
1966, para pelajar, mahasiswa dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju istana Merdeka.
Aksi itu di hadang oleh pasukan Cakrabirawa ( pasukan pengamanan presiden) dan
menyebabkan terjadinya bentrokan. Dalam peristiwa itu, seorang mahasiswa Universitas
Indonesia yang bernama Arief Rahman Hakim gugur. Dengan gugurnya Arief Rahman
Hakim, maka suasana demonstrasi makin memanas. Upaya perjuangan mahasiswa dan
penentangan terhadap Orde Lama terus berlangsung.
Setelah melihat situasi dan kondisi yang semakin tidak terkendali, pada tanggal
11 Maret 1966 secara resmi Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto atas nama presiden untuk mengambil tindakan guna
terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan pemerintah. Surat perintah itu
kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar 1966. Bagi Letnan Jenderal Soeharto, surat
tersebut merupakan dasar hukum untuk mengambil langkah-langkah yang penting dan
memberikan arah baru bagi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah
menerima Supersemar Mayjen Soeharto segera mengambil tindakan sebagai berikut :
1) Tanggal 12 Maret 1965, membubarkan PKI yang diperkuat dengan Keppres No.
1/3/1966
Mengamankan 15 menteri yang terlibat G 30 S/PKI yang diperkuat dengan Keppres
No. 5/3/1966
2) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
Untuk menciptakan stabiltas politik telah dilakukan beberapa tindakan penting yaitu
sebagai berikut : Sidang umum MPRS IV tahun 1966 tanggal 20 Juni – 6 Juli 1966
yang menghasilkan beberapa keputusan penting antara lain :
ng menghasilkan beberapa keputusan penting antara lain :
1. Tap No. IX/MPRS/1966 tentang Supersemar
2. Tap No. X/MPRS/1966 tentang lembaga-lembaga negara di pusat dan daerah
3. Tap No. XII/MPRS/1966 tentang penegasan politik luar negeri bebas aktif
4. Tap No. XIII/MPRS/1966 tentang pembentukan Kabinet Ampera
5. Tap No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan dilarang hidup di
Indonesia
Dalam sidang umum MPRS IV, Presiden menyampaikan pidato pertanggungjawaban
yang disebut Nawaksara. Pidato ini ditolak MPRS karena tidak memuat :
1. Masalah kebobrokan ekonomi
2. Masalah G 30 S/P
Hasil sidang
S/PKI
Dampak Positif
1) Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih terbuka
2) Lahan pertanian menjadi lebih luas
3) Pendapatan para petani mengalami peningkatan, tercapainya efisiensi, dan
efektivitas
dalam pengelolaan pertanian
4) Peningkatan kualitas hasil pertanian
5) Peningkatan produksi dan penjualan hasil pertanian
Dampak Negatif
1) Munculnya kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan
pendapatan ekonomi
2) Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai memudar
3) Masyarakat memiliki budaya industri yang berupa budaya konsumtif
4) Munculnya kesenjangan ekonomi yang nampak dari adanya kemiskinan,
kemelaratan,
tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kenakalan remaja
5) Pencemaran lingkungan yang tingg
PENUTUP