Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA


ORDE BARU

NAMA : Patriarjuna Rasio Lanang Pitutur


NIM : G22010030
PRODI : Ilmu Komunikasi
DOSEN PENGAMPU : Dra. Wahyuning Chumaeson,M,Si.
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Sistem politik bagi setiap bangsa merupakan “jantung” yang


menjadi roh bagi keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara. Jika
jantungnya rusak, keberlangsungan kehidupan jiwa akan terancam.
Begitu pun sistem politik Indonesia menjadi roh bagi kehidupan
bangsa dan negara. Jika rusak sistem politiknya, roda pemerintahan
negara Indonesia tidak akan berjalan lancar. Sebaliknya, jika rohnya
baik, roda pemerintahan pun akan berjalan dengan baik.
Mewujudkan sistem politik yang baik bukanlah hal mudah
karena memerlukan proses yang cukup panjang dan harus
ditanamkan sejak dini kepada kalangan generasi muda. Hal ini
karena mereka merupakan aset bangsa yang akan mewarisi tonggak
kepemimpinan sebagai estapeta dari para generasi tua. Tanpa dijejali
dan dipupuk sejak awal tidak akan tercipta generasi yang benarbenar mempunyai kualitas
mempuni sebagai harapan bangsa dan
negara pelanjut generasi tua.
PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA ORDE BARU
Standar Kompetensi : 1. Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa
Proklamasi sampai masa reformasi
Kompetensi Dasar : Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada
masa Orde Baru

Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat :


1. Menjelaskan Proses Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk serta Perkembangan
Masyarakat Intelektual pada Masa Orde Baru
2. Menjelaskan Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi terhadap Perubahan Teknologi
danLingkungan di Berbagai daerah pada Masa Orde Baru

RINGKASAN MATERI
Materi Pokok
A. Proses Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk serta Perkembangan Masyarakat
Intelektual pada Masa Orde Baru

Latar Belakang Lahirnya Orde Baru


Lahirnya Orde Baru (Orba) tidak bisa dilepaskan dari peristiwa besar
sebelumnya yaitu pemberontakan G 30 S/PKI. Setelah Gerakan 30 September 1965
berhasil ditumpas dan berbagai bukti yang berhasil dikumpulkan mengarah pada PKI,
akhirnya ditarik kesimpulan bahwa PKI sebagai dalang di belakang gerakan itu. Hal
ini
menibulkan kemarahan rakyat kepada PKI. Kemarahan itu diikuti dengan berbagai
demonstrasi-demonstrasi yang semakin bertambah gencar menuntut pembubaran PKI
beserta organisasi massanya (ormas) dan tokoh-tokohnya harus diadili.

Sementara itu untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat pada tanggal
14 Oktober 1965, Panglima Kostrad/Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto diangkat
sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat. Bersamaan dengan itu juga dilakukan
tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya. Masyarakat luas
yang terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai politik, organisasi massa,
perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar dan wanita secara serentak membentuk satu
kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila yang bertujuan untuk menghancurkan para
pendukung Gerakan 30 September 1965. Mereka menuntut dilaksanakannya penyelesaian
politis terhadap mereka yang yang terlibat dalam gerakan itu. Kesatuan aksi yang muncul
untuk menentang Gerakan 30 September 1965 itu diantaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Angkatan 66. Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan
demonstrasi di jalan-jalan raya. Seperti pada tanggal 8 Januari 1966, mereka menuju
Gedung Sekretariat Negara dengan mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi
pemerintah tidak dapat dibenarkan. Puncaknya terjadi pada tanggal 12 Januari1966
dimana berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front pancasila berkumpul di
halaman gedung DPR-GR dengan mengajukan tuntutan yang sangat terkenal yaitu Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI beserta organisasi massanya
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI
3. Penurunan harga-harga barang
Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana
Bogor. Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa
aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) Amerika
Serikat. Kemudian, pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan
perombakan kabinet. Ternyata perombakan itu tidak memuaskan hati rakyat, karena
banyak tokoh yang diduga terlibat dalam G 30 S masih bercokol di dalam kabinet baru
yang diberi nama Kabinet Seratus Menteri. Pada saat pelantikan tanggal 24 Februari
1966, para pelajar, mahasiswa dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju istana Merdeka.
Aksi itu di hadang oleh pasukan Cakrabirawa ( pasukan pengamanan presiden) dan
menyebabkan terjadinya bentrokan. Dalam peristiwa itu, seorang mahasiswa Universitas
Indonesia yang bernama Arief Rahman Hakim gugur. Dengan gugurnya Arief Rahman
Hakim, maka suasana demonstrasi makin memanas. Upaya perjuangan mahasiswa dan
penentangan terhadap Orde Lama terus berlangsung.
Setelah melihat situasi dan kondisi yang semakin tidak terkendali, pada tanggal
11 Maret 1966 secara resmi Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto atas nama presiden untuk mengambil tindakan guna
terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan pemerintah. Surat perintah itu
kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar 1966. Bagi Letnan Jenderal Soeharto, surat
tersebut merupakan dasar hukum untuk mengambil langkah-langkah yang penting dan
memberikan arah baru bagi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah
menerima Supersemar Mayjen Soeharto segera mengambil tindakan sebagai berikut :
1) Tanggal 12 Maret 1965, membubarkan PKI yang diperkuat dengan Keppres No.
1/3/1966
Mengamankan 15 menteri yang terlibat G 30 S/PKI yang diperkuat dengan Keppres
No. 5/3/1966
2) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
Untuk menciptakan stabiltas politik telah dilakukan beberapa tindakan penting yaitu
sebagai berikut : Sidang umum MPRS IV tahun 1966 tanggal 20 Juni – 6 Juli 1966
yang menghasilkan beberapa keputusan penting antara lain :
ng menghasilkan beberapa keputusan penting antara lain :
1. Tap No. IX/MPRS/1966 tentang Supersemar
2. Tap No. X/MPRS/1966 tentang lembaga-lembaga negara di pusat dan daerah
3. Tap No. XII/MPRS/1966 tentang penegasan politik luar negeri bebas aktif
4. Tap No. XIII/MPRS/1966 tentang pembentukan Kabinet Ampera
5. Tap No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan dilarang hidup di
Indonesia
Dalam sidang umum MPRS IV, Presiden menyampaikan pidato pertanggungjawaban
yang disebut Nawaksara. Pidato ini ditolak MPRS karena tidak memuat :
1. Masalah kebobrokan ekonomi
2. Masalah G 30 S/P

3) Tanggal 25 Juli 1966 membentuk Kabinet Ampera


Memiliki tugas pokok yang disebut Dwi Dharma yaitu Stabilitas politik dan Stabilitas
ekonomi. Sedang program kerjanya disebut Catur Karya, yaitu :
1. Kecukupan sandang, pangan, papan
2. Melaksanakan pemilu
3. Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif
4. Meneruskan perjuangan antiimperialisme dan kapitalisme

4) Sidang Istimewa MPRS tanggal 7 Desember 1967


 Sebab sidang

Adanya dualisme dalam pemerintahan setelah tanggal 22 Februari 1967 Presiden

sebagai pengemban Supersemar

 Hasil sidang

Mencabut kekuasaan pemerintah negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat

pengemban Supersemar sebagai pejabat presiden. Keputusan ini diperkuat dengan

Tap No. XXXIII/MPRS/1967. Alasan keluarnya Tap ini adalah :

1. Menurut laporan pangkopkamtib secara tidak langsung Presiden terlibat G 30

S/PKI

2. Presiden telah menyerahkan kekuasaannya tanggal 22 Februari 1967, dan

3. Pidato Presiden Nawaksara ditolak MPRS

Menata kembali politik luar negeri bebas dan akti


Hal ini ditempuh dengan usaha-usaha antara lain :
1) Politik konfrontasi dengan Malaysia dihentikan. Normalisasi hubungan
IndonesiaMalaysia berhasil dicapai dengan ditandatanganinya Jakarta Accord pada
tanggal 11 Agustus 1966.
2) Masuk kembali menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1966, sebagai
upaya untuk mengembalikan kepercayaan dunia internasional serta menumbuhkan
salingpengertian yang sangat bermanfaat bagi pembangunan.

Hal-hal yang diperjuangkan oleh Orde baru adalah :


1. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala
penyimpangan
atau penyelewengan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
2. Masyarakat yang adil dan makmur, baik materil maupun spiritual melalui
pembangunan
3. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat serta melaksanakan Pancasila
dan
UUD1945 secara murni dan konsekuen.
4. Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintahan Orde Baru memiliki landasan
antara lain :
a) landasan idiil yaitu Pancasila
b) landangan konstitusional yaitu UUD 1945
c) landasan operasional yaitu Ketetapan-ketetapan MPR (TAP MPR)
Melalui hal-hal yang diperjuangkannya itu, pemerintahan Orde baru menghendaki
:
a. suatu tata pikir yang lebih nyata dan tepat guna tanpa meninggalkan idealisme
perjuangan
b. mengutamakan kepentingan nasional
c. tata susunan negara yang lebih baik dan stabil
d. pimpinan dan pemerintahan yang kuat
e. mengutamakan konsolidasi ekonomi dan sosial di dalam negeri
f. pelaksanaan cita-cita demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang
sungguhsungguh
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Lahirnya Orde Baru dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Adanya Gerakan 30 S/PKI
2. Kekosongan pimpinan Angkatan Darat
3. Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, pemuda dan pelajar di depan
gedung DPR- GR yang mengajukan tuntutan (Tritura : Pembubaran
PKI ,Pembersihan Kabinet Dwikora dan Turunkan harga barang )
4. Perubahan Kabinet ( Dwikora/Seratus menteri )
5. Tertembaknya mahasiswa Arif Rahman Hakim
Akhirnya pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan Surat
Perintah yang berisi tentang pemulihan keamanan dan jaminan keamanan bagi
presiden
Soekarno. Dengan berkuasanya Soeharto memegang tampuk pemerintahan dimulailah
babak baru yaitu Orde Baru.
Perkembangan Kekuasaan Orde Bar
Pada hakikatnya Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi pada
masa lalu.Tritura mengungkapkan keinginan rakyat yang mendalam untuk
melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi masyarakat. Jawaban dari
tuntutan itu terdapat pada 3 ketetapan sebagai berikut :
1. Pengukuhan tindakan pengemban Supersemar yang membubarkan PKI dan
ormasnya ( TAP MPRS No. IV dan No. IX / MPRS / 1966
2. Pelarangan paham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme di Indonesia
( TAP MPRS No. XXV / MPRS / 1966 )
3. Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib
hukum
( TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 )

Setelah dilanda G 30 S/PKI, negara Indonesia mengalami instabilitas politik


akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno dalam mengambil keputusan atas
peistiwa itu. Sementara itu, partai-partai politik terpecah belah dalam kelompokkelompok
yang saling bertentangan, antara penentang dan pendukung kebijakan Presiden
Soekarno. Selanjutnya terjadilah situasi politik yang membahayakan persatuan dankeutuhan
bangsa. Melihat situasi konflik antara masyarakat pendukung Orde Lama dengan Orde Baru
semakin bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik harus segera di
selesaikan secara konsitusional. Akhirnya pada tanggal 3 Februari 1967, DPR-GR
menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua
Presidium Kabinet Ampera agar diadakan Sidang istimewa MPRS.
Pada tanggal 20 Februari1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan
kepada Soeharto. Penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto dikukuhkan
di dalam Sidang istimewa MPRS. MPRS dalam ketetapannya No.XXXIII/MPRS/1967,
mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto
sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Dengan adanya ketetapan tersebut, situasi
politik yang merupakan sumber instabilitas politik telah berakhir secara konstitusional. Usaha
penataan kembali kehidupan politik mulai dilaksanakan pada awal tahun 1968 dengan
penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan hakhak demokrasi dan
mencerminkan kekuatan-kekuatan politik yang ada di dalam
masyarakat. Komposisi anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan golongan
karya. Tahap selanjutnya adalah penyederhanaan partai-partai polotik, keormasan dan
kekaryaan dengan pengelompokan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini
dilaksanakan pada tahun 1970 dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan
pimpinan partai-partai politik. Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu :

1. Kelompok Demokrasi Pembangunan, yang terdiri dari partai-partai


PNI, Parkindo,
Katolik, IPKI, serta Murba
2. Kelompok Persatuan Pembangunan, yang terdiri dari partai-partai NU,
Partai
Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti
3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh,
organisasi pemuda, organisasi tani dan nelayan, organisasi seniman,
dan lain-lain tegabung dalam
kelompok Golongan Karya (Golkar).

Kebijakan Pemerintah Orde Baru


Setelah berhasil memulihkan keamanan kemudian pemerintah melaksanakan
pembangunan nasional Pembagunan nasional yang diupayakan pada zaman Orde Baru
direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.
Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Setiap pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan
bangsa Indonesia.
Pembangunan nasional tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa adanya
stabilitas nasional yang mantap. Oleh karena itu, orde baru langsung berusaha
mewujudkan stabilitas politik dan sekaligus stabilitas ekonomi.
Programnya bertujuan untuk :
1) Memperbaiki perikehidupan rakyat, terutama di bidang sandang dan pangan
2) Melaksanakan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya
3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional
Sebagai tindak lanjut dari program ini maka pada tanggal 21 – 30 Maret 1968
diadakan
Sidang Umum V MPRS yang menghasilkan beberapa ketetapan yaitu :
a) Jenderal Soeharto diangkat sebagai Presiden RI
b) Akan dibentuk Kabinet Pembangunan
Sebagai pelaksanaan ketetapan MPRS tersebut maka dibentuklah Kabinet
Pembangunan I yang memiliki lima macam program yang disebut Pancakrida yang
mencakup :
1) Menciptakan ketenangan politik
2) Menyusun dan merencanakan Repelita ( Rencana Pembangunan Lima Tahun)
3) Melaksanakan Pemilihan Umum
4) Mengadakan pembersihan terhadap aparatur negara
5) Mengikis habis sisa-sisa G 30 S/PKI dan penyelewengan-penyelewengan terhadap
pancasila
Program kabinet pembangunan I dapat dilaksanakan dengan baik. Stabilitas politik
berhasil diciptakan. Pembersihan terhadap sisa-sisa G 30 S/PKI dapat dilaksanakan

Proses pertumbuhan dan mobilitas Penduduk serta perkembangan Masyarakat


pada masa orde Baru
Pada masa Orde Baru terjadi mobilitas penduduk yang dipengaruhi oleh adanya tuntutan
zaman yang ditandai dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat ke arah
globalisasi. Hal ini yang terjadi untuk dapat mengikuti perkembangan globalisasi yang
tanpa ada batasnya dan tanpa ada yang mengontrol. Mobilitas penduduk tersebut ditandai
oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek memiliki peran
penting dalam peningkatan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara berkembang
maupun di negara maju.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produktivitas. Peningkatan
produktivitas sangat dipengaruhi oleh tingkat perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi Indonesia dilakukan
dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah telah memberikan
kebebasan bagi warga Indonesia untuk mengembangkan industrialisasi dan pertanian
yang ada di Indonesia.
Kehidupan masyarakat Indonesia diharapkan akan berubah dengan adanya tokoh-tokoh
intelektual yang dapat menciptakan teknologi-teknologi baru, khususnya di sektor
pertanian yang dapat dikembangkan menjadi sektor industri. Pada Masa Orde Baru, dapat
dikembangkan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian yang diwujudkan ke dalam
Pancausaha tani yang dapat memacu tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat
Indonesia. Di samping itu, bermuncullah teknologi-teknologi yang endukung proses
perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia. Lahirnya teknologi baru tersebut dapat
menjadi sarana untuk mencapai kemajuan dalam bidang pertanian. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi akibat Revolusi Hijau di Indonesia menyebabkan terjadinya mobilitas
penduduk di Indonesia yang mengakibatkan perubahan dalam pelapisan social yang ukup
tajam. Dampak yang muncul akibat adanya mobilitas peduduk dan terbentuknya
masyarakat intelektual di Indonesia antara lain :
Perubahan struktur Sosial di Pedesan
Terjadi karena berkembangnya individualisasi hak tanah dan produksi pertanian
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan antar lapisan masyarakat yang terpisah
antara satu dengan yang lainnya, sehingga sistem kekerabatan yang dulunya erat dan
menjadi pengikat diantara mereka menjadi terputus.

Munculnya Kesenjangan Ekonomi


Terjadi karena tingkat pendapatn yang didapat masing-masing individu berbeda
sehingga menyebabkan munculnya kesenjangan sosial yang dapat terlihat dari gaya
berpakaian, gaya bangunan rumah, serta gaya pergaulan yang mencerminkan atau
melambangkan identitas suatu lapisan sosial.
Pemikiran Ekonomi rasional ke arah Kapitalisasi
Dalam pemikiran ekonomi rasional, pembangunan masyarakat dari pola agraris berubah
ke masyarakat industri yang ditandai dengan peningkatan pendapatan per kapita.
Sehingga menimbulkan dampak positif berupa tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja
serta dampak negatif berupa kesenjangan ekonomi dan sosial yang ditandai dengan
adanya kemiskinan, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kenakalan remaja.

B. DAMPAK REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI TERHADAP


PERUBAHAN TEKNLOGI DAN LINGKUNGAN DI BERBAGAI DAERAH
PADA MASA ORDE BARU
1. Pengertian revolusi hijau dan Iptek
Revolusi Hijau adalah perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke
modern. Revolusi Hijau merupakan perkembangan teknologi pertanian untuk
meningkatkan produksi pangan, sehingga jenis bahan makanan yang
dikembangkan
adalah jenis tanaman yang berupa bahan makanan pokok, seperti gandum, padi,
jagung,
dan sorgum.
2. Tujuan dan Proses Pelaksanaan Revolusi Hijau
Program Revolusi Hijau bertujuan untuk meningkatkan persediaan makanan
dengan meningkatkan hasil lahan pertanian yang dapat dicapai dengan menanam
bibit
pertanian yang baru dengan disertai perbaikan pengolahan tanah, sistem
pengairan,
penggunaan pupuk, perlindungan dari serangan hama, dan pengenalan varietas
tanaman
jenis unggul. Gagasan mengenai revolusi hijau bermula dari hasil penelitian
Thomas
Robert Malthus ( 1766 – 1834) yang mengemukakan bahwa masalah kemiskinan
dan
kemelaratan adalah masalah yang tidak bisa dihindari manusia. Kemiskinan dan
kemelaratan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi
pangan
tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
peningkatan produksi pangan (pertanianj). Menurut Malthus, pertumbuhan
penduduk
mengikuti deret ukur sedangkan peningkatan produksi pertanian mengikuti deret
hitung.
3. Revolusi Hijau di Indonesia
Revolusi hijau di Indonesia sudah dimulai sejak berlakunya UU Agraria pada
tahun 1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, sehingga di
Indonesia
dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman. Dalam perkembangannya, pada
masa Orde
Baru, program Revolusi Hijau digunakan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan
produksi pangan di Indonesia, terutama produksi beras. Mengapa perlu
menerapkan
revolusi hijau ? Karena sebagian besar kondisi social-ekonomi masyarakat
Indonesia
berciri agraris. Oleh karena itu, pertanian menjadi sector yang sangat dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal tersebut didasari oleh :
1. Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat
2. Tingkat produksi pangan yang masih sangat rendah
3. Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk

Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi bagi Masyarakat Indonesia pada


Masa
Orde Baru

Dampak Positif
1) Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih terbuka
2) Lahan pertanian menjadi lebih luas
3) Pendapatan para petani mengalami peningkatan, tercapainya efisiensi, dan
efektivitas
dalam pengelolaan pertanian
4) Peningkatan kualitas hasil pertanian
5) Peningkatan produksi dan penjualan hasil pertanian
Dampak Negatif
1) Munculnya kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan
pendapatan ekonomi
2) Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai memudar
3) Masyarakat memiliki budaya industri yang berupa budaya konsumtif
4) Munculnya kesenjangan ekonomi yang nampak dari adanya kemiskinan,
kemelaratan,
tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kenakalan remaja
5) Pencemaran lingkungan yang tingg
PENUTUP

Karir Jenderal Soeharto mencapai puncaknya ketika beliau ditetapkan


sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967 setelah pidato pertanggungjawaban
Presiden Sukarno yang berjudul Nawaksara ditolak MPRS. Soeharto kemudian
dilantik menjadi Presiden kedua RI sesuai hasil Sidang Umum MPRS pada 27
Maret 1968. Presiden Soeharto sebagai pengemban tugas negara terlama, yaitu
selama 32 tahun, memiliki arah pembangunan yang diatur dalam tiga bentuk
rencana pembangunan yaitu rencana pembangunan jangka panjang selama 25
tahun (RPJP), rencana pembangunan jangka menengah selama 5 tahun (Repelita)
dan rencana pembangunan tahunan.
Dalam era Soeharto yang disebut sebagai Orde Baru, Repelita yang
diwujudkan dalam pembangunan lima tahun (Pelita) terlaksana selama enam
periode yaitu Pelita I (1 April 1969-31 Maret 1974), Pelita II (1 April 1974-31
Maret 1979), Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984), Pelita IV (1 April 1984-31
Maret 1989), Pelita V (1 April 1989-31 Maret 1994), Pelita VI (1 April 1994-31
Maret 1999). Masing-masing Pelita memiliki sasaran pokok dalam rangka
membangun bangsa Indonesia.
Selama masa kepemimpinannya, Soeharto banyak melakukan pembangunan
di berbagai bidang yaitu Agama, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan-Teknologi,
Pertahanan-Keamanan, Pemuda dan Olahraga, Pendidikan dan Kebudayaan,
Politik, dan Sosial. Dalam berbagai bidang ini, Presiden Soeharto banyak
menorehkan tinta emas keberhasilan pembangunan Indonesia, antara lain
swasembada beras, pengentasan kemiskinan, wajib belajar, keluarga berencana
(KB) dan dianutnya politik bebas aktif dengan membuka jalur kerjasama di
berbagai bidang dengan negara lain, seperti menjadi anggota PBB, OPEC, GNB
dan kembali normalnya hubungan Indonesia-Malaysia. Namun demikian, pada 21
Mei 1998, akhirnya Presiden Soeharto harus mundur dari jabatannya karena
Indonesia dilanda krisis ekonomi dan moneter yang mengakibatkan menurunnya
kepercayaan rakyat Indonesia terhadap Presiden Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai