Anda di halaman 1dari 6

Kondisi Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya pada

Masa Orde Baru

Nama: Bimo Bagaskara Indiputera


Absen: 06
Kelas: XII Geografi 1

MASA TRANSISI
Pertengahan 1960-an merupakan masa transisi di Indonesia, dimana terjadi pergantian
kepemimpinan dari Ir. Soekarno kepada Jenderal Soeharto, atau kita mengenalnya dengan
sebutan orde baru. Pergolakan politik terbesar yang terjadi dimulai ketika 7 perwira senior TNI
tewas pada 30 September 1965 dengan dugaan dibunuh oleh pemberontakan PKI.
Garis waktu yang pertama adalah masa 1966-1967 yang dikenal sebagai masa transisi ke orde
baru.
Orde baru sendiri lahir sebagai upaya untuk mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan
pada masa Orde Lama. Di masa ini dimulai penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara Indonesia, melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, serta menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional
guna mempercepat proses pembangunan.
Aksi-aksi Tritura
Pada masa transisi ini terjadi pergolakan politik, militer hingga lingkup sosial masyarakat. Hal
ini terbukti ketika para mahasiswa Jakarta membentuk organisasi federasi bernama Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berbagai tindakan pemuda dan mashasiswa pada masa
transisi ini salah satunya aksi Tritura, dimana ada 3 tuntutan yang disampaikan kepada
pemerintah, yaitu pembubaran PKI, Pembersihan Kabinet dari Unsur G30 S PKI, dan Penurunan
Harga atau Perbaikan Ekonomi.
Surat Perintah Sebelas Maret atau (Supersemar)
Surat perintah ini diterbitkan sebagai akibat demonstrasi yang dilakukan pemuda dan mahasiswa
pada tanggal 11 Maret 1966, sehingga pemerintah mengadakankan sidang kabinet dalam
mengatasi krisis. Tujuan dikeluarkannya Supersemar adalah untuk memberi tugas pada Panglima
Angkatan Darat saat yang bertugas saat itu adalah Mayjen Soeharto untuk memutuskan tindakan
apa yang harus dilakukan untuk memulihkan keamanan, ketertiban, dan kestabilan dalam
melaksanakan jalannya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tokoh dibalik
perumusan Supersemar adalah Muhamad Yusuf, Amir Machmud, dan Basuki Rachmat.
Dualisme Kepemimpinan Nasional
Supersemar membuat Soeharto memiliki kuasa sebagai pelaksana pemerintahan, sementara
Soekarno sebagai pimpinan pemerintahan. Hal ini menimbulkan Dualisme Kepemimpinan
Nasional yang akhirnya menyebabkan pertentangan politik di kalangan masyarakat, sehingga
muncullah pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto.
Demi menjaga keutuhan bangsa, Soekarno menyerahkan kekuasan pemerintahan kepada
pengemban Tap. MPRS. No. IX/MPRS/1966 Jenderal Soeharto pada 23 Februari 1967. Pada 7-
12 Maret 1967 diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dengan tema utama mengenai
pertanggungjawaban presiden selaku mandataris MPRS.
Akhir masa pemerintahan Soekarno
Akhirnya, pada 22 Juni 1966, Presiden Soekarno menyampaikan pidato NAWAKSARA dalam
persidangan MPRS berisi 9 persoalan yang dianggap penting. Lantaran isi pidato tersebut hanya
sedikit yang menyinggung tentang G 30 S PKI maka pengabaian peristiwa itu tak memuaskan
anggota MPRS.
Pada 10 Januari 1967, Presiden menyampaikan surat kepada pimpinan MPRS yang berisi
Pelengkap Nawaksara (Pelnawaksara). Setelah membahas pelnawaksara pada 21 Januari 1967,
pimpinan MPRS menyatakan bahwa Presiden telah alpa dalam memenuhi ketentuan
konstitusional. Sehingga, pada 22 Februari 1967 tepat pukul 19.30 Presiden Soekarno
membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya.
Maka pada 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi Pejabat Presiden Republik
Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution. Setelah setahun menjadi pejabat
presiden, Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 1968
dalam Sidang Umum V MPRS

KONDISI POLITIK
1. Dibubarkannya Partai Komunis Indonesia dan semua organisasi – organisasi
pendukungnya yang berbasis di masyarakat dan di dalam kabinet pemerintahan yang
diperkuat melalui surat Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS no. 1/3/1966
tertanggal 12 Maret 1966 sebagai realisasi dari Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura.
2. Memperbaharui kabinet Dwikora dengan mengamankan 15 orang menteri yang dinilai
terkait dengan gerakan 30 September 1965 melalui Keputusan Presiden no.5 tanggal 18
Maret 1966. Juga membersihkan lembaga legislatif termasuk MPRS dan DPRGR dari para
tersangka G30S PKI.
3. Mengembalikan peran dan kedudukan MPRS yaitu diatas Presiden agar sesuai dengan
UUD 1945. Soeharto juga melakukan kebijakan orde baru dengan memisahkan jabatan
pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak diberi
kedudukan sebagai menteri lagi.
4. Pelaksanaan pemilihan umum di tahun 1971 yang lebih sederhana pertama kali pada masa
orde baru dengan penyederhanaan partai politik dari sejumlah 10 partai menjadi tiga partai
saja berdasarkan kesamaan program partai. Partai politik pada masa orde baru yaitu
Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) terdiri dari partai – partai
nasionalis dan Kristen, lalu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang terdiri dari partai –
partai Islam. Ketiga partai ini sangat dibatasi aktivitas politiknya termasuk pada masa
kampanye singkat di masa pemilu.
5. Dwifungsi ABRI yaitu militer diberikan hak secara resmi untuk ikut berperan dalam
pemerintahan.
6. Diwajibkannya pendidikan dan penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberlakukan Asas Tunggal
Pancasila untuk partai – partai politik dan organisasi kemasyarakatan.
7. Mengadakan penentuan pendapat rakyat “Perpera” di Irian Barat dengan disaksikan
oleh Wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.
8. Secara resmi Indonesia kembali menjadi Anggota PBB pada tanggal 28 Desember 1966.
9. Pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada
tanggal 2 Juni 1966 kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.
10. Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan
Tun Abdul Razak di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 1966.
11. Indonesia menjadi pemrakarsa organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.
KONDISI EKONOMI
1. Memperoleh pinjaman dari Negara-negara Barat dan lembaga keuangan seperti IGGI, IMF
dan Bank Dunia.
2. Liberalisasi perdagangan dan investasi kemudian dibuka selebar-lebarnya, inilah yang
membuat Indonesia terikat pada kekuatan modal asing. Untuk menggerakan pembangunan
tahun 1970 juga menggenjot penambangan minyak dan pertambangan, pemasukan di migas
meningkat dari US$6 miliar pada tahun 1973 menjadi US$10,6 miliar tahun 1980.
3. Keberhasilan Presiden Soeharto membenahi bidang ekonomi menyebabkan Indonesia
mampu berswasembada pangan pada tahun 1980.
4. Mengembangkan jaringan informasi, komunikasi dan transportasi untuk memperlancar arus
komunikasi antar wilayah di Nusantara, misalnya program satelit Palapa.
5. Mengembangkan industri pertanian.
6. Mengembangkan industri minyak dan gas bumi.
7. Perkembangan industri galangan kapal di Suarabaya yang dikelola oleh PT. PAL
Indonesia.
8. Pengembangan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian berubah
menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta,
Cilacap, Surabaya, Medan dan Batam.
9. Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang industri dan
investasi.
10. Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah kebijakan orde baru dalam bidang
ekonomi yang dimulai pada tahun 1969 sampai tahun 1994. Upaya pemerintah orde baru
untuk meningkatkan ekonomi secara nasional berhasil dengan menggunakan Repelita,
diantaranya terwujudnya swasembada pangan nasional pada tahun 1984. Repelita dibagi
menjadi beberapa tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) seperti berikut ini:
 Pelita I yang dimulai pada 1 April 1969 – 31 Maret 1974 untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat dan menekankan pembangunan pada bidang pertanian.
 Pelita II dimulai pada 1 April 1974 – 31 Maret 1979 yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebanyak rata – rata 7 persen setahun.
 Pelita III sejak 1 April 1979 – 31 Maret 1984 yang menekankan tujuan Trilogi
Pembangunan.
 Pelita IV sejak 1 April 1984 – 31 Maret 1989 berhasil melaksanakan keluarga berencana
dan swasembada pangan serta perumahan.
 Pelita V dimulai pada 1 April 1989 – 31 Maret 1994 menyasar sektor pertanian dan
industri untuk ekspor.
 Pelita VI yang bertujuan untuk membangun sektor pertanian dan industri ekspor.

11. Trilogi Pembangunan yang dijadikan landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi dan
sosial dalam pelaksanaan pembangunan negara. Ada tiga aspek dalam trilogi pembangunan
yaitu:
 Stabilitas ekonomi nasional yang sehat dan dinamis
 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
 Pemerataan pembangunan serta hasil – hasilnya yang menuju terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat di Indonesia.
12. Revolusi Hijau yang pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:

 Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian untuk


memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal, perubahan ini
dilakukan melalui program Panca Usaha Tani.
 Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;
 Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);
 Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis)

KONDISI SOSIAL BUDAYA


1. Pemerintah mengontrol pelajaran sejarah untuk anak sekolah melalui buku dan film G 30
S/PKI diputar TVRI setiap tahun pada tanggal 30 September, pemerintah menginginkan
sebagi pengingat terhadap bahaya laten PKI dan memuja kepahlawanan Jenderal Soeharto
dan film lain ialah Janur Kuning.
2. Pemerintah mendukung kirap remaja Indonesia yaitu: Parade Keliling Pemuda Indonesia
yang diselenggarakan dua tahun sekali oleh Yayasan Tiara Indonesia pimpinan Siti
Hardijanti Rukmana “Mbak Tutut” sejak tahun 1989, mereka menjelajahi desa-desa di
Indonesia dengan kegiatan seperti menyalurkan air bersih, memperbaiki rumah desa,
membersihkan rumah ibadah, menanam pohon serta membersihkan makam serta
mengadakan diskusi dan pertunjukan seni.
3. Pemerintah menempatkan Departemen Penerangan dalam posisi yang sangat penting.
Departemen Penerangan mengharuskan setiap media masa memiliki SIUPP dan
mengendalikannya secara ketat melalui undang-undang pokok pers No 12 tahun 1982 dan
media yang melanggar akan dibatalkan SIUPP-nya.
4. Untuk mengendalikan mahasiswa gerakan mahasiswa maka diberlakukan normalisasi
kehidupan kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) pada tahun 1978.
5. Gerakan Orang Tua Asuh, Program Keluarga Berencana dengan slogan “Dua Anak Cukup”,
transmigrasi, dan gerakan wajib belajar 9 tahun.

Anda mungkin juga menyukai