POWERPOINT
“MENGANALISIS PERKEMBANGAN
KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI
BANGSA INONESIA PADA MASA ORDE
BARU”
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan dengan dikeluarkannya
sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia, di antaranya Ketetapan
MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif.
Pemulihan politik luar negeri Indonesia juga dilakukan dengan pemulihan hubungan
Indonesia dan Malaysia dengan diadakannya perundingan Bangkok pada 29 Mei hingga 1 Juni
1966 yang menghasilkan Perjanjian Bangkok.
Dwifungsi adalah gagasan yang diterapkan oleh Pemerintahan Orde Baru yang
menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan
ketertiban negara dan kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dwifungsi
sekaligus digunakan untuk membenarkan militer dalam meningkatkan pengaruhnya di
pemerintahan Indonesia, termasuk kursi di parlemen hanya untuk militer, dan berada di
posisi teratas dalam pelayanan publik nasional secara permanen.
Dwi Fungsi ABRI maksudnya adalah bahwa ABRI memiliki dua fungsi, yaitu:
1. fungsi sebagai pusat kekuatan militer yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan
2. fungsi sebagai kekuatan sosial yang secara aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan nasional.
Melalui fungsi atau peran ganda ini, ABRI diizinkan untuk memegang jabatan dalam
pemerintahan, termasuk walikota, pemerintah provinsi, duta besar, dan jabatan lainnya.
Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Orde Baru, Dwi Fungsi ABRI mulai dihapuskan.
C. Perkembangan Ekonomi pada Masa Orde Baru
Pada awal masa Orde Baru, program ekonomi pemerintah banyak tertuju
pada upaya penyelamatan ekonomi nasional. Terutama upaya mengatasi inflasi
atau melemahnya nilai uang, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat.
Awal tahun 1966, tingkat inflasi di Indonesia mencapai 650%. Oleh karena
itu, pemerintah tidak dapat melakukan pembangunan dengan segera, tetapi
harus melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi terlebih dahulu. Program
jangka pendek dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional diwujudkan
dengan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi yang dimaksud adalah
pengendalian inflasi agar harga kebutuhan pokok tidak naik terus dengan cepat.
Sasaran yang ingindicapai dalam Pelita I adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana,
perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih
menitikberatkan pada sektor pertanian. Pelaksanaan Pelita I telah membuahkan hasil yang cukup
baik, antara lain:
1. Produksi beras telah meningkat dari 11,32 juta ton menjadi 14 juta ton;
2. Pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun;
3. Pendapatan rata-rata penduduk (pendapatan per kapita) dari 80 dolar Amerika dapat
ditingkatkan menjadi 170 dolar Amerika; dan
4. Tingkat inflasi dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Pelita I (1973/1974).
Sasaran yang hendak dicapai pada Pelita II adalah pangan, sandang, perumahan, sarana
dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% pertahun. Tingkat inflasi juga berhasil
ditekan hingga 9,5%. Pada sektor pertanian, telah dilakukan perbaikan dan pembangunan jaringan
irigasi baru.
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan
nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
4. Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
1.) Penyelengaraan ekonomi tidak didasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
2.) Terjadinya praktik monopoli ekonomi.
3.) Pembangunan ekonomi bersifat sentralistik, sehingga terjadi jurang pemisah antara pusat
dan daerah.
4.) Pembangunan ekonomi dilandasi oleh tekad untuk kepentingan individu.
2. Penyimpangan Bidang Politik