MODUL
Pasca tragedi G30S dengan wafatnya para petinggi TNI AD termasuk Panglima AD, LetjenAhmad Yani,
menyebabkan terjadinya kekosongan pimpinan AD. Sebelumnya Soekarno sempat menunjuk caretaker
pimpinan AD yaitu Pranoto Reksosamodra, namun keputusan ini kemudian diganti dikarenakan dalam
AD terdapat kebiasaan jika panglima AD berhalangan maka digantikan oleh Pangkostrad. Maka pada
tanggal 14 Oktober 1965 diangkatlah Pangkostrad/Pangkopkamtib Mayjen Soeharto sebagai
Menteri/Panglima AD.
Pada 12 Januari 1966, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) mengajukan 3 tuntutan rakyat
(Tritura) yg berisi :
Rapat kabinet tanggal 11 Maret 1966 diberhentikan setelah Soekarno mendapat kabar dari Brigjen Sabur
(Komandan Cakrabirawa) tentang adanya pasukan tidak dikenal di luar istana.
Presiden Soekarno kemudian menuju ke Istana Bogor didampingi Soebandrio (Waperdam I) & Chaerul
Saleh (Waperdam III). Rapat kabinet ditutup oleh Johannes Leimena (Waperdam II).
Di Bogor, Presiden Soekarno ditemui oleh 3 jenderal yaitu Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen Amir
Mahmud, dan Brigjen M. Yusuf yang membawa pesan dari Mayjen Soeharto bahwa Mayjen Soeharto
siap mengatasi situasi apabila diberi kepercayaan dari presiden.
Sebelumnya terjadi perbedaan pendapat, Mayjen Soeharto melihat bahwa satu-satunya cara meredakan
situasi pasca G30S yaitu dengan membubarkan PKI, sementara Presiden Soekarno berpendapat bahwa
pembubaran PKI mustahil dilakukan karena menunjukkan sikap inkonsistensi terhadap pelaksanaan
ajaran Nasakom.
Akhirnya dirancanglah sebuah surat perintah kepada Mayjen Soeharto untuk mengatasi masalah
keamanan dan krisis politik yang disebut Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar/SP 11 Maret).
Pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno yang berjudul Nawaksara ditolak dalam SU MPRS
tahun 1966 karena dianggap tidak memberikan jawaban bagi penyelesaian Peristiwa G30S.
MPRS yang diketuai oleh A.H. Nasution pada tanggal 12 Maret 1967 mengeluarkan TAP MPRS No.
XXXIII/MPRS/1967 yang isinya mencabut kekuasaan pemerintahan dari tangan Presiden
Soekarno dan mengangkat Pengemban Supersemar, Letjen Soeharto sebagai pejabat presiden.
Langkah ini dipertegas dengan TAP MPRS No. XLIV/MPRS.1968 yang mengangkat Soeharto
sebagai presiden.
Selama Orde Baru berlangsung, terdapat beberapa kabinet: Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II,
Kabinet Pembangunan I, Kabinet Pembangunan II, Kabinet Pembangunan III, Kabinet Pembangunan IV,
Kabinet Pembangunan V, Kabinet Pembangunan VI, & Kabinet Pembangunan VII.
Soeharto membentuk Kabinet Ampera dengan prinsip Dwi Dharma yaitu menciptakan stabilitas politik
& stabilitas ekonomi.
Pemerintahan Orde Baru bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Orde Baru juga mengenal Trilogi Pembangunan yaitu:
Kebijakan ekonomi menjadi program utama pemerintah Orde Baru. Melalui UU No.1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing telah memberi kesempatan luas bagi masuknya investasi asing. Hal
ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi. Program pembangunan pada
masa Orde Baru disebut Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Pada masa ini, Indonesia ikut mencetuskan berdirinya persatuan negara-negara Asia Tenggara yaitu
ASEAN pada tahun 1967 bersama Thailand, Malaysia, Singapura, & Filipina dengan ditandatanganinya
Deklarasi Bangkok.
MPR hasil Pemilu 1971 memilih Soeharto sebagai presiden dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
sebagai wapres.
Untuk menjaga stabilitas politik, berdasarkan UU No.3 Tahun 1975 diadakan fusi partai politik, sehingga
menghasilkan komposisi politik sebagai berikut :
Pemasyarakatan P4
Untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, rezim Orde Baru mengadakan program Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P4). Sosialisasi P4 dilakukan dalam bentuk penataran dari tingkat SMP
hingga perguruan tinggi.Bagi para aparatur negara, di tanggal 17 setiap bulannya diadakan upacara,
sumpah setia, & penyamaan cara pandang antara masyarakat dengan pemerintah.
Pembangunan Nasional
Pelaksanaan pembangunan nasional ditandai adanya rencana mewujudkan trilogi pembangunan
(mencapai pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan,& stabilitas nasional). Perwujudan rencana
dilakukan bertahap & dikenal dengan nama Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I-V.
Repelita I-V disebut Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama & rencananya akan ada “tahap
selanjutnya”. Setiap tahapan dilaksanakan 5 tahun yang disebut Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Pelaksanaannya: Pelita I (1969-1974), Pelita II (1974-1979), Pelita III (1979-1984), Pelita IV (1984-
1989), Pelita V (1989-1994).
Kemudian di Timor Timur berdiri 5 partai politik: Uni Democratica Timorense (UDT), Fretilin,
Apodeti, Kota,& Trabalista. Apodeti mendukung integrasi ke Indonesia, Fretilin mendukung
menjadi negara mandiri, UDT mendukung integrasi ke Portugal. Pada perkembangan berikutnya
selain Fretilin, semua parpol mendukung integrasi ke Indonesia. Terjadi konflik bersenjata antara Fretilin
vs parpol-parpol lain.
Parpol non Fretilin lalu bersidang membahas integrasi ke Indonesia. Pada tanggal 7 Juni 1976, petisi
integrasi diserahkan pada pemerintah Indonesia. Rezim Orde Baru menindaklanjuti isi petisi &
menerima Timor Timur bergabung ke NKRI per tahun 1976.
Penguatan negara tercermin pada implementasi kebijakan negara utamanya di bidang politik.
Ciri sistem politik Orde Baru adalah
1. Dwi fungsi ABRI 5. Program bantuan luar negeri
2. Konsep massa mengambang 6. Sistem semi perwakilan
3. Korporatisasi negara
4. Sentralisasi pemerintahan
Pada akhir pemerintahan Orde Baru terjadi peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) yang disebabkan
oleh adanya konflik internal dalam tubuh PDI massa pro Megawati Soekarnoputri (hasil Kongres Bali)
dengan PDI massa Suryadi (hasil Kongres Medan).
Faktor penyebab suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan meliputi kondisi fisik wilayah, kekayaan
sumber daya alam, sarana transportasi, adanya industri, keadaan sosial budaya masyarakat, &
pertimbangan ekonomi.
REVOLUSI HIJAU
Gagasan mengenai Revolusi Hijau bermula dari penelitian Thomas Robert Malthus, bahwa pertumbuhan
penduduk berjalan lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan produksi pangan (pertanian).
Revolusi Hijau adalah perubahan cara tradisional menjadi cara modern dalam mengelola pertanian untuk
mencukupi kebutuhan pangan. Pengelolaan pertanian dapat dilakukan dengan cara :
1. Intensifikasi pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian melalui pancausaha tani (pemilihan
bibit unggul, penanaman yang baik, pengairan, pemupukan, dan pemberantasan hama), ditambah
pemeliharaan pascapanen, dan pemasaran hasil pertanian (saptausaha tani). Usaha meningkatkan
produksi pangan melalui hasil penemuan ilmiah berupa benih unggul baru, misalnya melalui
penelitian International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina untuk mengembangkan bibit
unggul padi.
2. Ekstensifikasi pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian dengan cara perluasan lahan.
3. Diversifikasi pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman
tanaman.
4. Rehabilitasi pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian dengan cara perbaikan sarana pertanian,
pemulihan lahan, dan peningkatan daya produksi lahan.
5. Mekanisasi pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian dengan cara menggunakan teknologi dan
mesin-mesin pertanian seperti traktor & alat penggiling padi
ABRI Masuk Desa: kebijakan dimana anggota ABRI bersama masyarakat bekerja sama membangun
desa seperti memperbaiki jalan & membangun jembatan
Caretaker pimpinan AD: pengemban jabatan pimpinan AD sementara, dijabat Pranoto Reksosamodra
Dwifungsi ABRI: kebijakan Orde Baru yang menyebutkan bahwa ABRI memiliki 2 tugas yakni
menjaga keamanan & ketertiban negara, serta memegang kekuasaan & mengatur negara. Dwifungsi
ABRI juga digunakan untuk membenarkan militer dalam meningkatkan pengaruhnya di pemerintahan,
termasuk kursi di parlemen hanya untuk militer
Fusi partai politik: kebijakan Soeharto untuk menyederhanakan partai politik (parpol) dengan cara
menggabungkan beberapa parpol menjadi 3 kekuatan utama atas dasar kesamaan tujuan & program
GNOTA: singkatan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh, kebijakan Orde Baru menyekolahkan anak usia
sekolah dari keluarga berkategori kurang mampu dengan bantuan orang tua asuh (donator)
Kelompencapir: singkatan dari Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa. Kegiatan pertemuan untuk
petani & nelayan di era Orde Baru. Kegiatan ini mengikutsertakan petani & nelayan berprestasi se-
Indonesia untuk diadu pengetahuannya seputar dunia kerja mereka dalam bentuk lomba semacam cerdas
cermat.
Konsep massa mengambang: konsep dimana rakyat secara luas dipisahkan dari kehidupan politik.
Parpol dibatasi ruang gerak & aktivitasnya karena parpol dilarang mendirikan perwakilan di tingkat desa
sehingga ikatan antara partai & massa sangat terbatas. Hubungan parpol dengan massa hanya saat
Pemilu. Hal ini tidak berlaku untuk Golkar yang dikategorikan sebagai non partai. Melalui aparat desa
yang menjadi kadernya, Golkar aktif melakukan penggalangan massa
Korporatisasi pemerintahan: kebijakan Orde Baru yang menempatkan kelompok masyarakat dari
berbagai unsur ke dalam wadah tunggal sebagai ormas kepanjangan tangan pemerintah. Misal
dibentuknya SPSI sebagai wadah para buruh, PGRI bagi para guru, KNPI bagi para pemuda, PWI bagi
para wartawan. Berbagai ormas ini dibentuk untuk melanggengkan kekuasaan pemerintah. Caranya
dengan mewajibkan mereka memilih Golkar di Pemilu.
Nasakom: konsep politik Soekarno yang berfokus pada ajaran Nasionalisme-Agama-Komunisme, salah
satu ciri khas Demokrasi Terpimpin
Pemberedelan: upaya pemerintah untuk melarang terbitnya media cetak karena media tersebut
dipandang dalam menyajikan karya jurnalisme terlalu menyudutkan & menjelekkan kinerja pemerintah
Penembakan Misterius: upaya rezim Orde Baru untuk mengurangi tingkat premanisme & kriminalitas
dengan cara menambak mati orang-orang yang diduga preman dengan ciri-ciri yang ditetapkan oleh
pemerintah
Petisi: surat permohonan resmi kepada pemerintah untuk meminta agar pemerintah mengambil tindakan
terhadap suatu hal
Posyandu: singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Kegiatan kesehatan dasar dari, oleh, & untuk
masyarakat yang dibantu petugas kesehatan. Diselenggarakan di balai desa/ rumah ketua RW, biasanya
setiap bulan. Isi kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, sosialisasi cara hidup sehat, imunisasi bagi balita,
pemberian vaksin, & pemberian makanan bergizi.
Prokasih: singkatan Program Kali Bersih, kebijakan pengendalian pencemaran air sungai dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas air sungai agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya
Sentralisasi pemerintahan: kebijakan negara ditentukan dari pusat. Peran pemerintah pusat terlalu
dominan. Misal dalam bidang ekonomi, semua kekayaan daerah & pemanfaatan potensi ekonomi daerah
dikuasai pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah tidak dapat mengembangkan daerahnya
Sistem semiperwakilan: aspirasi rakyat tidak terserap dengan baik di DPR, rakyat merasa tidak terwakili
oleh DPR. Misal sejak DPR hasil Pemilu 1971 tidak ada RUU yang dihasilkan atas usul inisiatif DPR,
banyak hak dewan seperti hak angket & interpelasi tidak dimanfaatkan optimal oleh para anggota dewan