Anda di halaman 1dari 6

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK EKONOMI INDONESIA

MASA ORDE BARU ( 1966-1998 )


A. MASA TRANSISI 1966-1967
Lahirnya orde baru tidak lepas dari peristiwa Pemberontakan G 30 S PKI,yang
menimbulkan situasi politik tidak stabil, kepercayaan masyarakat terhadap Presiden
Sukarno semakin menurun.
Pada tanggal 25 Oktober 1965 para mahasiswa di Jakarta membentuk KAMI terdiri dari
HMI,PMKRI,PMII dan GMNI dengan ketua umum Zamroni.

1. Aksi-Aksi Tritura

Aksi –aksi tuntutan penyelesaian terhadap pelaku G 30 S PKI semakin meningkat


kemudian dibentuk Front Pancasila pada tanggal 26 Oktober 1965.
Tuntutan rakyat agar Presiden Soekarno membubarkan PKI tidak dipenuhi presiden ,pada
pelantikan cabinet 100 menteri pada tanggal 24 Februari 1966 para mahasiswa memenuhi
jalan Istana Merdeka,namun dihadang oleh pasukan Cakrabirawa. Hal ini menyebabkan
gugurnya Arief Rahman Hakim seorang mahasiswa Universitas Indonesia. Presiden
Sukarno membubarkan KAMI, kemudian mahasiswa membentuk Resimen Arief
Rahman Hakim untuk melanjutkan aksi KAMI. Protespun dilakukan oleh Front
Pancasila.

2. Surat Perintah Sebelas Maret

Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Sukarno mengadakan sidang cabinet, sidang
diboikot oleh para demonstran, presiden diberi tahu oleh Brigjen Sabur mengatakan
bahwa diluar istana terdapat pasukan tanpa tanda pengenal. Presiden meninggalkan
sidang lalu menuju Bogor kemudian disusul oleh Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen
M.Jusuf ,Brigjen Amir Mahmud. Di Istana Bogor ke 3 perwira mengadakan pembicaraan
dengan presiden didampingi oleh Dr.Subandrio, Dr. J.Leimena dan Dr. Chaerul Saleh,ke3
tokoh tersebut diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Suharto
akhirnya ditandatangani oleh Presiden Sukarno lebih dikenal dengan Surat Perintah 11
Maret atau SP 11 Maret atau Supersemar, yang isinya pemberian mandat kepada Letjen
Suharto selaku Panglima Angkatan darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan
dan kewibawaan pemerintah.
Tindakan yang dilakukan letnan Jendral Suharto adalah
1. Membubarkan dan melarang PKI di seluruh Indonesia
2. Menyerukan kepada pelajar dan mahasiswa untuk kembali ke sekolah.
3. Penahanan 15 menteri yang diduga terkait pemberontakan G 30 S/PKI
4. Mengangkat 5 orang menteri coordinator ad interm yang menjadi presidium cabinet.
3. Dualisme Kepemimpinan Nasional

Dualisme kepemimpinan nasional yaitu Presiden Sukarno yang masih menjabat


Presiden dengan Soeharto sebagai pengemban Supersemar dengan membentuk Kabinet
Ampera. Dualisme kepemimpian nasional ini menimbulkan pertentangan politik dalam
masyarakat. Melalui keputusan Nomor 5/MPRS/1966 MPRS memutuskan untuk minta
kepada presiden agar melengkapi laporan pertanggungjawab mengenai peristiwa
Gerakan 30 September PKI. Kabinet Ampera diresmikan pada tanggal 28 Juli 1966.
Program cabinet memperbaiki kehidupan rakyat dan melaksanakan pemilu sesuai Tap
MPR RI No. XI/MPRS/1966. Atas saran sahabat Soekarno yaitu Mr. Hardi menyarankan
Soekarno untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan. Pada tanggal 22 Februari 1967
Presiden Sukarno resmi mengundurkan diri. Pada tanggal 12 Maret 1967 Jendral Suharto
dilantik menjadi Pejabat Presiden Republik Indonesia,dan dilantik menjadi presiden
Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 1968melalui Tap no XLIV/MPRS/1968.

B. STABILITAS POLITIK DAN REHABILITASI EKONOMI


Setelah kekuasaan sepenuhnya pemerintahan orde baru menjalankan kebijakannya yaitu :

1. Stabilitas politik keamanan Tap MPRS No.IX/1966


2. Stabilitas ekonomi Tap MPRS No.XXIII/MPRS/1966
3. Pemilihan Umum Tap MPRS No.IX/MPRS/1966 dengan keputusan menteri No.23
tanggal 23 Mei 1970.
4. Membentuk lembaga Kopkamtib,Dewan Stabilitas ekonomi Nasional dan Dewan
Pertahanan dan Keamanan Nasional
5. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif
6. Memulihkan hubungan dengan Malaysia dan Singapura
7. Kembali aktif di forum PBB
8. Membentuk ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.

1. Stabilisasi Politik dan keamanan sebagai dasar pembangunan


Membentuk Kabinet pembangunan I dengan program cabinet Pancakrida Kabinet
Pembangunan, Yaitu :

1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi


2. Menyusun dan merencanakan Repelita
3. Melaksanakan pemilu
4. Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat.
5. Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur
Negara baik dari pusat maupun daerah dari unsure komunisme.

Presiden Suharto juga menciptakan kekuatan politik sipil baru yaitu Sekretariat
Bersama Golongan Karya ( Sekber Golkar ) yang dikenal dengan GOLKAR.

Jumlah partai politik yang ikut pemilu ada 9 partai yaitu : NU, Parmusi, PSII, Perti,
Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Musyawarah Rakyar Banyak ( Murba ),
Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ( IPKI ) serta Golkar.

Melalui sidang umum MPR tahun 1973 ,Sembilan partai berfusi kedalam 2 partai baru
yaitu :

1. PPP ( Partai Persatuan Pembangunan ) terdiri dari NU, Parmusi, Perti, PSII
2. PDI ( Partai Demokrasi Indonesia ) terdiri dari PNI, Partai Katholik, Parkindo, Murba
dan IPKI
3. Golkar ( Golongan Karya )
Pelaksanaan pemilu masa orde baru yaitu 6 kali : 1971,1977,1982,1987,1992 da
1997. Semua pemilu masa orde baru dimenangkan oleh Golkar karena disokong oleh
aparat pemerintah dan ABRI. Pemilu berlangsung dengan slogan LUBER ( langsung,
umum , bebas dan rahasia ).

Peristiwa Lima Belas Januari 1974 ( Malari )salah satu kritikan terhadap kebijakan
pemerintah, untuk meredam demonstrasi dan gerakan mahasiwa dikeluarkan
SK/028/1974 tentang petunjuk kebijaksanaan kehidupan Kampus perguruan tinggi.
Disamping itu dalam mewujudkan politik dan keamanan diletakkan pada pilar yang
terangkum dalam trilogy pembangunan yaitu ;

1. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis


2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
social bagi seluruh rakyat.
2. Stabilitas penyeragaman

Presiden Suharto mengajukan Eka Prasetia Pancakarsa untuk penyusunan


Pedoman Penghayatan dan Pengamalan pancasila ( P4 ). Pada tanggal 21 Maret 1978
rancangan P4 disyahkan menjadi Tap MPR No.II/MPR/1978.Pemerintah membentuk
Komisi penasehat Presiden mengenai P4 dipimpin oleh Dr.Roeslan Abdulgani,sebagai
pelaksana dibentuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksana P4 ( BP7) berpusat di
Jakarta yang bertugas mengkoordinasi pelaksanaan program penetaran P4 pada tingkat
nasioal dan regional. Tujuannya membentuk pemahaman mengenai demokrasi
pancasila.Pegawai negri, militer, sipil pelajar diharuskan mengikuti penataran P4. Tap
MPR No.II/1983 mengenai organisasi social politik diseragamkan dengan menerima
pancasila sebagai satu-satunya asas tunggal.

Penerapan Dwi Fungsi ABRI


ABRI memiliki 2 fungsi yaitu
a. ABRI sebagai kekuatan hankam (militer) ABRI merupakan suatu unsure dalam lingkungan
aparatur pemerintah yang bertugas melindungi bangsa Indonesia
b. ABRI sebagai kekuatan social ,ABRI sebagai unsure dalam kehidupan politik dilingkungan
masyarakat bersama dengan kekuatan lainmelaksanakan pembangunan nasional.
Intervensi ABRI dalam bidang politik masa orde baru dengan ditempatkanya militer di
DPR,MPR dan DPD.kemudian ABRI masuk desa ( AMD).Keterlibatan ABRI sangat nyata melalui
Golkar, bahkan Golkar dibawah kendali militer. Masa orde baru pelaksanaan Negara banyak
didominasi ABRI seperti :

a. Banyaknya jabatan pemerintahan diisi oleh anggota ABRI


b. ABRI bersama Korpri sebagai tulang punggung keberadaan Golkar sebagai partai politik
c. ABRI melalui berbagai yayasan dibentuk untuk menjalankan berbagai badan ussaha
3. Stabilitas Ekonomi Orde baru.
Program rehabilitasi ekonomi orde baru dilaksanakan berlandaskan Tap MPRS
No.XXIII/1966, dengan tindakan yang dilakukan :
a. Mengendalikan hiperinflasi
b. Menyelesaikan masalah hutang luar negeri,melakukan diplomasi dengan mengirimkan tim
negoisasi untuk merundingkan hutang piutang Negara.
c. Memberlakukan UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
d. Pembentukkan lembaga konsorsium yang bernama Inter Governmental Group on Indonesia
( IGGI)
e. Menggalang dana dari masyarakat agar masyarakat mau menabung.
f. Menerbitkan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN) No.6 tahun 1968.

Kebijakan Pembangunan Orde Baru


Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR) sejak tahun 1973 menetapkan GBHN yang
merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian program yang dijabarkan
dalam rencana pembangunan lima tahun (Repelita).Repelita dimulai tahun 1969. Sejak
pembangunan 5 tahun tahap III ( 1 April 1979-31 Maret 1984),pemerintahan orde baru
menetapkan 8 jalur pemerataan ,yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesemptan kerja
5. Pemerataan kesemptan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
7. Pemerataan penyebaran pembangunan
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

a. Pertanian
Meningkatkan produksi beras,membentuk KUD,BUUD,membangun pabrik
pupuk,memberikan penyuluhan pada petani,kelompencapirsebagai wadah temu wicara
langsung antara petani,nelayan dan peternak.

b. Pendidikan
Pembangunan SD Inpres ( 1973),wajib belajar 6 tahun ( 2 Mei 1984 ) berumur 7-12
tahun,dan pembentukan kelompok belajar. Kebijakan wajib belajar tidak diikuti oleh
pembebasan biaya pendidikan bagi keluarga tak mampu kemudian muncul program Gerakan
Nasional Orang Tua Asuh ( GN-OTA).program wajib belajar 6 tahun kemudian ditingkatkan
menjadi 9 tahun.
c. Keluarga Berencana ( KB)
KB dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN). Program
KB di Indonesia salah satu yang paling sukses didunia.

d. Kesehatan Masyarakat, Posyandu


Perkembangan puskesmas dimulai dari konsep Bandung Plan yang diperkenalkan oleh
dr.Y Leimena padatahun 1951 yang merupakan konsep pelayanan yang mengabungkan antara
pelayanan kuratif dan preventif. Bentuk puskesmas yaitu tipe A,B dan C. pada tahun 1984
dikembangkan Posyandu yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan kurang gizi. Ada 5
program posyandu KIA, KB, Gizi, penanggulangan diare dan imunisasi.

INTEGRASI TIMOR-TIMUR
Di Timor-timur terdapat 3 partai besar yaitu :
1. Uniao Democratica Timorense (UDT-Persatuan Demokratik Rakyat Timor) yang ingin
merdeka secara bertahap
2. Frente Revoluciondria de Timor Leste Independente (Fretilin-Front Revolusioner
kemerdekaan Timor-timur) yang radikal komunis dan ingin segera merdeka
3. Associacau Popular Democratica Timurense (Apodeti-Ikatan Demokratik Popular Rakyat
Timor) yang ingin bergabung dengan Indonesia.
Pada tanggal 31 Agustus 1974 ketua umum Apodeti.Arnaldo dos Reis Araujo menyatakan
partainya menghendaki bergabung dengan Republik Indonesia sebagai provinsi ke-27. Pada
30 November 1975 ,UDT,Apodei,Kota,Trabalista menyatakan bergabung dengan RI. Proses
pengesahan Timor-Timur ke wilayah Indonesiadengan mengeluarkan UU no.7 tahun 1976
diperkuat melalui Tap MPR No.IV/MPR/1978.

DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK DAN EKONOMI MASA


ORDE BARU

1. Pemerintahan orde baru cendrung bersifat otoriter


2. Gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik,golkar dianggap alat politik untuk
mencapai stabilitas yang diinginkan.
3. Terbentuknya mentalitas dan budaya korupsi para pejabat.
4. Distribusi hasil pembangunan tidak dibarengi control dari pemerintah terhadap aliran dana
5. Munculnya kesenjangan social dalam masyarakat.
6. Anti demokrasi dan melanggar HAM

Anda mungkin juga menyukai