Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Indonesia

Nama : Putri Ageng Rahmawati

Kelas : XII Ips 1

Menganalisis Perkembangan Politik, Ekonomi, Sosial & Budaya Pada Masa Pemerintahan Orde Baru

A). Secara garis besar, pemerintahan masa orde baru memiliki beberapa tujuan pokok antara lain :

1. Melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama. Pengoreksian
mencangkup dari keseluruhan tanpa terkecuali.

2. Penataan Kembali seluruh Aspek kehidupan rakyat bangsa dan negara Indonesia.

3. Menerapkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

4. Membangkitkan kembali kekuatan Bangsa Indonesia. Tujuan dari hal ini adalah mengembalikan
stabilitas nasional serta mempercepat proses pembangunan terutama dalam sektor ekonomi.

B). Isi Tritura adalah: Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya. Perombakan kabinet Dwikora.
Turunkan harga pangan.

Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju pesat dan pembangunan
infrastruktur yang merata untuk masyarakat, namun perkembangan tersebut diikuti dengan praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo
mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah menaikkan
harga BBM di tanggal 4 Mei 1998.

Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang
semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan
periode orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.

Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan berakhirnya
rezim orde baru. Besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah, membuat Presiden Soeharto
mundur pada 21 Mei 1998. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, orde baru ambruk akibat krisis
ekonomi yang melanda negeri sejak tahun 1997.
C). Front Pancasila adalah kesatuan massa aksi yang melakukan unjuk rasa terhadap pemerintahan Orde
Lama. Kesatuan aksi ini terdiri dari berbagai organisasi dan elemen masyarakat, seperti Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia (KASI), dan lain-lain. Berbagai organisasi ini tergabung dalam satu wadah yakni Front
Pancasila, yang kemudian dikenal dengan sebutan Angkatan 66. Front Pancasila melakukan unjuk rasa
terhadap Presiden Soekarno yang kemudian melahirkan Tritura.

D). Supersemar adalah surat yang mengawali peralihan kepemimpinan nasional dari pemerintahan Orde
Lama ke Orde Baru. Lewat surat yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966 ini, terjadi penyerahan mandat
kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto, yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri/Panglima
Angkatan Darat. Supersemar dikeluarkan dengan tujuan mengatasi konflik dalam negeri saat itu, yang
salah satunya dipicu peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965. Namun, hingga saat ini, Supersemar
masih menjadi kontroversi karena naskah aslinya tidak pernah ditemukan.

E). Dwifungsi adalah gagasan yang diterapkan oleh Pemerintahan Orde Baru yang menyebutkan bahwa
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia—terutama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat—
memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan kedua memegang
kekuasaan dan mengatur negara. Dwifungsi sekaligus digunakan untuk membenarkan militer dalam
meningkatkan pengaruhnya di pemerintahan Indonesia, termasuk kursi di parlemen hanya untuk militer,
dan berada di posisi teratas dalam pelayanan publik nasional secara permanen.

F). P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa adalah sebuah
panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4
dibentuk dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa, yang
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
pelaksanaan Pancasila. Produk hukum ini tidak berlaku lagi karena Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
telah dicabut dengan Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam kelompok Ketetapan
MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

Dalam perjalanannya 36 butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh BP7. Tidak pernah
dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga
Indonesia.
G). Krisis

-krisis politik

Krisis Politik Orde Baru disebabkan oleh kebijakan pemerintahan yang sentralistik dan otoriter selama
kurun waktu 32 tahun.

-Krisis Moneter

Soeharto adalah satu nama yang paling dikaitkan dalam terjadinya krisis moneter atau krisis finansial di
Indonesia. Pada masa itu, wilayah Asia dilanda krisis yang sama, 1997-1998. Inflasi rupiah dan lonjakan
harga bahan makanan menciptakan kekacauan. Kita dalami periode sulit ini. Penyebab, dampak, serta
cerita-cerita lainnya.

Faktor utang luar negeri yang membengkak jadi salah satu penyebab perekonomian Indonesia
mendapat tekanan berat. Krisis bermula dari pertengahan Juli 1997 akibat dari melemahnya rupiah ke
angka yang cukup tinggi. Memasuki tahun 1998, rupiah mengalami sedikit penguatan, sebelum
kemudian malah semakin anjlok ke angka Rp16.800 per dolar AS. Krisis moneter adalah krisis ekonomi
yang melanda hampir seluruh bagian Asia Timur. Krisis ini menyebabkan dampak yang tidak baik. Krisis
moneter melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah
menjadi krisis ekonomi. Kegiatan ekonomi lumpuh, pengangguran bermunculan seiring banyaknya
perusahaan yang bangkrut

-Krisis Ekonomi

Meskipun Indonesia mengalami pembangunan pesat selama Orde Baru, tetap ada sejumlah masalah
perekonomian yang dihadapi bangsa. Ada masalah inflasi, utang luar negeri, dan ketimpangan.
Puncaknya yakni krisis moneter di tahun 1998 yang mengakhiri 32 tahun kekuasaan Soeharto.

-Krisis Sosial

Pada saat kondisi indonesia yang sudah tidak dapat terkendali,adanya berbagai gangguan sosialpun
nyatanya tidak dapat dihindarkan lagi. Pada tahun 1998, terjadi berbagai kerusuhan di berbagai daerah.

Kerusuhan tersebut terjadi akibat adanya rasa anti tionghoa. Pada masa pemerintahan orde baru, arus
investasi sangat dibuka lebar lebar melalui penanaman modal yang dilakuan pihak asing.

Dengan adanya modal yang diinventasikan di indonesia, pemerintah melakukan pemberdayaan


terhadap kelompok etnis Tionghoa , WNI, serta warga asing untuk dapat menyukseskan program
ekonomi yang akan diusung pada masa pemerintahan orde baru.

Dengan pemberdayaan tersebut, ras Tionghoa semakin menguat eksistensinya di ranah perekonomian
Indonesia. Dan hal tersebut memunculkan rasa ketidaksukaan warga negara indonesia terhadap ras
Tionghoa.
Namun selain itu, sebelum adanya krisis moneter yang melanda Indonesia, pada majalah eksekutif yang
memuat daftar seratus konglomerat yang ada di indonesia, hanya ada 20 orang pribumi,satu warga
negara india, dan beberapa sisanya dikuasai oleh ras Tionghoa.

H). Fusi

FUSI (Penyederhanaan PARPOL)

Pada tahun 1971, pemerintah Orde Baru melakukan penyederhanaan dan penggabungan atau fusi
partai-partai politik menjadi tiga kekuatan besar. Penggabungan ini didasari oleh persamaan program.

Tiga kekuatan politik itu adalah sebagai berikut :

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari Nadhlatul Ulama (NU), Parmusi,
Perti, dan PSII.

2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI),
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.

3. Golongan Karya (Golkar).

Tujuan dari penyederhanaan partai adalah untuk menciptakan stabilitas nasional. Berdasarkan
pengalaman yang terjadi pada masa Demokrasi Liberal, keragaman politik dan ketidakseragaman
persepsi memunculkan konflik yang tidak bisa terhindarkan. Konflik tersebut berdampak pada
terganggunya program-program pemerintah dan stabilitas nasional.

Jadi, tujuan dari penyederhanaan partai pada masa Orde Baru adalah untuk menciptakan stabilitas
nasional.

I). Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita adalah program pembangunan yang dibuat oleh
Soeharto selama menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Repelita terdapat enam periode, sebagai berikut:

Repelita I (1969-1974)

Repelita II (1969-1979)

Repelita III (1979-1984)

Repelita IV (1984-1989)

Repelita V (1989-1994)
Repelita VI (1994-tidak selesai)

J). KKN

KKN adalah Kolusi, Korupsi dan Nepotisme yang pada intinya adalah penyelewengan terhadap jabatan
dan uang negara/rakyat oleh sebagian kelompok yang diberikan keleluasaan dan keistimewaan dari
pemerintah saat itu untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Praktik KKN ini terjadi pada
masa Orde Baru dikalangan pejabat tinggi negara dan melibatkan para pengusaha yang sebagian besar
masih tidak diketahui hingga saat ini.

Sebenarnya Orde Baru lahir untuk memperbaiki keadaan Orde Lama yang penerapan demokrasinya
didasarkan pada nilai Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam praktiknya Pancasila hanya dijadikan alat
politik untuk meraih kekuasaan besar Presiden dan teman-temannya saat itu. Akhirnya pemerintahan
berjalan terpusat, cenderung otoriter, terlalu mendominasi rakyat dan pemerintahan, sehingga KKN
semakin marak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai